• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikasi Pogram Pemanfaatan Tata Ruang Jangka Menengah 1 Perwujudan struktur ruang

Dalam dokumen Bab_3 (Halaman 40-45)

4. Rencana Pengelolaan Kawasan Budidaya

3.4.3. Indikasi Pogram Pemanfaatan Tata Ruang Jangka Menengah 1 Perwujudan struktur ruang

Perwujudan pembangunan berdasarkan konsep tata ruang Wilayah Kabupaten Pacitan sedapat mungkin diterapkan dengan meminimalkan inkonsistensi, perbedaan interpretasi berdasarkan kepentingan sektoral, penyimpangan, sikap kurang konsisten, dan lemahnya penegakan hukum.

Rencana struktur ruang dapat diwujudkan dengan adanya pembangunan sarana prasarana yang memadai dan terstruktur termasuk didalamnya dengan penentuan prioritas pembangunan. Berikut langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mewujudkan struktur ruang di Kabupaten Pacitan berdasarkan prioritas pembangunan kecamatan-kecamatan :

 Kecamatan Pacitan secara umum merupakan kecamatan yang mendapatkan prioritas pembangunan, terutama pembangunan sarana dan prasarana di bandingkan kecamatan lain. Ini dilakukan karena Kecamatan Pacitan memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitar Kabupaten Pacitan karena fungsinya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW II/C/2).

 Kecamatan-kecamatan yang telah ditetapkan menjadi kawasan strategis mendapatkan prioritas utama dalam pelaksanaan rencana, karena selain dapat menunjang pembentukan struktur ruang, juga dapat menjadi sector yang menggerakkan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pacitan.

 Kecamatan Bandar, Ngadirojo, Punung secara umum memiliki prioritas kedua setelah Kecamatan Pacitan dalam pembangunan sarana dan prasarana, mengingat ketiga kecamatan tersebut merupakan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

 Kecamatan-kecamatan selain kecamatan-kecamatan yang telah disebutkan sebelumnya secara umum mendapatkan prioritas ketiga di dalam rencana pembangunan Kabupaten Pacitan mengingat kecamatan tersebut berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).

Adapun struktur ruang akan diwujudkan melalui program utama sebagai berikut :

a. Urusan Penataan Ruang, dituangkan dalam program :  Perencanaan Tata Ruang

 Pemanfaatan Ruang

 Pengendalian Pemanfaatan Ruang

b. Urusan Pekerjaan Umum, dituangkan dalam program :  Peningkatan Lingkungan Perumahan dan Permukiman  Peningkatan Lingkungan Pasar

 Peningkatan Lingkungan Terminal  Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah  Pembangunan Jalan dan Jembatan

 Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh c. Urusan Lingkungan Hidup, dituangkan dalam program :

 Pengelolaan Persampahan

d. Urusan Perencanaan Pembangunan, dituangkan dalam program :  Pengembangan Wilayah Perbatasan

3.4.3.2 Perwujudan pola ruang

Pola ruang akan diwujudkan melalui program utama sebagai berikut : Urusan Pengelolaan Sumber Daya Alam, dituangkan dalam program :

 Perlindungan dan konservasi sumber daya alam

 Rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam

3.5

. Penentuan Isu-Isu Strategis

1. Pelayanan publik

Pelayanan publik oleh aparatur negara dewasa ini telah menjadi isu strategis, karena tingkat kualitas kinerja pelayanan publik akan menentukan baik buruknya pelayanan kepada masyarakat dan pada gilirannya akan menentukan citra dari aparatur negara itu sendiri.

Peningkatan kualitas pelayanan publik diharapkan akan memperbaiki citra pemerintahan di mata masyarakat, karena dengan kualitas pelayanan publik yang semakin baik, kepuasan dan kepercayaan masyarakat akan dapat diwujudkan.

Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik perlu dilakukan melalui pembenahan berbagai aspek, antara lain kelembagaan, kepegawaian, tatalaksana, akuntabilitas dan pengawasan guna menghasilkan pelayanan publik yang prima yaitu pelayanan yang cepat, tepat, murah, aman, berkeadilan dan akuntabel.

2. Sarana pemerintahan daerah

Sarana pemerintahan daerah/gedung kantor di IKK Pacitan yang merupakan pusat penyelenggaraan pemerintahan daerah lokasinya menyebar di beberapa tempat. Dengan semakin berkembangnya kota, lokasi kantor yang berpencar kurang efektif dan efisien serta berpengaruh

terhadap tingkat pergerakan lalu lintas kota Pacitan yang semakin padat. Sehubungan dengan hal tersebut telah diprogramkan pembangunan gedung kantor Pemda di Jalan Jaksa Agung Suprapto 8 Pacitan yang direncanakan sebagai pusat pelayanan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kondisi gedung kantor dalam kondisi rusak dan tidak layak sebesar 73,47 %, mempengaruhi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dalam memberikan pelayanan. Bangunan gedung negara mempunyai nilai strategis sebagai tempat berlangsungnya proses penyelenggaraan negara/pemerintahan perlu diatur dan dikelola agar fungsional, andal, efektif, efisien, dan diselenggarakan secara tertib.

3. Pelayanan air bersih

Masih adanya penduduk yang kesulitan dalam pemenuhan air bersih terutama di musim kemarau bagi daerah yang tidak mempunyai potensi sumber air. Berdasarkan standar pelayanan minimal kebutuhan penduduk terhadap air bersih adalah 60 ltr/orang/hari. Pada tahun 2010 penduduk/rumah tangga pengguna air bersih baru mencapai 65,23 % dan sesuai dengan MDGs kecukupan penduduk di masing-masing kabupaten minimal harus mencapai 68,87 % di tahun 2015.

4. Banjir kota Pacitan

Sering terjadinya banjir kota Pacitan dikarenakan faktor topografis dan sistem drainase yang kurang baik. Hal ini sangat mengganggu kenyamanan dan keamanan warga. Sehubungan dengan hal tersebut perlunya penanganan untuk mengurangi frekwensi banjir kota yang terjadi tidak lebih dari 2 kali/tahun.

5. Rumah tidak layak huni

Di Kabupaten Pacitan masih terdapat sekitar 15.868 rumah (11,88 %) tidak layak huni yang merupakan salah satu indikator kemiskinan perlu segera mendapatkan penanganan. Kondisi lantai dari tanah merupakan faktor dominan yang mempengaruhi terhadap kesehatan keluarga.

Kondisi jalan lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang belum diperkeras, mengakibatkan becek di musim penghujan dan berdebu di musim kemarau sehingga mengganggu aktivitas penduduk dalam pemenuhan ekonomi, dan interaksi sosial kemasyarakatan.

7. Sanitasi lingkungan

Masih rendahnya rumah tangga bersanitasi antara lain dipengaruhi oleh kurangnya penyediaan air bersih dan kondisi lingkungan yang masih memungkinkan pembuangan air limbah di lahan pekarangannya masing-masing, terutama di perdesaan. Hal ini mempengaruhi terhadap derajat kesehatan masyarakat;

8. Penataan ruang

Belum lengkapnya dokumen penataan ruang sebagai acuan pelaksanaan pembangunan, dan masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap regulasi penataan ruang;

9. Pengelolaan sampah

Seiring dengan amanat Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dan Permendagri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah, maka pengelolaan sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungannya serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Selama ini sebagian masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal timbunan sampah yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui

proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri.

10. Pengelolaan ruang terbuka hijau/pertamanan

Pembangunan, penataan dan pemeliharaan pertamanan, jalur hijau, tata hias kota sebagai bagian dari ruang terbuka hijau kota perlu dilakukan lebih optimal untuk menciptakan lingkungan kota yang teratur, bersih, indah, teduh, dan sehat

11. Pelayanan PJU

Masih banyaknya PJU Non meter mengakibatkan pemasangan PJU belum sesuai standar PLN dan merata di seluruh wilayah kabupaten serta biaya rekening PJU tidak dapat diketahui secara pasti. Sehubungan akan dioperasikannya PLTU di Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan, permintaan terhadap pemasangan PJU dipastikan akan meningkat.

Dalam dokumen Bab_3 (Halaman 40-45)

Dokumen terkait