• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab_3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Bab_3"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 .

Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

3.1.1. Permasalahan Pelayanan Bidang Cipta Karya

Beberapa permasalahan yang terkait dengan bidang cipta karya adalah sebagai berikut

1. Jumlah rumah penduduk Kabupaten Pacitan sejumlah 133.566 rumah dengan kondisi layak huni sejumlah 117.698 rumah atau sebesar 88,12 % dan sisanya belum layak huni sebesar 15.868 rumah atau sebesar 11,88 %. Rumah tidak layak akan berpengaruh terhadap kualitas hidup penghuninya sehingga harus ditangani agar menjadi tempat tinggal yang nyaman dan sehat.

2. Masih terdapat kawasan permukiman kumuh seluas 107,24 Ha atau 0,077 % dari 138.987,16 Ha wilayah Kabupaten Pacitan.

3. Rumah yang bersanitasi baru mencapai 102.258 atau sebesar 76,56 % dari sejumlah rumah 133.566 di Kabupaten Pacitan.

4. Masih rendahnya kualitas jalan lingkungan sebagai prasarana dasar permukiman. Dari sejumlah 3.796.876 meter panjang jalan lingkungan dalam kondisi baik baru mencapai 36,05 % atau 1.368.884,9 meter dan sisanya sepanjang 2.427.991,1 meter atau 63,95 % masih perlu peningkatan.

5. Pelayanan air bersih di beberapa wilayah terkendala dengan kondisi geografis dan topografis, antara lain berupa jenis tanah kapur yang

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN

TUGAS DAN FUNGSI

TUGAS DAN FUNGSI

(2)

sulit menyimpan air sehingga beberapa wilayah tidak terdapat sumber air bersih.

Pengelolaan air bersih, lokasi sumber air yang berada dibawah permukiman untuk mengalirkan air menggunakan sistem pompa mengakibatkan biaya operasional mahal sehingga beberapa tempat sarana yang sudah terbangun tidak berfungsi.

Saat ini rumah tangga terlayani air bersih baru mencapai 65,23 % atau sejumlah 103.722 rumah tangga dari sejumlah 159.010 rumah tangga di Kabupaten Pacitan.

Masih adanya konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber air baku. Hal ini disebabkan adanya kepentingan peruntukan sumber air tersebut untuk non air bersih maupun karena kendala batas administratif wilayah.

6. Masih terjadinya banjir kota dengan frekwensi lebih dari 5 kali dalam setahun.Hal ini disebabkan saluran drainase kota tidak mampu menampung debit dan menyalurkan genangan air hujan lokal dan air yang berasal dari lereng perbukitan sehingga terjadi luapan banjir di beberapa lokasi. Genangan banjir kota mencapai 619, 65 Ha dengan lama genangan lebih dari 2 (dua) jam.

7. Masih rendahnya ketersediaan gedung kantor sebagai prasarana aparatur/pemerintahan daerah yang aman dan nyaman. Dari sejumlah 50 (lima puluh) gedung dalam kondisi baik baru mencapai 26,53 % atau sejumlah 13 gedung.

3.1.2. Permasalahan Bidang Tata Ruang

Beberapa permasalahan yang terkait dengan bidang tata ruang adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya informasi tentang penataan ruang di daerah;

(3)

3. Belum optimalnya Rencana Tata Ruang sebagai acuan arahan pemanfaatan ruang;

4. Pelaksanaan pembangunan masih belum mengikuti rencana tata ruang, tidak mempertimbangkan keberlanjutan dan daya dukung lingkungan;

5. Pembangunan wilayah belum memperhatikan kerentanan wilayah terhadap terjadinya bencana alam;

6. Adanya konflik pemanfaatan ruang antar sektor, seperti kehutanan dengan pertambangan;

7. Kompetensi SDM penyelenggara penataan ruang belum memadai; 8. Kualitas rencana tata ruang masih rendah;

9. Peraturan perundang-undangan dibidang penataan ruang belum diacu sebagai payung hukum pembangunan;

10. Lemahnya penegakan hukum di bidang penataan ruang.

3.1.3. Permasalahan Bidang Kebersihan dan Pertamanan

Beberapa permasalahan yang terkait dengan bidang kebersihan dan pertamanan adalah sebagai berikut:

1. Penanganan sampah belum dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Permendagri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah, karena disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :

 Masih kurangnya wadah sampah sebagai sarana pemilah

sampah organik dan anorganik, baik di rumah tangga maupun di Tempat Penampungan Sampah Sementara.

 Masih belum efektifnya penerapan ’3R’ (Reduce, Reuse,

(4)

kesadaran masyarakat, sehingga pemilahan dan pengurangan sampah belum menjadi budaya/kebiasaan di masyarakat.

 Jumlah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) masih

sangat kurang. Saat ini yang operasional baru 1 (satu) buah yaitu di Pasar Minulyo, Kelurahan Baleharjo, sehingga sampah sebagian besar masih membebani Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

 Kurangnya tenaga dan sarana prasarana pengelolaan

persampahan sehingga pelayanan persampahan masih terbatas di IKK Pacitan, sedangkan beberapa wilayah yang rawan permasalahan persampahan belum bisa terlayani yaitu di IKK Ajosari, IKK Punung, dan IKK Ngadirojo yang pertumbuhan penduduk dan kepadatan permukiman cukup tinggi.

 Kondisi TPA saat ini baru menggunakan Sistem Open Dumping,

sehingga proses pengolahan sampah belum ramah lingkungan. 2. Masih banyaknya lahan di kawasan perkotaan yang belum

dimanfaatkan secara optimal untuk ruang terbuka hijau (RTH). 3. Masih banyaknya PJU Non meter mengakibatkan pemasangan PJU

belum sesuai standar PLN dan merata di seluruh wilayah Kabupaten serta biaya rekening PJU tidak dapat diketahui secara pasti.

3.2 .

Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

(5)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pacitan Tahun 2011 – 2016.

3.2.1. Visi Kabupaten Pacitan

”TERWUJUDNYA MASYARAKAT PACITAN YANG SEJAHTERA”

3.2.2. Misi Kabupaten Pacitan

Sesuai dengan “Terwujudnya Masyarakat Pacitan Yang Sejahtera”, maka ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Pacitan 2011 – 2016 sebagai berikut :

Profesionalisme birokrasi dalam rangka meningkatkan pelayanan prima dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi unggulan

Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar

Pengembangan tatanan kehidupan masyarakat yang berbudaya, berkepribadian dan memiliki keimanan serta memantapkan kerukunan umat beragama

Telaahan terhadap visi, misi dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memberikan gambaran peran serta dan keterlibatan langsung Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan. Hal ini ditunjukkan melalui:

a. Pernyataan misi ke 2: Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

(6)

sehat berupa peningkatan rumah layak huni, penyediaan sanitasi (pengolahan air limbah, pengembangan fasilitas pengolahan sampah, dan prasarana sarana drainase), penanganan sampah serta peningkatan kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat melalui program-program pembangunan sebagai berikut :

1. Program Pembangunan Saluran Drainase/gorong-gorong 2. Program Lingkungan Sehat Perumahan

3. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

4. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan b. Pernyataan misi ke 4: Meningkatkan pertumbuhan dan

pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi unggulan. Pada misi keempat ini Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan berperan dalam membuat perencanaan tata ruang, memberikan arahan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai wadah yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas ekonomi dan pengembangan potensi unggulan wilayah melalui program-program pembangunan sebagai berikut :

1. Program Perencanaan Tata Ruang 2. Program Pemanfaatan Ruang

3. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang

c. Pernyataan misi ke 5: Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar.

(7)

1. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan 2. Program Pengembangan Air Minum

3.3

. Telaahan Renstra Kementerian / Lembaga dan Renstra Provinsi Jawa Timur

3.3.1. Telaahan Renstra Ditjend Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum 3.3.1.1 Visi Ditjend Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

“TERWUJUDNYA PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN YANG LAYAK, PRODUKTIF, BERDAYA SAING DAN

BERKELANJUTAN”.

Adapun makna dari visi tersebut adalah:

- Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan.

- Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman. - Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang

dapat menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.

- Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.

(8)

Misi 1 : Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah.

Misi 2 : Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya.

Misi 3 : Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung.

Misi 4 : Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh / nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

Misi 5 : Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance.

3.3.1.3 Tujuan dan Sasaran

Sebagai penjabaran atas visi Kementerian Pekerjaan Umum, maka tujuan yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan meliputi:

(9)

2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah.

Adapun sasaran berdasarkan 3 (tiga) tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya yang akan dicapai beserta indikator kinerja outcome-nya meliputi:

Tujuan 1 : Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim).

Sasaran :

1. Penyusunan NSPK bidang pengembangan permukiman.

Indikator kinerja outcome:

a. Tersusunnya NSPK nasional bidang pengembangan permukiman sebanyak 5 produk.

b. Terselenggaranya pendampingan penyusunan NSPK daerah bidang pengembangan permukiman di 205 kab/kota.

2. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) di daerah.

Indikator kinerja outcome:

a. Tersusunnya Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) di daerah di 207 kab/kota.

(10)

Indikator kinerja outcome:

a. Tersusunnya Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Perkotaan dan Perdesaan di Kab/Kota yang setara dengan 500 kawasan di 207 Kab/Kota.

4. Pendampingan Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Kawasan Kumuh di perkotaan.

Indikator kinerja outcome:

a. Tersusunnya rencana tindak penanganan kawasan kumuh perkotaan di Kab/Kota di 207 kawasan.

5. Pembinaan kelembagaan (organisasi dan SDM) serta peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan permukiman.

Indikator kinerja outcome :

a. Meningkatnya kemampuan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan permukiman sebanyak 60 produk.

6. Penyusunan NSPK bidang penataan bangunan dan lingkungan.

Indikator kinerja outcome:

a. Termanfaatkannya produk pengaturan bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) sebanyak 37 Paket. 7. Pendampingan penyusunan NSPK bidang penataan bangunan dan

lingkungan oleh Pemda.

Indikator kinerja outcome:

a. Termanfaatkannya NSPK

bidang PBL oleh kab/kota di 226 Kab/Kota.

b. Termanfaatkannya RTBL sebagai basis perencanaan pada kab/kota di 193 Kab/Kota.

(11)

d. Tersusunnya Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH) di 213 Kab/Kota.

e. Tersusunnya Rencana Tindak Pengembangan Kawasan

Permukiman Tradisional dan Bersejarah sebanyak 160 kawasan. 8. Pembinaan Kelembagaan Penataan Bangunan dan Lingkungan

(Sosialisasi dan Diklat).

Indikator kinerja outcome:

a. Meningkatnya kualitas

kabupaten/kota dalam penyelenggaraan bangunan gedung di 33 provinsi.

9. Penyusunan NSPK dalam pengembangan pengelolaan sanitasi lingkungan.

Indikator kinerja outcome:

a. Termanfaatkannya produk pengaturan, NSPK pengelolaan air limbah, oleh Pemda di 25 Kab/Kota.

b. Termanfaatkannya produk pengaturan, NSPK pengelolaan drainase, oleh Pemda di 20 Kab/Kota.

10. Pendampingan penyusunan SSK yang berkaitan dengan pengelolaan sanitasi lingkungan oleh Pemda.

Indikator kinerja outcome:

a. Termanfaatkannya hasil Bantek, Bintek dan pendampingan oleh Pusat kepada Pemda untuk pengelolaan air limbah di 226 Kab/Kota.

b. Termanfaatkannya hasil Bantek, Bimtek dan pendampingan oleh Pusat kepada Pemda untuk pengelolaan drainase di 50 Kab/Kota. 11. Pembinaan Kelembagaan (organisasi, SDM, peran masyarakat)

dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelolaan sanitasi lingkungan.

(12)

a. Meningkatnya kompetensi pengelola sanitasi lingkungan sebanyak 50 paket.

b. Meningkatnya kinerja pelayanan air limbah di 226 Kab/Kota. c. Meningkatnya kinerja pelayanan drainase di 50 Kab/Kota.

12. Penyusunan NSPK dalam pengembangan pengelolaan persampahan.

Indikator kinerja outcome:

a. Termanfaatkannya produk pengaturan, NSPK, oleh Pemda di 30 Kabupaten/Kota.

13. Pendampingan penyusunan SSK yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan.

Indikator kinerja outcome:

a. Termanfaatkannya hasil Bantek, Bimtek dan pendampingan oleh pusat kepada Pemda untuk pengelolaan persampahan di 150 Kab/Kota.

14. Pembinaan Kelembagaan (organisasi, SDM, peran masyarakat) dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelolaan persampahan.

Indikator kinerja outcome:

a. Meningkatnya kompetensi pengelola persampahan sebanyak 15 paket.

b. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan di 150 kegiatan.

c. Meningkatnya kinerja pelayanan persampahan di 15 Kab/Kota. 15. Pengembangan NSPK bidang pengembangan SPAM.

Indikator kinerja outcome:

a. Tersusunnya NSPK Air Minum sebanyak 22 buah.

b. Tersedianya NSPK air minum dalam Peraturan Daerah kabupaten/kota sebanyak 100 Kab/Kota.

(13)

Indikator kinerja outcome:

a. Tersedianya Rencana Induk SPAM kabupaten/kota di 200 Kab/Kota.

17. Peningkatan kapasitas kelembagaan termasuk Sumber Daya Manusia dalam pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).

Indikator kinerja outcome:

a. Adanya dukungan penuh stakeholder di Kab/Kota dalam pengembangan SPAM di 100 Kab/Kota.

b. Meningkatnya PDAM yang sehat sebanyak 185 PDAM.

c. Termanfaatkannya pengelola air minum PDAM yang mendapatkan manfaat pembinaan sebanyak 225 non-PDAM.

d. Meningkatnya kinerja pelayanan air minum di 299 Kabupaten/Kota.

18. Pembinaan dan pendampingan dalam rangka pembiayaan.

Indikator kinerja outcome:

a. Tersedianya pra studi kelayakan KPS di 23 PDAM Kota.

b. Terfasilitasinya PDAM yang melakukan investasi dari pinjaman Bank di 107 PDAM.

c. Tersedianya alternatif pembiayaan untuk pengembangan SPAM sebanyak 9 laporan.

19. Adaptasi perubahan iklim. Indikator kinerja outcome:

a. Terlaksananya kampanye hemat air dan perlindungan sumber air baku air minum di perdesaan dan perkotaan di 32 provinsi.

b. Ketersediaan air baku air minum alternatif di 8 lokasi. 20. Pelayanan manajemen Bidang Permukiman.

(14)

a. Terselenggaranya pelaksanaan administrasi penggajian dan perkantoran sebanyak 9.500 pegawai.

b. Terselenggaranya administrasi dan pengelolaan pegawai sebanyak 65 paket.

c. Meningkatnya kemampuan dan kehandalan SDM dalam pengelolaan administrasi keuangan dan akuntansi sebanyak 40 paket.

d. Terselenggaranya pembinaan hukum dan tersedianya perangkat penataan hukum sebanyak 45 paket.

e. Terselenggaranya pembinaan serta penyediaan prasarana dan sarana perlengkapan sebanyak 45 paket.

f. Terselenggaranya pembinaan dan pelaksanaan habitat sebanyak 5 paket.

g. Tersedianya sarana dan prasarana kantor yang baik dan layak sebanyak 25 paket.

21. Penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri dan pola investasi, data informasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman.

Indikator kinerja outcome:

a. Tersusunnya kebijakan dan strategi bidang permukiman sebanyak 30 paket.

b. Tersusunnya program dan anggaran bidang permukiman sebanyak 35 paket.

c. Tersusunnya kerjasama luar negeri dan investasi bidang permukiman sebanyak 40 paket.

d. Tersusunnya evaluasi dan kinerja bidang permukiman sebanyak 45 paket.

(15)

Tujuan 2 : Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur bidang Cipta Karya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sasaran :

1. Penataan kawasan permukiman

kumuh di perkotaan.

Indikator kinerja outcome:

a. Berkurangnya kawasan-kawasan kumuh di perkotaan setara 414 Ha sebanyak 207 kawasan.

b. Tersedianya hunian vertikal di kawasan-kawasan kumuh berat di perkotaan sebanyak 26.700 unit.

2. Pembangunan infrastruktur

kawasan-kawasan permukiman baru.

Indikator kinerja outcome:

a. Terwujudnya kawasan-kawasan permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sebanyak 240 kawasan.

3. Penataan tertib pembangunan dan

keselamatan bangunan dan lingkungan.

Indikator kinerja outcome:

a. Terpeliharanya gedung

negara yang bersejarah di 65 Kab/Kota.

b. Meningkatnya jumlah

Kab/Kota yang mendapat manfaat pengembangan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran sebanyak 111 Kab/Kota.

c. Meningkatnya jumlah

bangunan gedung yang memenuhi persyaratan kelengkapan aksesibilitas pada bangunan gedung di 128 Kab/Kota.

4. Penataan bangunan pada kawasan

(16)

Indikator kinerja outcome:

a. Meningkatnya jumlah kawasan yang meningkat kualitasnya seluas yang setara dengan 7.380 Ha sebanyak 152 kawasan.

b. Meningkatnya kualitas ruang terbuka hijau pada lingkungan permukiman yang setara dengan 369 Ha sebanyak 207 kawasan. c. Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman tradisional dan

bersejarah yang setara dengan 442 Ha sebanyak 160 kawasan.

5. Pengembangan Pusat Informasi

Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B) yang memenuhi standar bangunan gedung.

Indikator kinerja outcome:

a. Termanfaatkannya PIP2B untuk melayani masyarakat sebanyak 33 provinsi.

6. Pemberdayaan masyarakat mandiri

dan sejahtera.

Indikator kinerja outcome:

a. Termanfaatkannya kelurahan/desa dalam pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM-P2KP sebanyak 21.984 kelurahan/desa.

7. Peningkatan pelayanan

infrastruktur air limbah.

Indikator kinerja outcome:

a. Terlayaninya kawasan untuk infrastruktur air limbah dengan sistem off-site di 11 kawasan.

b. Terlayaninya kawasan untuk infrastruktur air limbah dengan sistem on-site sebanyak 210 kawasan.

8. Peningkatan pelayanan

infrastruktur drainase.

Indikator kinerja outcome:

(17)

9. Peningkatan pelayanan infrastruktur persampahan.

Indikator kinerja outcome:

a. Terlayaninya kawasan untuk infrastruktur persampahan sebanyak 210 kawasan.

10. Peningkatan pelayanan air minum

terhadap Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Perkotaan.

Indikator kinerja outcome:

a. Terfasilitasinya kawasan yang terlayani air minum perpipaan di perkotaan 577 kawasan.

b. Terfasilitasinya kapasitas produksi air minum terpasang 820 Ibukota Kecamatan (IKK) (8.200 liter/detik).

11. Peningkatan pelayanan air minum

terhadap MBR Perdesaan. Indikator kinerja outcome:

a. Terfasilitasinya desa yang terlayani air minum perpipaan di perdesaan 4.650 desa.

b. Terfasilitasinya kawasan dalam kapasitas produksi air minum terpasang di 100 kawasan (960 liter/detik) untuk kawasan pemekaran, pulau terluar, perbatasan, terpencil, KAPET.

c. Terfasilitasinya kawasan dalam kapasitas produksi air minum terpasang di 53 kawasan (310 liter/detik) untuk pelabuhan perikanan.

Tujuan 3 : Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah.

Sasaran :

1. Penanganan kawasan permukiman

di kawasan rawan bencana (Sumatera Barat, dll).

(18)

a. Tertanganinya kawasan-kawasan permukiman pasca bencana (Sumatera Barat, dll) sebanyak 15 kawasan.

2. Pengembangan kawasan-kawasan

potensial di perdesaan. Indikator kinerja outcome:

a. Tertanganinya kawasan-kawasan pusat pertumbuhan di perdesaan termasuk agropolitan setara dengan 600 Ha sebanyak 205 kawasan.

b. Terbangunnya infrastuktur sosial ekonomi wilayah di 185 kawasan.

3. Penataan kawasan di daerah

tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau kecil terluar. Indikator kinerja outcome:

a. Meningkatnya kualitas lingkungan hunian untuk masyarakat yang tinggal di P. Kecil, Desa Tertinggal dan terpencil di 8.803 Desa. b. Meningkatnya kualitas lingkungan hunian untuk masyarakat yang

tinggal di kawasan perbatasan dan pulau kecil terluar yang setara dengan 500 Ha sebanyak 102 kawasan.

4. Penyediaan Prasarana dan sarana

air minum, air limbah, persampahan dan drainase pada Lokasi Pasca Bencana/Konflik Sosial.

Indikator kinerja outcome:

a. Tersedianya Penyediaan Prasarana dan sarana Persampahan dan Drainase pada Lokasi Pasca Bencana/Konflik Sosial sebanyak 31 paket.

b. Tersedianya Penyediaan Prasarana Air Minum dan Air Limbah pada Lokasi Pasca Bencana/Konflik Sosial sebanyak 65 paket.

c. Terpenuhinya Cadangan Mendesak Bidang Perkim pada Lokasi Pasca Bencana/Konflik Sosial sebanyak 33 paket.

(19)

Rincian program dan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya yang akan dilaksanakan pada periode tahun 2010-2014 beserta target capaian yang ditetapkan dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan nama program yang akan mewadahinya adalah sebagai berikut: PROGRAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN dengan indikator kinerja outcome-nya : meningkatnya jumlah kabupaten kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman serta jumlah kawasan yang mendapat akses pelayanan infrastruktur bidang permukiman yang berkelanjutan, yang diukur dari:

1. Jumlah Kabupaten/Kota yang

menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek permukiman.

2. Jumlah Kabupaten/Kota yang

menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek bangunan gedung dan lingkungan.

3. Jumlah Kab/Kota yang

menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasikan bantek pengelolaan air limbah dan drainase.

4. Jumlah Kab/Kota yang

menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasikan bantek pengelolaan persampahan.

5. Jumlah Kab/Kota yang

menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasikan bantek air minum.

6. Penyusunan Kebijakan, Program

(20)

7. Dukungan Manajemen Direktorat Jenderal Cipta Karya.

8. Jumlah kawasan yang tertangani

infrastruktur permukiman.

9. Jumlah kawasan yang terlayani

penataan bangunan gedung dan lingkungannya.

10. Jumlah kawasan yang mendapat

akses prasarana dan sarana air limbah.

11. Jumlah kawasan yang terangani

pelayanan drainase.

12. Jumlah kawasan yang tertangani

sistem persampahan.

13. Jumlah kawasan yang mendapat

pelayanan air minum kepada penduduk kota/kabupaten.

14. Pelayanan Manajemen Bidang

Permukiman.

Sedangkan kegiatan yang ada berjumlah 7 buah dengan dilengkapi indikator output. Penjelasannya sebagai berikut :

1. Pengaturan, Pembinaan,

Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Permukiman dengan outcome-nya: meningkatnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan dan standarisasi teknis di bidang pengembangan permukiman dan meningkatnya jumlah kawasan yang mendapat akses pelayanan infrastruktur bidang permukiman.

2. Pengaturan, Pembinaan dan

Pengawasan Dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan Termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara, serta Penyelenggaraan

Pembangunan Bangunan Gedung dan Penataan

(21)

pembinaan dan pengawasan, kualitas hasil pembangunan dan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan.

3. Pengaturan, Pembinaan,

Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi dan Persampahan, dengan outcome-nya: meningkatnya pelayanan perumusan kebijakan, perencanaan teknis, pembinaan, dan standarisasi teknis dan pengelolaan pengembangan infrastruktur bidang sanitasi dan persampahan.

4. Pengaturan, Pembinaan,

Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan outcome-nya: meningkatnya pelayanan perumusan kebijakan, perencanaan teknis, pembinaan, standarisasi teknis dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum minum.

5. Pelayanan Manajemen Bidang

Permukiman dengan output-nya: terselenggaranya dukungan manajemen dan kawasan yang mendapat penyediaan prasarana dan sarana air minum, air limbah, persampahan dan drainase pada lokasi pasca bencana/konflik social.

6. Penyusunan Kebijakan, Program

dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman dengan outcome-nya: Jumlah penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data informasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman.

7. Dukungan Pengaturan,

(22)

dan Sanitasi dengan outcome-nya: Jumlah PDAM yang meningkat kinerja pelayanannya

3.3.1.5 Target Kinerja

Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menggambarkan hasil-hasil utama dari unit-unit kerja Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi:

1. Jumlah Kabupaten/Kota yang

menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek permukiman, bangunan gedung dan lingkungan, pengelolaan air limbah dan drainase, pengelolaan persampahan dan air minum.

2. Jumlah Kebijakan, Program dan

Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.

3. Jumlah kawasan yang tertangani

infrastruktur permukiman, terlayani penataan bangunan gedung dan lingkungannya mendapat akses prasarana dan sarana air limbah, tertangani pelayanan drainasenya, tertangani sistem persampahannya, serta mendapatkan pelayanan air minumnya.

4. Jumlah penyelenggara air minum

yang mampu meningkatkan kinerja pelayanannya.

3.3.1.6 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Penataan Ruang dan Perumahan & Permukiman

(23)
(24)
(25)

3.3.1.7 Millenium Development Goals (MDGs) dan National Action Plan (NAP) Bidang Air Bersih, Sampah dan Sanitasi

Millenium Development Goals (MDGs) adalah suatu hasil kesepakatan dalam Sidang Umum PBB tahun 2000 dan The World Summit on Suistainable Development (KTT Bumi) tahun 2002 di Johanessburg yang menetapkan tahun 2015 sebagai horizon tercapainya MDG. Salah satu butir MDG adalah “ To reduce by halve the proportion of people without sustainable acces to safe drinking water and safe sanitation”.

(26)

pelayanan sebesar 50% dari jumlah pendiduduk yang belum terlayani (air bersih dan sanitasi)

Untuk mencapai tingkat pelayanan tersebut disusun upaya peningkatan dalam bentuk National Action Plan beserta rincian programnya khusus untuk komponen sektor air bersih, sampah dan sanitasi.

a.Berdasarkan NAP (National Action Plan) untuk bidang Air Minum dengan eksisting pelayanan tahun 2000 adalah 39% penduduk perkotaan dan 8 % penduduk perdesaan,telah ditetapkan Sasaran capaian pelayanan pada Tahun 2015, 60% (104 juta jiwa) penduduk perkotaan, dan 40% (46 juta jiwa) penduduk perdesaan

b.Sedangkan untuk bidang Sanitasi telah ditetapkan Akses Sanitasi Nasional untuk perkotaan 89,35% dan untuk perdesaan 62,94 %.

c.Untuk bidang Sampah, berdasarkan kondisi eksisting Nasional 41%, telah ditetapkan Sasaran Pencapaian Pelayanan Tahun 2015 sebesar 80% di perkotaan dan perdesaan.

3.3.2 Telaahan Renstra Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur

3.3.2.1 Visi Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT SEJAHTERA MELALUI PEMBANGUNAN BIDANG KECIPTAKARYAAN YANG BERKEMBANG DAN BERKELANJUTAN, DENGAN DUKUNGAN KONSISTENSI PENATAAN RUANG YANG DINAMIS ”

3.3.2.2 Misi Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur 1. Menyusun acuan pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya dan

(27)

2. Memberikan arah pemanfaatan ruang yang mantap melalui penyusunan perencanaan dan pengendalian tata ruang yang lengkap dengan dilandasi legalitas hukum.

3. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan sarana pelayanan air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman bagi masyarakat di perkotaan dan perdesaan serta lintas Kabupaten/Kota.

4. Mewujudkan lingkungan permukiman yang layak huni dan mendorong masyarakat untuk mampu memenuhi kebutuhan perumahan yang sehat, aman, teratur secara berkelanjutan di perkotaan dan perdesaan serta lintas Kabupaten/Kota.

5. Melaksanakan bantuan teknis, pengelolaan, penataan bangunan dan gedung negara serta mendorong peran serta masyarakat dan usaha jasa konstruksi pada pembangunan yang berkelanjutan.

6. Melaksanakan penelitian dan pengujian bahan dan material serta sosialisasi dan penyebaran informasi tentang standard teknik bangunan dan perumahan

7. Melaksanakan urusan administrasi dan rumah tangga kantor, tata usaha dan pembinaan kepegawaian, pelayanan informasi serta tata laksana organisasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.3.2.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran merupakan penjabaran Visi dan Misi Dinas Permukiman yang spesifik dan terukur dalam pembangunan jangka menengah bidang permukiman. Berdasarkan ruang lingkup serta mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Timur 2010-2014, maka tujuan pembangunan bidang keciptakaryaan dan penataan ruang secara garis besar terkait pada 3 prioritas pembangunan, yaitu:

1. Penanggulangan Kemiskinan

(28)

 Memenuhi hak dasar masyarakat miskin atas perumahan, air

bersih dan sanitasi

 Meningkatkan pengembangan infrastruktur perdesaan

 Memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin di daerah tertinggal

dan terisolir

Sasaran :

 Terciptanya peningkatkan akses masyarakat miskin untuk

terhadap perumahan, air bersih dan sanitasi yang layak dan sehat di 38 Kab./Kota

 Terciptanya peningkatkan pembangunan dan pengembangan

infrastruktur perdesaan untuk menunjang terciptanya keterkaitan kawasan perdesaan dan perkotaan di 38 Kab./Kota

 Terbukanya kesempatan masyarakat miskin pada daerah dan

terisolir untuk dapat memenuhi hak-hak dasarnya melalui pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan ekonomi lokal di 38 Kab./Kota

 Terbukanya kesempatan masyarakat miskin perkotaan untuk dapat

memenuhi hak-hak dasarnya dalam hal mendapatkan keadilan pemanfaatan ruang, permukiman yang layak serta ketersediaan air bersih dan sanitasi yang memadai di 38 Kab./Kota

2. Pembangunan, Pemeliharaan dan Perbaikan Infrastruktur

Tujuan :

 Meningkatkan efektifitas pengembangan perumahan dan

pemberdayaan komunitas perumahan

 Meningkatkan efektifitas pengembangan kinerja pembangunan air

minum dan pengelolaan sanitasi

 Meningkatkan ektifitas pengembangan kinerja persampahan dan

(29)

 Meningkatkan efektifitas pengendalian pembangunan kota-kota

besar dan metropolitan

Sasaran :

 Sasaran Pengembangan Perumahan dan Pemberdayaan

Komunitas Perumahan

 Menurunnya jumlah backlog rumah dari 293 ribu unit (10,5%)

menjadi sekitar 186 ribu unit (5,5%) di perkotaan, dan dari 226 ribu unit (4,9%) menjadi 100 ribu (2%) di perdesaan

 Menurunnya luasan kawasan kumuh menjadi 50% dari kondisi

saat ini

 Terciptanya kemandirian masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan perumahan yang layak huni secara swadaya

 Terealisasinya pola subsidi perumahan yang tepat sasaran

 Terealisasinya kredit mikro bagi MBR untuk perbaikan dan

pembangunan rumah baru

 Sasaran Peningkatan Efektivitas Kinerja Pembangunan Air Minum

dan Pengelolaan Sanitasi

 Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih di perkotaan dari

42,6% menjadi sebesar 69,5%, dan di perdesaan dari 46,5 % menjadi sebesar 73,5%

 Menurunnya tingkat kebocoran air menjadi 20%

 Meningkatnya jumlah IPAL/IPLT yang dapat dimanfaatkan

40%

 Meningkatnya cakupan pelayanan Air Limbah di perkotaan dari

76,5% menjadi sebesar 87,7%, dan di perdesaan dari 47,4 % menjadi sebesar 73,7%

 Meningkatnya kinerja lembaga pengelola air minum (PDAM &

(30)

 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan

pengelolaan air minum dan air limbah

 Meningkatnya koordinasi dan kerjasama antar sektor dan antar

wilayah dalam pembangunan air minum dan air limbah

 Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat

guna dalam pembangunan air bersih dan air limbah

 Sasaran Peningkatan Efektivitas Kinerja Pengelolaan Drainase

dan Sampah

 Meningkatnya cakupan pelayanan persampahan diperkotaan

dari 52 % menjadi sebesar kurang lebih 73,8%

 Meningkatnya kinerja pengangkutan dan pengelolaan TPA

sampah

 Meningkatnya fungsi saluran drainase sebagai pematus air

hujan hingga dari 11 % menjadi 50 %

 Menurunnya luasan genangan dan kawasan banjir hingga 75 %

dari kondisi saat ini

 Meningkatnya kinerja lembaga pengelola persampahan dan

drainase

 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan

pengelolaan persampahan dan drainase

 Meningkatnya koordinasi dan kerjasama antar sektor dan antar

wilayah dalam pembangunan persampahan dan drainase

 Meningkatnya pangembangan dan pemanfaatan teknologi tepat

guna dalam pembangunan persampahan dan drainase 3. Penataan Ruang

Tujuan :

 Meningkatkan efektifitas perencanaan tata ruang

 Meningkatkan efektifitas pengendalian pemanfaatan ruang

(31)

 Terwujudnya kegiatan fasilitasi dan penyusunan rencana tata

ruang wilayah di 38 Kabupaten/Kota

 Tercapainya perencanaan detail kawasan di 38 Kabupaten/Kota

 Tercapainya optimalisasi peran RTRW Provinsi Jawa Timur

sebagai rujukan koordinasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah di 38 Kabupaten/Kota

 Terpenuhinya perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar di

kawasan strategis dan cepat tumbuh di 31 lokasi wilayah kegiatan

 Terpenuhinya perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar di

kawasan perdesaan dan perkotaan di 22 lokasi sistem jaringan wilayah perdesaan Kab/Kota

 Terpenuhinya perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar di

kawasan perbatasan di 5 Kawasan

 Terpenuhinya pemenuhan ruang terbuka hijau publik di 21 wilayah

kota besar dan metropolitan

 Terpenuhinya sinkronisasi program dan anggaran propinsi di 38

Kabupaten/Kota

 Tercapainya fasilitasi dan koordinasi antar penataan ruang

Kabupaten/Kota

 Tercapainya pemanfaatan kawasan strategis provinsi

 Tercapainya pemanfaatan detail kawasan/wilayah tiap Kecamatan

di Jawa Timur

 Tercapainya pemanfaatan SPM di bidang penataan ruang di

seluruh wilayah Kab/Kota di Provinsi Jawa Timur

 Tercapainya sinkronisasi program sektoral dalam perwujudan

struktur dan pola ruang wilayah provinsi dan kawasan strategis propinsi di seluruh wilayah

 Tercapainya optimalisasi kelembagaan penataan ruang di seluruh

(32)

 Tercapainya fungsi pengendalian kebijakan insentif-desinsentif tata

ruang di 38 Kab/Kota

 Terpenuhinya perizinan pemanfaatan ruang di 38 Kab/Kota

 Terpenuhinya penyelesaian perselisihan dan/atau pengenaan

sanki permasalahan tata ruang di 38 Kab/Kota

 Terpenuhinya fasilitasi kerjasama tata ruang lintas kab/kota di 38

Lokasi

 Terpenuhinya pelayanan pengaduan pelanggaran tata ruang di 38

Kab/Kota

 Tersusunnya Rencana Detail Tata Ruang masing-masing

Kecamatan dan Kawasan Strategis Propinsi/Kabupaten/Kota

 Terselesaikannya produk rencana tata ruang wilayah wilayah di 38

Kabupaten/Kota

 Fasilitasi percepatan tata ruang wilayah di 38 Kabupaten/Kota

3.3.2.4 Program Prioritas

1. Penanggulangan Kemiskinan

a. Program Pemenuhan hak atas perumahan

b. Program Pemenuhan Hak atas Air Bersih & Sanitasi c. Program Percepatan Pembangunan Pedesaan

d. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Miskin Perkotaan

e. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Daerah Tertinggal

(33)

a. Program Pengembangan Perumahan dan Pemberdayaan Komunitas Perumahan

b. Program Pengembangan Kinerja Pembangunan Air Minum dan Pengelolaan Sanitasi

c. Program Pengembangan Kinerja Pembangunan dan Pengelolaan Drainase dan Sampah

d. Program Pengendalian Pembangunan Kota-kota Besar dan Metropolitan

3. Penataan Ruang

a. Program Perencanaan Tata Ruang b. Program Pemanfaatan Ruang

c. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang

3.4

. Telaahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan

Sebelum disusunnya strategi pengembangan Pacitan, perlu adanya suatu konsep skenario pengembangan wilayah Pacitan. Skenario ini disusun berdasarkan pertimbangan terhadap isu permasalahan serta potensi dan prospek pengembangan di wilayah Kabupaten Pacitan baik dari aspek fisik, sumber daya alam (SDA), ekonomi dan sistem prasarana wilayah. Pertimbangan yang lain yaitu terhadap tujuan-tujuan kebijakan makro dan mikro Wilayah Kabupaten Pacitan.

Berdasarkan hal-hal terbut, maka pengembangan kegiatan/ekonomi di Kabupaten Pacitan yang menjadi dasar perumusan struktur ruang harus mempertimbangkan:

(34)

2. Pengembangan lahan di wilayah Utara dan Barat hendaknya dikendalikan secara ketat karena terkait dengan fungsi sebagai kawasan perlindungan bagi wilayah bawahnya;

3. Kondisi lahan di wilayah Tengah yang rawan longsor, menyebabkan wilayah ini relatif kurang berkembang, sehingga interaksi antara wilayah Utara dan Selatan relatif rendah.

4. Wilayah Kars Pacitan Barat yang terletak di wilayah Selatan – Barat merupakan kawasan Kars kelas 1, sehingga di wilayah ini tidak boleh dilakukan kegiatan pertambangan;

5. Kegiatan ekonomi diarahkan pada pemberdayaan ekonomi lokal dengan sektor pariwisata sebagai sektor penggerak di hilir yang pada akhirnya akan menarik sektor-sektor primer untuk berkembang (mis: perikanan laut, lobster, melinjo, janggelan, jeruk , batu aji, keramik dan gerabah);

6. Pelayanan fasilitas dan prasarana perkotaan hendaknya dilakukan dengan sistem banyak pusat, meskipun dengan skala yang lebih rendah; dan 7. Prioritas pengembangan ditekankan pada wilayah Selatan dengan

penekanan fungsi Utama sebagai pariwisata pantai dan gua.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka skenario pengembangan wilayah Kabupaten Pacitan adalah: wilayah berkembang sesuai kecenderungan perkembangan wilayah saat ini. Struktur perwilayahan dilakukan dengan dengan asumsi sebagai berikut:

1. Pembagian Wilayah Pembangunan lebih berorientasi pada pembagian wilayah administrasi;

2. Setiap wilayah Pembangunan terdiri dari dari empat wilayah administrasi Kecamatan;

(35)

Berdasarkan skenario tersebut, kondisi yang diharapkan di masa datang, yaitu:

 Perkembangan leading sektor (dalam hal ini sektor pariwisata) yang

diharapkan mampu menjadi sektor penggerak sektor-sektor lainnya, khususnya sektor pertanian (dalam arti luas) sebagai SDA yang dominan, berkembang sesuai peluang pasar dan peningkatan kualitas produk, penambahan nilai produk pada proses pengolahan.

 Besarnya perkembangan melalui proses peningkatan sarana prasarana

dasar secara bertahap terseleksi sesuai dengan daya tenaga serta dana yang tersedia.

 Diperlukan prioritas kawasan andalan dengan sektor/subsektor yang

diunggulkan untuk memperoleh hubungan pengaruh perkembangan kumulatif/multiplier effect yang tinggi.

 Harapan perkembangan tercapai melalui akselerasi pembangunan

bertahap, berjalan dalam jangka menengah atau jangka panjang karena sektor yang satu menunggu hasil pembangunan sektor lain terlebih dahulu, sehingga perkembangan ekonomi wilayah berjalan relatif lambat dan lama.

Untuk memenuhi skenario tersebut, maka dilakukan penetapan strategi bagi tiap-tiap sektor. Penetapan serta penyusunan Strategi Perwilayahan Pembangunan Kabupaten Pacitan dilakukan berdasarkan skenario pengembangan wilayah Pacitan. Visi, misi, tujuan dan strategi disusun dengan mempertimbangkan isu permasalahan serta potensi dan prospek pengembangan di wilayah Kabupaten Pacitan baik dari aspek fisik, sumber daya alam (SDA) ekonomi serta tujuan internal Pengembangan Wilayah Kabupaten Pacitan.

Strategi yang akan dikembangkan dalam upaya penataan ruang Kabupaten Pacitan sebagaimana yang tercantum dalam RTRW Provinsi Jawa Timur, adalah :

(36)

2. Strategi struktur ruang wilayah Kabupaten Pacitan; 3. Strategi pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan; 4. Strategi pengelolaan kawasan lindung dan budidaya; 5. Strategi penataan kawasan pedesaan dan perkotaan 6. Strategi penataan sistem prasarana wilayah;

7. Strategi penataan kawasan strategis; 8. Strategi penataan wilayah pesisir; dan

9. Strategi penataan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara.

Sehubungan dengan strategi penataan ruang Jawa Timur pada Kabupaten Pacitan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan, sebagai berikut:

 Dalam mengembangkan wilayah dan penataan sarana prsarana dasar

permukiman harus mengacu pada struktur dan pola ruang.

 Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh diprioritas pada Pusat

Kegiatan Lokal dan Pusat Kegiatan Wilayah, Kawasan Agropolitan, Kawasan Pesisir/Minapolitan, Desa Potensial dan Wilayah Perbatasan.

3.4.1. Tujuan dan Sasaran Rencana Tata Ruang Wilayah

Tujuan dan sasaran penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten Pacitan adalah :

 Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi terutama

pariwisata, pertanian dan kelautan sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Pacitan.

 Mewujudkan perlindungan terhadap wilayah yang termasuk kedalam

golongan kawasan lindung.

 Mewujudkan rencana pembangunan yang komprehensif guna

mendukung fungsi Kabupaten Pacitan sebagai pusat kegiatan wilayah.

 Mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

(37)

3.4.2.1 Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pacitan

1. Rencana sistem perkotaan

Wilayah Kabupaten Pacitan terdiri dari 12 Kecamatan. Jenis kegiatan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan, seperti fasilitas perbelanjaan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, serta fasilitas rekreasi dan olah raga. Untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.

Adapun hirarki kawasan perkotaan dan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut :

 Kawasan perkotaan Pacitan dengan hirarki K-1 berfungsi sebagai

pusat kegiatan wilayah (PKW II/C/2).

 Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal

(PKL) dengan hirarki K-2 meliputi : Ibukota Kecamatan Punung, Ngadirojo dan Bandar.

 Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan

kawasan (PKL) dengan hirarki K-3 meliputi : Ibukota Kecamatan Donorojo, Pringkuku, Kebonagung, Arjosari, Tegalombo, Nawangan, Tulakan dan Sudimoro.

2. Rencana sistem perdesaan

Pembangunan kawasan perdesaan dititik beratkan pada pembangunan pertanian. Pusat pelayanan lingkungan permukiman perdesaan, dengan jangkau pelayanan lokal dialokasikan tersebar merata di pusat-pusat kelurahan, yang mempunyai jumlah penduduk memadai dan di seluruh pusat-pusat lingkungan permukiman. Adapun kegiatan yang diperlukan di dalan kehidupan pertanian di kawasan perdesaan antara lain :

 Pertanian (bercocok tanam), perikanan, perternakan, dan

kehutanan.

(38)

 Penyaluran hasil-hasil pertanian untuk menunjang kegiatan

pariwisata pantai dan agrowisata.

3.4.2.2 Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan 1. Rencana Pelestarian Kawasan Lindung

Dengan mengacu pada keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengolahan Kawasan Lindung dan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka kawasan lindung yang akan dimantapkan di wilayah Kabupaten Pacitan yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan hutan lindung/hutan rakyat dan kawasan karst 1 yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan resapan; kawasan perlindungan setempat yang terdiri atas sempada pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar SUTT; kawasan suaka alam laut serta kawasan rawan bencana alam, yang terdiri atas kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah, kawasan rawan banjir, kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami.

2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung

(39)

akan mendapatkan perlindungan dan perlakuan khusus, sehingga tujuan pembangunan yang berkelanjutan dapat tercapai.

3. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya keberadaannya sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat setempat dan ekonomi wilayah Kabupaten Pacitan. Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya yang mencakup perwilayahan Kabupaten Pacitan terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya.

4. Rencana Pengelolaan Kawasan Budidaya

Kegiatan budidaya yang direncanakan akan berkembang di Kabupaten Pacitan terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi, pertanian, perikanan, pertambangan, industry, pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan ruang terbuka hijau dan kawasan peruntukan lainnya. 5. Rencana Pengembangan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil

(40)

peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan darat dan laut kea rah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai. Menurut kriteria tersebut maka, secara administrative Kabupaten Pacitan memiliki 7 kecamatan pesisir yaitu kecamatam Donorojo, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, Sudimoro dan 26 desa pesisir.

Adapun pembagian kewenangan kea rah laut adalah :

 0-4 mil laut : kewenangan Pemerintah Kabupaten Pacitan

 4-12 mil laut : kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur

 12-200 mil laut : kewenangan Pemerintah Pusat

3.4.3. Indikasi Pogram Pemanfaatan Tata Ruang Jangka Menengah 3.4.3.1 Perwujudan struktur ruang

Perwujudan pembangunan berdasarkan konsep tata ruang Wilayah Kabupaten Pacitan sedapat mungkin diterapkan dengan meminimalkan inkonsistensi, perbedaan interpretasi berdasarkan kepentingan sektoral, penyimpangan, sikap kurang konsisten, dan lemahnya penegakan hukum.

Rencana struktur ruang dapat diwujudkan dengan adanya pembangunan sarana prasarana yang memadai dan terstruktur termasuk didalamnya dengan penentuan prioritas pembangunan. Berikut langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mewujudkan struktur ruang di Kabupaten Pacitan berdasarkan prioritas pembangunan kecamatan-kecamatan :

 Kecamatan Pacitan secara umum merupakan kecamatan yang

(41)

 Kecamatan-kecamatan yang telah ditetapkan menjadi kawasan

strategis mendapatkan prioritas utama dalam pelaksanaan rencana, karena selain dapat menunjang pembentukan struktur ruang, juga dapat menjadi sector yang menggerakkan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pacitan.

 Kecamatan Bandar, Ngadirojo, Punung secara umum memiliki

prioritas kedua setelah Kecamatan Pacitan dalam pembangunan sarana dan prasarana, mengingat ketiga kecamatan tersebut merupakan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

 Kecamatan-kecamatan selain kecamatan-kecamatan yang telah

disebutkan sebelumnya secara umum mendapatkan prioritas ketiga di dalam rencana pembangunan Kabupaten Pacitan mengingat kecamatan tersebut berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).

Adapun struktur ruang akan diwujudkan melalui program utama sebagai berikut :

a. Urusan Penataan Ruang, dituangkan dalam program :

 Perencanaan Tata Ruang

 Pemanfaatan Ruang

 Pengendalian Pemanfaatan Ruang

b. Urusan Pekerjaan Umum, dituangkan dalam program :

 Peningkatan Lingkungan Perumahan dan Permukiman

 Peningkatan Lingkungan Pasar

 Peningkatan Lingkungan Terminal

 Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah

 Pembangunan Jalan dan Jembatan

 Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

c. Urusan Lingkungan Hidup, dituangkan dalam program :

(42)

 Pengelolaan Persampahan

d. Urusan Perencanaan Pembangunan, dituangkan dalam program :

 Pengembangan Wilayah Perbatasan

3.4.3.2 Perwujudan pola ruang

Pola ruang akan diwujudkan melalui program utama sebagai berikut : Urusan Pengelolaan Sumber Daya Alam, dituangkan dalam program :

 Perlindungan dan konservasi sumber daya alam

 Rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam

3.5

. Penentuan Isu-Isu Strategis

1. Pelayanan publik

Pelayanan publik oleh aparatur negara dewasa ini telah menjadi isu strategis, karena tingkat kualitas kinerja pelayanan publik akan menentukan baik buruknya pelayanan kepada masyarakat dan pada gilirannya akan menentukan citra dari aparatur negara itu sendiri.

Peningkatan kualitas pelayanan publik diharapkan akan memperbaiki citra pemerintahan di mata masyarakat, karena dengan kualitas pelayanan publik yang semakin baik, kepuasan dan kepercayaan masyarakat akan dapat diwujudkan.

Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik perlu dilakukan melalui pembenahan berbagai aspek, antara lain kelembagaan, kepegawaian, tatalaksana, akuntabilitas dan pengawasan guna menghasilkan pelayanan publik yang prima yaitu pelayanan yang cepat, tepat, murah, aman, berkeadilan dan akuntabel.

2. Sarana pemerintahan daerah

(43)

terhadap tingkat pergerakan lalu lintas kota Pacitan yang semakin padat. Sehubungan dengan hal tersebut telah diprogramkan pembangunan gedung kantor Pemda di Jalan Jaksa Agung Suprapto 8 Pacitan yang direncanakan sebagai pusat pelayanan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kondisi gedung kantor dalam kondisi rusak dan tidak layak sebesar 73,47 %, mempengaruhi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dalam memberikan pelayanan. Bangunan gedung negara mempunyai nilai strategis sebagai tempat berlangsungnya proses penyelenggaraan negara/pemerintahan perlu diatur dan dikelola agar fungsional, andal, efektif, efisien, dan diselenggarakan secara tertib.

3. Pelayanan air bersih

Masih adanya penduduk yang kesulitan dalam pemenuhan air bersih terutama di musim kemarau bagi daerah yang tidak mempunyai potensi sumber air. Berdasarkan standar pelayanan minimal kebutuhan penduduk terhadap air bersih adalah 60 ltr/orang/hari. Pada tahun 2010 penduduk/rumah tangga pengguna air bersih baru mencapai 65,23 % dan sesuai dengan MDGs kecukupan penduduk di masing-masing kabupaten minimal harus mencapai 68,87 % di tahun 2015.

4. Banjir kota Pacitan

Sering terjadinya banjir kota Pacitan dikarenakan faktor topografis dan sistem drainase yang kurang baik. Hal ini sangat mengganggu kenyamanan dan keamanan warga. Sehubungan dengan hal tersebut perlunya penanganan untuk mengurangi frekwensi banjir kota yang terjadi tidak lebih dari 2 kali/tahun.

5. Rumah tidak layak huni

Di Kabupaten Pacitan masih terdapat sekitar 15.868 rumah (11,88 %) tidak layak huni yang merupakan salah satu indikator kemiskinan perlu segera mendapatkan penanganan. Kondisi lantai dari tanah merupakan faktor dominan yang mempengaruhi terhadap kesehatan keluarga.

(44)

Kondisi jalan lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang belum diperkeras, mengakibatkan becek di musim penghujan dan berdebu di musim kemarau sehingga mengganggu aktivitas penduduk dalam pemenuhan ekonomi, dan interaksi sosial kemasyarakatan.

7. Sanitasi lingkungan

Masih rendahnya rumah tangga bersanitasi antara lain dipengaruhi oleh kurangnya penyediaan air bersih dan kondisi lingkungan yang masih memungkinkan pembuangan air limbah di lahan pekarangannya masing-masing, terutama di perdesaan. Hal ini mempengaruhi terhadap derajat kesehatan masyarakat;

8. Penataan ruang

Belum lengkapnya dokumen penataan ruang sebagai acuan pelaksanaan pembangunan, dan masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap regulasi penataan ruang;

9. Pengelolaan sampah

(45)

proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri.

10. Pengelolaan ruang terbuka hijau/pertamanan

Pembangunan, penataan dan pemeliharaan pertamanan, jalur hijau, tata hias kota sebagai bagian dari ruang terbuka hijau kota perlu dilakukan lebih optimal untuk menciptakan lingkungan kota yang teratur, bersih, indah, teduh, dan sehat

11. Pelayanan PJU

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahunan Kejaksaan Tinggi dibuat oleh Kepala Kejaksaan Tinggi disampaikan kepada Jaksa Agung Republik Indonesia.. Laporan Akuntabilitas Kinerja

Al-Qur‟an dan Terjemahannya.. pewaris memiliki banyak ahli waris, seperti suami atau istri anak laki-laki maupun perempuan ayah serta ibu. Maka dalam hukum faraid telah

Nama Akun Instagram Di instagram banyak orang mencari produk atau jasa mel- alui kolom pencarian, dan saat orang mengetikan kata kunci maka akan keluar nama akun dan hashtag

Di Indonesia, tifus abdominalis klinis termasuk dalam kelompok penyakit menular di bawah Surveilans Terpadu Penyakit Menular (STP) yang diatur dalam Kepmenkes No

Sebuah strategi promosi memang sangat dibutuhkan oleh setiap pemasar dalam mempromosikan produk- produknya, begitu juga dengan PT WOM finance yang membutuhkan suatu

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai pengembangan permainan Tic Tac Toe pada materi sistem ekskresi manusia sebagai media

Jadi, hipotesis penelitian ini adalah kontras warna (color contrast) dan reflektansi ruang(room reflectance) akan mempengaruhi kuat pencahayaan bidang kerja membatik;

Dilihat dari trend capaian produksi terhadap target tahunan menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2010 - 2014 produksi bandeng hanya tercapai pada tahun 2011 dan