• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Indikasi Seksio Sesarea

Persalinan dengan seksio sesarea sebaiknya dilakukan hanya bila ada indikasi medis dengan memperhatikan kesehatan ibu maupun bayinya. Indikasi medis menunjukkan adanya kelainan, baik pada ibu maupun janin. Artinya, janin atau ibu dalam keadaan gawat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan seksio sesarea, dengan tujuan untuk memperkecil terjadinya risiko yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya. Oleh karena itu, sebaiknya seksio sesarea dilakukan hanya jika ada alasan – alasan khusus secara medis yang mendasarinya (Rahardjo, 2008).

a. Indikasi ibu 1. Plasenta previa

Plasenta previa adalah kondisi di mana posisi plasenta terlalu dekat atau bahkan menutupi serviks. Plasenta adalah organ vital yang menjadi jembatan antara ibu dengan bayi dan memberi suplai nutrisi melalui tali pusar janin. Jika kondisi plasenta previa terus berlangsung sampai saat kandungan semakin tua, dapat menyebabkan perdarahan dalam trimester ketiga. Bisa juga menyebabkan kelahiran dini yang membuat bayi lahir prematur. Jika plasenta menutupi seluruh serviks atau sebagian dari serviks saat akan melahirkan sulit diharapkan bisa melahirkan dengan normal atau jika terpaksa harus dengan seksio sesarea (Leveno, 2004). Seksio sesarea pada plasenta previa selain untuk mengurangi kematian bayi, juga terutama dilakukan untuk kepentingan ibu. Persalinan dengan seksio sesarea biasanya

dilakukan untuk menolong agar janin segera lahir sebelum mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban dan menghentikan perdarahan yang mengancam nyawa ibu (Djallalludin., 2004)

2. Disproporsi sefalopelvik

Disproporsi sefatopelvik menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Mencakup panggul sempit (contracted pelvis) fetus yang tumbuhnya terlampau besar atau adanya ketidakseimbangan relatif antara ukuran bayi dan ukuran pelvis (Oxorn H., 2003). Batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis adalah conjugata vera = 8 cm. Panggul dengan conjugata vera = 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin dengan normal dan harus diselesaikan dengan seksio sesarea (Manuaba, 1999). 3. Partus Tak Maju

Persalinan dikatakan lama jika berlangsung lebih dari 24 jam. Persalinan lama disebabkan oleh kontraksi abnormal, defiensi/ keterlambatan dilatasi serviks dan abnormalitas penurunan bagian presentasi janin. Masalah kegagalan kemajuan persalinan akan berdampak pada janin berupa trauma, kerusakan hipoksis, infeksi dan pada ibu berakibat penurunan semangat, kelelahan, dehidrasi, asidosis, infeksi dan risiko rupture uterus. Persalinan lama menimbulkan efek berbahaya yang dapat menimbulkan kematian perinatal pada ibu dan anak maka perlu segera dilakukan seksio sesarea untuk penangannya (Liu, 2007).

4. Preeklampsia

Preeklamsia merupakan kodisi yang hanya terjadi selama kehamilan yang dikarakteristikkan dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Berbeda dengan tekanan darah tinggi menahun. Jadi sebelumnya, ibu hamil tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi. Diagnosis preeklamsia ditegakkan bila ditemukan gejala hipertensi yang awal dan tiba – tiba setelah umur kehamilan 20 minggu. Sejauh ini penyebab preeklamsia belum diketahui pasti namun diduga terjadi karena kekurangan aliran darah menuju ginjal, kadar air terlalu tinggi dan aliran darah dari ibu ke plasenta berkurang sehingga mengurangi jumlah zat makanan yang dibutuhkan janin. Makanya, preeklamsia yang semakin parah atau berlangsung lama bisa menghambat pertumbuhan janin. Preeklamsia berat adalah preeklamsia yang terjadi secara mendadak. Wanita dapat dengan cepat mengalami eklamsia. Hal ini merupakan kedaruratan obstetri dan penatalaksanaannya harus segera dilakukan dengan seksio sesarea (Taber, 1994).

5. Distosia serviks

Distosia adalah persalinan abnormal/ sulit yang ditandai dengan kelambatan atau tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam waktu tertentu (Achadiat, 2004). Persalinan yang sulit ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab misalnya tenaga untuk mendorong janin keluar kurang kuat, kelainan letak atau kelainan fisik janin serta kemungkinan adanya kalainan jalan lahir. Bila dalam persalinan dengan penyulit tersebut tidak bisa ditangani, maka diperlukan tindakan seksio sesarea segera. Pada distosia

serviks primer penanganannya adalah pengawasan persalinan secara seksama di rumah sakit. Sedangkan pada distosia serviks sekunder penangannya harus segera dilakukan seksio sesarea sebelum jaringan parut serviks yang dapat menjalar ke atas sampai segmen bawah uterus (Leveno, 2004).

6. Pernah seksio sesarea sebelumnya

Pada wanita yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya biasanya kembali mengalami hal yang sama pada kehamilan dan persalinan berikutnya. Hal ini disebabkan karena mengingat adanya bahaya ruptura uteri karena seksio sesarea sebelumnya. Namun wanita yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya dapat diperbolehkan untuk bersalin pervaginam kecuali jika sebab seksio sesarea sebelumya adalah mutlak karena adanya kesempitan panggul (Achadiat, 2004).

b. Indikasi janin

1. Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby) menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus) yang biasanya disebut bayi besar objektif. Hal ini bisa terjadi karena kencing manis pada ibu hamil menyebabkan janin memproduksi hormone insulin berlebih. Sebab, janin berusaha untuk menetralisir kadar gula yang terlalu tinggi. Padahal, hormon insulin ini ternyata pada janin juga berfungsi sebagai hormone pertumbuhan. Akibatnya, janin pun tumbuh melebihi

ukuran normal. Sehingga, waktu lahir badannya besar dan menyulitkan saat persalinan (Musbikin, 2005).

2. Kelainan Letak Bayi

Letak sungsang saat ini lebih banyak bayi letak sungsang yang lahir dengan seksio sesarea. Hal ini karena risiko kematian dan cacat/kecelakaan lewat vagina (spontan) jauh lebih tinggi. Lebih dari 50% bayi pernah mengalami letak sungsang dalam kurun 20 minggu kehamilan. Penyebab letak sungsang sering tidak diketahui pasti, secara teori dapat terjadi karena faktor ibu seperti kelainan bentuk rahim, tumor jinak rahim atau mioma, letak plasenta lebih rendah. Letak lintang merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan) yaitu kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu tidak sama sehingga bayi membutuhkan pertolongan seksio sesarea (Manuaba, 2001).

3. Gawat Janin (Fetal distress)

Gawat janin merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan bahwa janin dalam keadaan bahaya. Keadaan ini biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium di dalam cairan amnion. Disebut gawat janin bila ditemukan denyut jantung janin diatas 160/menit atau dibawah 100/menit, denyut jantung tidak teratur. Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen, sehingga mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi dalam

bentuk akut yang membahayakan jika tali pusar turun ke dalam vagina diatas bayi dan bentuk kronis dapat terjadi jika ibu mempunyai penyakit kardiovaskular. Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk melakukan operasi (Prawirohardjo, 2005).

4. Bayi Kembar

Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan kembar dapat memberi risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi. Tindakan seksio sesarea dalam kehamilan kembar jika terdapat komplikasi obstetrik atau adanya pertumbuhan intrauterus yang buruk, terdapat presentasi yang abnormal pada kembar pertama,diameter pelvis ibu mengecil, dan pernah seksio sesarea sebelumnya (Liu., 2007). Oleh karena itu dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Namun jika ibu mengandung 3 janin atau lebih maka sebaiknya menjalani seksio sesarea. Hal ini akan menjamin bayi-bayi tersebut dilahirkan dalam kondisi sebaik mungkin dengan trauma minimum (Chapman, 2013).

2.2.2 Indikasi Sosial

Selain indikasi medis terdapat indikasi sosial untuk dilakukannya persalinan secara seksio sesarea yang timbul karena permintaan pasien meskipun untuk dilakukan persalinan normal tidak ada masalah atau kesulitan yang bermakna. Indikasi sosial biasanya sudah direncanakan terlebih dahulu. Indikasi sosial timbul oleh karena permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau

kesulitan dalam persalinan normal. Hal ini didukung oleh adanya mitos – mitos yang berkembang di masyarakat (Manuaba., 1999).

Persalinan yang dilakukan dengan seksio sessarea sering dikaitkan dengan masalah kepercayaan yang masih berkembang di Indonesia. Masih banyak penduduk di kota – kota besar mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dilihat dari faktor ekonomi. Tentunya tindakan seksio sesarea dilakukan dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian, maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang baik (Mochtar, 1998).

Dalam beberapa kalangan masyarakat seksio sesarea dilakukan bukan karena indikasi medis tetapi atas dasar permintaan dari calon ibu karena takut melahirkan secara normal/ alami. Sekarang ini banyak para ibu yang merasa begitu ketakutan untuk melahirkan secara alami atau persalinan melalui vagina. Ketakutan ini sering terjadi karena mendengar cerita – cerita yang mengerikan dari kerabat atau teman – teman tentang pengalaman mereka saat melahirkan bayinya secara alami. Hal ini banyak para calon ibu yang memilih untuk melakukan seksio sesarea untuk melahirkan bayinya (Maulana, 2008).

Alasan lain yang diberikan umumnya agar bisa memilih tanggal lahir seperti yang didinginkan, juga untuk alasan praktis seperti sang ibu tidak perlu tersiksa harus mengejan. Selain itu, rasa nyeri yang ditimbulkan saat proses kelahiran juga tidak terlalu separah melahirkan normal karena adanya pembiusan lokal maupun total. Banyaknya permintaan operasi seksio sesarea tanpa rekomendasi medis diduga karena kurangnya informasi tentang hal itu. Padahal risiko seksio sesarea banyak dan lebih berbahaya dibandingkan persalinan normal.

Dokumen terkait