• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator keberhasilan penelitian ini untuk metakognisi siswa secara klasikal adalah 27 dari 38 siswa, sedangkan untuk kemampuan kognitif siswa secara klasikal 27 dari 38 siswa mencapai nilai lebih dari atau samadengan 73.

29

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol. Dalam penelitian eksperimen, para peneliti melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, memanipulasi, dan observasi. Selain itu peneliti juga membagi objek menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Darmadi, 2013:40)

3.2 Lokasi, Waktu, dan Objek Penelitian

Penelitian dilakukan dan dilaksanakan di SMA N 1 Donorojo Jepara, Jawa Tengah. Objek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap yang terdiri dari dua kelas IPA. Pemilihan sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Cluster Random Sampling. Penelitian dilakukan pada tahun ajaran 2013/2014 selama bulan April 2014. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran langsung, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan metakognisi yang dilih i hasil belajar berupa tes penguasaan konsep dan kuesioner.

3.3 Desain penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian eksperimen at dar ini adalah Pretest-Postest Group Design. Dalam rancangan ini dilibatkan hasil belajar dari dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kotrol berdasarkan perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir dari kedua kelompok. Rancangan penelitian ini tampak pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen P1 X P2

Kontrol P1 Y P2

Keterangan

P1 : Tes awal (pretest) yang diberikan sebelum proses belajar mengajar

dimulai, diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) X : perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan

menggunakan strategi pembelajaran inkuiri

Y : perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran langsung.

P2 : Tes akhir (posttest) yang diberikan setelah proses pembelajaran

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1.1Tes

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tes adalah tes untuk mengukur kemampuan metakognisi yaitu tes dengan indikator metakognisi yang bermuatan konsep. Tes yang diberikan terdiri dari pretest dan posttest.

Pretest adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan awal mengenai penguasaan konsep terhadap materi sebelum program pembelajaran dilakukan. Posttest adalah tes yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi dasar atau indikator yang disampaikan dalam program pembelajaran telah dikuasai oleh siswa. Posttest juga dapat dimaksudkan untuk

mengetahui perbedaan yang terjadi antara tes yang dilakukan setelah suatu program pembelajaran dilakukan.

3.4.1.2Observasi

Observasi dilakukan sebelum dan selama penelitian. Observasi sebelum penelitian dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai pembelajaran yang selama ini dilakukan di sekolah. Observasi selama penelitian dilakukan untuk memperoleh data mengenai aspek afektif dan psikomotorik. Aspek afektif diamati selama proses pembelajaran dan aspek psikomotorik dilakukan saat praktikum.

3.4.1.3Angket (kuesioner)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan angket bertujuan untuk memperoleh data mengenai kemampuan metakognisi siswa. Hasil angket dianalisis secara deskriptif dengan membuat tabel frekuensi jawaban siswa kemudian dianalisis dan disimpulkan.

3.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan (Jihad & Haris, 2013:67). Tes yang diberikan pada penelitian ini merupakan tes tertulis berbentuk uraian pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan, yang didasarkan pada indikator metakognisi (Haryani, 2012:57). Sebelum tes ini

diberikan kepada siswa kelas XI IPA, tes ini terlebih dahulu diuji cobakan untuk diketahui validitas dan reliabilitasnya. Sedangkan penilaian kemampuan metakognisi dilakukan dengan menggunakan rubrik yang divalidasi oleh ahli.

3.4.2.1Analilis Instrumen Tes

Sebelum instrumen digunakan, instrumen terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa kelas XII. Data hasil uji coba yang dianalisis yaitu validitas butir soal, realibilitas instrumen, tingkat kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.

3.4.2.1.1 Validitas Instrumen

Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan kesahihan atau ketepatan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak diukur dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam penentuan tingkat validitas butir soal digunakan korelasi product moment pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal dengan skor total yang didapat. Rumus yang digunakan:

(Ruseffendi dalam Jihad dan Haris, 2012:179-180) Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N : banyaknya peserta tes X : skor total butir soal

Y : skor total yang diperoleh siswa

Tabel 3.2. Interpretasi Kriteria Validitas Instrumen Interval koefisien Kriteria

0.80< rxy ≤1.00 Sangat tinggi

0.60< rxy ≤0.80 Tinggi

0.40< rxy ≤0.60 Sedang

0.20< rxy ≤0.40 Rendah

Hasil analisis soal berdasarkan rumus rxy, diperoleh harga koefisien korelasi

yang diinterpretasikan dengan kriteria validitas instrumen pada Tabel 3.2. Hasil tersebut disajikan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Nomor butir

soal Validitas Keterangan

1 0.51 Sedang 2 0.47 Sedang 3 0.77 Tinggi 4 -0.45 Sangat Rendah 5 0.74 Tinggi 6 0.80 Tinggi 7 0.74 Tinggi 8 0.73 Tinggi 9 0.56 Sedang 10 0.22 Rendah 11 0.67 Tinggi 12 - - 13 0.23 Rendah 14 0.27 Rendah 15 -0.08 Sangat Rendah

Berdasarkan harga validitas, soal yang dipakai adalah soal dengan kategori sedang dan tinggi. Tetapi soal-soal tersebut harus memenuhi kriteria reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

3.4.2.1.2 Reliabilitas

Perhitungan reliabilitas ini dilakukan untuk menunjukkan apakah instrumen tes yang diujikan reliabel atau tidak, suatu tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut menunjukkan hasil yang mantab. Suatu instrument tes dikatakan mantab apabila instrument tes tersebut digunakan berulangkali. Dengan syarat saat pengukuran tidak berubah, instrument tes tersebut memberikan hasil yang sama.

Reliabilitas instrument tes pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha karena tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk uraian. Kriteria reliabilitas instrumen ditentukan sesuai Tabel 3.4. Adapun rumus untuk mencari reliabilitas instrumen tes adalah

(Suharsimi, 2012:122)

Keterangan

rii = reliabilitas tes secara keseluruhan

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = jumlah varians butir

= varians total

Tabel 3.4. Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Interval koefisien Kriteria

0.81-1.00 Sangat tinggi

0.61-0.80 Tinggi

0.41-0.60 Sedang

0.21-0.40 Rendah

<0.20 Sangat rendah

Berdasarkn hasil analisis butir soal diperoleh hasil rii sebesar 0,663. Hal ini

menunjukkan bahwa soal mempunyai kriteria reliabilitas tinggi. Harga rii

tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga r pada tabel r product moment

dengan taraf signifikansi 5% dan n = 10 yaitu 0,632. Kriteria soal reliabel bila harga r11 lebih besar dari r tabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa soal reliabel

yang ditunjukkan dengan nilai r11 lebih besar dari harga r product moment.

3.4.2.1.3 Tingkat kesukaran tes

Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran tertentu, sesuai dengan karakteristik peserta tes. Taraf kerusakan suatu tes dapat dicari dengan menggunakan rumus dan diinterpretasikan sesuai kriteria pada Tabel 3.5.

dengan

Keterangan

IK : indeks kesukaran

Tabel 3.5. Kriteria Indeks Kesukaran Interval koefisien Kriteria 0,00 ≤ P < 0,30 Soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah

(Rudyatmi & Rusilowati, 2012: 95)

Hasil analisis tingkat kesukaran soal disajikan dalam Tabel 3.6. Tabel 3.6. Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba Nomor butir soal Tingkat Kesukaran Keterangan

1 0.343 Sedang 2 0.412 Sedang 3 0.592 Sedang 4 0.175 Sukar 5 0.210 Sukar 6 0.418 Sedang 7 0.218 Sukar 8 0.218 Sukar 9 0.175 Sukar 10 0.056 Sukar 11 0.052 Sukar 12 0 - 13 0.212 Sukar 14 0.046 Sukar 15 0.094 Sukar

3.4.2.1.4 Daya pembeda soal

Tes yang baik adalah tes yang bisa memisahkan dua kelompok peserta tes atau siswa. Kedua kelompok itu adalah siswa yang betul-betul mempelajari materi pelajaran dan siswa yang tidak mempelajari materi pelajaran. Kriteria daya pembeda disajikan dalam Tabel 3.7 dan untuk menentukan daya beda ditentukan rumus:

Keterangan

DB : daya beda

Mean kel. Atas : rata-rata nilai kelompok atas Mean kel. Bawah : rata-rata nilai kelompok bawah

Tabel 3.7. Kriteria Daya Pembeda Instrumen Interval koefisien Kriteria

D: 0,00-0,20 Jelek

D: 0,21-0,40 cukup

D: 0,41-0,70 Baik

D: 0,71-1,00 Baik sekali

(Rudyatmi & Rusilowati, 2012:95)

Berdasarkan kriteria daya pembeda instrumen pada Tabel 3.7 hasil analisis daya pembeda soal menunjukkan ada 3 soal yang memenuhi kategori baik yaitu soal nomor 6, 7, dan 8; 3 soal yang memenuhi kategori cukup yaitu soal nomor 3, 5, dan 11; 8 soal memenuhi kategori jelek yaitu soal nomor 1, 2, 4, 9, 10, 13, 14, dan 15; serta ada satu soal yang tidak memenuhi kriteria jelek, cukup, baik, maupun baik sekali yaitu soal nomor 12.

Berdasarkan keempat analisis soal uji coba peneliti memilih 10 soal yang sesuai dengan indikator kompetensi dan indikator metakognisi untuk digunakan sebagai instrumen penelitian yaitu soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 13 dengan perbaikan kalimat dalam soal maupun kunci jawaban.

3.4.2.2Instrumen Penilaian Non Tes

Instrumen penilaian non tes meliputi aspek psikomotorik dan afektif. Peningkatan keterampilan pada kedua aspek ini diukur dengan menggunakan lembar observasi.

3.4.2.2.1 Lembar Observasi Psikomotorik

1. Validitas Lembar Observasi Aspek Psikomotorik

Instrumen penilaian lembar observasi psikomotorik menggunakan validitas isi, dimana instrumen memiliki kesesuaian isi dalam mengukur indikator yang

diamati. Penentuan validasi non tes ditentukan oleh pakar ahli. Berdasarkan analisis validasi lembar observasi psikomotorik memenuhi kriteria sangat baik dan layak digunakan.

2. Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Psikomotorik

Perhitungan reliabilitas lembar observasi psikomotorik menggunakan rumus Spearman :

(Suharsimi, 2002:278) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen n = jumlah objek yang diamati

= jumlah varians beda butir

Tabel 3.8. Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi

Interval Kriteria 0,80 < r11≤ 1,0 Sangat tinggi 0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r11≤ 0,60 Cukup 0,20 < r11≤ 0,40 Rendah r11≤ 0,20 Sangat rendah

Berdasarkn hasil analisis lembar observasi psikomotorik diperoleh hasil r11

sebesar 0,79. Klasifikasi reliabilitas lembar observasi pada Tabel 3.8 menunjukkan kriteria reliabilitas tinggi. Harga rii tersebut kemudian

dikonsultasikan dengan harga r pada tabel r product moment dengan taraf signifikansi 5% dan n = 10 yaitu 0,632. Kriteria lembar observasi reliabel bila harga r11 lebih besar dari r tabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa soal reliabel

3.4.2.2.2 Lembar Observasi Afektif

1. Validitas Lembar Observasi Aspek Afektif

Instrumen penilaian lembar observasi afektif menggunakan validitas isi, dimana instrumen memiliki kesesuaian isi dalam mengukur indikator yang diamati. Penentuan validasi non tes ditentukan oleh pakar ahli. Berdasarkan analisis validasi lembar observasi psikomotorik memenuhi kriteria sangat baik dan layak digunakan.

2. Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Afektif

Perhitungan reliabilitas lembar observasi afektif menggunakan rumus Spearman yaitu:

(Suharsimi, 2002:278) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen n = jumlah objek yang diamati

= jumlah varians beda butir

Tabel 3.9. Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi

Interval Kriteria 0,80 < r11≤ 1,0 Sangat tinggi 0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r11≤ 0,60 Cukup 0,20 < r11≤ 0,40 Rendah r11≤ 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil analisis lembar observasi afektif diperoleh hasil r11 sebesar

0,94. Klasifikasi reliabilitas lembar observasi pada Tabel 3.9 menunjukkan kriteria reliabilitas tinggi. Harga r11 tersebut kemudian dikonsultasikan dengan

harga r pada tabel r product moment dengan taraf signifikansi 5% dan n = 7 yaitu 0,754. Kriteria lembar observasi reliabel bila harga r11 lebih besar dari r tabel.

3.4.2.2.3 Lembar Angket Respon Siswa

Analisis tahap awal dari angket respon siswa adalah dengan menggunakan validasi isi, dimana instrumen memiliki kesesuaian isi dengan indikator– indikator yang diamati. Validasi ini dilakukan oleh validator (pakar ahli). Berdasarkan analisis validasi lembar observasi psikomotorik memenuhi kriteria sangat baik dan layak digunakan. Sedangkan untuk reliabilitasnya dihitung menggunakan rumus Alpha (Suharsimi, 2009:122). Kriteria reliabilitas lembar observasi disajikan dalam Tabel 3.10.

α =         S x j S k k 2 2 1 1 Keterangan:

α = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah item

Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total

Tabel 3.10. Interpretasi Kriteria Reliabilitas Angket Interval koefisien Kriteria

0.81-1.00 Sangat tinggi

0.61-0.80 Tinggi

0.41-0.60 Sedang

0.21-0.40 Rendah

<0.20 Sangat rendah

Berdasarkn hasil analisis lembar Angket diperoleh hasil sebesar 0,58. Hal ini menunjukkan bahwa lembar Angket mempunyai kriteria reliabilitas sedang. 3.4.3 Teknik Analisis Data

Setelah melakukan uji coba instrumen, selanjutnya dilakukan penelitian. Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis. Dalam pengelolaan dan penganalisisan data tersebut

digunakan statistik. Langkah- langkah yang ditempuh dalam penggunaan statistik untuk pengolahan data tersebut adalah:

3.4.3.1Analisis Tahap awal

Analisis tahap awal meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bahwa populasi berawal dari kondisi yang sama sehingga teknik pengambilan sampel dapat dilakukan sengan teknik Cluster Random Sampling.

3.4.3.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data yang akan dianalisis. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal ini adalah nilai ujian akhir semester gasal kelas XI IPA. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi- kuadrat dengan rumus:

(Sudjana, 1996:273) Keterangan :

χ2 = chi kuadrat Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval

i = 1,2,3,...,k

Kriteria pengujian adalah jika χ2 hitung< χ2(1-α)(k-3) (taraf signifikan 5%) maka

distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal atau data berdistribusi normal. Jika χ2 hitung > χ2(1-α)(k-3) (taraf signifikan 5%) maka

distribusi data berbeda dengan distribusi normal atau data tidak berdistribusi normal.

3.4.3.1.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa populasi benar-benar homogen. Uji ini menggunakan Uji Bartlett dengan rumus:

Keterangan:

2 = berasnya homogenitas B = koefisien Bartlett

Si2 = varian masing-masing kelas

S2 = varian gabungan

ni = jumlah siswa dalam kelas

3.4.3.2Uji Tahap Akhir

3.4.3.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data yang akan dianalisis. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus:

(Sudjana, 1996:273) Keterangan :

χ2 = chi kuadrat Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval

i = 1,2,3,...,k

Kriteria pengujian adalah jika χ2 hitung< χ2(1-α)(k-3) (taraf signifikan 5%) maka

distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal atau data berdistribusi normal. Jika χ2 hitung > χ2(1-α)(k-3) (taraf signifikan 5%) maka

distribusi data berbeda dengan distribusi normal atau data tidak berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal analisis data menggunakan statistik nonparametrik.

3.4.3.2.2 Peningkatan Hasil Belajar Kognitif dan Metakognisi

Uji peningkatan hasil belajar kognitif dan metakognisi digunakan untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan yang signifikan setelah proses

pembelajaran. Uji peningkatan ini dianalisis dengan uji normalized gain untuk mengetahui besar peningkatan nilai pretest dan posttest. Rumus untuk menghitung N-gain rata-rata yaitu:

N-gain = (Wiyanto dalam Suyanto, 2012:17)

Kriteria tingkat pencapaian n-gain: 0,00-0,29 kategori rendah; 0,30-0,69 kategori sedang; 0,70-1,00 kategori tinggi.

Uji Selanjutnya dilakukan dengan menggunakan uji-t. Untuk menentukan rumus uji-t terlebih dahulu dilakukan uji kesamaan dua varian.

1) Jika dua kelas mempunyai varians tidak berbeda (s12 = s22) digunakan

rumus t thitung =         2 1 2 1 1 1 n n s X X dengan s =

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1      n n s n s n Keterangan :

X 1 = Rata-rata nilai Postes X 2 = Rata-rata nilai Pretes

1

n

= Jumlah siswa 2

n

= Jumlah siswa 2 1

s = Varians nilai Postes

2 1

s = Varians niali Pretes

s = Simpangan baku gabungan

2) Jikadua kelas mempunyai varians yang berbeda (s12 s22) digunakan

rumus t’ t’hitung =

12 1

 

22 2

2 1 / /n s n s X X   Keterangan:

X 1 = Rata-rata nilai Postes X 2 = Rata-rata nilai Pretes

1

n

= Jumlah siswa 2

n

= Jumlah siswa 2 1

s = Varians nilai Postes

2 1

s = Varians niali Pretes

3.4.3.2.3 Uji Kesamaan Dua Varian

Uji kesamaan dua varian bertujuan untuk menentukan rumus t-tes yang digunakan dalam uji hipotesis akhir (Sudjana, 1996:250). Uji kesamaan dua varian dapat dihitung dengan rumus menggunakan rumus:

(1) Jika harga Fhitung < Fα(nb-1)(nk-1) dengan (σ12 = σ22) berarti kedua kelas

mempunyai varians sama sehingga diuji dengan rumus t.

(2) Jika harga Fhitung < Fα(nb-1)(nk-1) dengan (σ12 ≠ σ22) berarti kedua kelas

mempunyai varians berbeda sehingga diuji dengan rumus t’.

Peluang yang digunakan adalah ½ α (α = 5 %), dk untuk pembilang= n1–1 dan

dk untuk penyebut = n2–1.

3.4.3.2.4 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Satu Pihak Kanan

Uji hipotesis dilakukan dengan statistik satu pihak, yaitu pihak kanan dengan rumus uji t. Sudjana (1996:243) menyatakan uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan uji kesamaan dua varians:

1) Jika dua kelas mempunyai varians tidak berbeda (s12 = s22) digunakan

rumus t thitung =        2 1 2 1 1 1 n n s X X dengan s =

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1      n n s n s n

Keterangan :

X 1 = Rata-rata nilai kelas Eksperimen X 2 = Rata-rata nilai kelas kontrol

1

n

= Jumlah siswa 2

n

= Jumlah siswa 2 1

s = Varians nilai kelas eksperimen

2 1

s = Varians niali kelas kontrol s = Simpangan baku gabungan

2) Jika dua kelas mempunyai varians yang berbeda (s12 s22) digunakan

rumus t’ t’hitung =

12 1

 

22 2

2 1 / /n s n s X X   Keterangan:

X 1 = Rata-rata nilai kelas Eksperimen X 2 = Rata-rata nilai kelas kontrol

1

n

= Jumlah siswa 2

n

= Jumlah siswa 2 1

s = Varians nilai kelas eksperimen

2 1

s = Varians niali kelas kontrol

3.4.3.2.5 Analisis Hasil Belajar Afektif

Analisis data hasil belajar afektif menggunakan analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui nilai afektif baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Setelah skor dijumlahkan kemudian diinterpretasikan dengan kriteria pada Tabel 3.11 dan Tabel 3.12.

Tabel 3.11. Kriteria Hasil Belajar Afektif Rata- rata skor

responden Kriteria Skor akhir

24 – 28 Sangat Baik/Sangat layak A

19 – 23 Baik/Layak B

14 – 18 Cukup C

Tabel 3.12. Kriteria Hasil Belajar Afektif Tiap Aspek

Eksperimen Kontrol

Jumlah skor tiap

aspek Kriteria Jumlah Sakor tiap Aspek Kriteria

124 – 152 Sangat Baik 131-160 Sangat Baik

95 – 123 Baik 101-130 Baik

66 – 94 Cukup 71-100 Cukup

38 – 65 Kurang 40-70 Kurang

3.4.3.2.6 Analisis Hasil Belajar Psikomotorik

Analisis data hasil belajar psikomotorik menggunakan analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui nilai psikomotorik baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Setelah skor dijumlahkan kemudian diinterpestasikana dengan kriteria pada Tabel 3.13 dan Tabel 3.14.

Tabel 3.13. Kriteria Hasil Belajar Psikomotorik Rata- rata skor

responden Kriteria Skor akhir

81 – 100 Sangat Baik A

62 – 80 Baik B

43 – 61 Cukup C

25 – 42 Kurang D

Tabel. 3.14 Kriteria Hasil Belajar Psikomotorik tiap aspek

Eksperimen Kontrol

Jumlah skor tiap

aspek Kriteria Jumlah Sakor tiap Aspek Kriteria 124 – 152 Sangat Baik 131-160 Sangat Baik

95 – 123 Baik 101-130 Baik

66 – 94 Cukup 71-100 Cukup

38 – 65 Kurang 40-70 Kurang

3.4.3.2.7 Analisis Kuesioner Siswa

Analisis keefektifan kuesioner siswa dilakukan secara deskriptif melalui lembar angket yang sudah disediakan, menggunakan skala penilaian dari 1 hingga 4. Hasil analisis skor yang didapat kemudian disesuaikan dengan kriteria pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15. Kriteria Skor Kuesioner Siswa Rata- rata skor

responden Kriteria Skor akhir

23 – 28 Sangat Baik/Sangat layak A

18 – 22 Baik/Layak B

13 – 17 Cukup C

47

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas XI IPA SMA N 1 Donorojo diperoleh data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai ujian akhir semester gasal dan tes hasil belajar kognitif sedangkan data kualitatif berupa data hasil observasi aspek afektif dan psikomotorik serta kuesioner siswa.

4.1.1 Hasil Analisis Tahap Awal

Analisis tahap awal dilakukan untuk menentukan sampel kelas kontrol dan kelas eksperimen. Analisis ini terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal adalah data nilai ujian akhir semester gasal Kelas XI IPA.

4.1.1.1Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas data populasi disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Data Populasi Kelas 2hitung 2tabel Keterangan

XI IPA 1 5,96 5,99 Berdistribusi Normal XI IPA 2 2,27 7,81 Berdistribusi Normal

Berdasarkan tabel hasil uji normalitas menunjukkan bahwa 2hitung < 2tabel. Hal

4.1.1.2Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas berawal dari kemampuan yang sama. Hasil analisis uji homogenitas populasi disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Uji Homogenitas Data Populasi

Data 2hitung 2tabel Keterangan

Nilai ujian akhir

semester gasal 1,939 3,84 Homogen

Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas menunjukkan bahwa 2hitung < 2tabel.

Hal ini berarti kedua kelas homogen atau mempunyai kondisi awal yang sama, dengan demikian teknik pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik

Cluster Random Sampling.

4.1.2 Hasil Analisis Tahap Akhir

Data yang digunakan untuk analisis tahap akhir adalah nilai pretes-postes kemampuan metakognisi yang meliputi uji normalitas, uji Normalized gain, uji Kesamaan dua varian, dan uji perbedaan dua rata-rata. Sedangkan hasil observasi aspek afektif dan psikomotorik serta kuesioner siswa dianalisis secara deskriptif.

4.1.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas pada tahap akhir ini digunakan untuk mengetahui analisis yang akan digunakan selanjutnya apakah menggunakan analisis parametrik atau analisis non parametrik. Hasil uji normalitas data pretes disajikan pada Tabel 4.3 dan postes disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.3. Hasil uji normalitas data pretes Kelas 2hitung 2tabel Keterangan Eksperimen 4,62 9,49 Distribusi Normal Kontrol 3,34 9,49 Distribusi Normal

Tabel 4.4. Hasil uji normalitas data postes Kelas 2hitung 2tabel Keterangan Eksperimen 10,18 12,99 Distribusi Normal Kontrol 7,175 7,81 Distribusi Normal

Berdasarkan tabel hasil uji normalitas pretes dan postes, maka data berdistribusi normal sehingga analisis selanjutnya menggunakan analisis parametrik.

4.1.2.2Uji Normalized Gain

Uji normalized gain digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif dan metakognisi yaitu dengan melihat nilai pretes dan postes. Hasil analisis peningkatan hasil belajar kognitif disajikan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Hasil Analisis Normalized-gain

Eksperimen Kontrol

Pretest 35.68 36.15

posttest 75.15 72.425

N-gain 0.61 0.56

Hasil analisis normalized gain pada Tabel 4.5, menunjukan bahwa kelas eksperimen mempunyai peningkatan hasil belajar kognitif yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Tapi berdasarkan kriteria pencapaikan n- gain kedua kelas mempunyai kategori sedang. Hasil analisis peningkatan metakognisi kelas eksperimen disajikan pada Tabel 4.6 dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.6 Hasil analisis peningkatan metakognisi kelas eksperimen Indikator metakognisi Skor pretes Skor postes N-gain Tingkat

pencapaian

Menyatakan tujuan 79 158 0,71 Tinggi

Mengetahui tentang

apa dan bagaimana 301 380 1 Tinggi

Mengidentifikasi informasi 534 1041 0,83 Tinggi Memilih operasi/prosedur yang dipakai 74 271 0,64 Sedang Mengurutkan operasi

yang digunakan 410 735 0,60 Sedang

Merancang apa yang

akan dipelajari 56 160 0,32 Sedang

Tabel 4.7 Hasil analisis peningkatan metakognisi kelas kontrol Indikator metakognisi Skor pretes Skor postes N-gain Tingkat

pencapaian

Menyatakan tujuan 85 154 0,6 Sedang

Mengetahui tentang

apa dan bagaimana 317 400 1 Tinggi

Mengidentifikasi informasi 574 1062 0,78 Tinggi Memilih operasi/prosedur yang dipakai 79 269 0,59 Sedang Mengurutkan operasi

yang digunakan 379 775 0,63 Sedang

Merancang apa yang

akan dipelajari 84 136 0,16 Rendah

Analisis peningkatan metakognisi siswa pada Tabel 4.6 dan 4.7

Dokumen terkait