• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Pelayanan Kesehatan

2.4.3. Indikator Keberhasilan Program Promosi Kesehatan di

Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya manusia, sarana/peralatan, dan dana.

2. Indikator proses

Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan promosi kesehatan puskesmas yang meliputi promosi kesehatan di dalam gedung dan promosi kesehatan di masyarakat.

3. Indikator keluaran

Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus.

4. Indikator dampak

Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya promosi kesehatan puskesmas, yaitu terciptanya PHBS di masyarakat. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai setelah promosi kesehatan puskesmas berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya evaluasi.

Tatanan yang dianggap mewakili untuk dievaluasi adalah tatanan rumah tangga. Jadi indikator dampaknya adalah berupa : persentase keluarga atau rumah tangga yang telah mempraktekkan PHBS.

PHBS itu sendiri merupakan komposit dari sejumlah indikator perilaku. PHBS terdiri dari beratus-ratus tindakan atau perilaku.

Karena keterbatasan sumberdaya untuk mengevaluasi, maka perlu ditetapkan beberapa perilaku yang sangat sensitif untuk indikator yang akan dikompositkan (Hartono, 2010).

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan kualitatif yaitu memberikan gambaran atau deskriptif permasalahan penelitian yang berupa naratif, kata-kata, ungkapan, pendapat, gagasan yang dikumpulkan oleh peneliti dari beberapa sumber sesuai dengan tekhnik pengumpulan data dan studi mendalam dari orang dalam lingkungan alamiah atau lingkungan kerjanya (Mile, Huberman, 2007).

Alasan peneliti menggunakan karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial seperti ini dijaring dengan metode penelitian kuantitatif, selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola tentang analisis pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Helvetia Medan.

3.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Helvetia Medan dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:

1. Belum pernah ada penelitian dengan topik yang sama pada lokasi penelitan ini.

2. Puskesmas ini merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang ditetapkan oleh BPJS Kota Medan.

3. Pelaksanaan promotif dan preventif belum berjalan baik di Puskesmas ini.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2016 terhitung sejak survey pendahuluan hingga penelitian.

3.3. Sampel Sumber Data Penelitian

Sumber informasi atau informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan karakteristik informan sebagai berikut:

1. Bersedia menjadi informan dan mampu bekerja sama dengan peneliti 2. Memiliki pengetahuan seputar JKN

3. Orang yang berkecimpung dalam BPJS 4. Pimpinan fasilitas kesehatan tingkat pertama 5. Penerima manfaat program JKN

6. Mampu berkomunikasi dengan baik

Informan pokok dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Kepala seksi promosi kesehatan di dinas kesehatan kota Medan b. Kepala Puskesmas

c. Penanggung jawab bidang promosi kesehatan d. Pegawai BPJS Kota Medan

e. Masyarakat penerima manfaat JKN.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Pengumpulan data primer secara langsung akan dikumpulkan dengan metode triangulasi. Teknik ini yang menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik ini dilakukan sekaligus untuk menguji kreadibilitas data (Sugiyono,2012).

Adapun teknik-teknik yang digunakan antara lain : a. Observasi

Observasi dilakukan langsung di puskesmas. Observasi dilakukan untuk mengamati sumber daya puskesmas yang dapat dilihat secara fisik.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan secara mendalam dengan panduan wawancara yang akan dilakukan terhadap informan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh rekaman-rekaman yang memperkuat informasi, dokumentasi meliputi dokumen serta rekaman pembicaraan antara peneliti dan informan.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder akan dilakukan di puskesmas dengan melakukan penelusuran dokumen dinas kesehatan ataupun puskesmas.

3.5. Teknik Analisis Data

Metode analisa data dalam penelitian ini difokuskan dalam proses penelitian di lapangan. Dokumen yang berisi pengalaman dapat dianalisis dengan menggunakan content analysis artinya bahwa tema-tema, isu-isu dan motif-motif yang terkandung di dalamnya dapat dipisahkan, dihimpun dan diinterpretasikan. Untuk memudahkan dalam pengorganisasian data maka proses analisa data akan dilakukan dengan bantuan komputerisasi.

Proses analisa data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah menurut Polit dan Beck (2008) yaitu:

1. Menyusun transkrip

Hasil rekaman wawancara disusun ke dalam bentuk transkrip, kemudian peneliti membaca secara keseluruhan dan mengulanginya bila perlu.

2. Mengidentifikasi pernyataan signifikan

Setelah membuat transkrip dan membacanya, peneliti kemudian mengidentifikasi pernyataan yang signifikan yang terdapat dalam transkrip kemudian peneliti memberi kode warna menggunakan stabilo pada pernyataan yang signifikan.

3. Melakukan pengkodean

Pada tahap ini peneliti memberi pengkodean pada pernyataan yang signifikan yang sudah distabilo dengan kode-kode yang dibuat oleh peneliti sendiri untuk memudahkan menyusun kategori.

4. Menyusun kategori

Tahap analisa data pada dasarnya adalah mereduksi data, data dikonfersi menjadi lebih kecil sehingga lebih mudah dianalisa. Reduksi data dilakukan dengan menyusun kategori, dimana mengelompokkan coding yang sama ke dalam satu kategori.

5. Menyusun tema atau sub tema

Setelah peneliti menemukan beberapa kategori-kategori, langkah selanjutnya adalah menentukan tema atau sub tema. Peneliti mengelompokkan beberapa ketegori yang saling berhubungan yang nantinya akan membentuk tema atau sub tema.

3.7. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Keabsahan data dapat dilakukan dengan credibility, transferability, defendability, dan confirmability (Guba dan lincoln, at all 2003). Keabsahan data dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Credibility

Credibility dibuktikan melalui proses klarifikasi kepada partisipan.

Transkrip yang telah disusun oleh peneliti ditunjukkan kepada partisipan untuk dibaca ulang dan dilakukan verifikasi terhadap keakuratan data.

Partisipan berhak melakukan konfrontasi jika memang terdapat data yang tidak sesuai kemudian diparaf oleh partisipan dan kemudian menandatangani persetujuan keakuratan data (Creswell, 1998)

2. Transferability

Transferabilty merupakan bentuk validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan sehingga hasil penelitian dapat diterapkan kepada orang lain dalam situasi yang sama (Poerwanto, 2005). Transferability yang dilakukan pada penelitian ini melalui penyediaan laporan penelitian dimana peneliti menyimpan semua arsip, materi selama proses penelitian.

3. Defendability

Menurut Polit, Beck & Huger (2001), defendability dalam penelitian kualitatif adalah suatu bentuk kestabilan data. Keabsahan data pada defendability harus menunjukkan bahwa jika penelitian ini diulang dengan konteks, metode dan peserta yang sama maka diperoleh hasil yang sama, oleh karena itu defendability sangat bergantung pada credibility yang dilakukan dan penelitian harus dilaporkan secara rinci.

4. Confirmability

Kepastian (Confirmability) diartikan objektivitas atau netralitas atau konsentrasi data, jika terdapat kesamaan pandangan, pendapat dan penemuan dari pihak-pihak lain (Creswell, 1998). Dalam hal ini peneliti akan melakukan konfirmasi dengan menunjukkan transkrip wawancara dan fild note kepada partisipan dan pembimbing.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Puskesmas Helvetia Medan 2016 4.1.1 Letak Geografi

Puskesmas Helvetia Medan terletak di jalan Kemuning Raya, Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Dengan letak Geografis:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah

Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas Helvetia mempunyai wilayah kerja Kecamatan Medan Helvetia yaitu Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Dwikora, Sei Sikambing C-II, Tanjung Gusta, Cinta Damai.

4.1.2 Gambaran Kependudukan di Kecamatan Helvetia Medan

Berdasarkan data Profil Kecamatan Helvetia Medan tahun 2015, jumlah penduduk Kecamatan Helvetia Medan sebanyak 162.547 jiwa yakni 71.174 jiwa laki-laki dan 74.795 jiwa perempuan. Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah kelurahan Tanjung Gusta yakni 29.636 jiwa sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah kelurahan Helvetia yakni 11.358 jiwa. Gambaran jumlah

penduduk tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk per Kelurahan di Kecamatan Helvetia Medan

No. Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Helvetia 11.358

2. Helvetia Tengah 26.707

3. Helvetia Timur 24.061

4. Dwikora 24.332

5. SSC II 12.359

6. Tanjung Gusta 29.336

7. Cinta Damai 17.086

Total 145.239

Sumber : Profil Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

4.1.3 Gambaran Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan

Fasilitas kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan terdiri dari fasilitas kesehatan milik pemerintah berupa puskesmas pembantu (Pustu), pos pelayanan terpadu (Posyandu). Selain itu fasilitas kesehatan milik swasta yang ada di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan terdiri dari rumah sakit swasta, Klinik swasta dan praktek dokter. Pasien dari Puskesmas Helvetia Medan biasanya dirujuk ke rumah sakit swasta di sekitar wilayah kerja puskesmas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

9. Praktek Dokter Spesialis 20

10. Praktek Dokter gigi 42

Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan

Ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan masih belum memenuhi kriteria sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.

75 Tahun 2014 dimana puskesmas harus memiliki setidaknya 9 (sembilan) jenis tenaga kesehatan yang terdiri dari : dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Untuk lebih jelasnya ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Dokter Umum 3

2. Dokter Gigi 3

3. Perawat 11

4. Bidan 6

5. Tenaga Kesehatan Masyarakat 6

6. Tenaga Gizi 1

7. Tenaga Analis 2

8. Tenaga Farmasi 3

9. Tenaga Kesehatan Lingkungan -

10. Tenaga Elektromedik -

Sumber : Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

Berdasarkan data di atas maka tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan belum sesuai dengan jumlah tenaga kesehatan menurut peraturan menteri kesehatan nomor 75 tahun 2014 dimana puskesmas harus memiliki setidaknya 9 (sembilan) jenis tenaga kesehatan. Puskesmas Helvetia Medan masih kekurangan tenaga kesehatan berdasarkan jenis tenaga yaitu tenaga kesehatan lingkungan dan tenaga elektromedik.

4.1.5 Angka Rujukan Puskesmas Helvetia ke Rumah Sakit

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Helvetia Medan jumlah rujukan pasien peserta BPJS dari tahun 2014 sampai Juli 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2014 di Puskesmas Helvetia Medan

No. Bulan Jumlah Pasien

Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

Tabel 4.5 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2015 di Puskesmas Helvetia Medan

No. Bulan Jumlah Pasien

Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

Tabel 4.6 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan Juli 2016 di Puskesmas Helvetia Medan

No. Bulan Jumlah Pasien

Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa angka rujukan ke fasilitas tingkat lanjutan rata-rata dibawah 10 % tiap bulan. Informasi dari kepala tata usaha Puskesmas Helvetia Medan menyatakan bahwa angka rujukan tiap bulan di bawah rata-rata 10% karena di Puskesmas Helvetia Medan fasilitas kesehatan cukup.

Contohnya pemeriksaan sputum, USG, pemeriksaan kadar gula darah, pemeriksaan HIV. Selain itu tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan cukup memadai.

4.2 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era JKN di Puskesmas Helevetia Medan

Pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN dapat dilihat dari pelaksanaan promotif dan preventif yang telah dilaksanakan di Puskesmas Helvetia Medan.

Menurut observasi selama beberapa hari di Puskesmas Helvetia Medan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif mulai dari ruang pendaftaran sampai pasien pulang, pasien mendapatkan pelayanan promotif dan preventif pada saat di

ruang pemeriksaan dan ruang obat. Seharusnya pasien yang datang ke Puskesmas bahkan keluarga pasien juga mendapatkan pelayanan promotif dan preventif selama berada di puskesmas. Sehingga pelayanan promotif dan preventif itu berjalan dengan baik. Contohnya di tempat pendaftaran sebaiknya berupa poster atau neon box yang memuat foto tenaga kesehatan yang ramah disertai kata-kata “Selamat datang, Kami siap untuk menolong anda”. Akan lebih baik bila poster atau neon box juga dilengkapi dengan suara rekaman yang mengucapkan salam.

Adapun wawancara dari beberapa informan yaitu dari dinas kesehatan, puskesmas, BPJS Kota Medan dan peserta JKN dapat diperoleh pernyataan sebagai berikut:

“Yaaaaah... setahu saya pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas itu sama aja seperti dulunya sebelum adanya program JKN, tidak ada bedanya sebelum dan setelah adanya JKN.

Penyuluhan di Puskesmas tetap dilaksanakan baik di dalam Puskesmas maupun di luar gedung Puskesmas. Contohnya saja pada saat imunisasi, tetap tenaga juru imunisasi melakukan penyuluhan di setiap adanya kegiatan Posyandu karena memang dari dulu sudah biasa dilakukan penyuluhan itu. Kalo di dalam Puskesmas sendiri penyuluhan tetap kita tuntut agar setiap tenaga kesehatan tetap memberikan penyuluhan kesehatan walaupun pelaksanaannya kita akui belum maksimal dan menggunakan fasilitas apa adanya”.

Begitu juga pernyataan dari informan kedua(Kepala Puskesmas) sebagai berikut:

“Kegiatan penyuluhan tetap dilaksanakan seperti pada saat kegiatan posyandu tiap bulan apalagi kalo ada masalah kesehatan lingkungan yang sedang hangat-hangatnya terjadi di lapangan, wajib kita memberikan motivasi kepada juru imunisasi kita agar dia tetap memberikan penyuluhan kepada pengunjung posyandu itu, harapan kita bagaimana supaya masyarakat itu tetap waspada terhadap berbagai masalah kesehatan. Kegiatan ini sudah

merupakan tanggung jawabnya dan dananya memang nggak ada kita anggarkan kesana”.

Dari pernyataan informan satu dan dua dapat diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN masih belum berjalan maksimal dan masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari informasi yang diberikan oleh informan satu dan dua dimana manfaat pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN masih belum dirasakan oleh peserta JKN secara keseluruhan. Skrining kesehatan yang dananya bersumber dari non kapitasi berupa papsmear belum terlaksana di Puskesmas Helvetia Medan karena alat dan tenaga kesehatan yang ahli dalam bidang itu belum tersedia di Puskesmas. Kegiatan home care masih belum terlaksana di Puskesmas karena Puskesmas menganggap bahwa home care itu sudah merupakan tugas pokok dari tenaga kesehatan sehingga tidak perlu lagi dibayarkan jasa pelayanannya. Dana kapitasi yang dberikan ke Puskesmas diarahkan untuk upaya kesehatan masyarakat seperti Posyandu, Posyandu lansia, penyuluhan ke sekolah-sekolah, penyuluhan kepada masyarakat. Namun penyuluhan perseorangan, pemasangan alat KB dan pemberian imunisasi sudah terlaksana di Puskesmas dengan menggunakan fasilitas apa adanya oleh tenaga kesehatan sesuai dengan bidang ilmu masing-masing.

Hasil wawancara dengan informan ketiga (Bidang promosi kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan) sebagai berikut:

“ Kegiatan promotif dan preventif tetap kita laksanakan di dalam Puskesmas terutama di ruang poli umum, poli anak, poli kebidanan, terutama bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan yang serius. Kalo dari Puskesmas tetap menganjurkan

bagaimana supaya pasien itu tetap menjaga kesehatannya.

Walaupun kegiatan promotif dan preventif hanya sekilas tentang anjuran karena memang mengingat waktu yang sangat terbatas, pasien di sini kan antri, yah... jadi hanya sekedar lewat aja.

Namun kalo di luar gedung Puskesmas kami tetap mengusahakan mengunjungi rumah-rumah penduduk sekitar wilayah Puskesmas walaupun mereka ada yang tidak peduli bahkan tidak mau membuka pintu, ada juga yang kita disambut di luar pagarnya, tetapi kita tetap memberikan promotif tentang bahaya sampah, bahaya DBD”.

Sedangkan hasil wawancara dengan informan bidang promosi kesehatan yang menangani kegiatan prolanis sebagai berikut:

“ Kalo disini pak epo yang menangani masalah prolanis beda dengan promotif dan preventif yang selama ini, kita pisahkan dengan kegiatan biasanya karena kegiatan ini merupakan kegiatan baru yang diprogramkan oleh BPJS, jadi kita mau mengkhususkan kegiatan prolanisini, kami laksanakan setiap bulan sekali, kita buat senam bagi lansia di kelurahan Helvetia Timur dan Dwikora.

Setelah senam, baru kita berikan penyuluhan bagi semua lansia tanpa kecuali, tetapi bagi lansia yang mempunyai masalah kesehatan seperti hipertensi dan diabetes melitus kita mengukur tekanan darahnya dan bagi lansia DM kita mengukur KGDnya”.

Dari kedua informan tenaga kesehatan Puskesmas yang menangani program promotif dan preventif di atas jelas bahwa kegiatan yang mereka laksanakan selama ini belum maksimal karena keterbatasan sumber daya yang tersedia.

Pernyataan di atas didukung oleh informan 4 (pasien JKN) dimana hasil wawancara sebagai berikut:

“ Iya... penyuluhan diberikan kepada saya seperti jaga makanan, kurangi makanan yang berlemak dan banyak istirahat, minum obat teratur, makanya saya sekarang ini tidak menarik becak lagi malam hari, hanya sampe sore aja, karena saya takut nanti penyakit saya kambuh lagi... . penyuluhan diberikan waktu saya diperiksa dokter”.

Berdasarkan pernyataan dari informan ke empat di atas diperoleh informasi bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan memberikan penyuluhan kepada pasien pada saat mereka berkunjung ke Puskesmas walaupun hanya sepintas tentang penyuluhan bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan.

Dari pernyataan ke empat informasi tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada era JKN masih belum berjalan maksimal dan masih belum sesuai dengan yang diamanahkan oleh Undang-Undang di Puskesmas. Manfaat pelayanan promotif dan preventif masih belum dirasakan sepenuhnya oleh peserta JKN. Penyuluhan perseorangan, pemberian imunisasi dan pemasangan alat kontrasepsi sudah mulai berjalan dengan baik walaupun menggunakan fasilitas seadanya. Kegiatan promotif dan preventif lainnya dalam bentuk Upaya Kesehatan Masyarakat seperti Posyandu, Posyandu Lansia, Penyuluhan PHBS di sekolah, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah-sekolah sudah berjalan. Hal ini didukung dari observasi pada dokumen POA Puskesmas yang dananya berasal dari kapitasi.

4.3 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif pada Era JKN di Puskesmas Helvetia Medan berdasarkan indikator masukan (Input)

Indikator yang berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada era JKN di Puskesmas.

4.3.1 Komitmen

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari Dinas Kesehatan Kota Medan, Kepala Puskesmas Helvetia Medan dan BPJS Kota Medan tentang komitmen

pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada era JKN dapat diperoleh pernyataan dari informan pertama sebagai berikut:

“Kalo komitmen dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif, saya rasa sudah cukup jelas karena bukan hal baru dalam program promotif dan preventif bagi Puskesmas. Dari dulu sudah ada komitmen bahwa Puskesmas punya program utama dalam melaksanakan tugasnya yaitu promosi kesehatan”. Dinas Kesehatan Kota Medan tetap mendukung apa program Puskesmas apalagi dalam era JKN ini sangat membantu Dinas Kesehatan untuk pelaksanaan program kita”.

Pernyataan yang sama dinyatakan oleh informan dari Puskesmas tentang komitmen pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN, sebagai berikut:

“Kalo untuk pelaksanaannya saya rasa cukup. Karena untuk pengadaan fasilitas, sarana dan prasarana untuk promotif dan preventif tetap dari Dinas Kesehatan, jadi kita hanya menerima apa yang diserahkan ke kita dan kita manfaatkan secara maksimal”.

Berdasarkan pernyataan dari informan pertama dan kedua dapat diketahui bahwa Puskesmas hanya menerima apa yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Komitmen tentang pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif juga masih belum cukup mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas. Contohnya dalam hal pengadaan fasilitas pendukung pelayanan promotif dan preventif seperti alat pengeras suara (TOA), laptop, Puskesmas tidak diperkenankan untuk mengadakan fasilitas tersebut, tetapi pengadaan alat harus dilakukan melalui Dinas Kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari BPJS sebagai berikut:

“Kalo komitmen dalam pelaksanaan....ada, namun dalam pelaksanaannya ya... tergantung Puskesmas bagaimana membuat kegiatan yang berhubungan dengan promotif dan preventif. Memang dalam peraturan itu tidak diuraikan kegiatan apa saja yang mesti dilakukan. Mestinya pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas kreatif dalam membuat atau merencanakan kegiatan yang berhubungan dengan promotif dan preventif”.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa komitmen untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada program JKN yang berbentuk rencana operasional promosi kesehatan Puskesmas sudah ada, tetapi belum berjalan sesuai dengan rencana operasional. Komitmen yang ada tidak memudahkan Puskesmas untuk pengadaan alat-alat kesehatan khususnya untuk pelayanan promotif dan preventif.

4.3.2 Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan Kepala Puskesmas Helvetia Medan tentang tenaga kesehatan khususnya yang menangani masalah promotif dan preventif pada program JKN dapat diperoleh pernyataan sebagai berikut:

“ Tenaga ahli yang menangani promotif dan preventif sama sekali tidak ada, namun tenaga yang ada tetap kita berdayakan karena kalau kita tunggu ahli khusus untuk promotif dan preventif tentu program kita mungkin tidak berjalan. Tapi kalo dari Dinas Kesehatan tetap menghimbau kepada Kepala Puskesmas agar tenaga yang menangani masalah promotif dan preventif berlatar belakang atau minimal punya pendidikan promotif dan preventif, kan bisa juga yang tamatan S1 Kesehatan Masyarakat menangani masalah promotif dan preventif”.

Sedangkan pernyataan dari informan yaitu Kepala Puskesmas Helvetia Medan sebagai berikut:

“ Di Puskesmas Helvetia ini tenaga promotif dan preventif saya rasa sudah cukup bagus. Karena mereka sudah banyak pengalaman dalam

“ Di Puskesmas Helvetia ini tenaga promotif dan preventif saya rasa sudah cukup bagus. Karena mereka sudah banyak pengalaman dalam

Dokumen terkait