• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 TESIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 TESIS."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS

HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016

TESIS

Oleh

EPISITREPO LAWOLO 147032101/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

DI PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

EPISITREPO LAWOLO 147032101/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016

NamaMahasiswa : EpisitrepoLawolo Nomor Induk Mahasiswa : 147032101

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat MinatStudi : AdministrasidanKebijakanKesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita,S.E, M.Kes) (Drs. AmruNasution, M.Kes)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi S2 Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Tanggal Lulus : 01 September 2016

(4)

Telah diuji

PadaTanggal:01 September 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita,S.E, M.Kes

Anggota : 1. Drs. AmruNasution, M.Kes

2. Dr. Drs. R. KintokoRochadi, MKM 3. dr. HeldyBZ., MPH

(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

DI PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2016 Penulis

EpisitrepoLawolo 147032101/IKM

(6)

ABSTRAK

Pelayanan promotif dan preventif melalui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan menjadi sangat penting terutama untuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak 1 Januari 2014. Berapapun dana yang disediakan oleh pemerintah, tentu akan habis jika tidak disertai peningkatan pelayanan promotif dan preventif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Helvetia Medan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Menggunakan metode wawancara dengan pendalaman pertanyaan kepada enam orang informan yang terdiri dari staf bidang promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan, Kepala Puskesmas Helvetia Medan, staf BPJS Kota Medan, kepala bidang promosi kesehatan Puskesmas Helvetia Medan dan dua orang pasien peserta JKN.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik sebelum maupun setelah diberlakukan program Jaminan Kesehatan Nasional, pelayanan promotif dan preventif tetap dilaksanakan oleh Puskesmas. Upaya kesehatan masyarakat yang telah dilakukan oleh Puskesmas Helvetia Medan antara lain: penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut, penyuluhan kepada ibu hamil, penyuluhan tentang gizi, pengendalian nyamuk penyebab DBD dan penyuluhan pada lansia setelah senam lansia setiap bulannya. Sedangkan upaya kesehatan perorangan yang telah dilakukan adalah home visit pasien TB, home visit gizi kurang dan konseling mengenai penyakit tidak menular.

Berdasarkan hasil penelitian, maka diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pimpinan Puskesmas Helvetia Medan agar meningkatkan kualitas tenaga promotif dan preventif dengan pendidikan dan pelatihan. Diharapkan kepada tenaga kesehatan Puskesmas Helvetia Medan agar lebih meningkatkan motivasinya agar lebih giat memberikan pelayanan promotif dan preventif guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Kata Kunci: Promotif, Preventif, Jaminan Kesehatan Nasional, Era JKN

(7)

ABSTRACT

Promotive and preventive services through the efforts of public health and individual health becomes an important issues, especially to support a national program called Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) which held by Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) since 1 st January 2014. At any cost of health care which collected through dues, it will be just unless it supported by improvement of promotive and preventive service.

The function of this research is to find out hows is the implementasi of promotive and preventive service in JKN era at Helvetia health centers. This is a research with qualitative approach which use an interview as the method of this research. The interviewee are six informants which are the staff health promotion health agency, head of Helvetia health center, head of health promotion health center, staff BPJS Medan, JKN patient two people.

The result of this research shows that both before and after the introduction of the JKN program, promotive and preventive services remain to be implemented by the health centers PHC Helvetia didpublic health efforts such as counseling regarding the health of the elderly, education about oral health, counseling to pregnant women, counseling on balanced nutrition and control of dengue-causing mosquitoes. Which individual health did efforts such as the treatment curative, home visit TB patients, home visit malnutrition, counseling about the non- communicable diseases.

Based on the result of this research we hope that the Health Department of Medan and Health Center Chief of Helvetia improve the quality of health human resoucers by giving more trainning and education to improve monitoring and evaluation function. We hope the Helvetia health center staffs to increase the willingness and motivation to be more active provide preventive and promotive services in order to achieve the best public health degree

Keywords: Promotive, Preventive, JKN, JKN era

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya peneliti dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Analisis Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016”.

Dalam penyelesaian penelitian dan penulisan tesis ini, peneliti banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof.Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. EvawanyY. Aritonang, MSi, selaku Sekretaris Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Juanita, SE,. M.Kes, selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan tesis hingga selesai tepat pada waktunya.

5. Drs. Amru Nasution, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan tesis hingga selesai tepat pada waktunya.

(9)

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku penguji I yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini.

7. dr. Heldy B.Z, MPH, selaku Penguji II yang telah banyak memberikan masukan maupun saran untuk perbaikan tesis ini.

8. Seluruh staff dosen yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan tesis.

9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, yang telah memberikan izin kepada peneliti sehingga peneliti bisa mengambil data dan menjadi partisipan dalam tesis ini.

10. Kepala Puskesmas Helvetia Medan yang memberikan izin dan bersedia menjadi partisipan dalam tesis ini.

11. Orang tua tercinta ayah (alm) dan ibunda serta ibu mertua yang selalu menjadi inspirasi dan selalu mendukung dan memotivasi peneliti sampai selesainya tesis ini tepat pada waktunya.

12. Isteri tercinta Karmila Br Kaban, SKp,. Ns., MKep, yang menjadi pendamping hidup sekaligus teman dan sahabat dalam suka dan duka, menjadi motivator dan selalu mendukung serta mencari solusi terbaik sehingga peneliti bisa menyelesaikan tesis ini dengan baik.

13. Ketiga anakku (Yoel, Cilla dan Varel) yang menjadi sumber kekuatan dan menguatkan peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

(10)

14. Teman-teman seperjuangan peminatan AKK 2014, yang selalu saling menopang satu dengan yang lain, sehingga bersama-sama kita berlomba untuk menyelesaikan tesis dengan baik.

Peneliti menyadari tesis ini belumlah sempurna dan membutuhkan masukan yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan tesis ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini dan harapan peneliti semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan secara khusus kesehatan masyarakat.

Medan, Agustus 2016

Peneliti

Episitrepo Lawolo

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Episitrepo Lawolo, Lahir di Hilimbana tanggal 31 Januari 1974, beragama Kristen Protestan, anak ke dua dari delapan bersaudara dari pasangan Ayahanda Sokhiziduhu Lawolo (+) dan Hermin Waruwu. Menikah dengan Karmila Br Kaban, Mkep dan mempunyai tiga orang anak, sekarang tinggal di perumahan puri anom asri blok BB no. 74 Tanjung Anom.

Pendidikan formal penulis mulai tahun 1987 sampai dengan 1993 menyelesaikan pendidikan di Kabupaten Nias, tahun 1996 tamat D-III Keperawatan Darmo Medan, tahun 2001 tamat S1 Kesehatan Masyarakat USU. FKIP- UMN Medan tamat tahun 2005. Tahun 2014sampai sekarang sedang menyelesaikan pendidikan Magister kesehatan masyarakat di USU dengan peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan.

Mulai tahun 1997 sampai tahun 2003 bekerja sebagai staf pengajar di Yayasan Putra Abadi Langkat - Stabat. Tahun 2003 sampai 2004 sebagai staf pengajar di Yayasan Dharma Husada Pekan Baru. Tahun 2004 sampai sekarang sebagai staf pengajar di Universitas Prima Indonesia. Tahun 2009 sampai 2013 bekerja di Dinas Pendidikan Serdang Bedagai. Tahun 2013 pindah ke Dinas Pendidikan Kota Medan.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. LatarBelakang... 1

1.2. Fokus Penelitian ... 11

1.3. Rumusan Masalah ... 14

1.4. TujuanPenelitian ... 14

1.5. ManfaatPenelitian ... 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 16

2.1.1 Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional ... 17

2.1.2 Beberapa Kebijakan Terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional ... 18

2.2. Fasilitas Kesehatan ... 20

2.3. Puskesmas... 21

2.3.1. Definisi Puskesmas ... 21

2.3.2. Tujuan Puskesmas ... 22

2.3.3. Fungsi Puskesmas ... 22

2.3.4. Peran Puskesmas ... 25

2.3.5. Upaya Penyelenggaraan ... 25

2.3.6. Azas Penyelenggaraan ... 27

2.3.7. Upaya Kesehatan ... 30

2.4. Pelayanan Kesehatan ... 34

2.4.1. Definisi Pelayanan Kesehatan ... 34

2.4.2. Pelayanan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif .... 35

2.4.3. Indikator Keberhasilan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas ... 36

(13)

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif... 38

3.2. Tempat Penelitian ... 38

3.3. Sampel Sumber Data Penelitian ... 39

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5. Teknik Analisis Data ... 41

3.6. Rencana Pengujian Keabsahan Data ... 42

BAB4 HASIL PENELITIAN ... 44

4.1. Gambaran Puskesmas Helvetia Medan 2016 ... 44

4.1.1 Letak Geografi ... 44

4.1.2 Gambaran Kependudukan di Kecamatan Helvetia Medan .. 45

4.1.3 Gambaran Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan... 45

4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan ... 46

4.1.5 Angka Rujukan Puskesmas Helvetia ke Rumah Sakit ... 47

4.2 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era JKN di Puskesmas Helevetia Medan ... 49

4.3 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif pada Era JKN di Puskesmas Helvetia Medan berdasarkan Indikator Masukan (Input) ... 53

4.3.1 Komitmen... 53

4.3.2 Tenaga Kesehatan ... 55

4.3.3 Pendanaan ... 56

4.3.4 Sarana dan Prasarana ... 57

BAB 5 PEMBAHASAN ... 59

5.1 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era JKN di Puskesmas Helvetia Kota Medan ... 59

5.2 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif pada Era JKN di Puskesmas Helvetia Medan berdasarkan Indikator Masukan (Input) ... 65

5.2.1 Komitmen ... 65

5.2.2 Tenaga Kesehatan ... 68

5.2.3 Pendanaan ... 70

5.2.4 Sarana dan Prasarana... 71

BAB 6 KESIMPULANDANSARAN ... 73

(14)

6.1 Kesimpulan ... 73 6.2 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1 Jumlah Penduduk per Kelurahan di Kecamatan Helvetia Medan ... 45 4.2 Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan ... 46 4.3 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016... 47 4.4 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan

Desember 2014 di Puskesmas Helvetia Medan ... 48 4.5 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan

Desember 2015 di Puskesmas Helvetia Medan ... 48 4.6 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan

Juli 2016 di Puskesmas Helvetia Medan ... 49

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1 Fokus Penelitian ... 12

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 78 2. Surat Selesai Penelitian ... 79 3. Pedoman Wawancara ... 80

(18)

ABSTRAK

Pelayanan promotif dan preventif melalui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan menjadi sangat penting terutama untuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak 1 Januari 2014. Berapapun dana yang disediakan oleh pemerintah, tentu akan habis jika tidak disertai peningkatan pelayanan promotif dan preventif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Helvetia Medan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Menggunakan metode wawancara dengan pendalaman pertanyaan kepada enam orang informan yang terdiri dari staf bidang promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan, Kepala Puskesmas Helvetia Medan, staf BPJS Kota Medan, kepala bidang promosi kesehatan Puskesmas Helvetia Medan dan dua orang pasien peserta JKN.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik sebelum maupun setelah diberlakukan program Jaminan Kesehatan Nasional, pelayanan promotif dan preventif tetap dilaksanakan oleh Puskesmas. Upaya kesehatan masyarakat yang telah dilakukan oleh Puskesmas Helvetia Medan antara lain: penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut, penyuluhan kepada ibu hamil, penyuluhan tentang gizi, pengendalian nyamuk penyebab DBD dan penyuluhan pada lansia setelah senam lansia setiap bulannya. Sedangkan upaya kesehatan perorangan yang telah dilakukan adalah home visit pasien TB, home visit gizi kurang dan konseling mengenai penyakit tidak menular.

Berdasarkan hasil penelitian, maka diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pimpinan Puskesmas Helvetia Medan agar meningkatkan kualitas tenaga promotif dan preventif dengan pendidikan dan pelatihan. Diharapkan kepada tenaga kesehatan Puskesmas Helvetia Medan agar lebih meningkatkan motivasinya agar lebih giat memberikan pelayanan promotif dan preventif guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Kata Kunci: Promotif, Preventif, Jaminan Kesehatan Nasional, Era JKN

(19)

ABSTRACT

Promotive and preventive services through the efforts of public health and individual health becomes an important issues, especially to support a national program called Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) which held by Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) since 1 st January 2014. At any cost of health care which collected through dues, it will be just unless it supported by improvement of promotive and preventive service.

The function of this research is to find out hows is the implementasi of promotive and preventive service in JKN era at Helvetia health centers. This is a research with qualitative approach which use an interview as the method of this research. The interviewee are six informants which are the staff health promotion health agency, head of Helvetia health center, head of health promotion health center, staff BPJS Medan, JKN patient two people.

The result of this research shows that both before and after the introduction of the JKN program, promotive and preventive services remain to be implemented by the health centers PHC Helvetia didpublic health efforts such as counseling regarding the health of the elderly, education about oral health, counseling to pregnant women, counseling on balanced nutrition and control of dengue-causing mosquitoes. Which individual health did efforts such as the treatment curative, home visit TB patients, home visit malnutrition, counseling about the non- communicable diseases.

Based on the result of this research we hope that the Health Department of Medan and Health Center Chief of Helvetia improve the quality of health human resoucers by giving more trainning and education to improve monitoring and evaluation function. We hope the Helvetia health center staffs to increase the willingness and motivation to be more active provide preventive and promotive services in order to achieve the best public health degree

Keywords: Promotive, Preventive, JKN, JKN era

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.6. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan “Primary Health Care Reforms”. Intinya adalah reformasi universal coverage, service delivery, public policy dan leadership.

Revitalisasi PHC akan berdampak pada puskesmas untuk penetapan fungsi puskesmas yang dapat menjawab arah kebijakan pembangunan kesehatan yang mengutamakan promotif dan preventif dengan tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Kenyataannya, hingga kini masih ditemui fenomena umum dimana puskesmas masih berfokus pada pendekatan kuratif dari pada promotif dan preventif. Selain itu persepsi masyarakat yang masih menganggap puskesmas hanya sebagai penyedia pengobatan bagi orang sakit atau sebagai fasilitas untuk melaksanakan rujukan ke tingkat yang lebih tinggi. Paradigma sehat yang selalu mengutamakan pendekatan promotif dan preventif masih sangat sukar dipahami dan diadopsi masyarakat dan penyedia layanan di puskesmas.

Paradigma penyedia layanan di puskesmas masih berfokus pada penyembuhan dan pemulihan dengan penekanan pada kuratif dan rehabilitatif dan paradigma ini sudah melekat kuat sehingga tidak mudah tergantikan. Puskesmas

(21)

sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dimana peran puskesmas dimaknai sebagai kontak pertama pada pelayanan kesehatan yang mampu menggeser paradigma yang ada dengan mengedepankan paradigma sehat.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang, peningkatan taraf hidup masyarakat, peningkatan perhatian terhadap pemenuhan hak asasi manusia serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat menyebabkan peningkatan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Oleh karena kondisi ini memberikan dampak pula pada pelayanan kesehatan masyarakat (Jumardi, 2010).

Dalam Kepmenkes RI No. 128 Tahun 2004 dinyatakan bahwa ada tiga fungsi puskesmas yang sejalan dengan fokus pembangunan kesehatan yaitu: sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods), sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat bersifat publik (public goods). Pelayanan kesehatan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan bagi puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. Sementara pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

(22)

Setiap kecamatan di Provinsi Sumatera Utara telah memiliki paling sedikit sebuah puskesmas. Lebih dari 40% desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada tahun 2013 tersedia 569 unit puskesmas, 2.085 unit puskesmas pembantu yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

Dengan demikian setiap 100.000 penduduk Provinsi Sumatera Utara, rata-rata dilayani oleh 4 puskesmas atau satu puskesmas melayani 23.225 jiwa penduduk dan satu puskesmas pembantu melayani 3-4 desa. Pemerataan sarana pelayanan kesehatan dasar diikuti dengan penambahan sarana pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit), dengan penyediaan upaya pelayanan medis spesialistik. Pada tahun 2012, di Sumatera Utara terdapat 201 rumah sakit baik pemerintah dan swasta. Hampir di setiap ibu kota kabupaten/kota telah memiliki rumah sakit pemerintah (kecuali kabupaten pemekaran, yaitu Nias Utara, Nias Barat, dan Kota Gunung Sitoli) (LAKIP, 2013).

Pembangunan kesehatan memprioritaskan upaya promotif dan preventif yang dipadukan secara seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Perhatian khusus diberikan kepada pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, penduduk di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan serta daerah bencana, dengan memperhatikan aspek kesetaraan dan keadilan.

Seiring diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional, terjadi lonjakan kunjungan ke puskesmas untuk layanan pengobatan. Peran puskesmas cenderung bergeser ke arah layanan kesehatan perorangan kuratif dan rehabilitatif. Pergeseran orientasi ini menyebabkan kurangnya penyediaan informasi bagi masyarakat mengenai cara-cara menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Masyarakat menjadi

(23)

rentan terhadap penyakit atau kondisi yang sebetulnya bisa dicegah dengan perilaku hidup sehat. Puskesmas diposisikan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas menjadi ujung tombak pemberdayaan masyarakat dalam menjaga kesehatannya melalui upaya promotif dan preventif.

Berkaitan dengan pentingnya aspek kesehatan dalam rangka pembangunan nasional yang disesuaikan pada kondisi sosial budaya dan geografis penduduk Indonesia, maka pada bulan November 1967 Pemerintah Republik Indonesia merumuskan program kesehatan terpadu sesuai dengan kondisi sosial dan kemampuan rakyat Indonesia yang dinamakan dengan puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai suatu pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu dan menyeluruh dan mudah dijangkau oleh masyarakat.

Dewasa ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air dan bahkan untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas induk dibantu oleh puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Tercatat pada tahun 2015 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.277 unit dan puskesmas pembantu sebanyak 2.587 unit serta puskesmas keliling 5.084 unit (perahu 716 unit dan ambulance 1.302) (Warta Kesehatan Indonesia Edisi Oktober 2014). Adapun jumlah puskesmas yang ada di seluruh wilayah Kota Medan sebanyak 39 unit puskesmas Induk dan 41 unit puskesmas pembantu yang tersebar di semua kecamatan.

Puskesmas merupakan organisasi kesehatan tingkat kecamatan. Berhasil tidaknya puskesmas mencapai visi dan misinya secara berkelanjutan sangat tergantung pada kualitas SDM. Beberapa pakar berpendapat bahwa SDM yang

(24)

berkualitas adalah SDM yang minimal memiliki empat karakteristik yaitu (1) competency (knowledge, skill, abilities dan experince) yang memadai; (2) commitment organisasi; (3) selalu bertindak cost – effectiveness dalam setiap aktivitasnya, dan (4) congruence of goals yaitu bertindak selaras antara tujuan pribadinya dengan tujuan organisasi (Lako dan Sumaryati, 2002).

Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas adalah upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan kesehatan masyarakat tingkat dasar yang harus dilaksanakan yaitu upaya promosi kesehatan, pelayanan kesehatan ibu dan anak dan pelayanan keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan pelayanan pengobatan dasar. Upaya promosi kesehatan masyarakat yang bersifat peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih kurang. Upaya pemberdayaan kesehatan masyarakat belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Departemen Kesehatan, 2009).

Berbagai upaya kesehatan telah dilakukan pemerintah dalam rangka penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih belum optimal di puskesmas. Sampai saat ini upaya kesehatan masih dititikberatkan pada upaya kuratif sehingga masih dirasakan kurangnya upaya kesehatan promotif dan preventif (Hapsara, 2004).

(25)

Promosi kesehatan puskesmas merupakan upaya puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) (Departemen Kesehatan RI, 2010).

Tenaga promosi kesehatan masyarakat puskesmas adalah tenaga kesehatan masyarakat yang diberikan tugas untuk menangani program promosi kesehatan masyarakat di puskesmas sebagai bagian dari tugas pokok puskesmas adalah melaksanakan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas dan melakukan pembinaan kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004).

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 114/Menkes/SK/VII/2005, tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan di perkotaan disebutkan bahwa standar khusus promosi kesehatan untuk puskesmas perkotaan menurut Standar Ketenagaan (Permenkes 75 tahun 2014) adalah minimal 2 orang tenaga kesehatan sementara daerah pedesaan 1 orang.

Pusat promosi kesehatan dalam perkembangannya melihat beberapa hal yang perlu dibenahi sesuai dengan tugas pokok promosi kesehatan dan kebijakan promosi kesehatan serta masalah-masalah yang menyangkut kesehatan. Masalah yang penting dan perlu disikapi adalah kurangnya fokus dan konsistensi program promosi kesehatan dalam pencapaian indikator PHBS: 65 % tahun 2010, sukar merubah mind- set paradigma sakit ke paradigma sehat, masih lemah kemauan dan kemampuan dalam menyusun rencana promosi kesehatan, kurang mampu memahami konsep

(26)

promosi kesehatan, koordinasi antar pusat dan propinsi serta antar propinsi dengan daerah yang masih kurang serta terbatasnya sumber daya yang dapat menunjang upaya promosi kesehatan (Departemen Kesehatan, 2007).

Target pencapaian program promosi kesehatan berdasarkan kewenangan wajib dan Standart Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan kabupaten/kota.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga sebesar 90%, pemberian ASI eksklusif sebesar 80%, posyandu purnama sebesar 40% sesuai dengan target pencapaian secara nasional (Hapsara, 2004).

Pelayanan promotif dan preventif harusnya menjadi lebih diperhatikan terutama untuk mendukung diberlakukannya JKN yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). Fungsi inti dari BPJS adalah pengumpulan iuran, pengelompokkan resiko dan pembayaran provider. Sebesar apapun biaya kesehatan yang dikumpulkan melalui iuran tentu akan habis jika tidak disertai usaha promotif dan preventif (Rustianto, 2013).

Dalam sistem kesehatan nasional, puskesmas diposisikan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas menjadi ujung tombak pemberdayaan masyarakat dalam menjaga kesehatannya melalui upaya promotif dan preventif. Seiring dengan diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), terjadi lonjakan kunjungan ke puskesmas untuk layanan pengobatan. Peran puskesmas cenderung bergeser ke arah layanan kesehatan perorangan kuratif dan rehabilitatif. Pergeseran orientasi ini menyebabkan kurangnya penyediaan informasi bagi masyarakat mengenai cara-cara menjaga kesehatan dan mencengah penyakit.

(27)

Masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit atau kondisi yang sebetulnya bisa dicegah dengan perilaku hidup sehat, seperti diare, ISPA dan kekurangan gizi.

Pencapaian target program promosi kesehatan dan penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kota Medan menunjukkan bahwa persentase rumah sehat sebesar 196.975 (38%) dari 518.657 rumah yang diperiksa. Dari 196.975 rumah tangga yang dipantau terdapat 154.574 (78,5%) rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat. Belum mencapai target yang telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu 90% (Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2014).

Dari data profil Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2015 terlihat dari sepuluh jenis penyakit terbanyak masih didominasi oleh penyakit yang bisa dicegah melalui tindakan promotif dan preventif seperti penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas sebanyak 14.875 kasus (27,1%), penyakit gastritis sebanyak 13.453 kasus (24,4%), penyakit hipertensi sebanyak 12.658 kasus (23%), penyakit kulit alergi sebanyak 8.774 kasus (15,9%), anemia sebanyak 2.852 kasus (5,2%), penyakit diare sebanyak 1.589 kasus (2,8%), penyakit malaria sebanyak 857 kasus (1,6%).

Sedangkan di puskesmas Helvetia Medan tahun 2015 didominasi oleh beberapa penyakit yang bisa dicegah melalui tindakan promotif dan preventif seperti infeksi saluran pernapasan bagian atas sebanyak 1.577 kasus (30,3%), hipertensi sebanyak 1.203 kasus (23,1%), gastritis sebanyak 980 kasus (18,8%), penyakit kulit sebanyak 655 kasus (12,6%), penyakit diare sebanyak 426 kasus (8,2%), anemia sebanyak 288 kasus (5,5%), malaria sebanyak 74 kasus (1,4%).

(28)

Dari 39 Puskesmas yang ada di Kota Medan, Puskesmas Helvetia merupakan puskesmas yang paling banyak peserta JKN. Terdapat 66.542 peserta JKN kelompok apapun, termasuk Jamkesmas dan Askes Sosial. Puskesmas Helvetia menempati urutan pertama sebagai peserta terbanyak JKN terbanyak dari seluruh Puskesmas yang ada di kota Medan. Puskesmas Helvetia memiliki jumlah kunjungan rata-rata 157 orang/hari, baik peserta JKN maupun pasien umum. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Puskesmas Helvetia dengan wawancara terhadap pasien peserta JKN, masih kurangnya diberikan penyuluhan kesehatan perorangan yang meliputi paling sedikit mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pengelolaan faktor resiko penyakit.

Upaya preventif di Puskesmas Helvetia Medan sebagai tambahan di era JKN yaitu adanya kegiatan Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) yang dirancang untuk memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif bagi masyarakat berupa pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan gula darah dan kolesterol serta senam yang dilakukan setiap hari Jumat setiap minggunya di halaman puskesmas. Kegiatan ini didanai oleh BPJS yang besarnya Rp. 500.000, per bulan.

Pelaksanaan promosi dan preventif di Puskesmas Helvetia Medan masih sangat minim, idealnya pelaksanaan dimulai dari ruangan pendaftaran, ruang tunggu, ruang pemeriksaan, ruang pengambilan obat sampai masyarakat pulang, kenyataannya di Puskesmas Helvetia Medan hal itu tidak terlaksana. Poster di ruang tunggu, ruang pemeriksaan dan ruang pengobatan masih sangat minim. Poster-poster itu adalah poster yang berasal dari Depkes Pusat dan tidak ada ditemukan poster atau

(29)

tulisan yang dibuat oleh petugas promosi sendiri. Demikian halnya dengan peralatan yang dapat menunjang pelaksanaan promosi dan preventif kesehatan masih jauh dari yang diharapkan.

Hasil wawancara singkat dengan petugas promosi kesehatan pada tanggal 17 Pebruari 2016 di puskesmas Helvetia Medan menyatakan bahwa kurang berjalannya promosi kesehatan masyarakat di puskesmas disebabkan beberapa hal yaitu tenaga kesehatan pada program promosi kesehatan di puskesmas masih dibebani dengan tugas lain seperti memberi imunisasi, melaksanakan kegiatan administrasi, memeriksa dan memberikan terapi terhadap pasien. Kondisi ini juga mengakibatkan pencapaian target promosi kesehatan belum optimal.

Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa pelayanan promotif dan preventif tidak berjalan dengan baik di beberapa puskesmas seperti penelitian yang dilakukan oleh Ummiyum tentang implementasi pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Tapian Dolok kabupaten Simalungun tahun 2015 belum berjalan secara maksimal sehingga cakupan pelayanan masih rendah dan diakibatkan oleh karena kualitas dan kuantitas dari tenaga, dana dan sarana prasarana promotif dan preventif masih kurang memadai di puskesmas.

Sementara menurut penelitian Purwindah (2006), tentang pengaruh upaya promotif dan preventif keluarga dan infeksi terhadap kejadian kurang protein (KEP) menyatakan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap KEP adalah upaya preventif (kecukupan energi dan protein) dan infeksi di wilayah kerja Puskesmas Gedangan kecamatan Tuntang Semarang.

(30)

Sedangkan penelitian Marjianto (2012), tentang hubungan kegiatan promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan oleh perawat gigi dengan prevalensi karies gigi siswa SD/MI wilayah Puskesmas di kota Surabaya, menyimpulkan bahwa kegiatan promotif tidak memiliki hubungan dengan prevalensi karies gigi dan tidak ada hubungan kegiatan preventif kesehatan gigi dan mulut dengan karies.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas yang dikaitkan dengan dasar pentingnya promosi kesehatan di puskesmas dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian : bagaimana pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016.

1.7. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era Jaminan Kesehatan Nasional melalui indikator masukan (Input), proses (Process), dan keluaran (output).

Oleh karena itu fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut:

(31)

Gambar 1.1 Fokus Penelitian

Berdasarkan gambar di atas maka dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut:

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) agar dapat berjalan dengan baik meliputi: komitmen, tenaga kesehatan, pendanaan serta sarana prasarana.

a. Komitmen adalah rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak. Dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta serta individu.

b. Tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan seperti dokter, dokter gigi, sarjana kesehatan masyarakat, perawat dan bidan yang dapat melaksanakan

Masukan:

1.Komitmen

2.Tenaga kesehatan 3.Pendanaan

4.Sarana dan prasarana

Proses:

Pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat

(UKM) dan Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP)

Keluaran:

Pelayanan Promotif dan Preventif

(32)

pelayanan promotif dan preventif melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) ataupun Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).

c. Pendanaan adalah adanya materi dalam bentuk uang yang digunakan untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif.

d. Sarana dan prasarana termasuk di dalamnya ruangan atau tempat untuk melaksanakan UKM dan UKP, media dan peralatan pendukung terlaksananya layanan promotif dan preventif.

2. Proses (process) adalah kegiatan-kegiatan layanan promotif dan preventif melalui upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) di puskesmas.

a. Upaya kesehatan masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesehatan, mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan yang ada di masyarakat seperti promosi kesehatan, penyuluhan kesehatan pada ibu dan anak, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, perbaikan gizi dan penyehatan lingkungan.

b. Upaya kesehatan perorangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga medis ataupun paramedis di puskesmas untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan kegiatan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada individu. Pelayanan

(33)

perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu dengan rawat inap.

3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif. Diharapkan adanya peningkatan pelayanan promotif dan preventif melalui upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) terutama dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di fasilitas kesehatan tingkat pertama yakni puskesmas.

a. Pelayanan promotif adalah upaya yang dilakukan puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pelayanan preventif adalah upaya yang dilakukan puskesmas untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

1.8. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan:

Bagaimana pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Hevetia Medan Tahun 2016.

1.9. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pelayanan promosi kesehatan dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Helvetia Kota Medan.

(34)

1.10. Manfaat Penelitian

1.10.1. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam mewujudkan pembangunan kesehatan terutama dalam era Jaminan Kesehatan Nasional.

1.10.2. Sebagai masukan bagi tenaga promosi kesehatan di Puskesmas Helvetia Kota Medan dalam mendukung fungsi utama puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan terutama dalam era Jaminan Kesehatan Nasional.

1.10.3. Sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu kesehatan masyarakat terutama di bidang administrasi dan kebijakan kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era Jaminan Kesehatan Nasional.

1.10.4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.

(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan kesehatan menurut Soekamto 2006 adalah sebuah sistem yang memungkinkan seseorang terbebas dari beban biaya berobat yang relatif mahal yang menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar hidup lain (makan, sekolah, bekerja dan bersosialisasi).

Jaminan Kesehatan Nasional yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Kesehatan Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN.

Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Kemenkes, 2014).

Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Selain itu manfaat JKN mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis (Kepmenkes, 2014)

(36)

2.1.3 Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional

JKN mengacu pada prinsip-prinsip SJSN sebagai berikut:

1. Prinsip Kegotongroyongan

Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan Indonesia. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu dan peserta yang sehat membantu peserta yang sakit atau beresiko tinggi. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk tanpa pandang bulu. Dengan demikian melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Prinsip Nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba untuk mencari laba (for profit oriented). Dan yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat sehingga hasil pengembangannya akan dimanfaatkan sebesar- besarnya untuk kepentingan peserta. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

3. Prinsip Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah

(37)

pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.

4. Prinsip Kepersertaan Bersifat Wajib

Kepersertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepersertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemeritah serta kelayakan penyelenggaraan program.

Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri sehingga pada akhirnya SJSN dapat mencakup seluruh rakyat.

5. Prinsip Dana Amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

6. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta (Kepmenkes, 2014)

2.1.4 Beberapa Kebijakan Terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional

Mengenai pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013. Penjelasan bahwa peserta JKN berhak mendapatkan pelayanan promotif dan preventif tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 pada pasal 13 yaitu: “setiap peserta berhak

(38)

memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan”

Manfaat Jaminan Kesehatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 21 yaitu “manfaat promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan: penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana dan skrinning kesehatan”. Kemudian Pasal 22 menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup :

1. Administrasi pelayanan

2. Pelayanan promotif dan preventif

3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

4. Tindakan medis non spesialistik baik operatif maupun non operatif 5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

6. Tranfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama 8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

Selain itu, pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi JKN pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2014. Tertera pada pasal 12, bahwa dana kapitasi JKN di FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud

(39)

meliputi jasa pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.

Jasa pelayanan kesehatan di FKTP atau puskesmas ditetapkan sekurang- kurangnya 60% (enam puluh persen) dari total penerimaan dana kapitasi JKN dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan yang meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya.

Dalam menyelenggarakan JKN, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial membuat peraturan BPJS No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional yang menjelaskan kepersertaan, iuran kepersertaan jaminan kesehatan, penyelenggaraan pelayanan, peningkatan mutu dan penambahan manfaat jaminan kesehatan, kompensasi, kendali mutu dan kendali biaya serta pelaporan dan utilization review.

2.6. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (tingkat pertama) meliputi pelayanan rawat jalan

(40)

dan rawat inap. Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah:

a. Rawat Jalan Tingkat Pertama 1) Puskesmas atau yang setara 2) Praktek dokter

3) Praktek dokter gigi

4) Klinik pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama milik TNI/Polri

5) Rumah sakit kelas D pratama atau yang setara.

b. Rawat Inap Tingkat Pertama

Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan fasilitas rawat inap (BPJS, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan).

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus.

2.3 Puskesmas

2.3.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu

(41)

kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya (Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditunjukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin golongan dan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

2.3.2 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

2.3.3 Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang

(42)

lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.

Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibu kota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).

Menurut Trihono (2005) ada tiga fungsi puskesmas yaitu pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

(43)

Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi(private goods)dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan tertentu ditambah dengan rawat inap.

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan

(44)

teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

2.3.4 Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat fital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi,2009).

2.3.5 Upaya Penyelenggaraan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan

(45)

menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan(Trihono, 2005).

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarka komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan (Trihono, 2005).

Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olah raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya pembinaan pengobatan tradisional( Trihono, 2005).

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yakni upaya di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).

(46)

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target serta cakupan peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatann pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota (Trihono, 2005).

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.

Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya. Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).

2.3.6 Azas Penyelenggaraan

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu tersebut dikembangkan

(47)

dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari stiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan dan azas rujukan (Trihono, 2005).

Azas pertanggungjawaban wilayah berarti puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan seperti menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan, memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya dan menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya(Trihono, 2005).

Azas pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap puskesmas. Untuk itu, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain upaya kesehatan ibu dan anak(posyandu, polindes dan bina keluarga balita), upaya pengobatan(posyandu, pos obat desa), upaya

(48)

perbaikan gizi(posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi), upaya kesehatan sekolah (dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua atau wali murid, saka bakti husada dan pos kesehatan pesantren), upaya kesehatan lingkungan (kelompok pemakai air bersih, dan desa percontohan kesehatan lingkungan), upaya kesehatan usia lanjut (posyandu usila dan panti werda), upaya kesehatan kerja (pos upaya kesehatan kerja), upaya kesehatan jiwa (posyandu, tim pelaksanaan kesehatan jiwa masyarakat), upaya pembinaan dan jaminan kesehatan (dana sehat, tabungan ibu bersalin, mobilisasi dana keagamaan) (Trihono, 2005).

Azas keterpaduan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang diperhatikan yaitu keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas sektor (Trihono, 2005).

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas sedangkan untuk keterpaduan lintas sektor merupakan upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Azas rujukan digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan

(49)

kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembagan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan (Trihono, 2005).

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama (Trihono, 2005).

2.3.7 Upaya Kesehatan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di

(50)

wilayah Indonesia(Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004). Upaya kesehatan wajib tersebut adalah sebagai berikut:

a. Upaya Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter dalam Maulana, 2009). Proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan pemberian informasi (seperti kegaiatan penyuluhan, KIE, dan pendidikan kesehatan), tetapi juga menyangkut penggalangan berbagai dukungan di masyarakat (Maulana, 2009).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.

Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sasaran penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikut:

(51)

1. Sasaran Jangkauan Penyuluhan a) kelompok umum

b) kelompok khusus

1). Masyarakat daerah terpencil/terasing

2). Masyarakat daerah pemukiman baru (transmigran/perbatasan) 3). Masyarakat korban bencana/masalah kesehatan (KLB).

4). Masyarakat kelompok rentan (ibu hamil, lansia)

5). Masyarakat yang berada di berbagai institusi (rumah sakit, posyandu)

6). Masyarakat yang mempunyai pengaruh dalam proses pengambilan keputusan (pemuka agama, kepala keluarga).

7). Kelompok-kelompok yang mempunyai potensi dalam kegiatan penyuluhan (PKK, Karang Taruna).

2. Sasaran Hasil Penyuluhan.

Sasaran tersebut di atas yang telah mengalami perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku dikaitkan dengan sasaran program.

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat disamping faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan perilaku. Bahaya potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun biologi. Sejalan dengan kebijakan paradigma sehat yang

(52)

mengutamakan upaya-upaya yang bersifat promotif dan preventif. Maka upaya kesehatan lingkungan sangat penting.

Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan agar terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan menuju keluarga dan masyarakat yang lebih baik.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan perlindungan bayi, anak dibawah lima tahun (balita) dan anak usia prasekolah dalam proses tumbuh kembang. Termasuk di dalamnya pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemuka masyarakat, dukun bayi, pembinaan kesehatan anak.

Upaya kesehatan keluarga berencana (KB) adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas. Prioritas pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka kelahiran nasional.

Upaya peningkatan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari

(53)

berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.

Kegiatan masyarakat berupa peningkatan gizi dalam keluarga di Indonesia bersifat lintas sektor yang dilaksanakan oleh kesehatan, pertanian, BKKBN, agama dan PKK. Upaya perbaikan gizi bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.

Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular meliputi kuratif, pemutusan rantai penularan, promosi kesehatan dan surveilans.

Pemberian kekebalan kepada host bisa melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.

2.4 Pelayanan Kesehatan

2.4.1 Definisi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat (Azwar, 1996).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh meliputi kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

Gambar

Gambar 1.1 Fokus Penelitian
Tabel 4.4 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan  Desember 2014 di Puskesmas Helvetia Medan

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya dari, oleh, untuk dan.. bersama masyarakat, agar mereka dapat secara optimal menolong

Apakah Bapak/ Ibu mengetahui adanya kegiatan penyuluhan kesehatan atau pelayanan pencegahan penyakit (program promotif dan preventif) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional pada pengelolaan dan pemanfaatan dana

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Saran Untuk Peningkatan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era JKN di Puskesmas Belawan

Departemen Kesehatan RI menetapkan bahwa salah satu upaya pencapaian derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal bagi masyarakat adalah dengan menurunkan insiden

“Disini kita sudah lebih mengupayaan agar pelayanan-pelayanan lebih mengedepankan promotif dan preventif, jadi five levels of prevention nya di masukan agar bisa mencegah masyarakat