• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.6. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

tentang perlunya melakukan “Primary Health Care Reforms”. Intinya adalah reformasi universal coverage, service delivery, public policy dan leadership. Revitalisasi PHC akan berdampak pada puskesmas untuk penetapan fungsi

puskesmas yang dapat menjawab arah kebijakan pembangunan kesehatan yang

mengutamakan promotif dan preventif dengan tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

rehabilitatif.

Kenyataannya, hingga kini masih ditemui fenomena umum dimana puskesmas

masih berfokus pada pendekatan kuratif dari pada promotif dan preventif. Selain itu

persepsi masyarakat yang masih menganggap puskesmas hanya sebagai penyedia

pengobatan bagi orang sakit atau sebagai fasilitas untuk melaksanakan rujukan ke

tingkat yang lebih tinggi. Paradigma sehat yang selalu mengutamakan pendekatan

promotif dan preventif masih sangat sukar dipahami dan diadopsi masyarakat dan

penyedia layanan di puskesmas.

Paradigma penyedia layanan di puskesmas masih berfokus pada

penyembuhan dan pemulihan dengan penekanan pada kuratif dan rehabilitatif dan

(2)

sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dimana peran puskesmas

dimaknai sebagai kontak pertama pada pelayanan kesehatan yang mampu menggeser

paradigma yang ada dengan mengedepankan paradigma sehat.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang, peningkatan taraf

hidup masyarakat, peningkatan perhatian terhadap pemenuhan hak asasi manusia

serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat menyebabkan

peningkatan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Oleh

karena kondisi ini memberikan dampak pula pada pelayanan kesehatan masyarakat

(Jumardi, 2010).

Dalam Kepmenkes RI No. 128 Tahun 2004 dinyatakan bahwa ada tiga fungsi

puskesmas yang sejalan dengan fokus pembangunan kesehatan yaitu: sebagai pusat

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat

pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan

yang bersifat pribadi (private goods), sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat

bersifat publik (public goods). Pelayanan kesehatan perorangan tersebut adalah rawat

jalan dan bagi puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. Sementara pelayanan

kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan

penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,

keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan

masyarakat lainnya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan telah berhasil menyediakan

(3)

Setiap kecamatan di Provinsi Sumatera Utara telah memiliki paling sedikit sebuah

puskesmas. Lebih dari 40% desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan

pemerintah. Pada tahun 2013 tersedia 569 unit puskesmas, 2.085 unit puskesmas

pembantu yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

Dengan demikian setiap 100.000 penduduk Provinsi Sumatera Utara, rata-rata

dilayani oleh 4 puskesmas atau satu puskesmas melayani 23.225 jiwa penduduk dan

satu puskesmas pembantu melayani 3-4 desa. Pemerataan sarana pelayanan kesehatan

dasar diikuti dengan penambahan sarana pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit),

dengan penyediaan upaya pelayanan medis spesialistik. Pada tahun 2012, di Sumatera

Utara terdapat 201 rumah sakit baik pemerintah dan swasta. Hampir di setiap ibu kota

kabupaten/kota telah memiliki rumah sakit pemerintah (kecuali kabupaten

pemekaran, yaitu Nias Utara, Nias Barat, dan Kota Gunung Sitoli) (LAKIP, 2013).

Pembangunan kesehatan memprioritaskan upaya promotif dan preventif yang

dipadukan secara seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Perhatian khusus

diberikan kepada pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, penduduk di daerah

terpencil, perbatasan dan kepulauan serta daerah bencana, dengan memperhatikan

aspek kesetaraan dan keadilan.

Seiring diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional, terjadi lonjakan

kunjungan ke puskesmas untuk layanan pengobatan. Peran puskesmas cenderung

bergeser ke arah layanan kesehatan perorangan kuratif dan rehabilitatif. Pergeseran

orientasi ini menyebabkan kurangnya penyediaan informasi bagi masyarakat

(4)

rentan terhadap penyakit atau kondisi yang sebetulnya bisa dicegah dengan perilaku

hidup sehat. Puskesmas diposisikan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

pertama. Puskesmas menjadi ujung tombak pemberdayaan masyarakat dalam

menjaga kesehatannya melalui upaya promotif dan preventif.

Berkaitan dengan pentingnya aspek kesehatan dalam rangka pembangunan

nasional yang disesuaikan pada kondisi sosial budaya dan geografis penduduk

Indonesia, maka pada bulan November 1967 Pemerintah Republik Indonesia

merumuskan program kesehatan terpadu sesuai dengan kondisi sosial dan

kemampuan rakyat Indonesia yang dinamakan dengan puskesmas (Pusat Kesehatan

Masyarakat) sebagai suatu pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif

dan preventif secara terpadu dan menyeluruh dan mudah dijangkau oleh masyarakat.

Dewasa ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air dan

bahkan untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas induk dibantu oleh

puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Tercatat pada tahun 2015 jumlah

puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.277 unit dan puskesmas pembantu sebanyak

2.587 unit serta puskesmas keliling 5.084 unit (perahu 716 unit dan ambulance 1.302)

(Warta Kesehatan Indonesia Edisi Oktober 2014). Adapun jumlah puskesmas yang

ada di seluruh wilayah Kota Medan sebanyak 39 unit puskesmas Induk dan 41 unit

puskesmas pembantu yang tersebar di semua kecamatan.

Puskesmas merupakan organisasi kesehatan tingkat kecamatan. Berhasil

tidaknya puskesmas mencapai visi dan misinya secara berkelanjutan sangat

(5)

berkualitas adalah SDM yang minimal memiliki empat karakteristik yaitu (1)

competency (knowledge, skill, abilities dan experince) yang memadai; (2)

commitment organisasi; (3) selalu bertindak cost – effectiveness dalam setiap aktivitasnya, dan (4) congruence of goals yaitu bertindak selaras antara tujuan

pribadinya dengan tujuan organisasi (Lako dan Sumaryati, 2002).

Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas adalah upaya kesehatan

wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Sekurang-kurangnya ada enam jenis

pelayanan kesehatan masyarakat tingkat dasar yang harus dilaksanakan yaitu upaya

promosi kesehatan, pelayanan kesehatan ibu dan anak dan pelayanan keluarga

berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular

dan pelayanan pengobatan dasar. Upaya promosi kesehatan masyarakat yang bersifat

peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih kurang. Upaya

pemberdayaan kesehatan masyarakat belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu

dan berkesinambungan (Departemen Kesehatan, 2009).

Berbagai upaya kesehatan telah dilakukan pemerintah dalam rangka

penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat

peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih belum optimal di puskesmas. Sampai saat ini upaya kesehatan masih dititikberatkan pada upaya kuratif

sehingga masih dirasakan kurangnya upaya kesehatan promotif dan preventif

(6)

Promosi kesehatan puskesmas merupakan upaya puskesmas melaksanakan

pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan

kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan

mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) (Departemen

Kesehatan RI, 2010).

Tenaga promosi kesehatan masyarakat puskesmas adalah tenaga kesehatan

masyarakat yang diberikan tugas untuk menangani program promosi kesehatan

masyarakat di puskesmas sebagai bagian dari tugas pokok puskesmas adalah

melaksanakan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas dan

melakukan pembinaan kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004).

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 114/Menkes/SK/VII/2005,

tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan di perkotaan disebutkan bahwa

standar khusus promosi kesehatan untuk puskesmas perkotaan menurut Standar

Ketenagaan (Permenkes 75 tahun 2014) adalah minimal 2 orang tenaga kesehatan

sementara daerah pedesaan 1 orang.

Pusat promosi kesehatan dalam perkembangannya melihat beberapa hal yang

perlu dibenahi sesuai dengan tugas pokok promosi kesehatan dan kebijakan promosi

kesehatan serta masalah-masalah yang menyangkut kesehatan. Masalah yang penting

dan perlu disikapi adalah kurangnya fokus dan konsistensi program promosi

kesehatan dalam pencapaian indikator PHBS: 65 % tahun 2010, sukar merubah

(7)

promosi kesehatan, koordinasi antar pusat dan propinsi serta antar propinsi dengan

daerah yang masih kurang serta terbatasnya sumber daya yang dapat menunjang

upaya promosi kesehatan (Departemen Kesehatan, 2007).

Target pencapaian program promosi kesehatan berdasarkan kewenangan

wajib dan Standart Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan kabupaten/kota.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga sebesar 90%,

pemberian ASI eksklusif sebesar 80%, posyandu purnama sebesar 40% sesuai dengan

target pencapaian secara nasional (Hapsara, 2004).

Pelayanan promotif dan preventif harusnya menjadi lebih diperhatikan

terutama untuk mendukung diberlakukannya JKN yang diselenggarakan oleh Badan

Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). Fungsi inti dari BPJS adalah pengumpulan

iuran, pengelompokkan resiko dan pembayaran provider. Sebesar apapun biaya

kesehatan yang dikumpulkan melalui iuran tentu akan habis jika tidak disertai usaha

promotif dan preventif (Rustianto, 2013).

Dalam sistem kesehatan nasional, puskesmas diposisikan sebagai fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas menjadi ujung tombak

pemberdayaan masyarakat dalam menjaga kesehatannya melalui upaya promotif dan

preventif. Seiring dengan diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),

terjadi lonjakan kunjungan ke puskesmas untuk layanan pengobatan. Peran

puskesmas cenderung bergeser ke arah layanan kesehatan perorangan kuratif dan

rehabilitatif. Pergeseran orientasi ini menyebabkan kurangnya penyediaan informasi

(8)

Masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit atau kondisi yang sebetulnya bisa

dicegah dengan perilaku hidup sehat, seperti diare, ISPA dan kekurangan gizi.

Pencapaian target program promosi kesehatan dan penyehatan lingkungan

Dinas Kesehatan Kota Medan menunjukkan bahwa persentase rumah sehat sebesar

196.975 (38%) dari 518.657 rumah yang diperiksa. Dari 196.975 rumah tangga yang

dipantau terdapat 154.574 (78,5%) rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan

sehat. Belum mencapai target yang telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota

Medan yaitu 90% (Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2014).

Dari data profil Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2015 terlihat dari sepuluh

jenis penyakit terbanyak masih didominasi oleh penyakit yang bisa dicegah melalui

tindakan promotif dan preventif seperti penyakit infeksi saluran pernapasan bagian

atas sebanyak 14.875 kasus (27,1%), penyakit gastritis sebanyak 13.453 kasus

(24,4%), penyakit hipertensi sebanyak 12.658 kasus (23%), penyakit kulit alergi

sebanyak 8.774 kasus (15,9%), anemia sebanyak 2.852 kasus (5,2%), penyakit diare

sebanyak 1.589 kasus (2,8%), penyakit malaria sebanyak 857 kasus (1,6%).

Sedangkan di puskesmas Helvetia Medan tahun 2015 didominasi oleh

beberapa penyakit yang bisa dicegah melalui tindakan promotif dan preventif seperti

infeksi saluran pernapasan bagian atas sebanyak 1.577 kasus (30,3%), hipertensi

sebanyak 1.203 kasus (23,1%), gastritis sebanyak 980 kasus (18,8%), penyakit kulit

sebanyak 655 kasus (12,6%), penyakit diare sebanyak 426 kasus (8,2%), anemia

(9)

Dari 39 Puskesmas yang ada di Kota Medan, Puskesmas Helvetia merupakan

puskesmas yang paling banyak peserta JKN. Terdapat 66.542 peserta JKN kelompok

apapun, termasuk Jamkesmas dan Askes Sosial. Puskesmas Helvetia menempati

urutan pertama sebagai peserta terbanyak JKN terbanyak dari seluruh Puskesmas

yang ada di kota Medan. Puskesmas Helvetia memiliki jumlah kunjungan rata-rata

157 orang/hari, baik peserta JKN maupun pasien umum. Berdasarkan hasil survei

pendahuluan di Puskesmas Helvetia dengan wawancara terhadap pasien peserta JKN,

masih kurangnya diberikan penyuluhan kesehatan perorangan yang meliputi paling

sedikit mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pengelolaan faktor

resiko penyakit.

Upaya preventif di Puskesmas Helvetia Medan sebagai tambahan di era JKN

yaitu adanya kegiatan Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) yang

dirancang untuk memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif bagi

masyarakat berupa pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan gula darah dan

kolesterol serta senam yang dilakukan setiap hari Jumat setiap minggunya di halaman

puskesmas. Kegiatan ini didanai oleh BPJS yang besarnya Rp. 500.000, per bulan.

Pelaksanaan promosi dan preventif di Puskesmas Helvetia Medan masih

sangat minim, idealnya pelaksanaan dimulai dari ruangan pendaftaran, ruang tunggu,

ruang pemeriksaan, ruang pengambilan obat sampai masyarakat pulang,

kenyataannya di Puskesmas Helvetia Medan hal itu tidak terlaksana. Poster di ruang

tunggu, ruang pemeriksaan dan ruang pengobatan masih sangat minim. Poster-poster

(10)

tulisan yang dibuat oleh petugas promosi sendiri. Demikian halnya dengan peralatan

yang dapat menunjang pelaksanaan promosi dan preventif kesehatan masih jauh dari

yang diharapkan.

Hasil wawancara singkat dengan petugas promosi kesehatan pada tanggal 17

Pebruari 2016 di puskesmas Helvetia Medan menyatakan bahwa kurang berjalannya

promosi kesehatan masyarakat di puskesmas disebabkan beberapa hal yaitu tenaga

kesehatan pada program promosi kesehatan di puskesmas masih dibebani dengan

tugas lain seperti memberi imunisasi, melaksanakan kegiatan administrasi,

memeriksa dan memberikan terapi terhadap pasien. Kondisi ini juga mengakibatkan

pencapaian target promosi kesehatan belum optimal.

Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa pelayanan promotif

dan preventif tidak berjalan dengan baik di beberapa puskesmas seperti penelitian

yang dilakukan oleh Ummiyum tentang implementasi pelayanan promotif dan

preventif di Puskesmas Tapian Dolok kabupaten Simalungun tahun 2015 belum

berjalan secara maksimal sehingga cakupan pelayanan masih rendah dan diakibatkan

oleh karena kualitas dan kuantitas dari tenaga, dana dan sarana prasarana promotif

dan preventif masih kurang memadai di puskesmas.

Sementara menurut penelitian Purwindah (2006), tentang pengaruh upaya

promotif dan preventif keluarga dan infeksi terhadap kejadian kurang protein (KEP)

menyatakan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap KEP adalah upaya preventif

(kecukupan energi dan protein) dan infeksi di wilayah kerja Puskesmas Gedangan

(11)

Sedangkan penelitian Marjianto (2012), tentang hubungan kegiatan promotif

dan preventif kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan oleh perawat gigi dengan

prevalensi karies gigi siswa SD/MI wilayah Puskesmas di kota Surabaya,

menyimpulkan bahwa kegiatan promotif tidak memiliki hubungan dengan prevalensi

karies gigi dan tidak ada hubungan kegiatan preventif kesehatan gigi dan mulut

dengan karies.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas yang dikaitkan dengan dasar

pentingnya promosi kesehatan di puskesmas dalam upaya meningkatkan pelayanan

kesehatan masyarakat. Maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan

judul penelitian : bagaimana pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era

JKN di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016.

1.7. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaksanaan

pelayanan promotif dan preventif dalam era Jaminan Kesehatan Nasional

melalui indikator masukan (Input), proses (Process), dan keluaran (output).

(12)

Gambar 1.1 Fokus Penelitian

Berdasarkan gambar di atas maka dapat dirumuskan definisi fokus penelitian

sebagai berikut:

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan

(UKP) agar dapat berjalan dengan baik meliputi: komitmen, tenaga kesehatan,

pendanaan serta sarana prasarana.

a. Komitmen adalah rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar

dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan

cara bertindak. Dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan

kelompok sektor swasta serta individu.

b. Tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang

pendidikan di bidang kesehatan seperti dokter, dokter gigi, sarjana

(13)

pelayanan promotif dan preventif melalui Upaya Kesehatan Masyarakat

(UKM) ataupun Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).

c. Pendanaan adalah adanya materi dalam bentuk uang yang digunakan

untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif.

d. Sarana dan prasarana termasuk di dalamnya ruangan atau tempat untuk

melaksanakan UKM dan UKP, media dan peralatan pendukung

terlaksananya layanan promotif dan preventif.

2. Proses (process) adalah kegiatan-kegiatan layanan promotif dan preventif

melalui upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan

(UKP) di puskesmas.

a. Upaya kesehatan masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan puskesmas untuk meningkatkan kesehatan, memelihara

kesehatan, mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan

yang ada di masyarakat seperti promosi kesehatan, penyuluhan kesehatan

pada ibu dan anak, pemberantasan penyakit menular, pengendalian

penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, perbaikan gizi

dan penyehatan lingkungan.

b. Upaya kesehatan perorangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga

medis ataupun paramedis di puskesmas untuk menyembuhkan penyakit

dan memulihkan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan kegiatan

(14)

perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu

dengan rawat inap.

3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu pelaksanaan pelayanan promotif dan

preventif. Diharapkan adanya peningkatan pelayanan promotif dan preventif

melalui upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan

(UKP) terutama dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di fasilitas

kesehatan tingkat pertama yakni puskesmas.

a. Pelayanan promotif adalah upaya yang dilakukan puskesmas untuk

meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

b. Pelayanan preventif adalah upaya yang dilakukan puskesmas untuk

mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

1.8. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan:

Bagaimana pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di

Puskesmas Hevetia Medan Tahun 2016.

1.9. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pelayanan promosi kesehatan

(15)

1.10. Manfaat Penelitian

1.10.1.Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam

mewujudkan pembangunan kesehatan terutama dalam era Jaminan Kesehatan

Nasional.

1.10.2.Sebagai masukan bagi tenaga promosi kesehatan di Puskesmas Helvetia Kota

Medan dalam mendukung fungsi utama puskesmas untuk mewujudkan

pembangunan kesehatan terutama dalam era Jaminan Kesehatan Nasional.

1.10.3.Sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu kesehatan masyarakat

terutama di bidang administrasi dan kebijakan kesehatan dalam pelaksanaan

pelayanan promotif dan preventif dalam era Jaminan Kesehatan Nasional.

Gambar

Gambar 1.1 Fokus Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prediksi keyakinan mahasiswa ilmu komputer serta menganalisis pemanfaatan fasilitas krs online dengan metode pendekatan

JUDUL : BERDAYAKAN KADER POSYANDU MEDIA : REPUBLIKA. TANGGAL : 26

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian Analisis Perbandingan Keuntungan Usaha Docking Kapal Perikanan Berdasarkan Sistem Pembayaran : Studi Kasus Along Jaya Batang

Image-J untuk sampel Magnesium Ferrit PEG 6000 4 gram 43 Gambar 11. Gambar hasil pengujian OM

Hasil tangkapan ikan di laut masih rendah, selain itu bersifat fluktuatif, karena sebagian besar nelayan masih menggunakan teknologi penangkapan ikan secara

Sampel kemudian dikeringkan dan dikarakterisasi meliputi sifat fisis ( true density ), struktur kristal dengan XRD, sifat magnetik menggunakan VSM, daya penyerapan

24 Guru Sejarah tidak menerima usulan dari siswa berkaitan dengan pelajaran yang diajarkan 25 Dalam mengajar, guru sejarah selalu. mengedepankan rasa cinta dan kasih sayang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 5 orang partisipan menderita DM akibat faktor genetik (keturunan dari orang tua) dan 1 orang partisipan menyatakan