• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Biji Pala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Biji Pala"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI

PADA BIJI PALA

TUGAS AKHIR

OLEH:

AGUSTINA K PURBA

NIM 112410003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI

PADA BIJI PALA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

AGUSTINA K. PURBA

NIM 112410003

Medan, April 2014 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Dra. Djendakita Purba, Msi., Apt. NIP 195107031977102001

Disahkan Oleh: Dekan,

(3)

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA

Abstrak

Biji pala adalah tanaman penghasil minyak atsiri yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Minyak atsiri biji pala dapat diperoleh dengan metode destilasi karena cara ini cocok untuk tanaman kering dan untuk minyak yang tahan pemanasan. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar minyak atsiri biji pala dengan menggunakan metode destilasi uap air.

Sampel biji pala diambil dari Pasar Tradisional Padang Bulan, Medan. Minyak pala diperoleh dengan metode destilasi uap air yang dilakukan di UPTD Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen minyak pala rendah yaitu 8,15 %. Hasil ini memenuhi syarat menurut SNI 01-0006-1987 yaitu 8%-14%. Kata kunci : Minya atsiri, biji pala, metode destilasi

(4)

DETERMINATION OF VOLATILE OIL CONTENT SEED OF NUTMEG

Abstract

Nutmeg essential oil is plant that has a high economic value. Nutmeg essential oil obtained by distillation method because this method this suitable for dry the plants are resistant to heating oil. This study aimed at determine nutmeg oil with using method ofsteam distillation.

Nutmeg seed which was used as research material, was taken directly from the traditional markets, Padang Bulan, Medan. Nutmeg oli obtained by using method of steam distillation in the testing Laboratory of Vegetable Oils and Spices UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

The results showed that the yield nutmeg oil is very low 8,15%. The result qualifies according to SNI 01-0006-1987 is 8%-14%.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Biji Pala (Myristica fragans Houtt)” di UPTD BPSMB Medan. Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahlimadya Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak pala yang didapat dari hasil destilasi. Ternyata minyak pala yang didapat memenuhi syarat mutu menurut SNI.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Djendakita Purba, Msi., Apt yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penulisan tugas akhir ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi program Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Suparmin Purba tercinta dan Ibunda Solina Saragih tersayang, yang memberi dukungan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian tugas akhir ini.

(6)

3. Ibu Darwati selaku Penyedia Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah-Rempah UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

4. Kedua abg penulis, Ua Terhulin Purba dan Ongah Jhonrajoki Purba yang super sekali yang selalu memberikan semangat dalam penulisan tugas akhir ini.

5. Teman sekelompok penulis dalam Praktek Kerja Lapangan, Devika, Mariani dan Darma yang memberikan dukungan dan membantu dalam penulisan tugas akhir ini.

6. Teman-teman terkasih yang berada di Gang Medan area no 18A, Lena, Donta, Jeni, Brian dan Rika yang menginspirasi penulis, memberikan semangat dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

7. Sahabat-sahabat yang luar biasa di Analis Farmasi 2011 Dicky, Paul, Boston, Langgu, Eva, Veny, Cinty, Ervina, Sarah dan Desi Monalisa serta seluruh teman seangkatan penulis di Analis Farmasi 2011.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih memiliki kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendukung. Penulis juga berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi pembaca.

Medan, April 2014 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

(8)

2.3.1.1 Pemotongan dan Memperkecil ... 10

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pala ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 19

(9)

5.1 Kesimpulan ... 21 5.2 Saran ... 21 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Spesifikasi Biji Pala Sesuai SNI 01-0006-1987 ... 8 Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri pada Biji Pala ... 18

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri pada Biji Pala ... 22 Lampiran 2. Gambar Alat Pada Penetapan Kadar Minyak Atsiri ... 23

(12)

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA

Abstrak

Biji pala adalah tanaman penghasil minyak atsiri yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Minyak atsiri biji pala dapat diperoleh dengan metode destilasi karena cara ini cocok untuk tanaman kering dan untuk minyak yang tahan pemanasan. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar minyak atsiri biji pala dengan menggunakan metode destilasi uap air.

Sampel biji pala diambil dari Pasar Tradisional Padang Bulan, Medan. Minyak pala diperoleh dengan metode destilasi uap air yang dilakukan di UPTD Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

(13)

DETERMINATION OF VOLATILE OIL CONTENT SEED OF NUTMEG

Abstract

Nutmeg essential oil is plant that has a high economic value. Nutmeg essential oil obtained by distillation method because this method this suitable for dry the plants are resistant to heating oil. This study aimed at determine nutmeg oil with using method ofsteam distillation.

Nutmeg seed which was used as research material, was taken directly from the traditional markets, Padang Bulan, Medan. Nutmeg oli obtained by using method of steam distillation in the testing Laboratory of Vegetable Oils and Spices UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

The results showed that the yield nutmeg oil is very low 8,15%. The result qualifies according to SNI 01-0006-1987 is 8%-14%.

Keywords: nutmeg oil, nutmeg seed, method of steam distillation.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan penghasil minyak atsiri terbesar di dunia. Diperkirakan permintaan minyak atsiri akan tetap prospektif dimasa yang akan datang. Penyebabnya karena makin berkembangnya industri pemakai yang sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pendapatan per kapita, dan kesadaran penduduk untuk menggunakan minyak atsiri alami seiring dengan gerakan “kembali ke alam” (back to nature) yang resikonya lebih aman dibandingkan minyak tiruan yang diproduksi secara sintetis (Lutony, 1994).

Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk hasil penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan (Gunawan, 2001).

Salah satu sentra minyak atsiri adalah di Banda dan Maluku. Sebagian besar minyak atsiri yang dihasilkan adalah minyak pala. Pala merupakan salah satu komoditas ekspor penting karena Indonesia merupakan negara penghasil biji pala terbesar, yaitu memasok sekitar 70 - 75% kebutuhan dunia. Biji pala digunakan sebagai rempah-rempah dan di kirim ke dunia Barat yang sudah berlangsung beratus-ratus tahun (Rismunandar, 1992).

(15)

rasa kantuk. Minyak atsiri pala dapat diperoleh dari penyulingan biji pala (Sunanto, 1993).

Dan untuk melakukan penetapan kadar minyak atsiri pada pala metode destilasi adalah metode yang paling tepat, karena metode ini dapat digunakan untuk bahan yang kebanyakan dapat rusak akibat panas dan kering (Gunawan, 2010).

Berdasarkan uaraian diatas penulis berkeinginan melakukan penetapan kadar minyak atsiri biji pala yang diperoleh melalui metode destilasi uap dengan berdasarkan SNI 01-0006-1987.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penetapan kadar minyak atsiri biji pala adalah untuk mengetahui kadar minyak atsiri biji pala dengan menggunakan metode destilasi uap.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penetapan kadar minyak atsiri biji pala adalah mengetahui cara melakukan metode destilasi uap.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Pala

Tanaman pala berasal dari “Malaise Archipel”, yaitu dari gugusan kepulauan Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulau-pulau lain disekitarnya termasuk pulau Jawa. Konon ada bukti yang menggambarkan, bahwa pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295. Ia telah melihat tanaman pala diusahakan para petani. Pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera Utara (Sunanto, 1993).

(17)

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Berikut sistematika tumbuhan pala, menurut Hasanah, 2011 Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophya Sub-Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyletydoneae Ordo : Magnoliales Famili : Myrtaceae Genus : Myristica

Species : Mirystica fragrans 2.1.2 Morfologi Tumbuhan

Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh baik didaerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam Familia Myristicaceae, yang mempunnyai sekitar 200 spesies. Tanaman ini jika pertumbuhannya baik dan tumbuh di lingkungan terbuka, tajuknya akan rindang dan ketinggiannya dapat mencapai 15 - 18 meter. Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas dan puncak tajuknya tumpul (Sunanto, 1993).

(18)

Daun pala berbentuk bulat telur, pangkal dan pucuknya meruncing. Warna bagian bawah hijau kebiru-biruan muda. Bagian atsanya hijau tua. Jangka waktu pertumbuhan buah dari mulai persarian hingga masa petik tidak boleh lebih dari 9 bulan. Buah berbentuk bulat, lebar, ujungnya meruncing. Kulitnya licin, berwarna kuning, berdaging, dan cukup banyak mengandung air. Bijinya tunggal, berkeping dua, dilindungi oleh tempurung, walaupun tidak tebal namun cukup keras. Bentuk bijinya bulat telur lonjong, bila sudah tua warnanya coklat tua (Rismunandar, 1992).

Sifat-sifat biji pala antara lain (Rismunandar, 1992).

- Biji pala yang masih belum cukup tua bila dikeringkan akan menghasilkan daging biji yang agak rapuh, dan mudah menjadi sasaran serangga gudang.

- Biji pala yang sudah cukup tua bila dikeringkan mengahsilkan biji yang cukup keras, dan jika diparut akan menghasilkan parutan yang berbentuk bubuk.

Tempurung biji di selubungi oleh selubung biji yang berbentuk jala, berwarna merah terang. Selebung biji ini disebut fuli atau bunga pala. Seluruh bagian pala yang terdiri dari daging, fuli dan bijinya memiliki banyak manfaat (Rismunandar, 1992).

2.1.3 Syarat Tumbuh

(19)

pemupukan dan perawatan yang baik. Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5 - 6,5. Tanaman pala membutuhkan iklim yang agak stabil terutama pada masa pertumbuhan vegetatif. Tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang tinggi dan agak merata atau tidak banyak berubah sepanjang tahun. Iklim lingkungan yang cocok untuk tanaman pala adalah sekitar 20 – 300C. Sedangkan curah hujan terbagi secara teratur sepanjang tahun (Sunanto,1993).

2.1.4 Kegunaan Tumbuhan

Daging buah pala berpotensi untuk diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman. Berbagai produk yang sudah dikenal antara lain manisan pala, sirup pala, dodol, selai, minuman non-alkohol, es krim, biskuit roti, bumbu-bumbu. Bunga pala dimanfaatkan untuk menenangkan syaraf yang tegang. Biji pala digunakan untuk menghilangkan rasa lelah. Selain itu biji pala dimanfaatkan sebagai penambah aroma dalam masakan sup, gulai, perkedel, daging, bistik, dan semur (Rismunandar, 1989).

Di negara-negara Asia Tenggara buah pala dibuat menjadi manisan, dimakan segar, atau dibuat jus. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk kue, puding, sayuran dan minuman penyegar (Trubus, 2012).

Daging buah pala juga dapat digunakan menjadi obat sariawan yaitu dengan meremas-remas dengan air. Air remasan ini untuk berkumur. Biji pala bersifat karminatif (peluruh angin), stomakik, stimulan, spasmolitik, dan anti mual (Sunanto, 1993).

(20)

2.1.5 Minyak Pala

Di dalam buah pala terdapat biji pala (nutmeg) dan pembungkus biji (fuli atau mace). Biji dan fuli yang berukuran kecil dan cacat dijadikan serbuk untuk disuling, dikempa atau dijadikan oleoresin (Harris, 1987).

Dari daging biji pala dapat pula diperoleh lemak dan minyak atsiri. Rata-rata kandungan lemak biji pala 30 - 40% dan minyak atsiri Rata-rata-Rata-rata 12%. Perbedaan komponen tersebut bervariasi tergantung pada letak geografis dan tempat tumbuhnya. Tinggi rendahnya minyak atsiri tergantung pada tua mudanya buah. Pada hakekatnya minyak atsiri dalam biji dibentuk terlebih dahulu daripada lemaknya. Oleh sebab itu, biji pala yang akan disuling, hendaknya dipetik pada saat menjelang terbentuk tempurung yaitu kira-kira buah sudah mencapai umur 4 - 5 bulan. Buah yang masih muda memiliki kadar minyak atsiri yang tinggi. Biji pala yang masih muda tersebut dapat menghasilkan 8 - 17% minyak atsiri (Rismunandar, 1989).

Spesifikasi biji pala sesuai SNI 01-0006-1987 dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Spesifikasi Biji Pala Sesuai SNI 01-0006-1987

(21)

Dalam dunia perdagangan, minyak biji pala dan fuli tidak dapat dibedakan, karena kesamaan unsur. Rendemen nutmeg oil dan mace oil sekitar 7 - 15%, mengandung unsur-unsur: eugenol, iso eugenol, terpineol, borneol, linalol, geraniol, safrole, aldehyde, terpene, dan cairan bebas. Nutmeg oleoresin berwarna kuning, dan mengandung aroma pala, tetapi kurang memiliki rasa (Harris, 1987). 2.1.5.1Efek Farmakologi Minyak pala

Minyak pala memiliki banyak kegunaan dalam bidang farmasi. Minyak pala digunakan dalam industri obat-obatan seperti obat sakit perut, diare, bronchitis, dan rematik. Minyak atsiri biji pala memiliki kemampuan lain yaitu, dapat mematikan serangga (insektisidal), antijamur (fungisidal), antibakteri dan antioksidan yang kuat (Nurjannah, 2007).

Akhir-akhir ini ada perkembangan baru pemanfaatan minyak atsiri pala, yaitu sebagai bahan baku dalam aromaterapi. Dilaporkan bahwa komponen utama pala yaitu myristicin, elimicin, isoelemicin dalam aromaterapi bersifat menghilangkan stress. Di Jepang beberapa perusahaan menyemprotkan aroma minyak pala pada sistem sirkulasi udara untuk meningkatkan kualitas udara dan lingkungan (Nurjannah, 2007).

Minyak pala bersama-sama dengan minyak permen (pepermint oil) digunakan sebagai penyegar pasta gigi. Minyak pala bersama dengan minyak cengkeh, vanili, dan minyak cassia banyak dipakai sebagai pencampur aroma tembakau (Harris, 1987

Minyak biji pala mengandung unsur psikotropik yang menimbulkan rasa berkhayal dan merasa memliki kekuatan yang istimewa kalau dimakan. Unsur

(22)

yang dapat mengakibatkan timbulnya halusinasi tersebut berdasarkan dugaan para ahli, disebabkan oleh senyawa yang bernama miristin (Lutony, 2002).

2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga dengan beberapa cara penyulingan minyak atsiri (Sastrahamidjojo, 2004).

Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi atau komponen-komponen atau penyusun murninya. Komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi produk lain. Contoh kelompok pertama ini adalah, minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak permen, dan minyak terpentin. Kelompok kedua adalah minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya. Contoh minyak atsiri kelompok kedua ini antara lain minyak akar wangi, minyak nilam, dan minyak kenanga (Sastrahamidjojo, 2004).

2.2.1 Sifat-sifat Minyak atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri sebagai berikut (Gunawan, 2010)). - Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.

- Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya.

(23)

- Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya.

- Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain) mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada benda yang ditempel. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik.

- Indeks bias umumnya tinggi.

- Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisari dengan rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom C asimetrik.

- Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil.

2.3 Tahap Pengambilan Minyak Atsiri 2.3.1 Perlakuan Bahan Tanaman

2.3.1.1. Pemotongan dan Memperkecil Bahan Tanaman

Pekerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi minyak atsiri dari bahan tanaman yang beraroma. Minyak atsiri hanya akan keluar setelah uap menerobos jaringan-jaringan yang terdapat di permukaan. Proses lepasnya minyak atsiri hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau penembusan air pada jaringan-jaringan tanaman. Biasanya proses difusi berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat proses difusi maka sebelum penyulingan bahan di perkecil dengan

(24)

cara dipotong atau digerus. Ada kalanya meskipun sudah dihaluskan ternyata hanya sebagian minyak atsiri yang dapat terbebaskan (Sastrohamidjojo, 2004).

Namun demikian tidak semua bahan tanaman yang mengandung minyak atsiri harus dipotong-potong. Bahan tanaman seperti bunga, daun, atau bagian-bagian tipis tidak berserat dapat disuling tanpa harus dipotong-potong.

Perlu diperhatikan bila telah di haluskan harus segera disuling. Jika tidak segera di lakukan penyulingan, ada dua hal yang merugikan proses ini: pertama, hasil total minyak atsiri yang diperoleh berkurang karena ada yang menguap; kedua, komposisi minyak atsiri akan berubah, hingga akan mempengaruhi baunya (Sastrohamidjojo, 2004).

2.3.1.2 Penyimpanan Bahan Tanaman

(25)

2.4 Cara Umum Penyulingan Minyak Atsiri

Pada umumnya cara isolasi minyak atsiri adalah sebagai berikut: uap menembus jaringan tanaman dan menguapkan semua senyawa yang mudah menguap. Jika hal ini benar, maka seakan-akan minyak atsiri dari tanaman dengan cara hidrodestilasi merupakan yang sederhana, hanya membutuhkan jumlah uap yang cukup. Namun kenyataan hal tersebut tidak sederhana yang kita bayangkan. Hidrodestilasi atau penyulingan dengan air meliputi beberapa proses. (Sastrahamidjojo, 2004).

Pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dari tumbuh – tumbuhan dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Penyulingan menggunakan uap air (Steam Distillation) 2. Ekstraksi menggunakan pelarut (Solvent Extraction) 3. Pengempaan (Expression)

Dari ketiga cara ini, penyulingan menggunakan uap air dan ekstraksi menggunakan pelarut merupakan dua cara terpenting (Harris, 1987).

2.4.1 Penyulingan Menggunakan Uap Air

Penyulingan merupakan proses pemisahan komponen cairan atau padatan dari berbagai macam campuran berdasarkan titik uap atau perbedaan kecepatan menguap bahan. Penyulingan menggunakan uap air merupakan cara pengambilan minyak yang tertua, namun masih paling banyak digunakan. Akan tetapi, cara ini tidak cocok untuk minyak – minyak tanaman yang tidak rusak oleh panas uap air (Harris, 1987).

Ada dua jenis penyulingan menggunakan uap air, yaitu (Harris, 1987).

(26)

1. Penyulingan Langsung

Bahan tumbuhan yang akan diambil minyaknya dimasak dengan air. Dengan demikian, penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan. Kendati penyulingan langsung seolah – olah memudahkan penanganan, tetapi ternyata mengakibatkan kehilangan hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung mengakibatkan pengasaman (oksidasi) serta persenyawaan zat ester yang dikandung dengan air (hidrolisis ester). Selain itu, penggodokan ini menyebabkan timbulnya aneka hasil sampingan yang tidak dikehendaki.

2. Penyulingan Tidak Langsung

Cara yang lebih melipatkan hasil serta meningkatkan mutu adalah memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak bahan tumbuhan yang diolah. Bahan tumbuhan diletakkan di tempat tersendiri yang dialiri dengan uap air, yaitu diletakkan di atas air mendidih.

2.4.2 Ekstraksi Menggunakan Pelarut

Ekstraksi menggunakan pelarut adalah cara pengambilan minyak yang lebih halus daripada penyulingan menggunakan uap air. Cara ini cocok untuk mengambil minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas uap. Sampai sekarang teknik ini masih dipakai, dengan menggunakan bahan – bahan yang lazim, yaitu : cloroform, ether, ecetone, alcohol, dan eter minyak bumi (Harris, 1987).

2.4.3 Pengepresan

(27)

kita, cara pengepresan digunakan untuk memeras air tebu dan berbagai jenis minyak nabati (kacang tanah, kedelai, wijen, dan lain - lain). Minyak yang diperoleh dari pengepresan ialah campuran minyak nabati dengan minyak atsiri. Bila dikehendaki, pemisahan kedua minyak ini dilakukan dengan penyulingan pada panas yang sedikit diatas titik didih minyak atsiri (Harris, 1987).

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Atsiri 2.5.1 Sumber Bahan Baku

Adapun permasalahan yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku antara lain meliputi pemilihan lokasi untuk tempat pembudidayaan, cara pengolahan lahan, pemakaian varietas atau kultivar tanaman, pelaksanaan budidaya, dan pemanenan. Pemilihan lokasi seharusnya disesuaikan dengan persyaratan tumbuh yang dikehendaki oleh tanaman minyak atsiri yang akan dibudidayakan. Program intensifikasi perlu diterapkan,misalnya dengan pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemangkasan, dan hal lain yang berkaitan dengan masalah pemeliharaan (Lutony, 2002).

2.5.2 Penanganan Pascapanen

Penangan pascapanen dari bahan tanaman yang akan diambil minyak atsirinya berkaitan erat dengan mutu dan rendeman minyak atsiri yang dihasilkan. Penangan pascapanen masing – masing bahan tanaman penghasil minyak atsiri tidaklah sama (Lutony, 2010).

(28)

2.5.3 Proses Produksi

(29)

BAB III

METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala 3.1.1 Prinsip

Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih. Tambahkan air dan didihkan. Selanjutnya disambung dengan alat destilasi “ dean-stark”.

5. Labu destilasi 1000 ml 6. Spatula

7. Timbangan analitik 8. Volatile Oil Trap 9. Kondensor Refluks 3.1.3 Bahan Kimia

1. Aquadest

2. Serbuk biji pala 3. Batu foam

(30)

3.1.4 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengambilan sampel, identifikasi sampel serta pengolahan sampel.

3.1.5 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara porpusif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan pada penelitian adalah buah pala yang dibeli di Pasar Tradisional, Padang Bulan.

3.1.6 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di UPTD Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB).

3.1.7 Pengolahan Sampel

Biji pala yang digunakan berasal dari buah yang sudah tua, yang sering digunakan menjadi rempah-rempah oleh para ibu rumah tangga. Biji tersebut dipecahkan tempurungnya, setelah itu diblender beberapa menit hingga halus.

3.2 Prosedur Kerja

1. Timbanglah dengan teliti, kira-kira 35-40 gram cuplikan yang telah diserbukkan sebelumnya dan masukkan dalam labu didih.

2. Tambahkan air sampai seluruh cuplikan tersebut terendam dan tambahkan pula kedalamnya sejumlah batu didih/batu foam.

(31)

4. Lalu sambungkan lagi dengan kondensor refluks, panaskan labu didih tersebut beserta isinya selama 6 - 7 jam sesudah mendidih atau sampai tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes.

5. Dinginkan labu pada suhu kamar sampai lapisan minyak terlihat dengan jelas, kemudian dibaca volume minyak.

3.3 Perhitungan

Kadar minyak atsiri dinyatakan dalam presentase volume/bobot sebagai berikut: �

�� 100%

Di mana V= volume minyak yang dibaca (ml) M = bobot contoh uji (gram)

Data perhitungan kadar minyak atsiri pala tertera pada di bawah ini. Kadar minyak Atsiri = ���������������������� (��)

������������� � 100% =…. %

(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pemeriksaan sampel biji pala yang dilaksanakan di Laboratorium Minyak Nabati di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

(33)

4.2 Pembahasan

Dari hasil data di atas dapat dilihat bahwa kadar rata-rata minyak atsiri pala 8,15%, dengan berat sampel 35,000 g. Hasil ini memenuhi Persyaratan Mutu II pada SNI 01-0006-1987. Rendemen minyak atsiri rendah disebabkan terjadinya penguapan minyak atsiri selama proses penggilingan danan selang waktu antara penggilingan dan penyulingan. Oleh sebab itu untuk mencegah penguapan, proses destilasi harus segera di lakukan setelah proses penggilingan.

Rendemen minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua yaitu pra panen dan pasca panen. Faktor prapanen meliputi jenis (varietas) tanaman, cara budidaya, waktu dan cara panen. Faktor pra panen meliputi cara penanganan bahan, cara penyulingan dan cara pengemasan (Nurjannah, 2007).

Perlu diperhatikan bila bahan telah dipotong-potong atau dihaluskan harus segera di suling. Jika tidak segera dilakukan penyulingan, ada dua hal yang merugikan proses ini: pertama, hasil total minyak atsiri yang diperoleh berkurang karena ada yang menguap; kedua, komposisi minyak atsiri akan berubah, hingga akan mempengaruhi baunya (Sastrohamidjojo, 2005).

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan kadar minyak atsiri, yaitu 8,15%. Hasil ini memenuhi persyaratan mutu menurut Standar Nasional Indonesia 01-0006-1987 yaitu 8% -14%.

5.2 Saran

Dari hasil percobaan ini disarankan, agar penyulingan segera di lakukan setelah proses penggilingan untuk mencegah terjadinya penguapan.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Andria. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia, Bandung: Penerbit ITB. Halaman 8.

Armando, Rochim. (2009). Memproduksi 13 Jenis Minyak Atsiri Berkualitas, Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 14.

Gunawan., Didik dan Sri, M. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1, Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 106, 107, 120.

Harris, Ruslan., (1987). Tanaman Minyak Atsiri, Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 80-81.

Lutony, T., dan Rahmayati, Y. (2000). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri, Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 67-72.

Nurdjannah, Nannan. (2007). Teknologi Pengolahan Pala. Bogor: Halaman 1, 8-9.

Rismunandar. (1992). Budidaya Dan Tata Niaga Pala, Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 1, 81 dan 105.

Sastrohamidjojo, Hardjono. (2004). Kimia Minyak Atsiri, Yogyakarta: Gadjah University Press. Halaman 9,10.

Standar Nasional Indonesia. SNI 01-0006-1987,. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Halaman 2 dan 7.

Susanto, Hatta. (1993). Budidaya Pala Komoditas Ekspor, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 11,12,74, dan 87.

(36)

LAMPIRAN

a. Lampiran 1

Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri pada Biji Pala

Parame Berat

Sampel

Volume Hasil SNI Mutu I Mutu II Kadar Minyak Atsiri 1 35,2899 g 3,2 ml 9,07%

Min 10 Min 8 Kadar Minyak Atsiri 2 35,1472 g 2,9 ml 8,25%

Kadar Minyak Atsiri 3 35,0603 g 2,5 ml 7,13% Rata-rata 35,2658 g 2,86 ml 8,15 %

Kadar minyak atsiri pada biji pala 1 = 3,2��

35,2899� x 100% =9,07% Kadar minyak atsiri pada biji pala 2 = 2,9��

35,1472 x 100% = 8,25 % Kadar minyak atsiri pada biji pala 3 = 2,5��

35,0603 x 100% = 7,13 %

Kadar minyak atsiri rata-rata = 9,07 %+8,25 %+7,13

(37)

LAMPIRAN

a. Lampiran 1

Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri pada Biji Pala

Parame Berat

Sampel

Volume Hasil SNI Mutu I Mutu II Kadar Minyak Atsiri 1 35,2899 g 3,2 ml 9,07%

Min 10 Min 8 Kadar Minyak Atsiri 2 35,1472 g 2,9 ml 8,25%

Kadar Minyak Atsiri 3 35,0603 g 2,5 ml 7,13% Rata-rata 35,2658 g 2,86 ml 8,15 %

Kadar minyak atsiri pada biji pala 1 = 3,2��

35,2899� x 100% =9,07% Kadar minyak atsiri pada biji pala 2 = 2,9��

35,1472 x 100% = 8,25 % Kadar minyak atsiri pada biji pala 3 = 2,5��

35,0603 x 100% = 7,13 %

Kadar minyak atsiri rata-rata = 9,07 %+8,25 %+7,13

3 = 8,15

(38)

b. LAMPIRAN 2

Gambar

Tabel 1.  Spesifikasi Biji Pala Sesuai SNI 01-0006-1987
Tabel 2.  Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri pada Biji Pala
Tabel 2.  Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri pada Biji Pala
Tabel 2.  Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri pada Biji Pala

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahapan ini, pengujian dilakukan dengan melakukan pelatihan penggunaan authoring tool kepada guru, pelatihan dilakukan untuk menguji authoring tool apakah sudah

In this respect nowadays widespread lasered crystals showing monuments are identified as “Early Bird“ 3D product s, which, due to low resolution and contrast and due to lack of

[r]

Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan dan Lahan (Ha) Per Provinsi Di Indonesia Tahun

Melakukanpengumpulan, perekaman, pengelolaandanpemeliharaansertapemutakhiran data padaSistem DAPODIK Sekolahsecara valid, optimal, berkaladanberkesinambungan2.

[r]

[r]

bahwa Negara Republik Indonesia sebagai bagian dari anggota negara-negara ASEAN memegang teguh dan konsisten terhadap komitmen solidaritas untuk bekerja sama di bidang