• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Keberhasilan

Dalam dokumen SKRIPSI. O l e h HIKMANUDDIN NIM (Halaman 47-81)

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator proses dan hasil dalam penggunaan strategi SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan strategi SQ3R dapat menjadi salah satu alternatif solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil Belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman di kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Adapun kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah sesuai dengan kriteria standar yang diungkapkan Nurkancana (1986: 39) sebagai berikut:

Taraf keberhasilan kualifikasi

85 % - 100 % Sangat baik (SB)

70 % - 84 % Baik (B)

55 % - 69 % Cukup(C)

46 % - 54 % Kurang (K)

0 % - 45 % Sangat kurang (SK)

Sumber: Mill ( Khalik 2000:9).

Berdasarkan kriteria standar tersebut, maka peneliti menentukan tingkat kriteria keberhasilan pada penelitian ini dilihat dari hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca secara individu maupun klasikal pada setiap siklus telah meningkat dan menunjukkan tingkat pencapaian keberhasilan70.

33 A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian. Hasil penelitian menyajikan upaya peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review).

Penelitian ini telah dilaksanakan selama dua siklus pada siswa kelas IV SD Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Dalam pelaksanaan penelitian tersebut penulis bertindak sebagai guru. Metode pelaksanaannya mengikuti prinsip kerja PTK yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Setelah melaksanakan penelitian dengan penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang terdiri dari dua siklus kegiatan, yaitu siklus I dan siklus II, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Siklus I a. Perencanaan

Sebelum pelaksanaan tindakan, dilakukan persiapan pelaksanaan pembelajaran berupa:

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2) Membuat lembar observasi siswa

3) Membuat lembar kerja siswa

4) Membuat dan menyusun alat evaluasi.

Materi pembelajaran yang dibahas pada siklus I adalah penjelasan materi tentang Dolphina Si Anak Laut. Pembelajaran dilaksanakan sebagai upaya untuk membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan, serta menyimpulkan hasil sesuai dengan materi bahasa Indonesia tentang Dolphina si anak laut. Sedangkan kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah membimbing para siswa selama proses kegiatan berlangsung.

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian yaitu menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan uji kompetensi tentang materi yang sedang dipelajari yang dapat dilihat pada lampiran. Dalam kegiatan penyajian materi ini, peneliti bertindak sebagai guru.

Selama pelaksanaan penyajian materi ini, guru kelas IV mengamati jalannya proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan I

Pelaksanaan untuk siklus I pertemuan pertama berlangsung selama 70 menit, pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari selasa, 15 April 2014 dengan pokok bahasan adalah keterampilan membaca pemahaman. Sebelum memasuki kelas siswa disuruh berbaris terlebih dahulu saat masuk kedalam kelas, guru melaksanakan kegiatan pendahuluan untuk menarik perhatian siswa. Kegiatan yang dilakukan guru adalah mengecek kehadiran siswa dengan menyebut namanya satu persatu, siswa yang disebut namanya disuruh untuk mengangkat tangan kemudian mengatakan hadir pak.

Pada siklus I, semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran melalui metode pembelajaran SQ3R sangat kurang, ini terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, peneliti tidak memberikan apersepsi sebelum memulai materi pembelajaran. Materi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya membaca pemahaman tidak perlu diawali dengan apersepsi agar pembelajaran tersebut lebih konkrit bagi siswa. Ternyata hal tersebut masih sangat baru dan tidak berkesan sehingga siswa membutuhkan apersepsi sebagai pengetahuan awal untuk bisa memahami materi yang dipelajari.

Hal lain yang menyebabkan siswa tidak semangat dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran adalah metode pembelajaran yang masih terbilang baru bagi mereka. Pada saat proses pembelajaran memasuki kegiatan inti, siswa tampak sangat tidak tahu dan bingung dengan metode pembelajaran SQ3R. Peneliti sedikit merasa kesulitan dalam melakukan pembagian kelompok karena siswa harus diarahkan satu per satu berkumpul dengan kelompok mereka.

Begitu pula saat kelompok terbentuk, para siswa hanya menerima materi yang diberikan dan kurang mampu melakukan diskusi atau kerja sama yang baik dengan teman-teman kelompoknya. Peneliti terus memberikan pengarahan dan bimbingan agar siswa mau mempelajari lembar materi dan mendiskusikannya bersama dengan teman-temannya, namun hasilnya masih kurang maksimal. Hanya ada beberapa siswa yang mampu diarahkan, kebanyakan dari mereka masih tetap kurang paham dan terlihat bingung. Hal ini memberikan gambaran buat peneliti bahwa sebelumnya siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

sangat jarang menerima pembelajaran dalam bentuk metode pembelajaran baru khususnya metode pembelajaran SQ3R.

Pada saat semua siswa selesai dibagi dalam beberapa kelompok guru kemudian menjelaskan materi pelajaran tentang keterampilan membaca pemahaman.

Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran guru kemudian menugaskan semua siswa dalam kelompok untuk membaca materi mulai dari awal sampai akhir bacaan, lalu siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari materi yang dipelajari. Seterusnya siswa membuat intisari atau rangkuman dari materi sesuai dengan pemahaman mereka sendiri tanpa memerlukan waktu yang lama. Setelah itu siswa menjelaskan intisari yang telah dibuat dengan kata-katanya sendiri. Pada kesempatan ini banyak siswa yang mengalami kesulitan, sebab kebanyakan siswa belum mampu mengungkapkan isi pikirannya melalui kata-katanya sendiri.

Kegiatan selanjutnya adalah guru mengevaluasi setiap siswa untuk menentukan skor individu. Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan. Bentuk evaluasinya adalah guru memberikan pertanyaan kepada siswa secara lisan menyangkut materi yang telah dipelajari, setelah selesai mengevaluasi, guru menilai hasil evaluasi tersebut. Selanjutnya guru menyimpulkan materi pelajaran dan memberikan memotivasi kepada siswa.

2) Pertemuan II

Setelah pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dan melihat hasil evaluasi, guru melanjutkan pertemuan kedua yang berlangsung selama 70 menit, dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut diawali dengan mengucapkan salam

kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan menciptakan suasana belajar yang kondusif, selain itu memberikan apersepsi dalam membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari pada pertemuan I, kemudian memotivasi siswa agar lebih bekerjasama dalam kelompoknya masing – masing.

Selanjutnya, guru hanya sedikit menjelaskan materi bahasa Indonesia secara lisan agar siswa dapat mengingat kembali apa yang telah dipelajari pada pertemuan I.

Kegiatan dilanjutkan dengan membagi siswa ke dalam kelompok belajar yang sesuai dengan kelompoknya di pertemuan I. Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran guru kembali menugaskan semua siswa untuk membaca materi mulai dari awal sampai akhir bacaan, lalu siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari materi. Seterusnya siswa membuat intisari atau rangkuman dari materi sesuai dengan pemahaman mereka sendiri. Setelah itu siswa menjelaskan intisari yang telah dibuat dengan kata-katanya sendiri

Kegiatan selanjutnya adalah guru mengevaluasi tiap siswa untuk menentukan skor individu. Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa pada pertemuan I dan II dalam menerima materi yang telah disampaikan. Bentuk evaluasinya adalah guru memberikan pertanyaan kepada siswa secara lisan menyangkut materi yang telah dipelajari.

Nilai hasil tes bahasa Indonesia melalui metode SQ3R pada siklus I pertemuan I dan II sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan dengan hasil kuantitatif dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Tabulasi Nilai Akhir Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa melalui Metode Pembelajaran SQ3R pada Siklus I

NO NAMA

Nilai Evaluasi

Keterangan

1 Vivi Alfina Ruslan 20 Tidak Tuntas

2 Muhammad Hajir 80 Tuntas

3 Danu Rangga Pratama 40 Tidak Tuntas

4 Nur Izhati Radiah. R 80 Tuntas

5 Rahmawati 80 Tuntas

6 Muh. Mauluddin Pajrin 80 Tuntas

7 Muh. Fajar Febrian. P 80 Tuntas

8 Miftahuljannah Latif 80 Tuntas

9 Naylah Maharani. L 40 Tidak Tuntas

10 Miftahuljannah Amran .R 60 Tidak Tuntas

11 Auri Munira 40 Tidak Tuntas

12 Muh. Rifki Padil.P 40 Tidak Tuntas

13 Nur Azizah 60 Tidak Tuntas

14 Sri Wulan Aprianti 40 Tidak Tuntas

15 Amrina Rosada 60 Tidak Tuntas

16 Najimiati 60 Tidak Tuntas

17 Muh. Guntur Ardana 80 Tuntas

18 Muh. Rifqi Putra 40 Tidak Tuntas

19 Rafli Ardiansyah 60 Tidak Tuntas

20 Utari Dwi Putri 80 Tuntas

21 Putriyanti 60 Tidak Tuntas

22 Muh. Rifki Dermawan 60 Tidak Tuntas

23 Ukhda Nurul Asyari 80 Tuntas

24 Andita Tahta Nur Rasyid 80 Tuntas

25 Ian Setiawan Hidayat 60 Tidak Tuntas

26 Muh. Febrio Aditya . A 40 Tidak Tuntas

27 Fauzan Azhari 80 Tuntas

Jumlah 1660

Skor Minimun 20

Skor Maksimal 80

Rata – Rata 61,48

Adapun data skor hasil belajar siswa secara kuantitatif berdasarkan hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.2. Statistik Skor Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus I

Statistik Nilai Statistik

Subjek 27

Skor ideal 100

Skor terendah 20

Skor tertinggi 80

Rata-rata 61,48

KKM 70

Nilai rata − rata = Nilai keseluruhan Jumlah murid

=

= 61,48

Dari tabel diatas kita dapat melihat gambaran tentang kemampuan siswa. Skor rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa yang didasarkan pada siklus 1 adalah sebesar 61,48 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100, skor maksimum 80 dan skor minimum 20.

Apabila skor hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase pada tabel dan grafik di bawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa pada Siklus I

No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 0 – 45 Sangat rendah 8 29,63

2 46 – 54 Rendah 0 0

3 55 – 69 Sedang 8 29,63

4 70 – 84 Tinggi 11 40,74

5 85 – 100 Sangat Tinggi 0 0

Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel di atas, maka kategori hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dapat digambarkan dalam diagram batang di bawah ini.

Tabel 4.4: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa setelah menerapkan metode pembelajaran SQ3R pada siklus I mencapai nilai rata-rata 61,48.

Apabila hasil belajar siswa pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut.

0

Berdasarkan tabel di atas, maka kategori hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dapat digambarkan dalam diagram batang di bawah ini.

Tabel 4.4: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa setelah menerapkan metode pembelajaran SQ3R pada siklus I mencapai nilai rata-rata 61,48.

Apabila hasil belajar siswa pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut.

2 3 4 5

Berdasarkan tabel di atas, maka kategori hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dapat digambarkan dalam diagram batang di bawah ini.

Tabel 4.4: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa setelah menerapkan metode pembelajaran SQ3R pada siklus I mencapai nilai rata-rata 61,48.

Apabila hasil belajar siswa pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut.

5 0

Tabel 4.5 Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid pada Siklus I hanya 11 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 16 siswa dari 27 siswa, artinya masih banyak siswa yang memerlukan perbaikan, dalam hal ini akan diusahakan pada pembelajaran siklus II.

c. Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti selama berlangsungnya penelitian, diperoleh data perubahan sikap dan perilaku belajar seperti kehadiran dan keaktifan siswa pada setiap siklus. Hasil observasi perubahan sikap dan perilaku siswa pada siklus I disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Murid pada Siklus I

No Komponen yang diamati

Pertemuan siklus I

I II III Rata-tata Persentase

1 Murid yang hadir pada saat proses pembelajaran.

26 26 24 25,3 93,70%

2 Murid yang memperhatikan penjelasan guru.

14 17 20 17 62,96%

3 Murid yang mengajukan 2 5 9 8 29,62%

pertanyaan.

4 Murid yang menjawab pertanyaan lisan guru.

2 7 10 9,5 35,18%

5 Murid yang menyelesaikan tugas

18 22 23 21 77,77%

6 Murid yang melakukan kegiatan lain saat proses pmbelajaran

11 8 5 8 29,62%

Dari tabel di atas diperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar murid pada siklus I, dimana dari 27 Siswa kelas IV yang diobservasi mengenai aktivitas belajar siswa, hasilnya dapat dijelaskan dalam skala deskriptif sebagai berikut: a) jumlah siswa yang hadir sebesar 93,70%. b) jumlah siswa yang memperhatikan penjelasan sebesar 62,96%. c) jumlah siswa yang bertanya sebesar 29,62%. d) jumlah siswa yang memberikan jawaban sebesar 35,18%. e) jumlah siswa yang menyelesaikan tugas sebesar 77,77%. f) jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain sebesar 29,62%.

d. Tahap refleksi

Berdasarkan dari observasi dan evaluasi masih banyak yang perlu dilengkapi pada tindakan siklus I, karena peneliti dan guru melihat bahwa pencapaian indikator keberhasilan yang telah ditetapkan belum tercapai. Dengan demikian peneliti dan guru memutuskan untuk melanjutkan penelitian ini pada siklus II. Adapun acuan pelaksanaan tindakan pada siklus I antara lain sebagai berikut :

1. Guru tidak memberikan penguatan, motivasi 2. Guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru belum maksimal dalam memberikan bimbingan kepada siswa, utamanya kepada siswa yang mengalami kesulitan

4. Banyaknya waktu yang tersita saat menjelaskan tahap-tahap pada pembelajaran ini karena kebanyakan siswa yang bingung.

5. Guru tidak memberikan umpan balik terhadap materi pembelajaran 6. Penggunaan waktu yang belum efisien.

7. Penyajian pada tahap penyelesaian soal berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Namun masih ada sebagian siswa belum terfokus dan belum bisa memahami soal – soal.

2. Siklus II a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan telah terhadap hal yang ingin dicapai yaitu bagaimana siswa memahami teks dengan cara membaca sekilas. Selanjutnya peneliti membuat lembar kerja siswa (LKS) dan membuat alat evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah mengulangi kembali tahap-tahap pada siklus I sambil mengadakan perbaikan dari kekurangan dan kekeliruan yang dilakukan pada siklus I.

Setelah merefleksi pelaksanaan siklus I diperoleh gambaran tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus II, yaitu setiap pertemuan diawali dengan pemberian apersepsi kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran sehingga

pokok materi menjadi lebih konkrit bagi siswa. Selain itu, penerapan metode pembelajaran SQ3R juga dilakukan lebih maksimal sehingga siswa lebih bersemangat dan merasa tertantang dalam mengikuti pelajaran.

Pada siklus II semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran melalui pembelajaran metode SQ3R sudah mulai terbangun, ini terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dengan metode pembelajaran SQ3R. Selain itu, pokok materi yaitu keterampilan membaca pemahaman sudah mulai mereka kenal sehingga lebih memudahkan peneliti untuk menarik perhatian mereka mengikuti proses pembelajaran.

Sebelum menyampaikan pokok materi dan tujuan pembelajaran, peneliti mencoba melakukan apersepsi hal ini dilakukan untuk menambah wawasan siswa.

Setelah selesai memberikan apersepsi guru kemudian menjelaskan materi pembelajaran tentang keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan materi tersebut, mereka sudah mempunyai pengetahuan awal sebagai bekal untuk menguasai materi pelajaran keterampilan membaca pemahaman.

Pada siklus kedua ini, baik pertemuan pertama maupun pertemuan kedua, siswa memperlihatkan ketertarikan untuk mengikuti proses pembelajaran. Mereka tidak lagi kelihatan bingung dan kaku seperti pada siklus pertama. Mereka terlihat sudah semangat dan sudah mengerti dengan semua aba-aba yang disampaikan selama pembagian kelompok, mereka juga langsung melakukan tugas-tugas mereka dalam kelompok yaitu mempelajari dan mendiskusikan materi yang dibagikan

dengan teman kelompoknya, mereka sudah mampu melakukan kerja sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.

Kegiatan peneliti pada siklus ini tidak lagi terlalu berat, siswa-siswa dapat berdiskusi dengan teman kelompok mereka dengan baik dan tenang. Namun, peneliti tetap mengawasi siswa dan membimbing mereka terutama pada saat siswa membuat intisari atau rangkuman dan mebuat pertanyaan. Peneliti juga melayani siswa apabila ada kesulitan atau hal-hal yang tidak dimengerti dan dipahami oleh siswa. Seterusnya siswa kelihatan lebih giat dan antusias dalam mengikuti pelajaran ini sehingga suasana kelas menjadi lebih tertib.

Setelah semua siswa selesai membuat intisari dan membuat pertanyaan guru kemudian menunjuk perwakilan kelompok untuk menceritakan kembali isi bacaan didepan kelas pada tahap ini sudah banyak siswa yang mampu melaksanakannya.

Hal ini memberikan bukti bahwa siswa betul-betul sudah bekerja sama dalam kelompok dan sudah memahami semua materi yang telah mereka diskusikan dengan teman-teman kelompok mereka.

Kegiatan selanjutnya adalah guru mengevaluasi tiap siswa untuk menentukan skor individu pada setiap pertemuan. Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa pada pertemuan I dan II dalam menerima materi yang telah disampaikan. Bentuk evaluasinya adalah guru memberikan pertanyaan kepada siswa secara lisan mengenai materi yang telah dipelajari.

Suasana seperti ini sangat diharapkan tetap berjalan secara terus menerus, siswa harus tetap bisa bekerja sama dengan baik dengan teman-teman mereka dan harus tetap terbiasa serta merasa senang dengan metode pembelajaran ini yang

dianggap lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran SQ3R.

Pada siklus II ini siswa sudah memperlihatkan hasil yang cukup memuaskan bagi peneliti. Hal ini terbukti dengan sudah banyak siswa yang mampu melaksanakan tiap tahapan yang ada pada metode pembelajaran SQ3R. Hal tersebut terlihat pada peningkatan hasil belajar yang sangat bagus terhadap ketuntasan belajar siswa, dimana dari 27 jumlah siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa semua siswa berada pada kategori tuntas.

Nilai hasil tes bahasa Indonesia melalui metode SQ3R pada siklus II pertemuan I dan II sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan dengan hasil kuantitatif dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 4.7. Tabulasi Nilai Akhir Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa melalui Metode Pembelajaran SQ3R pada Siklus II

NO NAMA Nilai Evaluasi Keterangan

1 Vivi Alfina Ruslan 90 Tuntas

2 Muhammad Hajir 80 Tuntas

3 Danu Rangga Pratama 70 Tuntas

4 Nur Izhati Radiah. R 80 Tuntas

5 Rahmawati 90 Tuntas

6 Muh. Mauluddin Pajrin 80 Tuntas

7 Muh. Fajar Febrian. P 80 Tidak tuntas

8 Miftahuljannah Latif 100 Tuntas

9 Naylah Maharani. L 70 Tuntas

10 Miftahuljannah Amran .R 90 Tidak tuntas

11 Auri Munira 90 Tuntas

12 Muh. Rifki Padil.P 70 Tuntas

13 Nur Azizah 90 Tuntas

14 Sri Wulan Aprianti 70 Tuntas

15 Amrina Rosada 90 Tuntas

16 Najimiati 100 Tuntas

17 Muh. Guntur Ardana 100 Tuntas

18 Muh. Rifqi Putra 70 Tuntas

19 Rafli Ardiansyah 70 Tuntas

20 Utari Dwi Putri 100 Tuntas

21 Putriyanti 70 Tuntas

22 Muh. Rifki Dermawan 70 Tuntas

23 Ukhda Nurul Asyari 90 Tuntas

24 Andita Tahta Nur Rasyid 90 Tuntas

25 Ian Setiawan Hidayat 100 Tuntas

26 Muh. Febrio Aditya . A 70 Tuntas

27 Fauzan Azhari 80 Tuntas

Jumlah 2250

Skor Minimun 70

Skor Maksimal 100

Rata – Rata 83,33

Tabel 4.8 Statistik Skor Penguasaan Murid pada Tes Siklus II

Statistik Nilai Statistik

Subjek 27

Skor ideal 100

Skor terendah 70

Skor tertinggi 100

Skor rata-rata 83,33

KKM 70

Nilai rata − rata = Nilai keseluruhan Jumlah murid

=

= 83,33

Apabila skor hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar bahasa Indonesia Siswa Pada Siklus II

No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 0 – 45 Sangat rendah 0 0

2 46 – 54 Rendah 0 0

3 55 – 69 Sedang 0 0

4 70 – 84 Tinggi 14 51,85

5 85 – 100 Sangat Tinggi 13 48,15

Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel di atas, maka kategori hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dapat digambarkan dalam grafik batang di bawah ini.

Tabel 4.10: Diagram Batang Hasil Evaluasi Siklus II

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus II mencapai nilai rata-rata 83,33 dan berada dalam kategori tinggi.

Apabila hasil belajar murid pada siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

0

Berdasarkan tabel di atas, maka kategori hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dapat digambarkan dalam grafik batang di bawah ini.

Tabel 4.10: Diagram Batang Hasil Evaluasi Siklus II

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus II mencapai nilai rata-rata 83,33 dan berada dalam kategori tinggi.

Apabila hasil belajar murid pada siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

2 3 4 5

Berdasarkan tabel di atas, maka kategori hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dapat digambarkan dalam grafik batang di bawah ini.

Tabel 4.10: Diagram Batang Hasil Evaluasi Siklus II

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus II mencapai nilai rata-rata 83,33 dan berada dalam kategori tinggi.

Apabila hasil belajar murid pada siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

5 13

48.15

Tabel 4.11 Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid pada Siklus II semakin meningkat yaitu sebanyak 27 siswa yang tuntas sedangkan yang tidak tuntas tidak ada.

Untuk melihat hasil belajar siswa dalam setiap siklus tercatat pada table berikut.

Untuk melihat hasil belajar siswa dalam setiap siklus tercatat pada table berikut.

Dalam dokumen SKRIPSI. O l e h HIKMANUDDIN NIM (Halaman 47-81)

Dokumen terkait