• Tidak ada hasil yang ditemukan

antara lain:

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Karakteristik Responden

2. Indikator Keluaran (outputs)

Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik

dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu yaitu, Pengadaan Buku KIA, Cakupan Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan, Cakupan K1 & K4, Cakupan Vitamin A,Cakupan Tablet Fe, Kunjungan DSOG ke Puskesmas;

2.1 Pengadaan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Menurut penuturan Ibu Dwi ( Kasie Kesehatan Ibu dan Anak ) bahwa setiap ibu hamil yang memeriksakan kandunganya dipastikan telah memperoleh buku KIA sebagai kontrol dan pemahaman ibu terhadap kesehatanya bayi dan ibu itu sendiri. Kemudian anggaran yang digunakan oleh dinas kesehatan untuk pengadaan buku KIA pada tahun 2009 hingga 2011 adalah sebagai berikut;

commit to user Tabel IV. 11

Anggaran Pengadaaan Buku KIA Tahun 2009 – 2011

NO TAHUN ANGGARAN

1 2009 Rp. 30.000.000

2 2010 Rp. 30.000.000

3 2011 Rp. 30.000.000

Sumber : profil dinas kesehatan kota Surakarta

Anggaran tersebut telah direalisasikan dengan pengadaan

buku KIA pada setiap tahunnya sejumlah 3000 buku. Buku tersebut didistribusikan secara merata disetiap puskesmas dengan analisis besaran menurut data kunjungan ibu hamil pada tahun sebelumnya sebagai refleksi pada tahun anggaran berikutnya. Untuk tahun 2009 hingga 2011 anggaran dan jumlah pengadaan buku KIA tergolong konstan.

2.2 Cakupan Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan

Di Kota Surakarta diketahui bahwa seluruh persalinan telah dibantu oleh tenaga kesehatan baik itu dokter ataupun bidan, sehingga persalinan di Kota Surakarta telah terstandar. Kemudian diketahui pula bahwa di Kota Surakarta tidak terdapat dukun persalinan sehingga seluruh persalinan di Kota Surakarta telah tercatat. Hal ini sesuai dengan penyampaian Ibu Dwi selaku kepala

commit to user

seksi kesehatan ibu dan anak Dinas Kesehatan Kota surakarta yang mengatakan bahwa,

“Memang di Solo tidak ada dukun persalinan, sehingga semua persalinan telah dibantu tenaga kesehatan yaitu dokter dan bidan yang telah tercatat di Dinas Kesehatan dan hal ini membuat

pencatatan persalinan lebih mudah”. (wawancara tanggal 6

Januari 2012)

Kemudian bila dilihat dari persentase pencapaian sasaran dalam penyelamatan ibu melahirkan melalui persalinan dibantu tenaga kesehatan yang disebutkan di LAKIP Dinas Kesehatan Kota Surakarta menunjukkan angka 100% (seratus persen) pada tahun 2009 hingga 2010 melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 97,9% pada tahun 2010. Berikut tabel IV.12 yang menunjukan persentase cakupan persalinan dibantu tenaga kesehatan pada tahun 2009 dan 2010.

Tabel IV. 12

Persentase Pencapaian Cakupan Persalinan Dibantu Tenaga Kesehatan

Uraian

Tahun

2009 2010

Cakupan Persalinan Dibantu Tenaga Kesehatan

100 % 100 %

commit to user

2.3 Cakupan K1 & K4

K1 dan K4 merupakan kunjungan yang disyaratkan kepada ibu hamil agar ibu dan kandungan dapat dikontrol kesehatannya. Dalam kujungan ini menitikberatkan sampai kunjungan ke empat (K4) karena beberapa upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam menurunkan angka kematian ibu adalah dengan merencanakan persalinan dan pencegahan komplikasi. Di Kota Surakarta cakupan K1 dan K4 cukup tinggi, sehingga ibu hamil lebih terkontrol, hal ini ditunjukan tabel persentase di berikut ini,

Tabel IV. 13

Persentase Cakupan Kunjungan K1 & K4 Uraian Tahun 2009 2010 Cakupan pemeriksaan K1 100 % 100 % Cakupan pemeriksaan K4 96,4 % 96,2 %

Diolah dari LAKIP Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2010

Meskipun cakupan K1 dan K4 tinggi akan tetapi jika dibandingkan antara cakupan pemeriksaan K1 dan cakupan pemeriksaan K4 tidak seimbang. Tidak seimbang tersebut

commit to user

mempunyai arti bahwa dalam melakukan pemeriksaan telah mencapai 100 persen akan tetapi terdapat pengurangan persentase pada saat kunjungan sampai empat kali baik itu pada tahun 2009 maupun pada tahun 2010. Dalam LAKIP Dinas Kesehatan Tahun 2010 terdapat Asumsi yang menyebabkan tidak seimbangnya antara K1 dan K4 diatas, yaitu belum semua ibu hamil mendapatkan pelayanan minimal 4 kali disebabkan karena belum semua bidan aktif melakukan kunjungan bagi ibu hamil yang tidak datang ke Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan swasta. (LAKIP Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2010 : 35)

2.4 Cakupan Vitamin A

Komponen pemberian vitamin A pada ibu nifas berguna untuk daya tahan tubuh ibu nifas dan baik untuk kualitas ASI (Air Susu Ibu). Vitamin A merupakan komponen obat yang diberikan kepada ibu nifas yang disarankan untuk dikonsumsi mulai awal nifas hingga 6 bulan kedepan. Adapun pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Kota Surakarta ditunjukkan dalam tabel cakupan vitamin A bagi ibu nifas berikut ini

commit to user Tabel IV. 14

Cakupan Vitamin A Bagi Ibu Nifas

URAIAN

TAHUN

2008 2009 2010 2011

Jumlah Ibu Nifas 10.200 10.920 9.025 10.139

Jumlah Ibu Nifas dapat Vitamin A

9.320 9.882 8.351 10.112

Cakupan Ibu Nifas dapat Vitamin A

91,4% 90,49% 96,52% 99,73%

Diolah dari LAKIP Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Terlihat dari tabel tersebut terdapat kenaikan cakupan ibu nifas yang mendapatkan vitamin A di kota Surakarta ini dari tahun 2009 hingga 2011.

2.5 Cakupan Tablet Fe 90

Komponen Tablet Fe 90 atau zat besi ini diberikan pada ibu hamil guna mencegah kekurangan darah atau anemia. Diketahui bahwa salah satu penyebab dari kematian ibu adalah kekurangan darrah atau anemia yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandung. Kondisi kekurangan darah juga akan mempengaruhi persalinan dan ibu akan digolongkan dalam ibuhamil dengan resiko tinggi. Berikut table IV.15 cakupan tablet Fe 90 bagi ibu hamil tahun 2008 hingga 2011

commit to user Tabel IV. 15

Cakupan Tablet Fe 90 Bagi Ibu Hamil

URAIAN

TAHUN

2008 2009 2010 2011

Jumlah Ibu Hamil 11.398 11.441 10.060 11.013

Jumlah Ibu Hamil dapat tablet Fe 90

10.658 10.308 9.378 10.611

Cakupan Ibu Hamil dapat tablet Fe 90

93,5% 90,1% 95,05% 96,35%

Diolah dari LAKIP Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Tabel diatas menunjukan bahwa cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil mengalami peningkatan persentase mulai tahun 2009 hingga tahun 2011, sehingga resiko anemia pada ibu hamil di kota Surakarta semakin kecil. Meskipun pada tahun 2009 terdapat penurunan persentase 3,5 persen.

2.6 Kunjungan DSOG ( Dokter Spesialis Obstetry dan Orogenital) ke

Puskesmas

Menurut keterangan dari Dinas Kesehatan yang diwakili oleh ibu

Dwi selaku Kasie kesehatan ibu dan anak bidang bina kesehatan

masyarakat mengungkapkan bahwa Kunjungan DSOG ke puskesmas

commit to user

pengetahuan dalam penanganan kesehatan ibu oleh tenaga kesehatan di

puskesmas. Disinggung lebih lanjut bahwa tidak semua puskesmas

mendapatkan kunjungan dengan alasan bahwa transfer of knowledge

kepada petugas puskesmas dilakukan pada saat terdapat ibu hamil resiko

tinggi tanpa penjadwalan tetap.

Kunjungan DSOG dilakukan hanya di puskesmas rawat inap,

karena di puskesmas rawat inap ibu hamil dengan resiko tinggi dapat

dilayani. Di Kota Surakarta terdapat 4 puskesmas rawat inap yaitu

Puskesmas Sibela, Puskesmas Pajang, Puskesmas Banyuanyar,

Puskesmas Gajahan. Jadi rata-rata kunjungan adalah tujuh hingga

delapan kali pada setiap puskesmas rawat inap.

Puskesmas baik yang sudah dapat melayani rawat inap ataupun

belum memang tidak memiliki dokter spesialis karena di puskesmas

hanya memberikan pelayanan kesehatan dasar. Adapun pelayanan

kesehatan dasar yang diberikan puskesmas adalah promosi kesehatan,

kesehatan ibu dan anak dan KB, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan,

pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar. Sehingga

apabila terdapat pasien kronis seperti ibu hamil resiko tinggi yang tidak

dapat ditangani maka usaha yang dilakukan adalah dengan kunjungan

DSOG yang akan memberikan pengetahuan tambahan bagi tenaga

kesehatan di puskesmas untuk pencegahan dan pengobatan, dan apabila

tidak dapat ditangani maka akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki

penanganan terhadap pengobatan khusus dalam hal ini adalah ibu hamil resiko tinggi.

commit to user 3. Indikator Hasil (outcome)

3.1Kunjungan pemeriksaan pertama (K1) dan Empat kali (K4)

Dari perolehan data 7 item pertanyaan, dapat diketahui bagaimana hasil program tersebut dilihat dari jawaban peserta program. Berdasarkan perhitungan statistik seluruh responden (data dapat dilihat dalam lampiran) didapat nilai maksimum: 35 dan nilai minimum: 14

Interval = 35 – 14

2 = 10,5

= 10 ( dibulatkan kebawah)

Dengan rumus diatas di dapat jarak interval: 8, maka dapat disusun tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel IV.16

Distribusi Frekuensi Outcome (Hasil)

Kunjungan Pemeriksaan Pertama (K1) dan Empat kali (K4)

Sumber data: diolah dari data hasil penelitian Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sejumlah 89,6 % atau 86 responden dari 96 responden menyatakan bahwa tingkat ketelitian

No Kategori Jumlah nilai Frekuensi Persentase (%)

1 Teliti > 24 86 89,6

2 Tidak Teliti 14- 23 10 10,4

commit to user

petugas kesehatan dalam menerima kunjungan pemeriksaan pertama (K1) hingga empat kali (K4) adalah teliti.

Sedangkan sebanyak 10,4 % atau 10 responden dari 96 responden menyatakan bahwa tingkat ketelitian petugas kesehatan dalam menerima kunjungan pemeriksaan pertama (K1) hingga empat kali (K4) adalah tidak teliti.

Pada dasarnya kunjungan pertama hingga empat kali dilakukan untuk mengontrol kondisi kehamilan dan kesehatan ibu serta janin yang dikandungnya, sehingga keselamatan ibu lebih terjamin. Menurut penuturan dari ibu Dina Maratasari (responden nomor 23) mengatakan

“Pada kemahilan saya yang kemarin itu saya merasa tenang ketika sudah melakukan kontrol di puskesmas. Apalagi catatan untuk kehamilan dan kesehatan saya bagus. Ya lebih terkontrol, saya menuruti kata bidan yang ada dipuskesmas untuk pola makan saya ketika hamil dan bu bidan teliti saat pemeriksaan, kemudian penjelasan dari pertanyaan saya jelas apa yang harus saya lakukan

untuk menjaga kesehatan kehamilan saya”. (wawancara tanggal 12

Januari 2012)

Sedangkan sebanyak 10,4 % atau 10 responden dari 96 responden menyatakan bahwa tingkat ketelitian petugas kesehatan dalam menerima kunjungan pemeriksaan pertama (K1) hingga empat kali (K4) adalah tidak teliti. Selanjutnya informasi tambahan yang dapat diperoleh dari ibu Annisa (responden nomor 21) mengatakan

“Dalam pemeriksaan bidan kadang terburu-buru dan tidak menjelaskan kondisi secara lengkap, seperti pas mengukur tinggi badan kurang teliti terus pengukuran lengkung perut saya juga

commit to user

kurang teliti dan tidak dijelaskan apa-apa”. (wawancara tanggal 12

Januari 2012)

3.2 Persalinan dibantu Tenaga Kesehatan

Dari perolehan data 3 item pertanyaan, dapat diketahui bagaimana hasil program tersebut dilihat dari jawaban peserta program. Berdasarkan perhitungan statistik seluruh responden (data dapat dilihat dalam lampiran) didapat nilai maksimum: 15 dan nilai minimum: 7

Interval =

15 – 7 2 = 4

Dengan rumus diatas di dapat jarak interval: 4, maka dapat disusun tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel IV.17

Distribusi Frekuensi Outcome ( Hasil)

Persalinan dibantu Tenaga Kesehatan

No Kategori Jumlah nilai Frekuensi Persentase (%) 1 Cakap > 11 85 88,5 2 Tidak Cakap 7- 10 11 11,5 Jumlah 96 100

commit to user

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sejumlah 85 responden dari 96 responden atau 88,5 % menyatakan bahwa tingkat kecakapan persalinan yang dibantu tenaga kesehatan adalah cakap. Tenaga kesehatan dalam membantu persalinan dinilai siaga dan cakap menangani ibu yang melahirkan, hal yang sama diungkapkan oleh ibu Sukarno (responden nomor 25)

“ya sudah baik mas, pada saat saya mau melahirkan tenaga kesehatan langsung menangani saya. Saya jadi merasa tenang,

karena bidan sudah berpengalaman” (wawancara tanggal 12 Januari

2012)

Di Kota Surakarta tidak terdapat dukun yang membantu persalinan ibu hamil, sehingga semua persalinan di Kota Surakarta telah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tercatat di dinas kesehatan. Hal tersebut juga dikemukakan oleh ibu dwi ( Kasie Kesehatan Ibu dan Anak ) yang mengatakan

“Kalau di Solo ini tidak terdapat dukun, sehingga semua persalinan telah dibantu tenaga kesehatan dan semua tenaga kesehatan termasuk bidan telah tercatat di dinas kesehatan.” (wawancara tanggal 16 Januari 2012)

Sedangkan sebanyak 11 responden dari 96 responden atau 11,5 % menyatakan bahwa tingkat kecakapan persalinan yang dibantu tenaga kesehatan adalah tidak cakap. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Suryanti (responden nomor 94) mengatakan

“Sebenarnya cukup baik dalam membantu persalinan saya, tapi pas pertama kali saya datang petugas sedang tidak ditempat jadi

harus nunggu beberapa saat bidannya baru datang”. (wawancara

commit to user

3.3Vitamin A bagi Ibu Nifas

Dari perolehan data 4 item pertanyaan, dapat diketahui bagaimana hasil program tersebut dilihat dari jawaban peserta program. Berdasarkan perhitungan statistik seluruh responden (data dapat dilihat dalam lampiran) didapat nilai maksimum: 20 dan nilai minimum: 4

Interval =

20 – 4 2 = 8

Dengan rumus diatas di dapat jarak interval: 8, maka dapat disusun tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel IV.18

Distribusi Frekuensi Outcome (Hasil)

Vitamin A bagi Ibu Nifas

No Kategori Jumlah nilai Frekuensi Persentase (%) 1 Baik > 12 43 44,8 2 Tidak Baik 4- 11 53 55,2 Jumlah 96 100

Sumber data: diolah dari data hasil penelitian

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sejumlah 43 responden dari 96 responden atau 44,8 % menyatakan bahwa pemberian penjelasan tenaga kesehatan terkait vitamin A bagi ibu nifas adalah

commit to user

baik. Hal tersebut diungkapkan juga oleh ibu Pujiyatni (responden nomor 27) bahwa

“Habis melahirkan saya disuruh minum vitamin, setelah saya tanya itu vitamin A dan besoknya saya juga diberi lagi mas sambil diterangkan kalau vitamin A itu bagus buat daya tahan tubuh saya dan kualitass ASI (Air Susu Ibu) yang nanti diberikan pada anak

saya.” (wawancara tanggal 14 Januari 2012)

Sedangkan sebanyak 53 responden dari 96 responden atau 55,2 % menyatakan bahwa pemberian penjelasan tenaga kesehatan terkait vitamin A bagi ibu nifas adalah tidak baik. Seperti yang diungkapkan Ibu Suryani bahwa

“Saya belum pernah dijelaskan mas manfaat mengkonsumsi vitamin A habis melahirkan, dan belum pernah dapat mas, lah kalau

saya dapat ya saya minum”. (wawancara tanggal 14 Januari 2012)

Dokumen terkait