commit to user
KINERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
Lucky Perdana Mandala Putra D0106075
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user PERSEMBAHAN
KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :
ORANG TUA KU (ALM) LUKMAN HAKIM DAN (ALMH) RA. NINING HENDROMARTINI, INDRAWATI NASUTION, TANTE NIKMAH SALMIN SUNGKAR YANG TELAH MEMBERIKAN KASIH SAYANG DAN PELAJARAN DALAM HIDUP.
ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNS
SAHABAT AN06 FISIP UNS, COSMIC (Aulia, Dwi Hastuti, Sinta,
Putri Endah, Fara), DEAR OUR LEADER GROUP
SAHABAT PENGURUS HIMPUNAN MAHASISWA
ADMINISTRASI NEGARA (HIMAGARA)FISIP UNS
SAHABAT DI CAREER DEVELOPMENT CENTER UNS DAN
PUSAT PENGKAJIAN KEBIJAKAN DAERAH DAN
commit to user MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
(Q.S Al-Baqarah: 153)
Energy, Energize, Edge and Execution
Be grateful for you have received from other
commit to user
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “KINERJA DINAS KESEHATAN
KOTA SURAKARTA DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN
IBU”. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Program Studi ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu
Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas
Maret (UNS) Surakarta.
Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada :
1. Drs. Sudarto, M.Si sebagai pembimbing penulisan skripsi. Atas bimbingan,
arahan, motivasi serta kesabarannya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini.
2. Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan
akademis yang telah diberikan selama ini.
3. Prof. Drs.H. Pawito P.h.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Rino A. Nugroho, S.Sos, M. TI yang telah memberikan dukungan moril,
bimbingan dalam skripsi ini, dan banyak pengalaman kepada penulis selama
proses belajar di Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS;
5. Dr. Ir. Kusnandar, M.Si yang telah memberikan dukungan moril, bimbingan
dalam skripsi ini, dan banyak pengalaman kepada penulis selama proses
commit to user
6. Kepala bidang Promosi Kesehatan beserta staf dan Kepala bidang Bina
Kesehatan Masyarakat beserta staf Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang
bersedia memberikan dukungan dalam penyelesaaian skripsi ini.
7. Keluarga besar mahasiswa Ilmu Administrasi Negara khususnya angkatan
2006 terimakasih untuk kebersamaan dan berbagi ilmunya dari awal sampai
akhir penyelesaian skripsi ini;
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut
memberikan dukungan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan
penulis perhatikan. Meskipun demikian, penulis berharap agar penelitian ini dapat
dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat
memberikan manfaat bagi siapa pun yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, September 2012
commit to user
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja ... 7
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31
B. Lokasi Penelitian ... 32
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 45
1. Deskripsi Singkat Kota Surakarta ... 45
2. Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta ... 49
2.1Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Surakarta ... 49
2.2Struktur Organisasi ... 51
2.3Keterangan Tugas dan Fungsi Pokok... 52
2.4Keadaan Pegawai ... 54
B. Karakteristik Responden ... 55
commit to user DAFTAR TABEL
Halaman
TabelI.1 : Pencapaiana Kinerja Program Keselamatan Ibu Melahirkan
Dinas Kesehatan Kota Surakarta……… 4
Tabel II.1 : Dimensi atau Indikator Kinerja Organisasi ... 20
Tabel III.1: Pengujian Validitas indikator outcome Kunjungan Pemeriksaan Pertama (K1) dan Empat Kali (K4) ... 40
Tabel III.2 : Pengujian Validitas indikator outcome Persalinan Dibantu Tenaga Kesehatan ... 41
Tabel III.3 : Pengujian Validitas indikator outcome Vitamin A bagi Ibu Nifas ... 42
Tabel III.4: Pengujian Validitas Indikator benefits …..………... 42
Tabel III.5: Pengujian Validitas Indikator impact ... 42
Tabel III.6: Pengujian Reliabilitas instrumen ... 43
Tabel IV.1: Susunan Penduduk Menurut Golongan Umur... 48
Tabel IV.2: Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Kota Surakarta …...……….. 54
Tabel IV.3: Interval Usia Responden………..………..….. 56
Tabel IV.4 : Pendidikan Terakhir Responden ………..……….. 57
Tabel IV.5: Pekerjaan Responden ………..…. 58
commit to user
Tabel IV.7: Rincian Realisasi APBD Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Tahun 2009 – 2011 ……….. 60
Tabel IV.8: Penggunaan Anggaran Langsung dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu Tahun 2009 - 2011……… 61
Tabel IV.9: Persentase Perbandingan antara Belanja Menurunkan Angka Kematian Ibu terhadap Belanja Langsung Tahun 2009 – 2011 ……… 62
Tabel IV.10: Tenaga Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan Kota Surakarta …...……… 63
Tabel IV.11: Anggaran Pengadaaan Buku KIA ………... 66
Tabel IV.12: Persentase Pencapaian Cakupan Persalinan Dibantu Tenaga Kesehatan ……… 67
Tabel IV.13: Persentase Cakupan Kunjungan K1 & K4 ……….. 68
Tabel IV.14: Cakupan Vitamin A Bagi Ibu Nifas ..………. 70
Tabel IV.15: Cakupan Tablet Fe 90 Bagi Ibu Hamil .………. 71
Tabel IV.16 Distribusi Frekuensi outcome Kunjungan Pemeriksaan Pertama (K1) dan Empat Kali (K4) ... 73
Tabel IV.17 Distribusi Frekuensi outcome Persalinan Dibantu Tenaga Kesehatan ... 75
Tabel IV.18 Pengujian Validitas indikator outcome Vitamin A bagi Ibu Nifas ... 77
Tabel IV.19 Distribusi Frekuensi benefit ... 79
commit to user DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ... 27
Gambar IV.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Kota Surakarta ………..………. 51
DAFTAR GRAFIK
Halaman
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Kegiatan Penelitian.
Lampiran 2 Peraturan Walikota Surakarta Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
Penjabaran Tugas Pokok , Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
commit to user ABSTRAK
LUCKY PERDANA MANDALA PUTRA, D0106075, Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta Dalam Menurunkan Angka Kematian ibu, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012.
Kenaikan angka kematian ibu di Kota Surakarta tahun 2009 sebesar 153 per 100.000 kelahiran hidup tidak sejalan dengan capaian kinerja program peningkatan ibu melahirkan pada tahun 2009 tergolong tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dinas kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu dilihat dengan menggunakan 5 indikator dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yaitu masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data yaitu dengan kuesioner, wawancara, dokumentasi. Sumber data yakni data primer dengan menggunakan kuesioner serta data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu yang telah melahirkan di Kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah accidental sampling dengan sample sejumlah 96 ibu.
Hasil penelitian menunjukkan,anggaran APBD yang dialokasi untuk dinas kesehatan telah terserap lebih dari 90 persen, SDM telah memenuhi rasio yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan propinsi jawa tengah, 89,6% responden menyatakan petugas kesehatan teliti dalam melakukan pemeriksaan K1 & K4
(outcome), 88,5% responden menyatakan tenaga kesehatan cakap dalam
membantu persalinan (outcome), 44,8% menyatakan vitamin A diberikan dengan
baik oleh tenaga kesehatan (outcome), 18,7 % responden menyatakan bermanfaat
tinggi dan 59,4% responden menyatakan bermanfaat sedang, kemudian 39,6% responden berdampak baik dan 53,1% responden menyatakan cukup berdamapak kinerja dinas selama ini.
commit to user ABSTRACT
Lucky Perdana Mandala Putra, D0106075. The Performance of Surakarta City’s Health Service to Reduce Maternal Mortality Rate, Thesis, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2012.
The maternal mortality rate of 153 per 100,000 living birth in 2009 in Surakarta city is not in line with the high achievement of childbearing mother improvement program in 2009. This research aims to find out the performance of Surakarta City’s health service to reduce maternal mortality rate viewed from 5 indicators of Government Institution Performance Accountability Report (LAKIP) including input, output, outcome, benefit and impact.
The research method used in this research was the descriptive quantitative one. Techniques of collecting data used were questionnaire, interview, and documentation. The data source included primary data obtained through questionnaire and secondary data derived from documents relevant to the study. The population of research was all mothers who had born child in Surakarta City. The sampling technique used was accidental sampling with 96 mothers as the thoroughly, 88.5% respondents stated that the paramedics were competent in helping childbirth (outcome), 44.8% stated that vitamin A was given well by the paramedics (outcome), 18.7% respondents found high benefit, and 59.4% found moderate benefit, then 39.6% respondents found good impact, and 53.1% found fair impact of the service performance so far.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 tertulis
bahwa “Health is a fundamental human right”, yang mengandung suatu kewajiban
bagi seluruh komponen masyarakat untuk menyehatkan yang sakit dan
mempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak
asasi manusia dan sehat sebagai investasi. Untuk Indonesia, jelas tercantum dalam
Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi
manusia, yaitu sebagaimana dalam pasal 28 H ayat (1) : “setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Pembangunan
kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajad kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Perawatan kesehatan primer menitikberatkan kehamilan dan persalinan yang
aman. Kesehatan ibu yang berkualitas sangat menentukan pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas. Dalam konteks pembangunan, Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan indikator penting status kesehatan suatu negara. Tukiran, et al ( 2007:
247) menyebutkan bahwa angka kematian ibu dan bayi yang tinggi akan
commit to user
bahwa mortalitas dan morbilitas wanita hamil dan bersalin merupakan masalah
terbesar yang dialami negara-negara berkembang (dalam
www.medical-journal.co.cc).
Kenyataan menunjukkan walaupun telah banyak ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan global maupun nasional, namun di Indonesia
masih banyak persoalan reproduksi yang menghantui perempuan, antara lain: AKI
melahirkan yang masih tinggi, akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi, pendidikan seks yang memadai, dll (Jurnal Perempuan No 53 Tahun
2007 : 4-5).
Dibanding dengan negara-negara maju AKI di Indonesia tergolong sangat
tinggi, di negara-negara maju AKI berkisar pada angka 10 per 100.000 kelahiran
hidup (Tukiran et al, 2007: 247-248). Melalui SK Menkes Nomor 1202 Tahun 2003
tentang Indonesia Sehat Tahun 2010, pemerintah mengharuskan upaya menurunkan
AKI sampai tahun 2010 sebesar 150 per 100.000 kelahiran hidup (dalam Luhulima,
2007: 268). Berdasarkan Laporan Pembangunan Manusia Tahun 2000, AKI di
Ma-laysia jauh di bawah Indonesia yaitu 41 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Singapura
6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, AKI
Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Vietnam 160 per 100.00 kelahiran
hidup, sedangkan AKI di Indonesia Tahun 2000 masih berkisar di angka 307 per
100.000 kelahiran hidup (diolah dari www.majalah-farmacia.com). Hal tersebut
mencerminkan bahwa di Indonesia, AKI masih tergolong sangat tinggi dibandingkan
dengan negara-negara tetangga, sehingga upaya penurunan perlu bertolak dari data
commit to user
Kasus di Kota Surakarta AKI terdapat indikasi peningkatan meskipun telah
terdapat program peningkatan keselamatan ibu melahirkan pada Dinas Kesehatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator Standard Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan. Hal ini perlu dicermati karena masih adanya kematian
ibu pada saat hamil, melahirkan dan masa nifas, berarti masih kurang optimalnya
kinerja pelayanan kesehatan. Di Kota Surakarta, pada tahun 2009 telah terjadi
peningkatan AKI yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya.( www.surakarta.go.id ). Tren angka Kematian Ibu Maternal di Kota
Surakarta dapat dilihat dalam grafik 1.1 berikut:
Grafik I.1
Kematian Ibu Maternal di Kota Surakarta
Tahun 2003-2009
Sumber: Diolah dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2009
Menurut Sri Wahyuningsih selaku Kepala DKK Solo (dalam
www.surakarta.go.id) faktor yang menyebabkan meningkatnya AKI di Kota
commit to user
diakibatkan antara lain, proses persalinan pada usia ibu yang terlalu muda (kurang
dari 20 tahun), ibu terlalu tua (lebih dari 35 tahun), melahirkan anak dengan jarak
terlalu dekat atau kurang dari dua tahun, kondisi kesehatan ibu akibat penyakit
kronis dan anemia, dan gizi buruk, serta gangguan kelemahan kontraksi otot rahim
setelah bayi lahir. Hal tersebut menunjukan perlunya peningkatan kinerja pelayanan
terhadap ibu melahirkan, karena pada dasarnya adanya penyebab tersebut berkaitan
erat dengan pelayanan kesehatan yang telah dilakukan. Selanjutnya di dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Surakarta
Tahun 2010 menyatakan bahwa belum semua ibu hamil mendapatkan pelayanan
minimal 4 kali, yang disebabkan belum semua bidan aktif melakukan kunjungan
bagi ibu hamil yang tidak datang ke Puskesmas atau sarana kesehatan swasta.
Berikut tabel pencapaian kinerja dalam program peningkatan keselamatan ibu
melahirkan Tahun 2009;
Tabel I.1
Pencapaian Kinerja
Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Tahun 2009
NO INDIKATOR SASARAN PENCAPAIAN TAHUN 2009
1. Persentase cakupan
pemeriksaan Kesehatan K1 100 %
2. Persentase cakupan
pemeriksaan Kesehatan K4 96.2 %
3. Persentase cakupan
persalinan nakes 100 %
4. Cakupan penanganan ibu
hamil resiko tinggi 100 %
commit to user
Hasil-hasil kajian tersebut telah menyebutkan bahwa kematian ibu
melahirkan dikarenakan faktor medis dan faktor pelayanan kesehatan yang telah ada.
Faktanya bahwa walaupun capaian kinerja program peningkatan keselamatan ibu
melahirkan tahun 2009 tinggi namun angka kematian ibu pada tahun 2009 tergolong
tinggi mencapai 153,81 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga peneliti akan meneliti
kinerja dari dinas kesehatan Kota Surakarta dalam menurunkan angka kematian ibu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kinerja dinas kesehatan Kota Surakarta dalam menurunkan angka
kematian ibu ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Operasional
Mediskripsikan kinerja dinas kesehatan Kota Surakarta dalam menurunkan
angka kematian ibu.
2. Tujuan Fungsional
Secara fungsional hasil penelitian dapat digunakan untuk :
a. Bahan masukan reformulasi kebijakan penurunan Angka Kematian Ibu di
Kota Surakarta.
b. Bahan pertimbangan bagi lembaga eksekutif, lembaga legislatif, dan
commit to user
3. Tujuan Individual
Untuk memenuhi persyaratan guna meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :
1. Menambah wawasan mengenai masalah kinerja dinas kesehatan Kota
Surakarta dalam menurunkan angka kematian ibu.
2. Bahan masukan kepada pihak-pihak yang berperan dalam mendukung upaya
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kinerja
Berdasarkan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah menerangkan bahwa terselenggaranya good governance
merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara. Dalam
rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate sehingga
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara
berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme. Sehingga setiap instansi pemerintah wajib
membuat pelaporan kinerja untuk mendukung good governance dan pada
akhirnya kinerja akan dinilai akuntabilitasnya.
Dalam beberapa literatur, kinerja diterangkan sebagai berikut;
Performance is defined as the record of outcomes produced on a
specified job function or activity during a specified time period. (Kinerja
didefinisikan sebagai catatan hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan
tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu.) (Bernardin and Russel
commit to user
Kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria
yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. ( dalam Rivai dan Basri, 2005 : 17 )
Menurut Prawirosentono ( 1992 : 2 ), Performance atau kinerja adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing –
masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Sedangkan menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2007: 2 ):
1. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai
hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung.
2. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari
pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya.
3. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat
dengan tujuan strategis organisasi, kemampuan konsumen dan
memberikan konstribusi ekonomi.
Kemudian Sudarmanto (2009 : 7 - 9) mengategorikan pengertian
kinerja dalam dua garis besar seperti di bawah ini:
a. Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil, bukan karakter sifat (trait) dan
perilaku. Dalam konteks hasil, Bernardin (1998) menyatakan bahwa
kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atau fungsi
commit to user
Pengertian kinerja sebagai hasil juga terkait dengan produktivitas dan
efektivitas.
b. Kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku. Terkait dengan kinerja
sebagai perilaku, Murphy (1990) menyatakan bahwa kinerja merupakan
seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi atau unit
organisasi tempat orang bekerja. Kinerja merupakan sinonim dengan
perilaku. Kinerja adalah sesuatu yang secara aktual orang kerjakan dan
dapat diobservasi. Dalam pengertian ini, kinerja mencakup
tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja
bukan konsekuensi atau hasil tindakan, tetapi tindakan itu sendiri.
Berkaitan dengan konsep kinerja, Rummler dan Brache (dalam
Sudarmanto 2009:7) mengemukakan tiga tingkatan kinerja, yaitu:
a. Kinerja organisasi, merupakan pencapaian hasil (outcome) pada level atau
unit analisis organisasi yang terkait dengan tujuan organisasi, rancangan
organisasi, dan manajemen organisasi.
b. Kinerja proses, merupakan kinerja pada proses tahapan dalam
menghasilkan produk atau pelayanan yang dipengaruhi oleh tujuan proses,
rancangan proses, dan manajemen proses.
c. Kinerja individu/ pekerjaan, merupakan pencapaian atau efektivitas pada
tingkat pegawai atau pekerjaan yang dipengaruhi oleh tujuan pekerjaan,
rancangan pekerjaan, dan manajemen pekerjaan serta karakteristik
commit to user
Dari beberapa uraian kinerja di atas, maka kinerja yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pencapaian hasil yang diperoleh dari pekerjaan
dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan, visi,
dan misi organisasi yang telah ditetapkan secara legal dan tidak melanggar
hukum dalam kurun waktu tertentu.
B. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja diperlukan bagi sebuah organisasi karena dengan
diukurnya kinerja organisasi maka dapat diketahui keberhasilan / kegagalan
dari pelaksanaan program atau kegiatan yang telah ditetapkan oleh organisasi
tersebut. Menurut Wibowo (2007: 319) pentingnya pengukuran kinerja
adalah:
“untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk melakukan hal tersebut, diperlukan adanya ukuran kinerja”.
Menurut
Searcy, et al dalam
International Journal of Productivityand Performance Management (Vol. 57 No. 2, 2008) system pendekatan
dalam pengukuran kinerja organisasi adalah : A systems approach provides
both the structure and flexibility needed to guide the design and
implementation of an organizational performance measurement system.
Searcy, et al (2008) menambahkan pendekatan system dalam pengukuran
kinerja organisasi berimplikasi luas pada dua hal yaitu : (1) Implications for
commit to user
Definisi pengukuran kinerja menurut
Radnor dan Barnes (2007)
antara lain:
(1)Performance measurement is quantifying, either quantitatively or qualitatively, the input, output or level of activity of an event or process. (2) Performance reporting is providing an account, and often some analysis, of the level of input, activity or output of an event or process usually against some form of target. (3) Performance management is action, based on performance measures and reporting, which results in improvements in behaviour, motivation and processes and promotes innovation.
Menurut Sedarmayanti (2009: 196), pengukuran kinerja merupakan
suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja merupakan suatu
alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan dan akuntabilitas. Lebih lanjut Sedarmayanti ( 2009 : 196)
menyatakan, pengukuran kinerja penting peranannya sebagai alat manajemen
untuk:
a. Memastikan pemahaman pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk
mencapai kinerja,
b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang disepakati,
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan
untuk memperbaiki kinerja,
d. Memberi penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja pelaksana
yang telah diukur sesuai sistem pengukuran kinerja yang disepakati,
e. Menjadi alat komunikasi antar karyawan dan pimpinan dalam upaya
commit to user
f.Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi,
g. Membantu memahami proses kegiatan organisasi,
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif,
i.Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan, dan
j.Mengungkap permasalahan yang terjadi.
Di samping itu, menurut Sedarmayanti (2003: 73), pengukuran kinerja
merupakan alat yang bermanfaat dalam usaha mencapai tujuan, karena
melalui pengukuran kinerja dapat dilakukan proses penilaian terhadap
pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan dan pengukuran kinerja dapat
memberikan penilaian yang obyektif dalam pengambilan keputusan
organisasi maupun manajemen. Sedarmayanti (2003: 68) menambahkan
bahwa pengukuran kinerja yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan dapat memberi umpan balik yang penting artinya bagi
upaya perbaikan guna mencapai keberhasilan di masa yang akan datang.
Beberapa pakar menjelaskan indikator yang dapat digunakan dalam
mengukur kinerja organisasi, antara lain:
Zeithaml, Parasuraman & Berry (dalam Ratminto dan Atik ,2007:
175-176) menjelaskan tentang indikator yang digunakan untuk menilai
kinerja organisasi, yang terdiri atas beberapa faktor berikut :
1) Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari
gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh
commit to user
2) Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk
menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
3) Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong
customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
4) Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para
pekerja dan kemampuan dalam memberikan kepercayaan kepada
customers.
5) Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh
providers kepada customers.
Sedangkan Kumorotomo dalam Dwiyanto (2006: 52)
mengemukakan bahwa untuk menilai kinerja organisasi dapat digunakan
beberapa kriteria sebagai pedoman penilaian kinerja organisasi pelayanan
publik, antara lain adalah :
1) Efisiensi
Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi
publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta
pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila
diterapkan secara obyektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.
2) Efektivitas
Efektivitas mempertanyakan apakah tujuan dari didirikannya
commit to user
kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi,
serta fungsi agen pembangunan.
3) Keadilan
Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat
kaitannya dengan konsep ketercukupan dan kepantasan. Keduanya
mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan
nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang
menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok
pinggiran, dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.
4) Daya tanggap
Berlainan dengan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan swasta,
organisasi pelayan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara
atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu,
kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria
daya tanggap ini.
Dwiyanto (2006: 50-51) mengukur kinerja birokrasi publik
berdasar indikator berikut :
1. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi
juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya
commit to user
Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan suatu ukuran
produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar
pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu
indikator kinerja yang penting.
2. Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung menjadi penting dalam
menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan
negatif yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena
ketidakpuasan masyarakat muncul terhadap kualitas pelayanan publik.
Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap pelayanan dapat
dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Kepuasan masyarakat
bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi.
3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas menunjuk pada
keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan
dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu
indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan
kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,
terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang
commit to user
kebutuhan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan kegagalan
organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.
Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya
memiliki kinerja yang jelek pula.
4. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit
maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu
ketika berbenturan dengan responsivitas.
5. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang
dipilih oleh rakyat. Akuntabilitas publik dapat digunakan untuk
melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu
konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi
publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang
dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti
pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran
eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas
yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai
commit to user
Selain itu, indikator kinerja juga dikemukakan oleh Widodo
(2008:91), indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan. Indikator
kinerja adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran organisasi.
Indikator kinerja dapat dijadikan patokan (standar) untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan penyelenggaraan program dalam mencapai misi
dan visi organisasi. Selanjutnya Widodo (2008: 91-92) menyebutkan
indikator kinerja tersebut adalah
1) Indikator masukan adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiataan dan program berjalan untuk menghasilkan keluaran.
2) Indikator keluaran merupakan segala berupa produk sebagai hasil
langsung pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasar masukan
dan program.
3) Indikator hasil merupakan sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah. Merupakan seberapa jauh
setiap produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat.
4) Indikator manfaat merupakan kegunaan suatu keluaran yang dirasakan
secara langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya fasilitas
yang dapat diakses publik.
5) Indikator dampak merupakan ukuran tingkat pengaruh sosial,
ekonomi, lingkungan, atau kepentingan umum lain yang dimulai oleh
commit to user
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara
Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Instansi Pemerintah, disebutkan bahwa dalam hal pengukuran
kinerja instansi pemerintahan, haruslah ditetapkan terlebih dahulu tentang
indikator-indikator kinerjanya. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan ke
dalam kelompok;
a. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan
output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi,
dan sebagainya;
b. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik
dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan
dan program berdasarkan masukan yang digunakan;
c. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran
seberapa jauh setiap produk jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat;
d. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang
dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas
commit to user
e. Dampak (Impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,
lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian
kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.
Berbagai indikator pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh
commit to user
Tabel II.1
Dimensi atau Indikator Kinerja Organisasi
Meskipun banyak pendapat yang menjelaskan tentang berbagai
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja, namun dalam
penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja khususnya
kinerja instansi pemerintahan yaitu berdasarkan lima indikator yang diatur
dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan
No. Pakar Dimensi / Indikator
1. Zeithaml, Parasuraman &
Berry (1988)
a) Tangibles atau ketampakan fisik,
b) Reliability atau reliabilitas
c) Responsiveness atau daya tanggap
d) Assurance atau jaminan/kepastian
e) Empathy atau empati
2. Kumorotomo (1996) a) Efisiensi
b) Efektivitas
c) Keadilan
d) Daya tanggap
3. Dwiyanto (2006) a) Produktivitas
b) Kualitas Layanan
5. Surat Keputusan Kepala
commit to user
Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Dalam Surat keputusan tersebut disebutkan
bahwa dalam hal pengukuran kinerja instansi pemerintahan, haruslah
ditetapkan terlebih dahulu tentang indikator-indikator kinerjanya. Selanjutnya
Sugiyono (2006:140) menerangkan terkait dengan validitas dan reliabilitas
instrumen, bahwa selain mempunyai validitas internal, instrument harus
memiliki validitas eksternal yaitu memperhatikan fakta lapangan selain teori
yang ada, sebagai contoh pengukuran kinerja sekelompok pegawai, maka
tolok ukur yang digunakan didasarkan pada tolok ukur yang telah ditetapkan
di kepegawaian itu.
C. Angka Kematian Ibu
Terkait upaya penurunan AKI, kebijakan publik termanifestasikan
dalam wujud kebijakan kesehatan reproduksi perempuan, dimana dalam
penurunan mortalitas utamanya diarahkan menurunkan kematian bayi, anak
dan ibu melalui upaya pencegahan dan pelayanan kesehatan primer. Menurut
Mosse (1996: 254), pendekatan pembangunan terhadap kesehatan perempuan
mengambil jalan perawatan kesehatan primer dengan fokus terhadap
kesehatan ibu dan anak, penyuluhan gizi dan informasi serta pendidikan
tentang masalah-masalah kesehatan. Perjuangan kaum perempuan agar
masalah kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus, mencapai
puncaknya dalam kesepakatan ICPD tahun 1994 di Kairo. Program Aksi
ICPD 1994 mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan dengan pendidikan,
khususnya untuk anak perempuan, serta penurunan tingkat kematian bayi,
commit to user
Perhatian terbesar pada kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan
adalah bagaimana mencegah penyebab utama kesakitan dan kematian
maternal (Rachmawati, 2004: 55). United Nation menyebutkan bahwa ICPD
Kairo telah mencanangkan program Safe Motherhood sebagai strategi untuk
menurunkan tingkat kesakitan dan kematian maternal (Rachmawati, 2004:
55). Terdapat pula tujuan nomor lima MDGs, meningkatkan kesehatan ibu
dengan target pencapaian MDG pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target
tersebut (Bappenas, 2010).
Naik turunya angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator
kegagalan atau keberhasilan pelayanan kesehatan untuk perempuan selama
kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Menurut WHO dalam Rachman
(2007:40), bahwa kematian yang dimaksud dalam Angka Kematian Ibu
adalah kematian selama masa kehamilan, persalinan, atau dalam 42 hari
setelah persalinan, terlepas dari lama dan letak kehamilan, karena penyebab
yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan karena kecelakaan. Selanjutnya Rachman
menambahkan terdapat 6 penyebab langsung dan tidak langsung tingginya
angka kematian ibu di indonesia, yaitu
1. Pendarahan
Pendarahan merupakan penyebab tertinggi kematian ibu. Hal ini
terjadi karena ibu terlambat mendapatkan pertolongan dari dokter atau
commit to user
2. Eklampsia
Eklampsia terjadi bila perempuan yang hamil mengalami tekanan
darah tinggi (hipertensi), demam, sakit kepala yang hebat, dan
kejang-kejang. Eklampsia adalah salah satu sebab utama kematian ibu di
semua negara dan mengakibatkan sekitar 50.000 kematian ibu di
dunia setiap tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksanaan kehamilan
secara berkala dan konseling selama kehamilan jadi sangat penting,
agar ibu hamil dapat mengetahui gejala awal pre-eklampsia/
eklampsia. Pemerintah telah menetapkan ibu paling tidak harus
berkunjung ke tenaga kesehatan paling tidak 4 kali selama ia hamil,
kunjungan itu disebut K1 sampai K4, dan ibu harus diberi suplemen
tablet besi, serta vaksin anti tetanus.
3. Aborsi tidak aman
Hal tersebut biasa terjadi setelah kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD) dengan berbagai sebab dan sering diakhiri dengan kematian
bila dilakukan oleh tenaga yang tidak profesional.
4. Infeksi
Dalam proses kelahiran dapat terjadi karena dalam pertolongan
persalinan digunakan peralatan yang tidak steril. Hal ini biasa terjadi
bila persalinan ditolong oleh misalnya, dukun yang tidak mensterilkan
alat-alat bantu dalamproses persalinan. Pengobatan medis harus
diberikan pada ibu bersalin yang mengalami infeksi. Oleh karena itu
commit to user
yang melahirkan dengan bantuan dukun mengalami infeksi dan tidak
cepat dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis
kemungkinan ia akan mati.
5. Partus lama
Komplikasi ini bisa terjadi bila rumah sakit kekurangan tenaga
terampil, peralatan dan obat-obatan. Faktor lainnya adalah buruknya
gizi yang dikenal dengan istilah KEK ( Kekurangan Energi Kronis ),
status gizi semala kehamilan adalah hal yang penting karena
berdampak pada proses kehamilan dan persalinan.
6. Terbatasnya akses terhadap pelayanan
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah menerbitkan Surat
Keputusan (SK) Menteri Kesehatan
Nomor:157/MENKES/SK/X/2003 tahun 2003, yang menetapkan
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
meliputi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) lengkap dengan
indikator-indikator yang harus dicapai, yaitu :
a. Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4 (95%)
b. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (90%)
c. Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk (100%)
d. Cakupan kunjungan Neonatus (90%)
e. Cakupan kunjungan bayi (90%)
commit to user
Ditetapkan pula bahwa setiap Kabupaten/Kota wajib memiliki 4 buah
Puskesmas yang dilengkapi Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetrik, Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) bagi rumah sakit rujukan.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir ini menjelaskan tentang darimana dan bagaimana
alur penelitian ini dimulai. Alur penelitian ini dimulai dari adanya kebutuhan
perawatan kesehatan primer yang menitikberatkan pada kehamilan dan
persalinan yang aman. Kesehatan ibu yang menentukan pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam konteks pembangunan, Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting status kesehatan suatu
negara. Pada kenyataannya angka kematian ibu masih cukup tinggi di
indonesia dan khusunya di Kota Surakarta pada tahun 2009. Adanya
peningkatan angka kematian ibu yang tajam pada tahun 2009 di Kota
Surakarta menarik peneliti untuk meneliti kinerja dari Dinas Kesehatan Kota
Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu.
Pengkajian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk
menurunkan angka kematian ibu ini akan di ukur menggunakan perspektif
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Peneliti akan mengacu
pada 5 (lima) indikator kinerja yang terdapat dalam Surat Keputusan Kepala
Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Adapun
commit to user
(outputs), 3) hasil (outcomes), 4) manfaat (benefits), dan 5) dampak
(impacts).
Selanjutnya dengan melakukan survey secara langsung kepada
masyarakat untuk mendapatkan jawaban atas penilaian mereka terhadap
kinerja Dinas Kesehatan, diharapkan mampu menghasilkan temuan yang
faktual dan objektif. Sehingga pada gilirannya penelitian ini mampu
menghasilkan saran dan rekomendasi guna perbaikan ataupun peningkatan
kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka kematian
commit to user
Bagan II.1
Kerangka Pemikiran Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta
untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu
1. Kebutuhan perawatan kesehatan primer yang menitikberatkan pada kehamilan dan persalinan yang aman. Kesehatan ibu yang menentukan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.
2. Dalam konteks pembangunan, Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting status kesehatan suatu negara.
Temuan Masalah
1. Angka Kematian Ibu di Kota Surakarta meningkat tajam pada tahun 2009
2. Adanya ketimpangan antara tingginya
pencapaian kinerja program keselamatan ibu melahirkan tahun 2009 dengan tingginya angka kematian ibu melahirkan di Kota Surakarta.
Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu
Diukur dari :
commit to user E. Definisi Konseptual
Definisi konseptual bertujuan untuk memberikan batasan-batasan yang
jelas mengenai konsep yang digunakan dalam penelitian sehingga tidak
terjadi perbedaan pemahaman antara peneliti dengan pembaca. Definisi
konsep dalam penelitian ini meliputi Kinerja dan Angka Kematian Ibu.
a. Kinerja
Merupakan pencapaian hasil yang diperoleh dari pekerjaan dalam
lingkup wewenang dan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan,
visi, dan misi organisasi yang telah ditetapkan secara legal dan
tidak melanggar hukum dalam kurun waktu tertentu.
b. Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu adalah kematian selama masa kehamilan,
persalinan, atau dalam 42 hari setelah persalinan, terlepas dari lama
dan letak kehamilan, karena penyebab yang berhubungan dengan
atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan
karena kecelakaan.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang dibuat oleh peneliti
sendiri untuk memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang
dapt diukur. Definisi operasional bertujuan memberikan informasi yang
diperlukan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
commit to user
a. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan Dinas
Kesehatan Kota Surakarta agar upaya untuk menurunkan angka
kematian ibu di Kota Surakarta dapat berjalan atau dalam rangka
menghasilkan output, yaitu dana dari APBD, tenaga kesehatan
(bidan dan dokter);
b. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik
dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu
kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan Dinas
Kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu
yaitu, Pengadaan Buku KIA, Cakupan Persalinan ditolong Tenaga
Kesehatan, Cakupan K1 & K4, Cakupan Vitamin A,Cakupan
Tablet Fe, Kunjungan DSOG ke Puskesmas;
c. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes
merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa dari Dinas
Kesehatan Kota Surakarta dapat menurunkan angka kematian ibu
yaitu penanganan kunjungan pertama (K1) & (K4), penanganan
persalinan yang dibantu tenaga kesehatan, penanganan dalam
pemberian vitamin A bagi ibu nifas;
d. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang
dirasakan langsung oleh masyarakat dari kinerja dinas kesehatan
dalam menurunkan angka kematian ibu yaitu penanganan ibu
commit to user
e. Dampak (Impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial,
ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai
oleh capaian kinerja setiap indikator yang berhubungan dengan
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Menurut metodenya, penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian survey. Penelitian survey merupakan penelitian yang
menggunakan sampel dari populasi penelitian. Sugiyono (2006)
mengemukakan bahwa:
“Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian ralatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”.
Menurut tingkat eksplanasinya penelitian yang dilakukan
merupakan jenis penelitian deskriptif. Sugiyono (2006) mengemukakan
bahwa:
“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain”.
Menurut jenis data dan analisisnya, penelitian yang dilakukan
merupakan jenis penelitian kuantitatif. Hal itu dikarenakan data yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan (Sugiyono, 2006).
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan kinerja
dinas kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu di
commit to user 2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dinas kesehatan Kota Surakarta.
Alasan diadakannya penelitian di tempat ini adalah karena :
a. Terdapat kenaikan angka kematian ibu di Surakarta pada tahun 2009
yaitu 153,81 per 100.000 kelahiran hidup yang pada tahun 2008 hanya
49,1 per 100.000 kelahiran hidup.
b. Untuk menurunkan angka kematian ibu, dinas kesehatan
menggunakan anggaran negara dimana publik perlu mengetahui
kinerja dan penggunaannya.
c. Diperlukan keseimbangan informasi dan berita baik yang didapat dari
dinas maupun ibu melahirkan, agar kinerja yang dijalankan benar
benar tepat sasaran.
d. Mendapatkan persetujuan dari Ketua Jurusan, Pembimbing Akademik,
dan Pembimbing Skripsi serta mendapatkan ijin penelitian dari Dinas
Kesehatan Kota Surakarta.
Oleh karena itu peneliti melakukan riset tentang sejauh mana
kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka
commit to user 3. Sumber data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden yang
langsung berhubungan dengan penelitian dan mampu memberikan
informasi. Dalam penelitian ini data primer tersebut diperoleh peneliti
melalui penyebaran kuesioner. Data primer kuesioner diperoleh dengan
menyebarkan kuesioner kepada ibu yang telah melahirkan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung dari objek yang diteliti, diperoleh dari buku-buku, dokumen
(jurnal, arsip-arsip dan lain-lain) atau informasi yang telah dikumpulkan
oleh pihak lain untuk suatu tujuan, misalkan data-data organisasi yang
diperoleh melalui studi kepustakaan yang berhubungan dengan obyek
yang akan diteliti.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara operasional yang ditempuh
oleh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini
digunakan teknik pengumpulan data berupa :
a. Kuesioner
Kuesioner yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertentu yang
disusun secara sistematis dan lengkap. Jawaban-jawaban terhadap
kategori-commit to user
kategori tertentu secara sistematis sehingga memungkinkan
perbandingan secara kuantitatif (Slamet, 2006: 94). Jenis kuesioner
dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan 5 Skala
Likert. Kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang sudah
disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memberikan
tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang telah disediakan.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini juga menggunakan wawancara sesuai dengan
kebutuhan. Tujuan dilakukan wawancara ini adalah memperkuat
informasi yang telah diperoleh dan hanya sebagai penguat data
yang nanti disajikan peneliti. Wawancara ini akan dilakukan
kepada beberapa ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini
dan kepala seksi kesehatan ibu dan anak dinas kesehatan Kota
Surakarta.
c. Dokumentasi
dokumentasi, yaitu merupakan teknik pengumpulan data dengan
mempelajari secara kritis dan teliti dokumen, laporan penelitian
terdahulu, arsip, peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan penelitian. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk
commit to user 5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dana karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2006:90). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan
yang berada di Kota Surakarta.
Purwanto dan Sulistyastuti (2007) mengemukakan bahwa sampel
dikatakan representatif atau ideal apabila karakteristik sampel sama
dengan karakteristik populasi. Lebih lanjut Purwanto dan Sulistyastuti
menerangkan menentukan besar kecilnya sampel juga dipengaruhi oleh
besarnya biaya, waktu dan tenaga yang tersedia.
Karena dalam penelitian ini besarnya jumlah populasinya sangat
besar dan lokasinya tersebar luas di berbagai wilayah di Kota Surakarta,
maka untuk dapat mempermudahkan peneliti dalam memperoleh data
maka besarnya sampel dapat dihitung dengan menggunkan rumus sebagai
berikut (Slamet, 2006: 58):
Karena besarnya jumlah populasi yang diketahui sangat luas, maka
commit to user
sebesar 95% sehingga besarnya Z = 1,96. Bila tidak tahu tentang besarnya
proporsi pada sub-sub sampel, maka ditentukan p : q = 0,5 : 0,5. Adapun
perbandingan 0,5 : 0,5 ini diambil bilamana peneliti tidak mengetahui
perbandingan antara p dan q, sehingga diputuskan dengan jalan
menganggap bahwa populasi yang diteliti memiliki tingkat heterogenitas
yang paling tinggi. Selain itu, populasi yang paling heterogen bila
n = 96,04 (dibulatkan menjadi 96).
Maka besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar
96 responden.
6. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dana karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2006:90). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan
yang berada di Kota Surakarta
Purwanto dan Sulistyastuti (2007) mengmukakan bahwa sampel
dikatakan representatif atau ideal apabila karakteristik sampel sama
commit to user
menerangkan menentukan besar kecilnya sampel juga dipengaruhi oleh
besarnya biaya, waktu dan tenaga yang tersedia.
Dalam penelitian ini Teknik sampling yang digunakan berupa
teknik nonprobability sampling, sehingga tidak semua populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi calon responden atau sampel.
Selanjutnya bahwa tenik nonprobability yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Convenience sampling atau accidental sampling.
Slamet (2006:61) mengemukakan di dalam cara pengambilan dengan cara
Convenience sampling atau accidental sampling peneliti semata-mata
memilih siapa saja yang dapat diraih pada saat penelitian diadakan sebagai
responden. Dalam penelitian ini karena akan meneliti kinerja dinas Kota
Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu maka ibu yang telah
melahirkan yang ditemui akan dijadikan responden.
7. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data penelitian, digunakan analisis data secara
statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan/menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi. Dalam statistik deskriptif, data disajikan
melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pengukuran tendensi sentral
commit to user
perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar
deviasi, dan perhitungan persentase.
Kegiatan dalam analisis data menurut Sugiyono (2006 : 147)
adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan
data tiap variabel yang diteliti, dan melakukan penghitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan.
Kegiatan menganalisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga
tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini, dilakukan beberapa kegiatan antara lain :
1) memeriksa isi instrumen pengisian data, 2) mengecek isian data.
b. Tahap Tabulasi
Kegiatan tabulasi adalah kegiatan mengelompokkan data ke dalam
tabel frekuensi untuk mempermudah dalam menganalisa. Kegiatan
tabulasi terdiri dari :
1) Coding, yaitu pembahasan kode untuk setiap data yang telah
diedit
2) Scoring, adalah pemberian skor terhadap jawaban responden
untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan.
c. Tahap Penerapan
Di dalam tahap penerapan, analisa data yang digunakan di
commit to user
deskriptif yang bertujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran
mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang
diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dengan menggunakan
teknik tabulasi, yaitu menyajikan hasil penelitian dalam tabel–tabel
dengan prosentase masing-masing kelompok. Hasil pendeskripsian
data dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi tabulasi penilaian
dengan menggunakan jarak yang dapat dihitung melalui nilai tertinggi
dan terendah.
Berdasarkan jumlah total kumulatif yang diperoleh dari
penelitian, responden kemudian dikelompokan dalam interval dengan
perhitungan sebagai berikut :
Jarak Interval =
Nilai Maksimum – Nilai Minimum
Jumlah Kelas
G. Validitas dan Reliabilitas instrumen
Sumber data di dalam penelitian ini menggunakan data dari hasil
kuesioner. Tentunya dalam penyusunan sebuah kuesioner harus
benar-benar bisa menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan juga
dapat konsisten bila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang
berbeda (reliable). Oleh karena itu perlu adanya uji validitas dan
reliabilitas kuesioner.
Uji validitas bertujuan untuk melihat kelayakan butir-butir
commit to user
Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk menilai kestabilan ukuran dan
konsistensi responden dalam menjawab kuesioner.
Dalam penelitian ini, peneliti menguji validitas dan reliabilitas
instrumen kepada 30 responden dengan menggunakan SPSS (Statistical
Package and Service Solution) versi 18. Dari hasil uji coba, ternyata dari
26 item dalam kuesioner terdapat 2 item yang tidak bisa digunakan (tidak
valid) sehingga jumlah item yang akan disebar pada responden sebanyak
24 item. Hasil uji coba sebagai berikut :
1. Pengujian Validitas
Tabel III.1
Pengujian validitas Indikator Outcome (Hasil) Kunjungan pemeriksaan pertama (K1) dan Empat Kali (K4)
No.
commit to user
Tabel III.2
Pengujian validitas Indikator Outcome (Hasil) Persalinan dibantu Tenaga Kesehatan
Sumber: diolah dari hasil ujicoba instrument penelitian
Tabel III.3
Pengujian validitas Indikator Outcome (Hasil) Vitamin A bagi ibu nifas
No.
Sumber: diolah dari hasil ujicoba instrument penelitian
Jumlah item uji coba untuk indicator outcome (Hasil) adalah 15
buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas, maka terdapat 1 item
commit to user
Tabel III.4
Pengujian validitas Indikator Benefit Penanganan Ibu Hamil Resiko Tinggi
No.
Sumber: diolah dari hasil ujicoba instrument penelitian
Jumlah item uji coba untuk indicator outcome (Hasil) adalah 5
buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas, tidak ditemukan item
yang tidak valid, sehingga semua item dipakai.
commit to user
24 0,642 0,361 Valid
25 0,719 0,361 Valid
26 0,323 0,361 Tidak Valid
Sumber: diolah dari hasil ujicoba instrument penelitian
Jumlah item uji coba untuk indicator outcome (Hasil) adalah 6
buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas, maka terdapat 1 item
yang gugur, yaitu item nomor 26, dengan demikian item ini dibuang.
2. Pengujian Reliabilitas
Semua variabel bebas mempunyai alpha hitung lebih besar dari
r tabel (0,6), maka berarti seluruh faktor yang diuji dinyatakan reliabel
(andal). Dengan demikian maka hasil uji reliabilitas tersebut dapat
memenuhi syarat, sehingga kuesioner yang digunakan untuk mengukur
masing- masing variabel dapat diandalkan. Data hasil uji reliabilitas
instrumen dapat dilihat pada Tabel III.6 di bawah ini:
commit to user
• Persalinan dibantu tenaga
kesehatan
• Vitamin A bagi ibu nifas
0,827
0,864
0,6
0,6
Reliabel
Reliabel
Benefits (Manfaat) 0,738 0,6 Reliabel
Impact (dampak) 0,702 0,6 Reliabel
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
1. Deskripsi Singkat Kota Surakarta
a) Letak Geografis
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di provinsi
Jawa Tengah. Terletak di tengah antara kota/kabupaten di eks
karesidenan Surakarta. Wilayah kota Surakarta Atau lebih dikenal
dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah dengan ketinggian
kurang lebih 92 m dari permukaan air laut, berada antara pertemuan
sungai Pepe, Jenes, dan Bengawan Solo. Serta terletak antara:
110° 45’15” - 110°45’ 35” Bujur Timur
7° 36’ 00” - 7° 56’ 00” Lintang Selatan
Kota Surakarta Merupakan daerah yang sangat Strategis,
karena merupakan pusat perdagangan bagi daerah-daerah di
sekitarnya. Hal ini Karena Kota Surakarta dibatasi oleh beberapa
daerah yaitu:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Sokoharjo dan
Kabupaten Karanganyar
commit to user
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Karangnayar
b) Keadaan Iklim
Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta Berkisar antara 24,7° C
sampai dengan 27,9° C. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara
64 persen sampai dengan 85 persen. Hari hujan terbanyak jatuh pada
bulan februari dengan jumlah hari hujan sebanyak 25. Sedangkan
curah hujan terbanyak sebesar 699 mm jatuh pada bulan oktober.
Sementara itu, rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar juga jatuh
pada bulan Januari sebesar 33,1 mm per hari hujan.
c) Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Surakarta adalah sebesar 44.04 km².
Terbagi menjadi 5 (lima) Kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan,
Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasarkliwon, Kecamatan Jebres,
dan Kecamatan Banjarsari. Luas Kecamatan terluas ditempati oleh
Kecamatan Banjarsari dengan luas mencapai 33.63% dari luas Kota
Surakarta. Seperti halnya dengan dengan kota-kota besar lainnya, luas
lahan terluas terutama merupakan lahan perumahan/pemukiman.
Lahan yang digunakan untuk pemukiman mencapai 62.01% dari luas
Kota Surakarta. Sebagai daerah perdagangan, industri, dan jasa maka