• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KINERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KINERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM

MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

Lucky Perdana Mandala Putra D0106075

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user PERSEMBAHAN

KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :

ORANG TUA KU (ALM) LUKMAN HAKIM DAN (ALMH) RA. NINING HENDROMARTINI, INDRAWATI NASUTION, TANTE NIKMAH SALMIN SUNGKAR YANG TELAH MEMBERIKAN KASIH SAYANG DAN PELAJARAN DALAM HIDUP.

ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNS

SAHABAT AN06 FISIP UNS, COSMIC (Aulia, Dwi Hastuti, Sinta,

Putri Endah, Fara), DEAR OUR LEADER GROUP

SAHABAT PENGURUS HIMPUNAN MAHASISWA

ADMINISTRASI NEGARA (HIMAGARA)FISIP UNS

SAHABAT DI CAREER DEVELOPMENT CENTER UNS DAN

PUSAT PENGKAJIAN KEBIJAKAN DAERAH DAN

(5)

commit to user MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan

sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar

(Q.S Al-Baqarah: 153)

Energy, Energize, Edge and Execution

Be grateful for you have received from other

(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “KINERJA DINAS KESEHATAN

KOTA SURAKARTA DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN

IBU”. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi di Program Studi ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu

Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas

Maret (UNS) Surakarta.

Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak

lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih kepada :

1. Drs. Sudarto, M.Si sebagai pembimbing penulisan skripsi. Atas bimbingan,

arahan, motivasi serta kesabarannya sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini.

2. Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan

akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Prof. Drs.H. Pawito P.h.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Rino A. Nugroho, S.Sos, M. TI yang telah memberikan dukungan moril,

bimbingan dalam skripsi ini, dan banyak pengalaman kepada penulis selama

proses belajar di Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS;

5. Dr. Ir. Kusnandar, M.Si yang telah memberikan dukungan moril, bimbingan

dalam skripsi ini, dan banyak pengalaman kepada penulis selama proses

(7)

commit to user

6. Kepala bidang Promosi Kesehatan beserta staf dan Kepala bidang Bina

Kesehatan Masyarakat beserta staf Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang

bersedia memberikan dukungan dalam penyelesaaian skripsi ini.

7. Keluarga besar mahasiswa Ilmu Administrasi Negara khususnya angkatan

2006 terimakasih untuk kebersamaan dan berbagi ilmunya dari awal sampai

akhir penyelesaian skripsi ini;

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut

memberikan dukungan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan

penulis perhatikan. Meskipun demikian, penulis berharap agar penelitian ini dapat

dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat

memberikan manfaat bagi siapa pun yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, September 2012

(8)

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja ... 7

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi Penelitian ... 32

(9)

commit to user

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 45

1. Deskripsi Singkat Kota Surakarta ... 45

2. Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta ... 49

2.1Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Surakarta ... 49

2.2Struktur Organisasi ... 51

2.3Keterangan Tugas dan Fungsi Pokok... 52

2.4Keadaan Pegawai ... 54

B. Karakteristik Responden ... 55

(10)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

TabelI.1 : Pencapaiana Kinerja Program Keselamatan Ibu Melahirkan

Dinas Kesehatan Kota Surakarta……… 4

Tabel II.1 : Dimensi atau Indikator Kinerja Organisasi ... 20

Tabel III.1: Pengujian Validitas indikator outcome Kunjungan Pemeriksaan Pertama (K1) dan Empat Kali (K4) ... 40

Tabel III.2 : Pengujian Validitas indikator outcome Persalinan Dibantu Tenaga Kesehatan ... 41

Tabel III.3 : Pengujian Validitas indikator outcome Vitamin A bagi Ibu Nifas ... 42

Tabel III.4: Pengujian Validitas Indikator benefits …..………... 42

Tabel III.5: Pengujian Validitas Indikator impact ... 42

Tabel III.6: Pengujian Reliabilitas instrumen ... 43

Tabel IV.1: Susunan Penduduk Menurut Golongan Umur... 48

Tabel IV.2: Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Kota Surakarta …...……….. 54

Tabel IV.3: Interval Usia Responden………..………..….. 56

Tabel IV.4 : Pendidikan Terakhir Responden ………..……….. 57

Tabel IV.5: Pekerjaan Responden ………..…. 58

(11)

commit to user

Tabel IV.7: Rincian Realisasi APBD Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Tahun 2009 – 2011 ……….. 60

Tabel IV.8: Penggunaan Anggaran Langsung dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu Tahun 2009 - 2011……… 61

Tabel IV.9: Persentase Perbandingan antara Belanja Menurunkan Angka Kematian Ibu terhadap Belanja Langsung Tahun 2009 – 2011 ……… 62

Tabel IV.10: Tenaga Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan Kota Surakarta …...……… 63

Tabel IV.11: Anggaran Pengadaaan Buku KIA ………... 66

Tabel IV.12: Persentase Pencapaian Cakupan Persalinan Dibantu Tenaga Kesehatan ……… 67

Tabel IV.13: Persentase Cakupan Kunjungan K1 & K4 ……….. 68

Tabel IV.14: Cakupan Vitamin A Bagi Ibu Nifas ..………. 70

Tabel IV.15: Cakupan Tablet Fe 90 Bagi Ibu Hamil .………. 71

Tabel IV.16 Distribusi Frekuensi outcome Kunjungan Pemeriksaan Pertama (K1) dan Empat Kali (K4) ... 73

Tabel IV.17 Distribusi Frekuensi outcome Persalinan Dibantu Tenaga Kesehatan ... 75

Tabel IV.18 Pengujian Validitas indikator outcome Vitamin A bagi Ibu Nifas ... 77

Tabel IV.19 Distribusi Frekuensi benefit ... 79

(12)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ... 27

Gambar IV.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Kota Surakarta ………..………. 51

DAFTAR GRAFIK

Halaman

(13)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Kegiatan Penelitian.

Lampiran 2 Peraturan Walikota Surakarta Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

Penjabaran Tugas Pokok , Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta.

(14)

commit to user ABSTRAK

LUCKY PERDANA MANDALA PUTRA, D0106075, Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta Dalam Menurunkan Angka Kematian ibu, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012.

Kenaikan angka kematian ibu di Kota Surakarta tahun 2009 sebesar 153 per 100.000 kelahiran hidup tidak sejalan dengan capaian kinerja program peningkatan ibu melahirkan pada tahun 2009 tergolong tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dinas kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu dilihat dengan menggunakan 5 indikator dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yaitu masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data yaitu dengan kuesioner, wawancara, dokumentasi. Sumber data yakni data primer dengan menggunakan kuesioner serta data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu yang telah melahirkan di Kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah accidental sampling dengan sample sejumlah 96 ibu.

Hasil penelitian menunjukkan,anggaran APBD yang dialokasi untuk dinas kesehatan telah terserap lebih dari 90 persen, SDM telah memenuhi rasio yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan propinsi jawa tengah, 89,6% responden menyatakan petugas kesehatan teliti dalam melakukan pemeriksaan K1 & K4

(outcome), 88,5% responden menyatakan tenaga kesehatan cakap dalam

membantu persalinan (outcome), 44,8% menyatakan vitamin A diberikan dengan

baik oleh tenaga kesehatan (outcome), 18,7 % responden menyatakan bermanfaat

tinggi dan 59,4% responden menyatakan bermanfaat sedang, kemudian 39,6% responden berdampak baik dan 53,1% responden menyatakan cukup berdamapak kinerja dinas selama ini.

(15)

commit to user ABSTRACT

Lucky Perdana Mandala Putra, D0106075. The Performance of Surakarta City’s Health Service to Reduce Maternal Mortality Rate, Thesis, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2012.

The maternal mortality rate of 153 per 100,000 living birth in 2009 in Surakarta city is not in line with the high achievement of childbearing mother improvement program in 2009. This research aims to find out the performance of Surakarta City’s health service to reduce maternal mortality rate viewed from 5 indicators of Government Institution Performance Accountability Report (LAKIP) including input, output, outcome, benefit and impact.

The research method used in this research was the descriptive quantitative one. Techniques of collecting data used were questionnaire, interview, and documentation. The data source included primary data obtained through questionnaire and secondary data derived from documents relevant to the study. The population of research was all mothers who had born child in Surakarta City. The sampling technique used was accidental sampling with 96 mothers as the thoroughly, 88.5% respondents stated that the paramedics were competent in helping childbirth (outcome), 44.8% stated that vitamin A was given well by the paramedics (outcome), 18.7% respondents found high benefit, and 59.4% found moderate benefit, then 39.6% respondents found good impact, and 53.1% found fair impact of the service performance so far.

(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 tertulis

bahwa “Health is a fundamental human right”, yang mengandung suatu kewajiban

bagi seluruh komponen masyarakat untuk menyehatkan yang sakit dan

mempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak

asasi manusia dan sehat sebagai investasi. Untuk Indonesia, jelas tercantum dalam

Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi

manusia, yaitu sebagaimana dalam pasal 28 H ayat (1) : “setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang

baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Pembangunan

kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajad kesehatan

yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang

dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Perawatan kesehatan primer menitikberatkan kehamilan dan persalinan yang

aman. Kesehatan ibu yang berkualitas sangat menentukan pembentukan sumber daya

manusia yang berkualitas. Dalam konteks pembangunan, Angka Kematian Ibu (AKI)

merupakan indikator penting status kesehatan suatu negara. Tukiran, et al ( 2007:

247) menyebutkan bahwa angka kematian ibu dan bayi yang tinggi akan

(17)

commit to user

bahwa mortalitas dan morbilitas wanita hamil dan bersalin merupakan masalah

terbesar yang dialami negara-negara berkembang (dalam

www.medical-journal.co.cc).

Kenyataan menunjukkan walaupun telah banyak ketentuan peraturan

perundang-undangan dan kebijakan global maupun nasional, namun di Indonesia

masih banyak persoalan reproduksi yang menghantui perempuan, antara lain: AKI

melahirkan yang masih tinggi, akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

reproduksi, pendidikan seks yang memadai, dll (Jurnal Perempuan No 53 Tahun

2007 : 4-5).

Dibanding dengan negara-negara maju AKI di Indonesia tergolong sangat

tinggi, di negara-negara maju AKI berkisar pada angka 10 per 100.000 kelahiran

hidup (Tukiran et al, 2007: 247-248). Melalui SK Menkes Nomor 1202 Tahun 2003

tentang Indonesia Sehat Tahun 2010, pemerintah mengharuskan upaya menurunkan

AKI sampai tahun 2010 sebesar 150 per 100.000 kelahiran hidup (dalam Luhulima,

2007: 268). Berdasarkan Laporan Pembangunan Manusia Tahun 2000, AKI di

Ma-laysia jauh di bawah Indonesia yaitu 41 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Singapura

6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, AKI

Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Vietnam 160 per 100.00 kelahiran

hidup, sedangkan AKI di Indonesia Tahun 2000 masih berkisar di angka 307 per

100.000 kelahiran hidup (diolah dari www.majalah-farmacia.com). Hal tersebut

mencerminkan bahwa di Indonesia, AKI masih tergolong sangat tinggi dibandingkan

dengan negara-negara tetangga, sehingga upaya penurunan perlu bertolak dari data

(18)

commit to user

Kasus di Kota Surakarta AKI terdapat indikasi peningkatan meskipun telah

terdapat program peningkatan keselamatan ibu melahirkan pada Dinas Kesehatan.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator Standard Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan. Hal ini perlu dicermati karena masih adanya kematian

ibu pada saat hamil, melahirkan dan masa nifas, berarti masih kurang optimalnya

kinerja pelayanan kesehatan. Di Kota Surakarta, pada tahun 2009 telah terjadi

peningkatan AKI yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya.( www.surakarta.go.id ). Tren angka Kematian Ibu Maternal di Kota

Surakarta dapat dilihat dalam grafik 1.1 berikut:

Grafik I.1

Kematian Ibu Maternal di Kota Surakarta

Tahun 2003-2009

Sumber: Diolah dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2009

Menurut Sri Wahyuningsih selaku Kepala DKK Solo (dalam

www.surakarta.go.id) faktor yang menyebabkan meningkatnya AKI di Kota

(19)

commit to user

diakibatkan antara lain, proses persalinan pada usia ibu yang terlalu muda (kurang

dari 20 tahun), ibu terlalu tua (lebih dari 35 tahun), melahirkan anak dengan jarak

terlalu dekat atau kurang dari dua tahun, kondisi kesehatan ibu akibat penyakit

kronis dan anemia, dan gizi buruk, serta gangguan kelemahan kontraksi otot rahim

setelah bayi lahir. Hal tersebut menunjukan perlunya peningkatan kinerja pelayanan

terhadap ibu melahirkan, karena pada dasarnya adanya penyebab tersebut berkaitan

erat dengan pelayanan kesehatan yang telah dilakukan. Selanjutnya di dalam

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Surakarta

Tahun 2010 menyatakan bahwa belum semua ibu hamil mendapatkan pelayanan

minimal 4 kali, yang disebabkan belum semua bidan aktif melakukan kunjungan

bagi ibu hamil yang tidak datang ke Puskesmas atau sarana kesehatan swasta.

Berikut tabel pencapaian kinerja dalam program peningkatan keselamatan ibu

melahirkan Tahun 2009;

Tabel I.1

Pencapaian Kinerja

Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Tahun 2009

NO INDIKATOR SASARAN PENCAPAIAN TAHUN 2009

1. Persentase cakupan

pemeriksaan Kesehatan K1 100 %

2. Persentase cakupan

pemeriksaan Kesehatan K4 96.2 %

3. Persentase cakupan

persalinan nakes 100 %

4. Cakupan penanganan ibu

hamil resiko tinggi 100 %

(20)

commit to user

Hasil-hasil kajian tersebut telah menyebutkan bahwa kematian ibu

melahirkan dikarenakan faktor medis dan faktor pelayanan kesehatan yang telah ada.

Faktanya bahwa walaupun capaian kinerja program peningkatan keselamatan ibu

melahirkan tahun 2009 tinggi namun angka kematian ibu pada tahun 2009 tergolong

tinggi mencapai 153,81 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga peneliti akan meneliti

kinerja dari dinas kesehatan Kota Surakarta dalam menurunkan angka kematian ibu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kinerja dinas kesehatan Kota Surakarta dalam menurunkan angka

kematian ibu ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Operasional

Mediskripsikan kinerja dinas kesehatan Kota Surakarta dalam menurunkan

angka kematian ibu.

2. Tujuan Fungsional

Secara fungsional hasil penelitian dapat digunakan untuk :

a. Bahan masukan reformulasi kebijakan penurunan Angka Kematian Ibu di

Kota Surakarta.

b. Bahan pertimbangan bagi lembaga eksekutif, lembaga legislatif, dan

(21)

commit to user

3. Tujuan Individual

Untuk memenuhi persyaratan guna meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan mengenai masalah kinerja dinas kesehatan Kota

Surakarta dalam menurunkan angka kematian ibu.

2. Bahan masukan kepada pihak-pihak yang berperan dalam mendukung upaya

(22)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kinerja

Berdasarkan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor

239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah menerangkan bahwa terselenggaranya good governance

merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi

masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara. Dalam

rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem

pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate sehingga

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara

berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari

korupsi, kolusi dan nepotisme. Sehingga setiap instansi pemerintah wajib

membuat pelaporan kinerja untuk mendukung good governance dan pada

akhirnya kinerja akan dinilai akuntabilitasnya.

Dalam beberapa literatur, kinerja diterangkan sebagai berikut;

Performance is defined as the record of outcomes produced on a

specified job function or activity during a specified time period. (Kinerja

didefinisikan sebagai catatan hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan

tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu.) (Bernardin and Russel

(23)

commit to user

Kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria

yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. ( dalam Rivai dan Basri, 2005 : 17 )

Menurut Prawirosentono ( 1992 : 2 ), Performance atau kinerja adalah

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing –

masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara

legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Sedangkan menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2007: 2 ):

1. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai

hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung.

2. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan

bagaimana cara mengerjakannya.

3. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat

dengan tujuan strategis organisasi, kemampuan konsumen dan

memberikan konstribusi ekonomi.

Kemudian Sudarmanto (2009 : 7 - 9) mengategorikan pengertian

kinerja dalam dua garis besar seperti di bawah ini:

a. Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil, bukan karakter sifat (trait) dan

perilaku. Dalam konteks hasil, Bernardin (1998) menyatakan bahwa

kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atau fungsi

(24)

commit to user

Pengertian kinerja sebagai hasil juga terkait dengan produktivitas dan

efektivitas.

b. Kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku. Terkait dengan kinerja

sebagai perilaku, Murphy (1990) menyatakan bahwa kinerja merupakan

seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi atau unit

organisasi tempat orang bekerja. Kinerja merupakan sinonim dengan

perilaku. Kinerja adalah sesuatu yang secara aktual orang kerjakan dan

dapat diobservasi. Dalam pengertian ini, kinerja mencakup

tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja

bukan konsekuensi atau hasil tindakan, tetapi tindakan itu sendiri.

Berkaitan dengan konsep kinerja, Rummler dan Brache (dalam

Sudarmanto 2009:7) mengemukakan tiga tingkatan kinerja, yaitu:

a. Kinerja organisasi, merupakan pencapaian hasil (outcome) pada level atau

unit analisis organisasi yang terkait dengan tujuan organisasi, rancangan

organisasi, dan manajemen organisasi.

b. Kinerja proses, merupakan kinerja pada proses tahapan dalam

menghasilkan produk atau pelayanan yang dipengaruhi oleh tujuan proses,

rancangan proses, dan manajemen proses.

c. Kinerja individu/ pekerjaan, merupakan pencapaian atau efektivitas pada

tingkat pegawai atau pekerjaan yang dipengaruhi oleh tujuan pekerjaan,

rancangan pekerjaan, dan manajemen pekerjaan serta karakteristik

(25)

commit to user

Dari beberapa uraian kinerja di atas, maka kinerja yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah pencapaian hasil yang diperoleh dari pekerjaan

dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan, visi,

dan misi organisasi yang telah ditetapkan secara legal dan tidak melanggar

hukum dalam kurun waktu tertentu.

B. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja diperlukan bagi sebuah organisasi karena dengan

diukurnya kinerja organisasi maka dapat diketahui keberhasilan / kegagalan

dari pelaksanaan program atau kegiatan yang telah ditetapkan oleh organisasi

tersebut. Menurut Wibowo (2007: 319) pentingnya pengukuran kinerja

adalah:

“untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk melakukan hal tersebut, diperlukan adanya ukuran kinerja”.

Menurut

Searcy, et al dalam

International Journal of Productivity

and Performance Management (Vol. 57 No. 2, 2008) system pendekatan

dalam pengukuran kinerja organisasi adalah : A systems approach provides

both the structure and flexibility needed to guide the design and

implementation of an organizational performance measurement system.

Searcy, et al (2008) menambahkan pendekatan system dalam pengukuran

kinerja organisasi berimplikasi luas pada dua hal yaitu : (1) Implications for

(26)

commit to user

Definisi pengukuran kinerja menurut

Radnor dan Barnes (2007)

antara lain:

(1)Performance measurement is quantifying, either quantitatively or qualitatively, the input, output or level of activity of an event or process. (2) Performance reporting is providing an account, and often some analysis, of the level of input, activity or output of an event or process usually against some form of target. (3) Performance management is action, based on performance measures and reporting, which results in improvements in behaviour, motivation and processes and promotes innovation.

Menurut Sedarmayanti (2009: 196), pengukuran kinerja merupakan

suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja merupakan suatu

alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan

keputusan dan akuntabilitas. Lebih lanjut Sedarmayanti ( 2009 : 196)

menyatakan, pengukuran kinerja penting peranannya sebagai alat manajemen

untuk:

a. Memastikan pemahaman pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk

mencapai kinerja,

b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang disepakati,

c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan

membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan

untuk memperbaiki kinerja,

d. Memberi penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja pelaksana

yang telah diukur sesuai sistem pengukuran kinerja yang disepakati,

e. Menjadi alat komunikasi antar karyawan dan pimpinan dalam upaya

(27)

commit to user

f.Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi,

g. Membantu memahami proses kegiatan organisasi,

h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif,

i.Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan, dan

j.Mengungkap permasalahan yang terjadi.

Di samping itu, menurut Sedarmayanti (2003: 73), pengukuran kinerja

merupakan alat yang bermanfaat dalam usaha mencapai tujuan, karena

melalui pengukuran kinerja dapat dilakukan proses penilaian terhadap

pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan dan pengukuran kinerja dapat

memberikan penilaian yang obyektif dalam pengambilan keputusan

organisasi maupun manajemen. Sedarmayanti (2003: 68) menambahkan

bahwa pengukuran kinerja yang dilakukan secara terus menerus dan

berkesinambungan dapat memberi umpan balik yang penting artinya bagi

upaya perbaikan guna mencapai keberhasilan di masa yang akan datang.

Beberapa pakar menjelaskan indikator yang dapat digunakan dalam

mengukur kinerja organisasi, antara lain:

Zeithaml, Parasuraman & Berry (dalam Ratminto dan Atik ,2007:

175-176) menjelaskan tentang indikator yang digunakan untuk menilai

kinerja organisasi, yang terdiri atas beberapa faktor berikut :

1) Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari

gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh

(28)

commit to user

2) Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk

menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

3) Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong

customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.

4) Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para

pekerja dan kemampuan dalam memberikan kepercayaan kepada

customers.

5) Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh

providers kepada customers.

Sedangkan Kumorotomo dalam Dwiyanto (2006: 52)

mengemukakan bahwa untuk menilai kinerja organisasi dapat digunakan

beberapa kriteria sebagai pedoman penilaian kinerja organisasi pelayanan

publik, antara lain adalah :

1) Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi

publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta

pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila

diterapkan secara obyektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan

rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.

2) Efektivitas

Efektivitas mempertanyakan apakah tujuan dari didirikannya

(29)

commit to user

kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi,

serta fungsi agen pembangunan.

3) Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang

diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat

kaitannya dengan konsep ketercukupan dan kepantasan. Keduanya

mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan

nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang

menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok

pinggiran, dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

4) Daya tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan swasta,

organisasi pelayan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara

atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu,

kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria

daya tanggap ini.

Dwiyanto (2006: 50-51) mengukur kinerja birokrasi publik

berdasar indikator berikut :

1. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi

juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya

(30)

commit to user

Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan suatu ukuran

produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar

pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu

indikator kinerja yang penting.

2. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung menjadi penting dalam

menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan

negatif yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena

ketidakpuasan masyarakat muncul terhadap kualitas pelayanan publik.

Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap pelayanan dapat

dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Kepuasan masyarakat

bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas menunjuk pada

keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan

dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu

indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan

kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,

terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang

(31)

commit to user

kebutuhan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan kegagalan

organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.

Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya

memiliki kinerja yang jelek pula.

4. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit

maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu

ketika berbenturan dengan responsivitas.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang

dipilih oleh rakyat. Akuntabilitas publik dapat digunakan untuk

melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu

konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi

publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang

dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti

pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran

eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas

yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai

(32)

commit to user

Selain itu, indikator kinerja juga dikemukakan oleh Widodo

(2008:91), indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan. Indikator

kinerja adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran organisasi.

Indikator kinerja dapat dijadikan patokan (standar) untuk menilai

keberhasilan dan kegagalan penyelenggaraan program dalam mencapai misi

dan visi organisasi. Selanjutnya Widodo (2008: 91-92) menyebutkan

indikator kinerja tersebut adalah

1) Indikator masukan adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan

kegiataan dan program berjalan untuk menghasilkan keluaran.

2) Indikator keluaran merupakan segala berupa produk sebagai hasil

langsung pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasar masukan

dan program.

3) Indikator hasil merupakan sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

keluaran kegiatan pada jangka menengah. Merupakan seberapa jauh

setiap produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan

masyarakat.

4) Indikator manfaat merupakan kegunaan suatu keluaran yang dirasakan

secara langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya fasilitas

yang dapat diakses publik.

5) Indikator dampak merupakan ukuran tingkat pengaruh sosial,

ekonomi, lingkungan, atau kepentingan umum lain yang dimulai oleh

(33)

commit to user

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara

Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Instansi Pemerintah, disebutkan bahwa dalam hal pengukuran

kinerja instansi pemerintahan, haruslah ditetapkan terlebih dahulu tentang

indikator-indikator kinerjanya. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan

kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah

ditetapkan. Indikator kinerja kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan ke

dalam kelompok;

a. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan

kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan

output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi,

dan sebagainya;

b. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik

dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan

dan program berdasarkan masukan yang digunakan;

c. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran

seberapa jauh setiap produk jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan

masyarakat;

d. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas

(34)

commit to user

e. Dampak (Impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,

lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian

kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.

Berbagai indikator pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh

(35)

commit to user

Tabel II.1

Dimensi atau Indikator Kinerja Organisasi

Meskipun banyak pendapat yang menjelaskan tentang berbagai

indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja, namun dalam

penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja khususnya

kinerja instansi pemerintahan yaitu berdasarkan lima indikator yang diatur

dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor

239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan

No. Pakar Dimensi / Indikator

1. Zeithaml, Parasuraman &

Berry (1988)

a) Tangibles atau ketampakan fisik,

b) Reliability atau reliabilitas

c) Responsiveness atau daya tanggap

d) Assurance atau jaminan/kepastian

e) Empathy atau empati

2. Kumorotomo (1996) a) Efisiensi

b) Efektivitas

c) Keadilan

d) Daya tanggap

3. Dwiyanto (2006) a) Produktivitas

b) Kualitas Layanan

5. Surat Keputusan Kepala

(36)

commit to user

Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Dalam Surat keputusan tersebut disebutkan

bahwa dalam hal pengukuran kinerja instansi pemerintahan, haruslah

ditetapkan terlebih dahulu tentang indikator-indikator kinerjanya. Selanjutnya

Sugiyono (2006:140) menerangkan terkait dengan validitas dan reliabilitas

instrumen, bahwa selain mempunyai validitas internal, instrument harus

memiliki validitas eksternal yaitu memperhatikan fakta lapangan selain teori

yang ada, sebagai contoh pengukuran kinerja sekelompok pegawai, maka

tolok ukur yang digunakan didasarkan pada tolok ukur yang telah ditetapkan

di kepegawaian itu.

C. Angka Kematian Ibu

Terkait upaya penurunan AKI, kebijakan publik termanifestasikan

dalam wujud kebijakan kesehatan reproduksi perempuan, dimana dalam

penurunan mortalitas utamanya diarahkan menurunkan kematian bayi, anak

dan ibu melalui upaya pencegahan dan pelayanan kesehatan primer. Menurut

Mosse (1996: 254), pendekatan pembangunan terhadap kesehatan perempuan

mengambil jalan perawatan kesehatan primer dengan fokus terhadap

kesehatan ibu dan anak, penyuluhan gizi dan informasi serta pendidikan

tentang masalah-masalah kesehatan. Perjuangan kaum perempuan agar

masalah kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus, mencapai

puncaknya dalam kesepakatan ICPD tahun 1994 di Kairo. Program Aksi

ICPD 1994 mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan dengan pendidikan,

khususnya untuk anak perempuan, serta penurunan tingkat kematian bayi,

(37)

commit to user

Perhatian terbesar pada kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan

adalah bagaimana mencegah penyebab utama kesakitan dan kematian

maternal (Rachmawati, 2004: 55). United Nation menyebutkan bahwa ICPD

Kairo telah mencanangkan program Safe Motherhood sebagai strategi untuk

menurunkan tingkat kesakitan dan kematian maternal (Rachmawati, 2004:

55). Terdapat pula tujuan nomor lima MDGs, meningkatkan kesehatan ibu

dengan target pencapaian MDG pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000

kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target

tersebut (Bappenas, 2010).

Naik turunya angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator

kegagalan atau keberhasilan pelayanan kesehatan untuk perempuan selama

kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Menurut WHO dalam Rachman

(2007:40), bahwa kematian yang dimaksud dalam Angka Kematian Ibu

adalah kematian selama masa kehamilan, persalinan, atau dalam 42 hari

setelah persalinan, terlepas dari lama dan letak kehamilan, karena penyebab

yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau

penanganannya, tetapi bukan karena kecelakaan. Selanjutnya Rachman

menambahkan terdapat 6 penyebab langsung dan tidak langsung tingginya

angka kematian ibu di indonesia, yaitu

1. Pendarahan

Pendarahan merupakan penyebab tertinggi kematian ibu. Hal ini

terjadi karena ibu terlambat mendapatkan pertolongan dari dokter atau

(38)

commit to user

2. Eklampsia

Eklampsia terjadi bila perempuan yang hamil mengalami tekanan

darah tinggi (hipertensi), demam, sakit kepala yang hebat, dan

kejang-kejang. Eklampsia adalah salah satu sebab utama kematian ibu di

semua negara dan mengakibatkan sekitar 50.000 kematian ibu di

dunia setiap tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksanaan kehamilan

secara berkala dan konseling selama kehamilan jadi sangat penting,

agar ibu hamil dapat mengetahui gejala awal pre-eklampsia/

eklampsia. Pemerintah telah menetapkan ibu paling tidak harus

berkunjung ke tenaga kesehatan paling tidak 4 kali selama ia hamil,

kunjungan itu disebut K1 sampai K4, dan ibu harus diberi suplemen

tablet besi, serta vaksin anti tetanus.

3. Aborsi tidak aman

Hal tersebut biasa terjadi setelah kehamilan yang tidak diinginkan

(KTD) dengan berbagai sebab dan sering diakhiri dengan kematian

bila dilakukan oleh tenaga yang tidak profesional.

4. Infeksi

Dalam proses kelahiran dapat terjadi karena dalam pertolongan

persalinan digunakan peralatan yang tidak steril. Hal ini biasa terjadi

bila persalinan ditolong oleh misalnya, dukun yang tidak mensterilkan

alat-alat bantu dalamproses persalinan. Pengobatan medis harus

diberikan pada ibu bersalin yang mengalami infeksi. Oleh karena itu

(39)

commit to user

yang melahirkan dengan bantuan dukun mengalami infeksi dan tidak

cepat dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis

kemungkinan ia akan mati.

5. Partus lama

Komplikasi ini bisa terjadi bila rumah sakit kekurangan tenaga

terampil, peralatan dan obat-obatan. Faktor lainnya adalah buruknya

gizi yang dikenal dengan istilah KEK ( Kekurangan Energi Kronis ),

status gizi semala kehamilan adalah hal yang penting karena

berdampak pada proses kehamilan dan persalinan.

6. Terbatasnya akses terhadap pelayanan

Pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah menerbitkan Surat

Keputusan (SK) Menteri Kesehatan

Nomor:157/MENKES/SK/X/2003 tahun 2003, yang menetapkan

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

meliputi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) lengkap dengan

indikator-indikator yang harus dicapai, yaitu :

a. Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4 (95%)

b. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (90%)

c. Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk (100%)

d. Cakupan kunjungan Neonatus (90%)

e. Cakupan kunjungan bayi (90%)

(40)

commit to user

Ditetapkan pula bahwa setiap Kabupaten/Kota wajib memiliki 4 buah

Puskesmas yang dilengkapi Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi

Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetrik, Neonatal Emergensi Komprehensif

(PONEK) bagi rumah sakit rujukan.

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir ini menjelaskan tentang darimana dan bagaimana

alur penelitian ini dimulai. Alur penelitian ini dimulai dari adanya kebutuhan

perawatan kesehatan primer yang menitikberatkan pada kehamilan dan

persalinan yang aman. Kesehatan ibu yang menentukan pembentukan

sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam konteks pembangunan, Angka

Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting status kesehatan suatu

negara. Pada kenyataannya angka kematian ibu masih cukup tinggi di

indonesia dan khusunya di Kota Surakarta pada tahun 2009. Adanya

peningkatan angka kematian ibu yang tajam pada tahun 2009 di Kota

Surakarta menarik peneliti untuk meneliti kinerja dari Dinas Kesehatan Kota

Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu.

Pengkajian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk

menurunkan angka kematian ibu ini akan di ukur menggunakan perspektif

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Peneliti akan mengacu

pada 5 (lima) indikator kinerja yang terdapat dalam Surat Keputusan Kepala

Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan

Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Adapun

(41)

commit to user

(outputs), 3) hasil (outcomes), 4) manfaat (benefits), dan 5) dampak

(impacts).

Selanjutnya dengan melakukan survey secara langsung kepada

masyarakat untuk mendapatkan jawaban atas penilaian mereka terhadap

kinerja Dinas Kesehatan, diharapkan mampu menghasilkan temuan yang

faktual dan objektif. Sehingga pada gilirannya penelitian ini mampu

menghasilkan saran dan rekomendasi guna perbaikan ataupun peningkatan

kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka kematian

(42)

commit to user

Bagan II.1

Kerangka Pemikiran Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta

untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu

1. Kebutuhan perawatan kesehatan primer yang menitikberatkan pada kehamilan dan persalinan yang aman. Kesehatan ibu yang menentukan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.

2. Dalam konteks pembangunan, Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting status kesehatan suatu negara.

Temuan Masalah

1. Angka Kematian Ibu di Kota Surakarta meningkat tajam pada tahun 2009

2. Adanya ketimpangan antara tingginya

pencapaian kinerja program keselamatan ibu melahirkan tahun 2009 dengan tingginya angka kematian ibu melahirkan di Kota Surakarta.

Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu

Diukur dari :

(43)

commit to user E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual bertujuan untuk memberikan batasan-batasan yang

jelas mengenai konsep yang digunakan dalam penelitian sehingga tidak

terjadi perbedaan pemahaman antara peneliti dengan pembaca. Definisi

konsep dalam penelitian ini meliputi Kinerja dan Angka Kematian Ibu.

a. Kinerja

Merupakan pencapaian hasil yang diperoleh dari pekerjaan dalam

lingkup wewenang dan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan,

visi, dan misi organisasi yang telah ditetapkan secara legal dan

tidak melanggar hukum dalam kurun waktu tertentu.

b. Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu adalah kematian selama masa kehamilan,

persalinan, atau dalam 42 hari setelah persalinan, terlepas dari lama

dan letak kehamilan, karena penyebab yang berhubungan dengan

atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan

karena kecelakaan.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang dibuat oleh peneliti

sendiri untuk memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang

dapt diukur. Definisi operasional bertujuan memberikan informasi yang

diperlukan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

(44)

commit to user

a. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan Dinas

Kesehatan Kota Surakarta agar upaya untuk menurunkan angka

kematian ibu di Kota Surakarta dapat berjalan atau dalam rangka

menghasilkan output, yaitu dana dari APBD, tenaga kesehatan

(bidan dan dokter);

b. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik

dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu

kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan Dinas

Kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu

yaitu, Pengadaan Buku KIA, Cakupan Persalinan ditolong Tenaga

Kesehatan, Cakupan K1 & K4, Cakupan Vitamin A,Cakupan

Tablet Fe, Kunjungan DSOG ke Puskesmas;

c. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes

merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa dari Dinas

Kesehatan Kota Surakarta dapat menurunkan angka kematian ibu

yaitu penanganan kunjungan pertama (K1) & (K4), penanganan

persalinan yang dibantu tenaga kesehatan, penanganan dalam

pemberian vitamin A bagi ibu nifas;

d. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat dari kinerja dinas kesehatan

dalam menurunkan angka kematian ibu yaitu penanganan ibu

(45)

commit to user

e. Dampak (Impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial,

ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai

oleh capaian kinerja setiap indikator yang berhubungan dengan

(46)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Menurut metodenya, penelitian yang dilakukan merupakan

penelitian survey. Penelitian survey merupakan penelitian yang

menggunakan sampel dari populasi penelitian. Sugiyono (2006)

mengemukakan bahwa:

“Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi

besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian ralatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”.

Menurut tingkat eksplanasinya penelitian yang dilakukan

merupakan jenis penelitian deskriptif. Sugiyono (2006) mengemukakan

bahwa:

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain”.

Menurut jenis data dan analisisnya, penelitian yang dilakukan

merupakan jenis penelitian kuantitatif. Hal itu dikarenakan data yang

digunakan dalam penelitian ini berbentuk angka atau data kualitatif yang

diangkakan (Sugiyono, 2006).

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan kinerja

dinas kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu di

(47)

commit to user 2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dinas kesehatan Kota Surakarta.

Alasan diadakannya penelitian di tempat ini adalah karena :

a. Terdapat kenaikan angka kematian ibu di Surakarta pada tahun 2009

yaitu 153,81 per 100.000 kelahiran hidup yang pada tahun 2008 hanya

49,1 per 100.000 kelahiran hidup.

b. Untuk menurunkan angka kematian ibu, dinas kesehatan

menggunakan anggaran negara dimana publik perlu mengetahui

kinerja dan penggunaannya.

c. Diperlukan keseimbangan informasi dan berita baik yang didapat dari

dinas maupun ibu melahirkan, agar kinerja yang dijalankan benar

benar tepat sasaran.

d. Mendapatkan persetujuan dari Ketua Jurusan, Pembimbing Akademik,

dan Pembimbing Skripsi serta mendapatkan ijin penelitian dari Dinas

Kesehatan Kota Surakarta.

Oleh karena itu peneliti melakukan riset tentang sejauh mana

kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk menurunkan angka

(48)

commit to user 3. Sumber data

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden yang

langsung berhubungan dengan penelitian dan mampu memberikan

informasi. Dalam penelitian ini data primer tersebut diperoleh peneliti

melalui penyebaran kuesioner. Data primer kuesioner diperoleh dengan

menyebarkan kuesioner kepada ibu yang telah melahirkan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung dari objek yang diteliti, diperoleh dari buku-buku, dokumen

(jurnal, arsip-arsip dan lain-lain) atau informasi yang telah dikumpulkan

oleh pihak lain untuk suatu tujuan, misalkan data-data organisasi yang

diperoleh melalui studi kepustakaan yang berhubungan dengan obyek

yang akan diteliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara operasional yang ditempuh

oleh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini

digunakan teknik pengumpulan data berupa :

a. Kuesioner

Kuesioner yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertentu yang

disusun secara sistematis dan lengkap. Jawaban-jawaban terhadap

(49)

kategori-commit to user

kategori tertentu secara sistematis sehingga memungkinkan

perbandingan secara kuantitatif (Slamet, 2006: 94). Jenis kuesioner

dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan 5 Skala

Likert. Kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang sudah

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memberikan

tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang telah disediakan.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini juga menggunakan wawancara sesuai dengan

kebutuhan. Tujuan dilakukan wawancara ini adalah memperkuat

informasi yang telah diperoleh dan hanya sebagai penguat data

yang nanti disajikan peneliti. Wawancara ini akan dilakukan

kepada beberapa ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini

dan kepala seksi kesehatan ibu dan anak dinas kesehatan Kota

Surakarta.

c. Dokumentasi

dokumentasi, yaitu merupakan teknik pengumpulan data dengan

mempelajari secara kritis dan teliti dokumen, laporan penelitian

terdahulu, arsip, peraturan perundang-undangan yang berhubungan

dengan penelitian. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk

(50)

commit to user 5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dana karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2006:90). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan

yang berada di Kota Surakarta.

Purwanto dan Sulistyastuti (2007) mengemukakan bahwa sampel

dikatakan representatif atau ideal apabila karakteristik sampel sama

dengan karakteristik populasi. Lebih lanjut Purwanto dan Sulistyastuti

menerangkan menentukan besar kecilnya sampel juga dipengaruhi oleh

besarnya biaya, waktu dan tenaga yang tersedia.

Karena dalam penelitian ini besarnya jumlah populasinya sangat

besar dan lokasinya tersebar luas di berbagai wilayah di Kota Surakarta,

maka untuk dapat mempermudahkan peneliti dalam memperoleh data

maka besarnya sampel dapat dihitung dengan menggunkan rumus sebagai

berikut (Slamet, 2006: 58):

Karena besarnya jumlah populasi yang diketahui sangat luas, maka

(51)

commit to user

sebesar 95% sehingga besarnya Z = 1,96. Bila tidak tahu tentang besarnya

proporsi pada sub-sub sampel, maka ditentukan p : q = 0,5 : 0,5. Adapun

perbandingan 0,5 : 0,5 ini diambil bilamana peneliti tidak mengetahui

perbandingan antara p dan q, sehingga diputuskan dengan jalan

menganggap bahwa populasi yang diteliti memiliki tingkat heterogenitas

yang paling tinggi. Selain itu, populasi yang paling heterogen bila

n = 96,04 (dibulatkan menjadi 96).

Maka besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar

96 responden.

6. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dana karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2006:90). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan

yang berada di Kota Surakarta

Purwanto dan Sulistyastuti (2007) mengmukakan bahwa sampel

dikatakan representatif atau ideal apabila karakteristik sampel sama

(52)

commit to user

menerangkan menentukan besar kecilnya sampel juga dipengaruhi oleh

besarnya biaya, waktu dan tenaga yang tersedia.

Dalam penelitian ini Teknik sampling yang digunakan berupa

teknik nonprobability sampling, sehingga tidak semua populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi calon responden atau sampel.

Selanjutnya bahwa tenik nonprobability yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Convenience sampling atau accidental sampling.

Slamet (2006:61) mengemukakan di dalam cara pengambilan dengan cara

Convenience sampling atau accidental sampling peneliti semata-mata

memilih siapa saja yang dapat diraih pada saat penelitian diadakan sebagai

responden. Dalam penelitian ini karena akan meneliti kinerja dinas Kota

Surakarta untuk menurunkan angka kematian ibu maka ibu yang telah

melahirkan yang ditemui akan dijadikan responden.

7. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data penelitian, digunakan analisis data secara

statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan/menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi. Dalam statistik deskriptif, data disajikan

melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pengukuran tendensi sentral

(53)

commit to user

perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar

deviasi, dan perhitungan persentase.

Kegiatan dalam analisis data menurut Sugiyono (2006 : 147)

adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan

data tiap variabel yang diteliti, dan melakukan penghitungan untuk

menguji hipotesis yang telah diajukan.

Kegiatan menganalisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga

tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini, dilakukan beberapa kegiatan antara lain :

1) memeriksa isi instrumen pengisian data, 2) mengecek isian data.

b. Tahap Tabulasi

Kegiatan tabulasi adalah kegiatan mengelompokkan data ke dalam

tabel frekuensi untuk mempermudah dalam menganalisa. Kegiatan

tabulasi terdiri dari :

1) Coding, yaitu pembahasan kode untuk setiap data yang telah

diedit

2) Scoring, adalah pemberian skor terhadap jawaban responden

untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan.

c. Tahap Penerapan

Di dalam tahap penerapan, analisa data yang digunakan di

(54)

commit to user

deskriptif yang bertujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran

mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang

diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dengan menggunakan

teknik tabulasi, yaitu menyajikan hasil penelitian dalam tabel–tabel

dengan prosentase masing-masing kelompok. Hasil pendeskripsian

data dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi tabulasi penilaian

dengan menggunakan jarak yang dapat dihitung melalui nilai tertinggi

dan terendah.

Berdasarkan jumlah total kumulatif yang diperoleh dari

penelitian, responden kemudian dikelompokan dalam interval dengan

perhitungan sebagai berikut :

Jarak Interval =

Nilai Maksimum – Nilai Minimum

Jumlah Kelas

G. Validitas dan Reliabilitas instrumen

Sumber data di dalam penelitian ini menggunakan data dari hasil

kuesioner. Tentunya dalam penyusunan sebuah kuesioner harus

benar-benar bisa menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan juga

dapat konsisten bila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang

berbeda (reliable). Oleh karena itu perlu adanya uji validitas dan

reliabilitas kuesioner.

Uji validitas bertujuan untuk melihat kelayakan butir-butir

(55)

commit to user

Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk menilai kestabilan ukuran dan

konsistensi responden dalam menjawab kuesioner.

Dalam penelitian ini, peneliti menguji validitas dan reliabilitas

instrumen kepada 30 responden dengan menggunakan SPSS (Statistical

Package and Service Solution) versi 18. Dari hasil uji coba, ternyata dari

26 item dalam kuesioner terdapat 2 item yang tidak bisa digunakan (tidak

valid) sehingga jumlah item yang akan disebar pada responden sebanyak

24 item. Hasil uji coba sebagai berikut :

1. Pengujian Validitas

Tabel III.1

Pengujian validitas Indikator Outcome (Hasil) Kunjungan pemeriksaan pertama (K1) dan Empat Kali (K4)

No.

(56)

commit to user

Tabel III.2

Pengujian validitas Indikator Outcome (Hasil) Persalinan dibantu Tenaga Kesehatan

Sumber: diolah dari hasil ujicoba instrument penelitian

Tabel III.3

Pengujian validitas Indikator Outcome (Hasil) Vitamin A bagi ibu nifas

No.

Sumber: diolah dari hasil ujicoba instrument penelitian

Jumlah item uji coba untuk indicator outcome (Hasil) adalah 15

buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas, maka terdapat 1 item

(57)

commit to user

Tabel III.4

Pengujian validitas Indikator Benefit Penanganan Ibu Hamil Resiko Tinggi

No.

Sumber: diolah dari hasil ujicoba instrument penelitian

Jumlah item uji coba untuk indicator outcome (Hasil) adalah 5

buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas, tidak ditemukan item

yang tidak valid, sehingga semua item dipakai.

(58)

commit to user

24 0,642 0,361 Valid

25 0,719 0,361 Valid

26 0,323 0,361 Tidak Valid

Sumber: diolah dari hasil ujicoba instrument penelitian

Jumlah item uji coba untuk indicator outcome (Hasil) adalah 6

buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas, maka terdapat 1 item

yang gugur, yaitu item nomor 26, dengan demikian item ini dibuang.

2. Pengujian Reliabilitas

Semua variabel bebas mempunyai alpha hitung lebih besar dari

r tabel (0,6), maka berarti seluruh faktor yang diuji dinyatakan reliabel

(andal). Dengan demikian maka hasil uji reliabilitas tersebut dapat

memenuhi syarat, sehingga kuesioner yang digunakan untuk mengukur

masing- masing variabel dapat diandalkan. Data hasil uji reliabilitas

instrumen dapat dilihat pada Tabel III.6 di bawah ini:

(59)

commit to user

• Persalinan dibantu tenaga

kesehatan

• Vitamin A bagi ibu nifas

0,827

0,864

0,6

0,6

Reliabel

Reliabel

Benefits (Manfaat) 0,738 0,6 Reliabel

Impact (dampak) 0,702 0,6 Reliabel

(60)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Deskripsi Singkat Kota Surakarta

a) Letak Geografis

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di provinsi

Jawa Tengah. Terletak di tengah antara kota/kabupaten di eks

karesidenan Surakarta. Wilayah kota Surakarta Atau lebih dikenal

dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah dengan ketinggian

kurang lebih 92 m dari permukaan air laut, berada antara pertemuan

sungai Pepe, Jenes, dan Bengawan Solo. Serta terletak antara:

110° 45’15” - 110°45’ 35” Bujur Timur

7° 36’ 00” - 7° 56’ 00” Lintang Selatan

Kota Surakarta Merupakan daerah yang sangat Strategis,

karena merupakan pusat perdagangan bagi daerah-daerah di

sekitarnya. Hal ini Karena Kota Surakarta dibatasi oleh beberapa

daerah yaitu:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan

Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Sokoharjo dan

Kabupaten Karanganyar

(61)

commit to user

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan

Kabupaten Karangnayar

b) Keadaan Iklim

Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta Berkisar antara 24,7° C

sampai dengan 27,9° C. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara

64 persen sampai dengan 85 persen. Hari hujan terbanyak jatuh pada

bulan februari dengan jumlah hari hujan sebanyak 25. Sedangkan

curah hujan terbanyak sebesar 699 mm jatuh pada bulan oktober.

Sementara itu, rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar juga jatuh

pada bulan Januari sebesar 33,1 mm per hari hujan.

c) Luas Wilayah

Luas wilayah Kota Surakarta adalah sebesar 44.04 km².

Terbagi menjadi 5 (lima) Kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan,

Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasarkliwon, Kecamatan Jebres,

dan Kecamatan Banjarsari. Luas Kecamatan terluas ditempati oleh

Kecamatan Banjarsari dengan luas mencapai 33.63% dari luas Kota

Surakarta. Seperti halnya dengan dengan kota-kota besar lainnya, luas

lahan terluas terutama merupakan lahan perumahan/pemukiman.

Lahan yang digunakan untuk pemukiman mencapai 62.01% dari luas

Kota Surakarta. Sebagai daerah perdagangan, industri, dan jasa maka

Gambar

Grafik I.1    Kematian Ibu Maternal di Kota Surakarta Tahun 2003-2009  .....      3
Grafik I.1  Kematian Ibu Maternal di Kota Surakarta
Tabel I.1
Tabel II.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap terakhir, yaitu tahap tindakan perbaikan yang telah berjalan dengan baik dan efektif Bidang Pencatatan Sipil akan berupaya untuk meningkatkan standar

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pengelolaan anggaran pembiayaan pendidikan dalam program BPMKS dari prinsip transparansi sudah berjalan dengan kurang baik

Visi Kabupaten Bengkalis sebagaimana tercantum dalam rencana strategis (renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis 2010-2015 ialah masyarakat bengkalis yang sehat, mandiri

HASIL STUDI PEMBIAYAAN KESEHATAN DAERAH DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROPINSI.. LAMPUNG TAHUN 2002 –

Model Variabels

Meskipun pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik akan tetapi masih ditemukan beberapa masalah yang menjadi kendala dalam upaya penurunan kematian ibu yaitu:

1. Ada organisasi yang mengelola kegiatan pengendalian resistensi antimikroba dan melaksanakan program pengendalian resistensi antimikroba rumah sakit meliputi a) sampai dengan d)

Pada tahun anggaran 2020, pemerintah memberikan DAK Penugasan guna menurunkan AKI dan AKB pada 16 Provinsi. Dengan menerima DAK Penugasan tersebut, diharapkan nilai AKI dan AKB