• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Adapun indikator dalam membaca Al-Qur’an sebagai berikut:

1) Tajwid

Tajwid Secara lughat (bahasa) kata "Tajwid" berarti "Tahsin" (memperbaiki), sedangkan menurut istilah adalah: "Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya, serta memberi hak-haknya, seperti: jelas kuat, lemah dan sifat-sifat huruf, seperti: tebal, tipis, al-jahr, isti'la, istifal dan lain-lain. Haq huruf yaitu sifat asli yang senantiasa ada pada setiap huruf atau seperti sifat Al-jahr, Isti’la, dan lain sebagainya. Hak huruf meliputi sifat-sifat huruf dan tempat-tempat keluar huruf. Mustahaq huruf yaitu sifat yang sewaktu-waktu timbul oleh sebab-sebab tertentu ,seperti; idh-har, ikhfa, iqlab, idgham, qalqalah, ghunnah, tafkhim, tarqiq, mad, waqaf, dan lain-lain.

Membaca Al-Qur’an terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan bagi pembacanya, di antara peraturan peraturan itu adalah memahami kaidah- kaidah ilmu tajwid.Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah Fardu Kifayah, sedangkan mengamalkannya Fardu Ain. Hal ini sesuai firman Allah Swt Al-Muzammil ayat 4 dan Al-Furqon ayat 32.

Adapun Al-Qur’an Surat Al-Muzammil ayat 4 sebagai berikut:















Artinya:4). “atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan”.(Q.sAl-Muzammil:4) (Depag, 2008:574)

Tafrir Q.S Al-Muzzammil ayat 4, “Atau lebih dari seperdua”, pengertian yang terkandung di dalam lafal itu menunjukkan makna boleh memilih, dan “bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” maksudnya mantapkanlah bacaannya dengan perlahan-lahanatau tartil (pelan-pelan) dari bacalah Al-Qur’an sebab hal itu akan membantu dalam memahami dan merenungi makna yang dibacanya. Riwayat Sayyidina Ali as pernah ditanya tentang firman Allah SWT mengenai surat Al- Muzammil Ayat 4 tersebut, beliat menjawabnya, tartil yang dimaksud ayat tersebut adalah memperbaiki atau memperindah bacaan huruf hijaiyah

yang terdapat dalam Al-Qur’an dan mengerti hukum-hukum ibtida’dan wakaf.( Ahmad Munir, 1994:9).

Adapun Al-Qur’an Surat Al-Furqon ayat 32 sebagai berikut:



Artinya: 32). berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?";

demikianlah,[578] agar Kami perteguh hatimu (muhammad Saw) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan-lahan, teratur dan benar)”. (Al-Furqon:32) (Depag RI, 2006: 362).

Tafsir Q.S Al-Furqon ayat 32, Maksudnya Al-Qur’an itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan begitu hati Nabi Muhammad SAW menjadi kuat, tenang dan teguh, terutama ketika ada sebab-sebab gelisah, maka dengan turunnya Al Qur’an dapat menenteramkannya dan agar mudah dipahami dan dihapal. Hal ini menunjukkan perhatian Allah SWT terhadap kitab-Nya dan terhadap Rasul-Nya, di mana Dia menurunkan kitab-Nya sesuai keadaan rasul dan dari dua kata yaitu Makharaj dan Al-huruf. Makharaj adalah jama’ dari kata mahkraj yang berarti tempat keluar dan huruf adalah jama’ dari kata Al-harfu yang berarti huruf. Sedangkan menurut istilah dalam ilmu tajwid, Makharijul huruf ialah tempat menahan atau menyekat udara ketika bunyi huruf di lafazkan, huruf yang dimaksudkan adalah huruf hijaiyah.seseoarng dapat Membedakan, mengerti atau melafalkan huruf-huruf pada tempat asalnya, maka sangat penting mempelajari makharijul huruf agar pembaca terhindar dari hal-hal sebagai berikut:

1) Kesalahan mengucapkan huruf yang mengakibatkannya berubah makna.

2) Kekaburan bentuk-bentuk bunyi huruf, sehingga tidak dapat dibedakan huruf satu dengan huruf yang lain. (Leong,Abdul Qadir.

2008:11).

Tempat-tempat keluar huruf hijaiyyah (makharijul huruf) terbagi menjadi dua yaitu makhroj yang ijmaly dan makhroj yang tafshily. Dalam hal ini peneliti hanya menyebutkan makhroj ijmaly yang terdiri dari 5 macam yaitu: Halq (halkum), Asyafatain (dua bibir), lisan (bibir), Al-Jauf (Rongga mulut), Al-Khaisyum(Rongga hidung).(Sei H. Dt.Tombak alam, 1995:22-23).

2. Sifatul Huruf

Sifatul Huruf, Sifat menurut bahasa adalah sesuatu yang melekat atau menetap pada sesuatu yang lain. Sedang yang dimaksud yang lain adalah huruf-huruf hijaiyah. Adapun menurut pengertian istilah, sifat adalah cara baru bagi keluar huruf ketika sampai pada tempat keluarnya, baik berupa jahr, rakhawah, hams, syiddah dan sebagainya. Macam-macam sifathuruf, Sifat-sifat yang melekat pada huruf hijaiyah mempunyai dua bagian yaitu;

jahar lawannya mahmus, syiddah lawannya rakhawah, tawassuth bandingan antara syiddah dan rakhawah, isti’la lawannya infitah, dan idzlaq lawannya ishmat. Sifat menurut bahasa dapat diartikan juga suatu keadaan yang menetap pada sesuatu yang lain. Sedangkan Menurut istilah adalah keadaan yang baru datang yang berlaku bagi suatu huruf yang dibaca tepat keluar darimakhrajnya.Sifatul khuruf adalah karakter sebuah huruf, apakah sebuah huruf bernuansa tebal atau tipis, dengung atau tidak, keluar nafas atau tidak, dan sebagainya. Seperti misalnya huruf kha dan kĥo. Dua-duanya memiliki tempat keluar suara (makhroj) yang sama namun berbeda sifat(Amir, Abu Dkk, 1994:27).

3. Ahkamul Huruf ( Hukum bacaan Al-Qur’an)

Ahkamul huruf adalah satu kata terdiri dari beberapa huruf yang dapat dipahami jika terjadi rangkaian antara satu huruf dengan huruf lainnya

sehingga menimbulkan hukum baru tentang cara pengucapan. Kaidah yang mengatur bacaan dalam pertautan huruf inilah yang disebut hukum huruf.

Menurut sebagian ahli atau ulama’ yang telah berhasil menggolongkan atau mengklasifikasikan hukum-hukum huruf (ahkamul huruf) sebagai berikut;

a). hukum lamal jalalah, b). hukum lam ta’rif, c). hukum bacaan Ro’, d).

hukum nun sukun dan tanwin, e). hukum nun dan mim bertasydid, f). hukum mim sukun, g).hukum lam kerja, h).hukum lam untuk huruf,i). hukum idghom shaghir, j). hukum bacaan qalqalah (A.Munir dan Sudarsono, 1994:31).

4. Mad WalQashr

Mad dalam arti bahasa, mad mempunyai arti ziyadah atau bertambah atau lebih adalah memanjangkan atau tambah, sedangkan menurut arti istilah adalah memanjangkan suara dengan suatu huruf di antara huruf-huruf mad.(Ismail Tekan, 2006:56).

Menurut arti bahasa qashar adalah “tertahan”, sedangkan menurut istilah adalah tatapnya huruf mad tanpa adanya tambahan apa-apa. Qashar juga dapat diartikan memendekkan huruf mad atau lien yang sebenarnya dibaca panjang. Atau membuang huruf mad dari suatu kata(A.Munir dan Sudarsono, 1994:48).

Kesimpulannya bahwa yang di maksud dengan mad ialah suara yang lebih panjang dari ukuran asli penyebutan huruf mad. Huruf yang dapat memberi status mad ada tiga yaitu:

1) alif mati, dan huruf sebelumnya berbaris fathah 2) wau mati, dan huruf sebelumnya berbaris dhammah

3) ya’ mati, dan huruf sebelumnya berbaris kasrah.(Mufhan, 2005:78).

Bacaan mad dibagi menjadi 2 bagian, sebagai berikut:

1) Mad Asli (Mad Thabi’i), mad Asli itu terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. Mad Asli Zhahiry yaitu mad asli yang huruf mad nya jelas.

b. Mad Asli Muqaddar yaitu mad asli yang huruf madnya tidak jelas, namun bacannya sepanjang mad asli.

2) Mad Far’i, mad cabang. arti istilah mad far’I yaitu mad yang melebihi mad asli, karena ada hamzah dan sukun.Mad far’I terbagi sebanyak 13 bagian yaitu; a).Mad wajib muttashil, b).Mad jaiz munfashilc). Mad aridh lis sukun d). Mad badal e). Mad iwad f). mad lazim mutsaqqal kilmi g).Mad lazim mukhaffaf kilmi, h).Mad lazim mutsaqqal harfi i).

Mad lazim mukhaffaf harfi, j).Mad laien k).Mad shilah l).Mad farq m).Mad tamkin.

2). Fashohah

fashohah di artikan kesempurnaan membaca dari seseorang akan cara melafalkan seluruh huruf hijaiyah yang ada di dalam Al- Qur’an, jika seseorang itu mampu membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai pelafalannya maka orang tersebut dapat dikatakan fasih membaca Al-Qur’an.Sedangkan pengertian secara lebih luas adalah fashohah juga meliputi penguasaan di bidang Al-Waqfu Wal Ibtida’ dalam hal ini yang terpenting adalah ketelitian akan harkat dan penguasaan kalimat serta ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur’an Karim. Pembahasan mengenai fashohah ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Ibtida’ tawakkuf

ibtida’ ditinjau dari segi bahasa adalah memulai. Sedangkan menurut istilah adalah memulai bacaan sesudah waqaf. Ibtida’ ini dilakukan hanya pada perkataan yangtidak merusak arti susunan kalimat. Pengertian waqaf menurut bahasa adalah berhenti menahan, sedangkan pengertian menurut istilah (harfiyah) adalah menghentikan suara dan perkataan sebentar (menurut adat) unutk bernafas bagi qari’-qari’ah, dengan niatan untuk melanjutka bacaan tersebut. Menurut A.Munir dan Sudarsono (1994:71-72), garis besarnya masalah waqaf dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Waqaf,

(a) Pembagian waqaf adalah waqaf Intidzory, Idhtirory, Ikhtibary,dan waqaf Ikhtirary.

(b) Derajat waqaf: Waqaf tam, Waqaf kafi, Waqaf hasan, Waqaf qabih.(Idib..,74)

b) Saktah, Qotho’, tashil, isymam, naql dan imalah.

(a). Saktah menurut bahasa adalah mencegah dan menurut istilah adalah berhenti antara dua kata atau pertengahan kata tanpa bernafas dengan niat melanjutkan bacannya.

(b).Qatho’ secara bahasa adalah memotong, sedangkan menurutistilah adalah menghentikan bacaan sama sekali.

(c).Tashil dalam Al-Qur’an ada satu tempat yaitu pada surat fushilat ayat 44.

(d). Isymam yang ada dalam Al-Qur’an hanya satu tempat yaitu surat yusuf ayat 11.

(e). Naql dalam Al-Qur’an yaitu ada satu tempat surat Al-Hujurut ayat 11.

(f). Imalah dalam Al-Quran hanya ada satu tempat yaitu surat Hud ayat 41, Tata cara penguasaan huruf, harkat, kalimat serta ayat-ayat di dalam Qur’an. Secara konsepsional upaya penguasaan dan pemahaman bacaan Al-Qur’an dapat ditempuh dengan 5 fase, yaitu :

1. Pola penguasaan Muthola’ah (mengeja).

2. Pola penguasaan Murattal 3. Pola penguasaan Tadwiir 4. Pola penguasaan Hadhr.

5. Pola penguasaan Mujawwadz (Ibid., 81).

Kesimpulan dari uraian yang telah dipaparkan dia atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan baca tulis Al-Qur’an adalah suatu kemampuan dalam membaca, menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.Adapun indikator dalam kemampuan baca, tulis Al-Qur’anseseorang mampu menguasai ilmu tajwid dan ke fashohahannya dalam membaca Al-Qur’an.

Dokumen terkait