• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 Proses Bisnis Rantai Pasok Buah Manggis

5.1.1 Indikator Kinerja Kunci

Indikator kinerja merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja produk, jasa, dan proses produksi. Indikator kinerja juga merupakan karakteristik proses operasional yang membandingkan efisiensi dan/atau efektivitas sebuah sistem dengan norma atau target nilai (Van der Vorst 2000). Walaupun indikator kinerja banyak yang dapat digunakan dalam sebuah organisasi, hanya beberapa dimensi kritis yang memberikan kontribusi lebih dari proporsional untuk keberhasilan atau kegagalan organisasi tersebut di pasar yang merupakan indikator kinerja kunci (Christopher 1998).

Pada saat mengembangkan kinerja rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor, maka perlu dipertimbangkan bahwa kemitraan antar anggota rantai pasok tersebut belum lama terbentuk. Pengenalan sistem baru kepada anggota rantai biasanya memerlukan usaha khusus, terutama pengenalan sistem tesebut kepada petani sebagai salah satu anggota rantai pasok.

Kerumitan yang sering dihadapi oleh anggota rantai pasok adalah tujuan setiap anggota rantai pasok yang saling bertentangan. Masing-masing anggota rantai pasok memiliki tujuan, indikator kinerja, dan kriteria optimasi yang berbeda. Hal ini tidak selalu memberikan kontribusi positif terhadap kinerja rantai pasok secara keseluruhan karena perbaikan kinerja pada setiap anggota rantai pasok kemungkinan dapat merugikan anggota lainnya (Wijnands & Ondersteijn 2006). Oleh karena itu, indikator kinerja utama rantai pasok harus diidentifikasi untuk menentukan dimensi kritis yang memberikan kontribusi bagi keberhasilan

rantai secara keseluruhan dengan mempertimbangkan tujuan-tujuan bersama rantai pasok tersebut.

Evaluasi kinerja rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor merupakan pengambilan keputusan kriteria majemuk. Metode fuzzy Analytical Hierarchy Process (fuzzy AHP) yang dikembangkan oleh Saaty (1981) dan Zadeh (1994) digunakan untuk melakukan identifikasi indikator kinerja kunci rantai pasok tersebut. Fuzzy AHP digunakan untuk mengurangi keraguan dan ketidakpastian dalam memutuskan tingkat kepentingan indikator kinerja oleh pengambil keputusan.

Hirarki identifikasi indikator kinerja kunci ditetapkan sebelum dilakukan perbandingan berpasangan pada fuzzy AHP. Perbandingan elemen pada tiap tingkat kemudian dilakukan oleh para pakar menggunakan perbandingan berpasangan untuk memperkirakan tingkat kepentingan relatifnya terhadap elemen pada tingkat lain yang terkait secara langung dengan tingkat tersebut. Pakar yang melakukan pembandingan ini adalah 12 orang yang mewakili anggota rantai pasok atau orang yang mempunyai keahlian di bidang bisnis manggis (kuesioner untuk mendapatkan nilai dari para pakar ini ditunjukkan pada Lampiran 1). Perbandingan berpasangan dibuat menggunakan skala rasio. Skala yang digunakan adalah 9 (Saaty 1989) yang menunjukkan penilaian pakar, yaitu sama pentingnya, sedikit lebih penting, lebih penting, sangat lebih penting, dan sangat lebih penting sekali

Hirarki indikator kinerja kunci diidentifikasi berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara dan diskusi dengan pakar, serta tinjauan pustaka ditunjukkan pada Gambar 10. Indikator kinerja kunci diidentifikasi melalui 3 sudut pandang, yaitu tujuan rantai pasok (merupakan gabungan dari tujuan setiap anggota rantai pasok), atribut kinerja, dan indikator kinerja.

Tujuan rantai pasok secara keseluruhan ditetapkan berdasarkan hasil diskusi partisipatif dengan para anggota rantai pasok, yaitu:

1. Meningkatkan nilai tambah produk 2. Meningkatkan akses pasar

4. Membangun kekuatan finansial 5. Meningkatkan akses informasi 6. Menurunkan risiko

7. Kemitraan yang berkelanjutan

Tujuan rantai pasok tersebut dapat dicapai jika rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan Supply-Chain Council’s SCOR, indikator kinerja kunci rantai pasok mempunyai atribut sebagai berikut:

1. Reliabilitas, yaitu kinerja rantai pasok dalam mengirimkan produk yang tepat ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat dalam kondisi yang tepat, dan kemasan dalam jumlah yang tepat dengan dokumentasi yang tepat pada pelanggan yang tepat.

2. Responsiveness, yaitu kecepatan rantai pasok dalam memberikan produk kepada pelanggan.

3. Agility, yaitu kecepatan rantai pasok dalam menanggapi perubahan pasar untuk memperoleh atau mempertahankan keunggulan bersaing.

4. Biaya, yaitu biaya yang terkait dengan pengoperasian rantai pasok.

5. Pengelolaan aset, yaitu keefektifan organisasi dalam penegelolaan asset untuk mendukung pemenuhan permintaan.

Tingkat paling akhir hirarki ini adalah indikator kinerja, yaitu: 1. Indikator kinerja untuk reliabilitas:

a. Pemenuhan pesanan secara sempurna, yaitu persentase pesanan yang dapat memenuhi kinerja pengiriman dengan dokumentasi yang lengkap dan akurat, serta tidak terdapat kerusakan pada pengiriman.

b. Kualitas produk, yaitu sekumpulan karakteristik produk yang dapat memberikan sumbangan terhadap kemampuan produk tersebut untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Kinerja Kunci Rantai Pasok Membangun Kekuatan Finansial (0,200)* Meningkatkan Akses Informasi (0,176)* Meningkatkan Efisiensi Operasional (0,147)* Menurunkan Resiko (0,154) * Meningkatkan Akses Pasar (0,110)* Kemitraan yang Berkelanjutan (0,088)* Meningkatkan Nilai Tambah Produk (0,125)* Agility (0,157)* Biaya (0,237)* Responsiveness (0,161)* Pengelolaan Aset (0,264)* Reliabilitas (0,182)* Kualitas Produk (0,333)* Kualitas Proses (0,333)* Pemenuhan Pesanan Secara Sempurna (0,333)* Siklus Waktu Pemenuhan Pesanan (0,739)* Keterlambatan Produk (0,261) Kemampuan Adaptasi Rantai Pasok Hulu (0,224)* Kemampuan Adaptasi Rantai Pasok Hilir (0,224)* Fleksibilitas Rantai Pasok Hulu (0,553)* Biaya Distribusi (0,333)* Biaya Produk Terjual (0,333)* Biaya Produksi (0,333)* Pengembalian Aset Tetap (0,333)* Pengembalian Modal Kerja (0,333)* Siklus cash to cash (0,333)* Tujuan Analisis Tujuan Rantai Pasok Atribut Indikator Kinerja Indikator Kinerja Kunci

*Bobot kepentingan hasil analisis dengan menggunakan metode Fuzzy AHP

2. Indikator kinerja untuk responsiveness:

a. Siklus waktu pemenuhan pesanan, yaitu rata – rata waktu siklus aktual yang secara konsisten dicapai untuk memenuhi pesanan

b. Keterlambatan produk, yaitu rata-rata waktu pesanan diterima setelah due date yang ditentukan

3. Indikator kinerja untuk agility:

a. Fleksibilitas rantai pasok hulu, yaitu jumlah hari yang dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan kuantitas produk yang dikirim sebesar 20% tanpa direncanakan .

b. Kemampuan adaptasi rantai pasok hulu, yaitu maksimum persentase peningkatan kuantitas produk yang dikirim yang dapat dicapai selama lead time.

c. Kemampuan adaptasi rantai pasok hilir, yaitu pengurangan kuantitas pasokan selama lead time tanpa persediaan atau biaya penalti.

4. Indikator kinerja untuk biaya:

a. Biaya produksi, yaitu seluruh biaya atas penggunaan bahan baku, tenaga kerja, dan input lain dalam proses produksi.

b. Biaya distribusi, yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan produk dari produsen ke konsumen untuk memenuhi pesanan konsumen. c. Biaya produk terjual, seluruh biaya langsung untuk memproduksi produk

yang terjual.

5. Indikator kinerja untuk pengelolaan aset rantai pasok

a. Siklus waktu cash to cash, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak penanaman modal hingga modal kembali kepada seluruh anggota rantai pasok setelah dibelanjakan untuk bahan baku.

b. Pengembalian aset tetap, yaitu indikator kinerja yang mengukur pengembalian yang diterima oleh satu anggota rantai pasok pada modal yang ditanamkan untuk aset tetap.

c. Pengembalian modal kerja, yaitu sebuah ukuran yang menilai besarnya penanaman modal relatif terhadap posisi modal kerja satu anggota rantai pasok dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan dari rantai pasok.

Hasil perbandingan berpasangan tingkat kepentingan indikator kinerja yang dibuat oleh para pakar dengan menggunakan skala rasio 9 ditunjukkan pada Gambar 10 (hasil dari pengolahan data yang ditunjukkan pada Lampiran 2).

Tujuan yang ditetapkan oleh rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor dibuat berdasarkan kemampuan rantai pasok tersebut untuk memenuhi kebutuhan eksportir dengan mempertimbangkan indikator kinerja kunci pada waktu dan biaya tertentu. Indikator kinerja kunci rantai pasok merupakan beberapa dimensi kritis yang memberikan sumbangan lebih besar kepada kesuskesan atau kegagalan rantai pasok tersebut di pasar (Christopher 1998). Indikator kinerja kunci membandingkan efisiensi dan/atau efektivitas sebuah sistem dengan norma atau target nilai.

Berdasarkan pendapat para pakar, tujuan utama rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor adalah membangun kekuatan finansial dengan bobot kepentingan sebesar 0,200. Sebagai rantai pasok yang kemitraan antar anggotanya baru terbentuk, dukungan finansial masih perlu diperkuat agar proses bisnis manggis dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Kinerja kunci untuk mencapai tujuan utama tersebut adalah pengelolaan aset (bobot kepentingan = 0,264) dengan indikator kinerja kunci berupa waktu siklus cash to cash (bobot kepentingan = 0,333), pengembalian aset tetap rantai pasok (bobot kepentingan = 0,333), dan pengembalian modal kerja (bobot kepentingan = 0,333).

Pada saat ini, beberapa petani sebagai pemasok buah manggis masih sering menjual hasil panen buah manggisnya kepada pemasok buah manggis pasar lokal dan pengumpul yang membeli buah manggis dari petani dengan sistem pembelian yang sudah dibayar sebelum buah manggis tersebut dipanen. Petani melakukan hal ini karena mereka ingin mendapatkan uang hasil penjualan buah manggis lebih cepat walaupun dengan nilai yang lebih kecil. Pelanggaran yang masih sering

dilakukan oleh para petani ini menyebabkan ketersediaan buah manggis untuk memenuhi permintaan konsumen semakin berkurang.

Agar petani lebih tertarik untuk tetap menjual hasil panen buah manggisnya kepada KBU Al-Ihsan sesuai dengan kontrak yang telah dibuat, maka KBU Al-Ihsan harus dapat mengelola asetnya dengan lebih mempersingkat waktu siklus cash to cash, mempercepat pengembalian aset tetap rantai pasok, dan mempercepat pengembalian modal kerja. Hal ini dapat dilakukan jika KBU Al-Ihsan memperoleh tambahan dukungan finansial yang dapat diperoleh dari pinjaman lunak pemerintah atau investor. Dukungan finansial tersebut juga dibutuhkan untuk menambah jumlah kebun terdaftar untuk memenuhi syarat sebagai kebun manggis untuk ekspor.

Selama ini, pemenuhan kuantitas buah manggis untuk ekspor ke negara Cina dilakukan dengan membeli buah manggis dari pengumpul atau pedagang besar di Kabupaten Bogor. Pengumpul atau pedagang besar tersebut membeli buah manggis dari petani yang kebunnya tidak terdaftar sebagai kebun yang hasil panennya memenuhi persyaratan untuk ekspor. Hal ini dapat berdampak kerugian bagi eksportir dan berdampak buruk terhadap nama negara Indonesia sebagai pengekspor buah tropis jika pengimpor mengetahuinya. Dengan menambah jumlah kebun manggis yang terdaftar, maka diharapkan ketersediaan buah manggis untuk ekspor akan lebih terjamin sehingga pemenuhan permintaan konsumen juga dapat lebih terjamin sesuai dengan persyaratannya.

Dokumen terkait