• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR KINERJA 10. Nilai rekonsiliasi kinerja satker BUSKIPM

No. Kriteria Hasil

J. INDIKATOR KINERJA 10. Nilai rekonsiliasi kinerja satker BUSKIPM

Pengelolaan Kinerja adalah rangkaian kegiatan pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Adapun kinerja adalah hasil dari pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi dan pegawai selama periode tertentu. Penilaian dalam rekonsiliasi kinerja dilakukan pada 3 Aspek yakni:

1. Aspek Kepatuhan 2. Aspek Kesesuain 3. Aspek Ketercapaian

Target nilai rekonsiliasi kinerja BUSKIPM pada tahun 2020 yaitu 85. Pada tanggal 17 September 2020 telah dilakukan rekonsiliasi kinerja oleh Tim dari BKIPM, dengan nilai rata-rata 91,05 atau tercapai 107%. Pada kegiatan rekonsiliasi masih ada perbaikan level 2 pada aspek kepatuhan dan kesesuaian, sedangkan pada level ada perbaikan pada level 3 dalam aspek kesesuaian. Hasil rekonsiliasi kinerja tertuang dalam Berita Acara Rekonsiliasi Kinerja seperti pada Lampiran.

kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan, kepatuhan terhadap regulasi, efektivitas pelaksanaan kegiatan dan efisiensi pelaksanaan kegiatan. Target IKPA tahun 2020 sebesar 88, dan realisasi sebesar 96,32 atau 109%.

Gambar 3.11 Screen shoot Tampilan Web Aplikasi Monev Pelaksanaan Anggaran

Pengukuran capaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran dilakukan atas penilaian dari berbagai aspek yaitu : 1. Revisi DIPA

a. Jenis revisi anggaran yang diperhitungkan adalah revisi dalam kewenangan pagu tetap (tidak masuk adalah revisi dalam kewenangan pagu berubah dan revisi administratif).

b. Frekuensi revisi hanya diperkenankan 1x dalam rentang triwulanan. Apabila dalam satu triwulan akan ada 2x revisi, maka revisi yang kedua agar diajukan pada triwulan berikutnya.

Untuk mendukung akselerasi belanja Tahun 2020, pada aspek ini tidak dilakukan perhitungan dalam nilai akhir IKPA.

Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

 BUSKIPM sangat selektif dalam melakukan pergeseran anggaran dalam revisi DIPA (pagu tetap).  BUSKIPM selama tahun anggaran 2020 terdapat 5 kali revisi DIPA dikarenakan adanya perubahan

anggaran dan target PNBP.

2. Deviasi Halaman III DIPA

a. Halaman III DIPA memuat Rencana Penarikan Dana (RPD) per bulan sepanjang tahun anggaran berjalan atas pelaksanaan anggaran yang dilakukan pada suatu satker.

b. Validitas dan keakuratan RPD pada Halaman III DIPA sangat penting untuk menjaga likuiditas Kas Negara guna memenuhi kebutuhan penyediaan dana bagi pencairan anggaran atas suatu DIPA.

c. Keakuratan Deviasi Halaman III pada IKPA dihitung untuk rencana yang dieksekusi sampai dengan bulan November tahun anggaran berjalan

Untuk mendukung akselerasi belanja Tahun 2020, pada aspek ini tidak dilakukan perhitungan dalam nilai akhir IKPA.

Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

 BUSKIPM berusaha lebih disiplin dalam melaksanakan kegiatan dan pencairan dana, dan menjadikan RPD pada Halaman III DIPA sebagai plafon pencairan dana bulanan secara internal.

 Konsistensi RPD awal sebesar 63,7 setelah dilakukan revisi RPD pada Halaman III DIPA, konsistensi terhadap RPD akhir sebesar 98,97.

3. Pagu Minus

a. Pagu Minus dihitung akhir tahun (triwulan IV) untuk sesuai jenis belanja sampai dengan level 6 digit/akun. b. Pagu minus dapat terjadi akibat kekurangan anggaran maupun karena pergeseran akun (revisi POK) yang

belum dilakukan penyamaan data/revisi ke Kanwil DJPb.

Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

 BUSKIPM dalam melakukan pergeseran anggaran selalu dilakukan penyamaan data/ revisi sehingga pagu minus tidak terjadi.

4. Penyampaian Data Kontrak

a. Kontrak yang dihitung pada IKPA merupakan kontrak dengan nilai diatas Rp 200 Juta (bukan hasil pengadaan langsung menurut batasan Perpres No. 16/2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). b. ADK kontrak maksimal disampaikan ke KPPN 5 hari kerja sejak tanggal tanda tangan kontrak sampai dengan

tanggal penyampaian/konversi di KPPN. Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

 BUSKIPM senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan waktu dalam penyampaian data kontrak sebelum 5 hari kerja setelah ditanda tangani dan dipastikan verifikasi kebenaran data kontraknya (approval) oleh KPPN.

c. Pertanggungjawaban UP tepat waktu sangat penting agar belanja dapat segera dibebankan pada DIPA satker masing-masing sebagai realisasi anggaran.

Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

BUSKI selalu memperhatikan periode pengajuan SPM GUP dari SP2D UP/GUP terakhir paling lambat dalam rentang 30 hari kalender ( pengajuan GUP minimal sekali dalam sebulan ke KPPN ).

6. LPJ Bendahara

a. LPJ Bendahara Pengeluaran merupakan sarana pertanggungjawaban atas uang yang dikelolanya.

b. LPJ dibuat oleh bendahara setiap bulan dan disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya atau hari kerja sebelumnya jika tanggal 10 adalah hari libur kepada KPPN.

c. Penyampaian LPJ dilakukan dengan menu upload pada Aplikasi SPRINT, dan terhitung sejak Satker pertama kali melalukan upload tersebut

Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

 BUSKIPM senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan waktu dalam penyampaian LPJ sebelum tanggal 10 bulan berikutnya, dan memastikan data LPJ telah terveriikasi oleh KPPN pada Aplikasi SPRINT.

7. Dispensasi SPM

a. Dispensasi SPM dihitung berdasarkan jumlah SPM yang terlambat disampaikan melewati batas-batas akhir SPM pada akhir tahun anggaran.

b. Dikenakan penalti nilai sesuai dengan rentang SPM yang mendapat dispensasi. Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

• BUSKIPM selalu memantau progres penyelesaian kegiatan sesuai rencana, menetapkan mitigasi risiko penyelesaian pekerjaan dan pembayaran, dan menghitung prognosis belanja agar dapat dieksekusi tepat waktu untuk menghindari penumpukan pencairan anggaran pada akhir tahun.

8. Penyerapan Anggaran

a. Indikator ini dihitung dari pemenuhan realisasi anggaran secara proporsi penyerapan anggaran pada setiap triwulan: Triwulan I (15%), Triwulan II (40%), Triwulan III (60%), dan Triwulan IV (90%).

b. Pagu anggaran pembagi diperhitungkan sebagai pagu efektif, dimana pagu anggaran DIPA dikurangi dengan pagu yang masih diblokir.

Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

 Memperbaiki perencanaan dan eksekusi kegiatan secara relevan dan terjadwal, tidak menumpuk pencairan anggaran pada akhir tahun.

 Penyerapan anggaran BUSKIPM tahun 2020 TW I (18,72%), TW II (59,17%), TW III (76,88%) dan TW IV (99,37%). Hal tersebut sudah memenuhi proporsi penyerapan anggaran pada setiap triwulannya.

9. Penyelesaian Tagihan

a. Indikator ini diukur berdasarkan ketepatan waktu penyelesaian tagihan kontraktual (SPM LS Kontraktual Non-Belanja Pegawai) yang ADK nya telah disampaikan ke KPPN (dengan nilai kontrak diatas Rp 200 Juta). b. Penyelesaian tagihan dihitung dengan ketentuan selambat-lambatnya selama 17 hari kerja setelah

BAST/BAPP, satker telah diterbitkan SPM tagihan dimaksud ke KPPN. Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

 BUSKIPM senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan waktu dalam penyelesaian tagihan kontraktual (LS Non-Belanja Pegawai) paling lambat dalam 17 hari kerja setelah BAST ditanda-tangani sudah diajukan SPM-nya ke KPPN dan BUSKIPM selalu memperhatikan ketelitian, kelengkapan, dan keakuratan dalam pengisian uraian pada SPM terutama untuk tanggal dan nomor BAST/ BAPP.

10. Konfirmasi capaian output

Indikator konfirmasi capaian output pada IKPA menunjukkan jumlah output yang terkonfirmasi dan wajar. Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

 Meningkatkan kecermatan dalam pengisian capaian output.

11. Retur SP2D

a. Indikator ini dihitung dari rasio SP2D yang diretur dengan jumlah SP2D total yang telah terbit. b. Semakin sedikit SP2D yang diretur, maka indikator ini semakin bagus.

Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

 BUSKIPM senantiasa meningkatkan ketelitian dalam memproses dokumen pembayaran dalam SPM terutama kebenaran dan keakuratan nama dan nomor rekening bank Pihak Ketiga/ penerima pembayaran.

 BUSKIPM telah penyampaian Renkas (RPD Harian) untuk transaksi pencairan dana dalam kategori besar (> Rp 1 Miliar) pada permintaan pembayaran pengadaan alat laboratorium.

13. Kesalahan SPM

a. Indikator ini dihitung dari besaran/jumlah SPM yang terdapat kesalahan secara substantif dan dikembalikan oleh KPPN.

b. Pengembalian SPM secara substantif biasanya disebabkan oleh kesalahan pengisian data supplier, sehingga SPM harus diperbaiki oleh Satker.

c. Pengembalian SPM berpotensi menyebabkan tagihan tidak dapat dibayarkan secara tepat waktu.

Rencana aksi yang dilakukan antara lain:

 BUSKIPM senantiasa meningkatkan ketelitian dalam memproses dokumen pembayaran dalam SPM terutama kebenaran dan keakuratan data supplier yang telah dicocokkan dengan data yang ada pada OM SPAN maupun data identitas supplier yang terkonfirmasi dengan pihak bank agar SPM yang diajukan tidak tertolak oleh KPPN.

 Tahun 2020 ada kesalahan SPM sebanyak 3 kali hal ini terjadi karena adanya perbaikan akun.

L. INDIKATOR KINERJA 12. Persentase Rekomendasi Hasil Pengawasan yang Dimanfaatkan untuk

Dokumen terkait