BAB II KAJIAN PUSTAKA
C. Konsep Mutu Pendidikan
3. Indikator Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan diisyaratkan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan komponen yang ada dalam pendidikan. Komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana dan biaya. Mutu pendidikan salah satu penentu berkembangnya suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran dan tujuan dari bidang pendidikan nasional, dan bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan: “Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan, mengasah kemampuan peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.” 86
Mutu pendidikan harus diupayakan untuk mencapai kemajuan yang berlandaskan pada perubahan terencana. Menurut Sagala peningkatan mutu pendidikan diperoleh melalui dua strategi, yaitu:
a. Peningkatan mutu pendidikan akademis, yaitu berorientasi pada pengetahuan yang berpedoman pada kriteria minimal yang harus ditempuh untuk mencapai mutu pendidikan yang berkualitas pada zamannya. b. Peningkatan mutu pendidikan keterampilan, yaitu berorientasi pada
kreativitas yang dicakupi pada pendidikan yang luas, nyata, serta bermakna.
Menurut Sagala menyatakan, bahwa lembaga pendidikan formal dapat dikatakan bermutu apabila prestasi peserta didik dapat menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam; (1) prestasi akademik, yaitu nilai raport, nilai kelulusan dapat memenuhi syarat yang ditentukan, (2) sikap spiritual dan sikap sosial meliputi nilai-nilai kejujuran, ketaqwaan, kesopanan, tanggung jawab dan nilai-nilai budaya, (3) memiliki tingkat keterampilan sesuai dengan standart ilmu yang diterima.87
Dalam implementasi pelaksanaan manajemen mutu, yakni untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen
86 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hlm. 327
87 Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 328
mutu total (Total Quality Management) yang dikemukakan oleh sebagai berikut:88
a. Kepuasan Pelanggan
Dalam manajemen mutu total diperlukan konsep tentang mutu dan pelanggan. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi- spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu meliputi pelanggan internal dan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan.
b. Respek Terhadap Setiap Orang
Di sekolah setiap personel sekolah dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. Dengan demikian warga sekolah merupakan sumber daya sekolah yang paling berharga. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan.
c. Manajemen Berdasarkan Fakta
Sekolah bermutu berorientasi pada fakta, yakni setiap keputusan yang diambil selalu berdasarkan pada data-data dan bukan berdasarkan pada perasaan. Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini, pertama prioritasi yaitu suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada
88 Udin Syaefuddin Sa’ud dan Syamsuddin Makmun Abin. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 24
semua aspek pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, berdasarkan data sekolah dapat memfokuskan usahanya pada situasi atau kegiatan tertentu yang dianggap paling penting. Konsep kedua, variasi atau vitabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
d. Perbaikan Berkesinambungan
Untuk mencapai kesuksesan setiap sekolah harus melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
Selaras dengan pernyataan di atas Mansur dan Mahfud Junaidi menyatakan bahwa, setidak-tidaknya ada tiga indikator dalam menentukan tinggi rendahnya mutu kualitas pendidikan, yaitu; (1) dana pendidikan, pendidikan yang berkualitas tidak mungkin tanpa adanya dana yang cukup. Dana pendidikan sebagai modal utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan, (2) kelulusan Pendidikan, pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan angka kelulusan yang cukup tinggi yang sesuai dengan standart kriteria yang ditentukan, (3) prestasi yang dicapai oleh peserta didik, lembaga pendidikan yang bermutu dan memiliki kualitas yang baik, mempunyai
prestasi yang dapat dicapai oleh peserta didik. Pencapaian prestasi tersebut berawal dari budaya membaca (membaca komprehensif). Kemampuan membaca komprehensif di negara berkembang cenderung lebih rendah daripada negara maju. Hal ini disebabkan anak-anak terbiasa dalam belajar menghafal.89
Mantja menyatakan bahwa manajemen peningkatan mutu pendidikan dapat diintegrasikan sebagai berikut: pertama, pelanggan (Klien) adalah seorang atau kelompok yang menerima jasa layanan. Dalam dunia pendidikan pelanggan berkaitan dengan pengguna pendidikan itu sendiri yang didalamnya ada Stakeholdres pendidikan. Yang harus dipahami oleh pelanggan atau pengguna pendidikan adalah nilai-nilai organisasi, visi dan misi, serta memperhatikan etika dalam pengambilan keputusan dan perencanaan anggaran.
Kedua, kepemimpinan (Leadership) merupakan hal mutlak yang harus ada dalam manajemen pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan. Manajemen pendidikan diperlukan kepemimpinan yang visioner yaitu kemampuan pemimpin dalam menciptakan, merumuskan, mengkomunikasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang jelas berkenaan dengan pemahaman masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mempunyai visi, kreativitas, pemberdayaan dan pemahaman tentang manajemen perubahan. Ketiga, tim (Team) merupakan sarana yang harusa dibangun dan ada dalam melakukan serta
89 Mansur, dan Mahfud Junaidi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2005), hlm. 165
meningkatkan kinerja yang lebih menekankan pada kejelasan tujuan dan hubungan interpersonal sebagai bahan dasar adanya kelompok kerja yang efektif.
Keempat, proses (Process) kerja adalah kunci utama yang harusa disepakati dan diputuskan dalam manajemen peningkatan mutu sekolah. Proses harus mempunyai tujuan dan arahan yang jelas, sehingga dapat memudahkan proses kerja kelompok kerja dalam mencapai kualitas Pendidikan yang baik, dan kelima, struktur organisasi (organization structure) adalah langkah-langkah kerja dalam pengorganisasian dan menentukan garis kewenangan dalam manajemen mutu pendidikan sekolah. 90