• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Pencapaian Kopetensi

Dalam dokumen R., S , 4 ( S M P I (Halaman 153-162)

Sanksi Hukum Perdata

B. Indikator Pencapaian Kopetensi

1. Peserta dikat mampu mampu menganalisis sanksi-sanksi dalam hukum pidana dengan benar.

2. Peserta dikat mampu menganalisis sanksi-sanksi dalam hukum perdata dengan benar.

C. Uraian Materi

Sanksi-Sanksi Hukum Pidana

Sebelum kita mambahas mengenai sanksi-sanksi dalam hukum pidana, kita akan melihat terlebih dahulu sumber-sumber berlakunya hukum pidana di Indonesia, Sumber Hukum Pidana dapat dibedakan atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum yang tidak tertulis.

Indonesia sampai saat ini masih belum memiliki Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Nasional, sehingga masih diberlakukan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana warisan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda. Adapun sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Pidana antara lain:

1. Buku I Tentang Ketentuan Umum (Pasal 1-103). 2. Buku II Tentang Kejahatan (Pasal 104-488). 3. Buku III Tentang Pelanggaran (Pasal 489-569).

Serta ada pula beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana khusus yang dibuat setelah kemerdekaan antara lain:

1. Undang-undang No. 8 Drt Tahun 1955 Tentang tindak Pidana Imigrasi. 2. Undang-undang No. 9 Tahun 1967 Tentang Norkoba.

Pengertian Hukum Pidana Menurut Moeljatno yaitu bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku dalam suatu negara, dimana dasar-dasar dan aturan-aturannya untuk:

a. Hukum pidana menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan (dilarang) dengan disertai ancaman pidana bagi siapa yang melanggarnya.

b. Hukum pidana menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan dapat dikenakan pidana

c. Hukum pidana Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang melanggarnya.

Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana, selain termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana maupun Undang-Undang-undang Khusus, juga terdapat dalam berbagai Peraturan Perundang-Undangan lainnya, seperti Undang-undang. No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-undang No. 9 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan sebagainya.

Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap seseorang yang telah bersalah melanggar ketentuan-ketentuan dalam undang-undang hukum pidana, dalam Pasal 10 KUHP ditentukan macam-macam hukuman yang dapat dijatuhkan, yaitu sebagai berikut:

Hukuman-Hukuman Pokok

1. Hukuman mati, tentang hukuman mati ini terdapat negara-negara yang telah menghapuskan bentuknya hukuman ini, seperti Belanda, tetapi di Indonesia sendiri hukuman mati ini kadang masih diberlakukan untuk beberapa hukuman walaupun masih banyaknya pro-kontra terhadap hukuman ini.

2. Hukuman penjara, hukuman penjara sendiri dibedakan ke dalam hukuman penjara seumur hidup dan penjara sementara. Hukuman penjara sementara minimal 1 tahun dan maksimal 20 tahun. Terpidana wajib tinggal dalam penjara selama masa hukuman dan wajib melakukan pekerjaan yang ada di dalam maupun di luar penjara dan terpidana tidak mempunyai Hak Vistol

3. Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat hukuman penjara dan dijatuhkan karena kejahatan-kejahatan ringan atau

145 pelanggaran Biasanya terhukum dapat memilih antara hukuman kurungan atau hukuman denda. Bedanya hukuman kurungan dengan hukuman penjara adalah pada hukuman kurungan terpidana tidak dapat ditahan di luar tempat daerah tinggalnya kalau ia tidak mau sedangkan pada hukuman penjara dapat dipenjarakan di mana saja, pekerjaan paksa yang dibebankan kepada terpidana penjara lebih berat dibandingkan dengan pekerjaan yang harus dilakukan oleh terpidana kurungan dan terpidana kurungan mempunyai Hak Vistol (hak untuk memperbaiki nasib) sedangkan pada hukuman penjara tidak demikian. 4. Hukuman denda, Dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri antara

denda dengan kurungan.Maksimum kurungan pengganti denda adalah 6 Bulan.

5. Hukuman tutupan, hukuman ini dijatuhkan berdasarkan alasan-alasan politik terhadap orang-orang yang telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara oleh KUHP.

Hukuman Tambahan Hukuman tambahan tidak dapat dijatuhkan secara tersendiri melainkan harus disertakan pada hukuman pokok, hukuman tambahan tersebut antara lain:

1. Pencabutan hak-hak tertentu. 2. Penyitaan barang-barang tertentu. 3. Pengumuman keputusan hakim.

Sanksi-Sanksi Hukum Perdata

Hukum perdata ialah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga. Hukum perdata dibedakan menjadi dua, yaitu hukum perdata material dan hukum perdata formal. Hukum perdata material mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap subjek hukum. Hukum perdata formal mengatur bagaimana cara seseorang mempertahankan haknya apabila dilanggar oleh orang lain.

Dalam pengolongannya Hukum perdata dapat digolongkan menjadidi beberapa kategori daiantaranya adalah:

1. Hukum keluarga 2. Hukum harta kekayaan 3. Hukum benda

4. Hukum Perikatan 5. Hukum Waris

KUHPerdata terdiri dari 4 bagian yaitu didalamnya dan mengatur berbagai amcam hal yang berkaitan dengan permasalahan privat adalah:

1. Buku kesatu tentang Orang Van Personnenrecht, Buku pertama mengatur tentang orang sebagai subyek hukum, hukum perkawinan dan hukum keluarga, termasuk waris.

a. Bab I- Tentang menikmati dan kehilangan hak-hak kewargaan b. Bab II- Tentang akta-akta catatan sipil

c. Bab III- Tentang tempat tinggal atau domisili d. Bab IV- Tentang perkawinan

e. Bab V- Tentang hak dan kewajiban suami-istri

f. Bab VI- Tentang harta-bersama menurut undang-undang dan pengurusannya

g. Bab VII- Tentang perjanjian Perkawinan

h. Bab VIII- Tentang gabungan harta-bersama atau perjanjian kawin pada perkawinan kedua atau selanjutnya

i. Bab IX- Tentang pemisahan harta-benda j. Bab X- Tentang pembubaran perkawinan k. Bab XI- Tentang pisah meja dan ranjang

l. Bab XII- Tentang keayahan dan asal keturunan anak-anak m. Bab XIII- Tentang kekeluargaan sedarah dan semenda n. Bab XIV- Tentang kekuasaan orang tua

o. Bab XIVA- Tentang penentuan, perubaran dan pencabutan tunjangan nafkah

p. Bab XV- Tentang kebelumdewasaan dan perwalian q. Bab XVI- Tentang pendewasaan

r. Bab XVII- Tentang pengampuan s. Bab XVIII- Tentang keadaan tak hadir 2. Buku kedua tentang Kebendaan/ Zaakenrecht

Buku kedua mengatur mengenai benda sebagai obyek hak manusia dan juga mengenai hak kebendaan. Benda dalam pengertian yang meluas merupakan segala sesuatu yang dapat dihaki (dimiliki) oleh seseorang. Sedangkan maksud dari hak kebendaan adalah suatu hak yang memberikan

147 kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan kepada pihak ketiga.

a. Bab I- Tentang kebendaan dan cara membeda-bedakannya

b. Bab II- Tentang kedudukan berkuasa (bezit) dan hak-hak yang timbul karenanya

c. Bab III- Tentang hak milik (eigendom)

d. Bab IV- Tentang hak dan kewajiban antara pemilik-pemilik pekarangan yang satu sama lain bertetanggaan

e. Bab V- Tentang kerja rodi

f. Bab VI- Tentang pengabdian pekarangan g. Bab VII- Tentang hak numpang karang h. Bab VIII- Tentang hak usaha (erfpacht)

i. Bab IX- Tentang bunga tanah dan hasil sepersepuluh j. Bab X- Tentang hak pakai hasil

k. Bab XI- Tentang hak pakai dan hak mendiami l. Bab XII- Tentang perwarisan karena kematian m. Bab XIII- Tentang surat wasiat

n. Bab XIV- Tentang pelaksana wasiat dan pengurus harta peninggalan o. Bab XV- Tentang hak memikir dan hak istimewa untuk mengadakan

pendaftaran harta peninggalan

p. Bab XVI- Tentang hal menerima dan menolak suatu warisan q. Bab XVII- Tentang pemisahan harta peninggalan

r. Bab XVIII- Tentang harta peninggalan yang tak terurus s. Bab XIX- Tentang piutang-piutang yang diistimewakan t. Bab XX- Tentang gadai

u. Bab XXI- Tentang hipotik

3. Buku ketiga tentang Perikatan/ Verbintenessenrecht

Buku mengatur tentang perikatan (verbintenis). Maksud penggunaan kata ―Perikatan‖ di sini lebih luas dari pada kata perjanjian. Perikatan ada yang bersumber dari perjanjian namun ada pula yang bersumber dari suatu perbuatan hukum baik perbuatan hukum yang melanggar hukum (onrechtmatige daad) maupun yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan (zaakwarneming). Buku ketiga tentang perikatan ini mengatur tentang hak dan kewajiban yang terbit dari perjanjian, perbuatan

melanggar hukum dan peristiwa-peristiwa lain yang menerbitkan hak dan kewajiban perseorangan.

Buku ketiga bersifat tambahan (aanvulend recht), atau sering juga disebut sifat terbuka, sehingga terhadap beberapa ketentuan, apabila disepekati secara bersama oleh para pihak maka mereka dapat mengatur secara berbeda dibandingkan apa yang diatur didalam BW. Sampai saat ini tidak terdapat suatu kesepakatan bersama mengenai aturan mana saja yang dapat disimpangi dan aturan mana yang tidak dapat disimpangi. Namun demikian, secara logis yang dapat disimpangi adalah aturan-aturan yang mengatur secara khusus (misal : waktu pengalihan barang dalam jual-beli, eksekusi terlebih dahulu harga penjamin ketimbang harta si berhutang). Sedangkan aturan umum tidak dapat disimpangi (misal : syarat sahnya perjanjian, syarat pembatalan perjanjian).

a. Bab I- Tentang perikatan- perikatan umumnya

b. Bab II- Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian

c. Bab III- Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-undang d. Bab IV- Tentang hapusnya perikatan-perikatan

e. Bab V- Tentang jual-beli

f. Bab VI- Tentang tukar-menukar g. Bab VII- Tentang sewa-menyewa

h. Bab VIIA- Tentang perjanjian-perjanjian untuk melakukan pekerjaan i. Bab VIII- Tentang persekutuan

j. Bab IX- Tentang perkumpulan k. Bab X- Tentang hibah

l. Bab XI - Tentang penitipan barang m. Bab XII- Tentang pinjam pakai n. Bab XIII- Tentang pinjam-meminjam

o. Bab XIV- Tentang bunga tetap atau bunga abadi

p. Bab XV- Tentang perjanjian-perjanjian untung-untungan q. Bab XVI- Tentang pemberian kuasa

r. Bab XVII- Tentang penanggungan utang s. Bab XVIII - Tentang perdamaian.

149 4. Buku keempat Tentang pembuktian dan daluwarsa Verjaring en Bewijs

Buku keempat mengatur tentang pembuktian dan daluwarsa. Hukum tentang pembuktian tidak saja diatur dalam hukum acara (Herzine Indonesisch Reglement/ HIR) namun juga diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Didalam buku keempat ini diatur mengenai prinsip umum tentang pembuktian dan juga mengenai alat-alat bukti. Dikenal adanya 5 macam alat bukti yaitu : · a. Surat-surat · b. Kesaksian · c. Persangkaan · d. Pengakuan · e. Sumpah

Daluwarsa (lewat waktu) berkaitan dengan adanya jangka waktu tertentu yang dapat mengakibatkan seseorang mendapatkan suatu hak milik (acquisitive verjaring) atau juga karena lewat waktu menyebabkan seseorang dibebaskan dari suatu penagihan atau tuntutan hukum (inquisitive verjaring). Selain itu diatur juga hal-hal mengenai ―pelepasan hak‖ atau ―rechtsverwerking‖ yaitu hilangnya hak bukan karena lewatnya waktu tetapi karena sikap atau tindakan seseorang yang menunjukan bahwa ia sudah tidak akan mempergunakan suatu hak.

a. Bab I- Tentang pembuktian pada umumnya b. Bab II- Tentang pembuktian dengan tulisan c. Bab III- Tentang pembuktian dengan saksi-saksi d. Bab IV- Tentang persangkaan-persangkaan e. Bab V- Tentang pengakuan

f. Bab VI- Tentang sumpah di muka hakim g. Bab VII- Tentang daluwarsa

Hukum Perdata mengatur hubungan hukum antara orang satu dengan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan. Pelanggaran terhadap aturan hukum perdata baru dapat diambil tindakan oleh pengadilan setelah ada pengaduan oleh pihak berkepentingan yang merasa dirugikan (disebut: penggugat) Pelanggaran terhadap hukum perdata diambil diambil tindakan oleh pengadilan setelah adanya pengaduan dari pihak yang merasa

dirugikan. Pihak yang mengadu tersebut menjadi penggugat dalam perkara tersebut.

D. Aktivitas Pembelajaran

Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―Analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan‖, Anda perlu melakukan aktivitas pembelajaran sebagai berikut:

Analisis Sanksi Hukum Yang Berlaku

Dalam Perwujudan Kedamaian dan Keadilan

Kegiatan Deskripsi Aktivitas Kegiatan Alokasi

Waktu Pendahuluan a. Narasumber atau instruktur

memngkondisikan peserta diklat untuk siap menerima materi sajian serta memberi motivasi para peserta diklat

b. Melakukan penjajakan melalui tanya jawab sekitar Analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan c. Menampilkan contoh-contoh kasus hukum pidana dan perdata yang ada dalam lembaga peradilan di Indonesia

d. Menyampaikan tujuan dan garis besar materi pelatihan yang akan dicapai.

15 menit

Kegiatan Inti 1. Membagi peserta diklat menjadi 2 kelompok

2. Tiap kelompokbmenjawab serta membahas permasalahan yang telah diberikan instruktur atau nara sumber sebelumnya yang di tulis didalam modul 3. Tiap kelompok merumuskan hasil diskusi

yang didapatkan dari masing-masing anggota kelompok

90 menit

151 4. Tiapa kelompok mencari informasi, data,

sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang dimajukan.

5. Tiap kelompok berdiskusi, curah pendapat untuk menemukan jawaban dari pertanyaan.

6. Bila sudah selesai tiap kelompok harus mempresentasikan hasil dari diskusi yang telah mereka hasilkan

7. Kelompok lain mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah di bacakan oleh kelompok penyaji

8. Masing-masing kelompok berembuk mencari pertanyan yang akan di tanyakan kepada kelopok penyaji

9. Setelah mendapatkan pertanyaan dari kelompok lain, kelompok penyaji mencari jawaban dalam kelompok dan membacakan hasil jawaban dari kelompokkepada kelompok penanya. 10. Kelompok lain boleh memberikan

masukan serta sanggahan terhadap jawaban kelompok penyaji.

11. Semua kelompok bergiliran untuk melakukan hasil diskusi dari kelompok masing-masing

12. Narsumber mengamati, mencermati hasil presentasi perserta diklat bila diperlukan diberi kesempatan kelompok lain memberi komentar terhadap hasil presentasi kelompok lain.

e. Presentasi Hasil Kerja kelompok hasil kajian penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara

Nara sumber mengklarifikasi bila terjadi kesalahan konsep, prosedur, langkah-langkah dari hasil kerja

Penutup 1. Narasumber bersama peserta diklat membuat simpulan

2. Narasumber melakukan tes secara tertulis 3. Narasumber melakukan refleksi terhadap

kegiatan yang sudah dilakukan.

Memberi tugas tindak lanjut mengidentifikasi permasalahan Analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan. berdasarkan Kompetensi Dasar mapel ybs.

15 menit

Dalam dokumen R., S , 4 ( S M P I (Halaman 153-162)