• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 Indonesia terlihat naik, namun total kontribusi pasokan buah tropis terhadap pangsa pasar

dunia tidak lebih dari 1%. Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah losses selama pasca panen yang masih cukup besar sehingga maksimum hanya 20%-30% yang memenuhi standar ekspor.

Peningkatan daya saing buah mangga segar dapat dilakukan melalui peningkatan mutu khususnya pada penampakan mutu visual dan organoleptiknya serta mereduksi perkembangan penyakit pasca panen, karena penyakit pasca panen inilah yang menjadi penyebab penolakan Jepang pada buah mangga produksi Indonesia. Manajemen rantai pendinginan yang efektif sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit pasca panen (Lizada, 1993 dalam Prusky et al., 2009). Pendinginan yang tidak tepat atau fluktuasi suhu simpan selama pendistribusian dapat meningkatkan perkembangan mikroba yang menyebabkan kebusukan (Prusky et al., 2009).

Beberapa hal terkait dengan persyaratan mutu, sertifikasi dan ketersediaan produk sering menjadi hambatan bagi para pelaku ekspor, padahal Indonesia memiliki potensi volume dan jenis produksi buah-buahan yang lebih besar dibandingkan negara-negara eksportir lain. Oleh sebab itu, di samping harus terus dilakukan perbaikan manajemen produksi pada sisi on- farm menuju sertifikasi yang bisa diterima global, maka penelitian pada sisi off-farm khususnya perbaikan sistem penanganan pasca panen sudah sangat mendesak untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu, daya saing dan nilai tambah produk, terutama untuk pasar global yang memiliki persyaratan yang sangat ketat.

Berdasarkan dari penelusuran aplikasi teknologi yang dilakukan, pengkombinasian aplikasi hot water treatment (HWT) dan CaCl2 pada buah mangga varietas gedong gincu belum banyak dilakukan, begitu pula penggunaan CaCl2. Padahal, masing-masing teknologi terapan tersebut secara terpisah telah terbukti secara signifikan dapat mengatasi permasalahan penyakit pasca panen pada buah-buahan untuk aplikasi HWT dan meningkatkan mutu untuk aplikasi pelarutan ke dalam CaCl2. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini yang mengkombinasikan antara perlakuan HWT dengan perendaman pada CaCl2 pada buah mangga gedong gincu yang menjadi primadona ekspor buah-buahan tropis Indonesia.

1.2 Tujuan

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas buah tropika yang dimulai saat penanganan pasca panen pada rantai pasok melalui teknologi terapan hot water treatment dan penggunaan larutan CaCl2.

Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pengaruh hot water treatment (HWT), penggunaan larutan CaCl2 dan kombinasinya terhadap mutu mangga gedong gincu selama penyimpanan.

2. Mengetahui kombinasi HWT dan CaCl2 yang memberikan penurunan mutu minimal terhadap mangga gedong gincu selama penyimpanan.

3. Mengamati tingkat penerimaan panelis terhadap perubahan mutu mangga gedong gincu hasil perlakuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mangga Gedong Gincu

Tanaman mangga memiliki kelompok keluarga yang sama dengan jambu monyet dan kedondong. Beberapa peneliti terdahulu telah menemukan 62 spesies dari keluarga Anacardieceae yang berasal dari Asia Tenggara dan 16 spesies diantaranya merupakan buah yang dapat dikonsumsi. Tetapi hanya spesies Mangifera caesia, Jack., Mangifera foetida, Lour., Mangifera odorata, Griff., dan Mangifera indica, L. yang biasa dikonsumsi. Di antara keempatnya, spesies Mangifera indica, L. adalah yang memiliki jenis paling banyak dan salah satunya adalah mangga gedong gincu. Berikut merupakan ringkasan klasifikasi mangga: Famili : Anacardiaceae

Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera indica L.

Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 meter. Berdasarkan SK.Mentan.No.28/Kpts/TP.240/1/1995 dalam Broto (2003), mangga varietas gedong dapat dideskripsikan bahwa tanaman varietas ini memiliki bentuk pohon tegak dengan ketinggian 9-15 meter. Kusumo et al. (1975) dalam Broto (2003) memilihkan bentuk tajuk pohon mangga menjadi lima macam, yakni bulat, jorong ke atas, jorong ke samping, piramida lancip dan piramida tumpul. Menurut hasil kajian Kusumo, bentuk tajuk pohon mangga yang paling banyak adalah yang berbentuk bulat seperti yang dimiliki oleh pohon mangga arumanis, kencono, cengkir, gedong, golek, manalagi, kweni, budidaya dan buaya. Pohon-pohon ini memiliki tajuk berbentuk bulat dengan diameter tajuk sebesar 7.3-14.5 m. Daun mangga terletak di sepanjang ranting, bergantian dan jaraknya tidak teratur, serta memiliki tangkai dengan bentuk jorong meruncing, kaku pada kedua permukaannya halus, bagian atas berwarna hijau kekuningan.

Buah mangga termasuk kelompok buah batu (drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya. Bentuk buah mangga gedong adalah bulat dengan pangkal buah agak datar dan sedikit berlekuk serta tangkai buah yang kuat terletak pada bagian tengah buah dengan bobot buah matang berkisar antara 200-240 g per buah dan berukuran 5-6 x 3 x 2-3 cm (Broto, 2003).

Daya tarik pertama mangga gedong gincu ini terlihat dari warna buahnya yang kuning kemerahan (gincu) jika sudah matang yang akan muncul ketika umur buah sudah mencapai 90- 100 hari setelah bunga mekar dan warna merah ini akan muncul pertama di bagian pangkal buah jika buah mangga gedong tetap dibiarkan tumbuh di pohonnya. Jadi jika buah mangga gedong dipetik sebelum warna gincunya muncul maka buah ini akan tetap menjadi buah mangga gedong, bukan buah mangga gedong gincu. Daya tarik lainnya dari buah berwarna gincu ini terletak pada bagian aroma dan rasanya yang manis sekaligus sedikit asam. Mangga gedong gincu memiliki daging buah yang tebal, berserat halus, berair banyak serta agak keras. Permukaan kulit buah mangga gedong gincu berbintik putih kehijauan dan berlilin serta agak tebal sehingga dapat disimpan beberapa hari dan dikenal tahan dalam proses pengangkutan. Tampilan fisik buah mangga gedong gincu dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2 di bawah ini.

4

Dokumen terkait