• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Inferiority

1. Pengertian Inferiority

Perasaan inferior dan kompensasi pertama kali dipelajari oleh Alfred Adler pada kecacatan jasmani dan kompensasi. Menurut Alfred Adler dalam bukunya Study of Organ Inferiority and Its Physical Compensation (1907), mendeskripsikannya sebagai proses dari kompensasi atas ketidakmampuan atau keterbatasan fisik seseorang. Tergantung pada sikap yang diambil atas kekurangan fisiknya, kompensasi atas ketidakmampuan atau keterbatasan tersebut bisa saja memuaskan atau tidak. Dari studinya pada kecacatan jasmani dan kompensasinya, Adler mulai melihat bahwa setiap individu

9

40

sebagai seseorang yang memiliki perasaan inferior baik dia sadari maupun tidak10.

Dalam pandangan Adler, orang-orang pada dasarnya didorong oleh

kompleks inferioritas, bukan insting sexsual seperti yang dikemukakan oleh

Freud. Pada beberapa orang, perasaan-perasaan inferioritas ini disebabkan oleh masalah - masalah fisik dan ada kebutuhan untuk mengkompenisasikannya. Akan tetapi, semua dari kita- karena pada masa kanak-kanak ukuran tubuh kita kecil dan tidak berdaya terhadap orang dewasa- mengalami perasaan inferioritas.11

Kompleks Inferioritas muncul dari suatu inferioritas organic, dari suatu bentuk pendidikan yang menindas, atau dari suatu pendidikan yang terabaikan. Adler mempelajari secara khusus inferioritas ( kekurangan) organic dengan memperlihatkan bahwa hal tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap psikis. Pengaruhnya bisa positif (kompensasi) atau negative (komplek neurotisme)12.

Inferioritas psikologis yaitu perasaan – perasaan inferioritas yang bersumber pada rasa tidak lengkap atau tidak sempurna dalam setiap bidang

10

https://intansahara.wordpress.com/2012/07/27/inferiority-complex-syndrome- sebagai-salah-satu-penyebab-penyakit-sosial (Diakses pada tanggal 13 Agustus 2106)

11

Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud,

(Yogyakarta :Kanisius 2006) hal. 18-19.

12

41

kehidupan. Contoh : anak yang dimotivasikan oleh perasaan inferior akan berjuang untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi13.

Inferioritas adalah keraguan terhadap diri sendiri tentang siapa dan apa yang dapat kita lakukan. Hal ini menyebabkan orang menarik diri dan bahkan mengisolasi diri dari orang lain. Seseorang yang menderita hal ini akan mendapati bahwa mereka tidak dapat memimpin orang lain dengan efektif14.

Jadi inferiority adalah suatu bentuk sikap, emosi keadaan diri yang menganggap lemah diri sendiri, menganggap diri orang lain lebih baik dari dirinya hingga timbul perasaan takut untuk menjadi diri sendiri dan melangkah lebih maju.

b. Faktor-faktor penyebab Inferiority

Bila keraguan yang serius dan terus menerus tentang diri sendiri, bila rasa ketidakmampuan tak kunjung henti dan merembes ke seluruh hidup, kita

menyebut keadaan itu dengan “penyakit” rendah diri ( inferiority complex). Istilah itu dipergunakan untuk menyebut konsep diri yang rendah. Orang

yang menderita “penyakit” rendah diri bersikap amat negatif, tidak menyukai diri sendiri dan pesimis tentang kemungkinan untuk menjadi manusia yang diidamkan15.

13

Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Di Dunia (Jakarta: Grasindo

2014) hal.7.

14

Susilo, Kepemimpinan Sulaiman bagi Para Usahawan, ( Yogyakarta :

Indonesia cerdas 2006), hal 162.

15

42

Berikut sebab-sebab timbulnya perasaan Inferiority pada individu: 1). Faktor Intern, yaitu penyebab yang berasal dari diri sendiri, seperti cacat tubuh, kelemahan menguasai bidang studi, dan susah berkomunikasi.

2). Faktor Ekstern, yaitu penyebab yang berasal dari luar, seperti ekonomi, orang tua lemah (tidak mampu), orang tua yang bercerai dan keluarga yang sering bertengkar16.

Selain itu, berikut analisis mengenai penyebab inferiority : 1). Penyebab dari dalam diri

(a). Kurang terpenuhinya kebutuhan kasih sayang (b). Kurang dihargai dan diterima

(c). Rasa tidak puas terhadap dirinya (d). Sifat labil

(e). Konsep diri rendah dan negative (f). Merasa dirinya kurang bermakna 2). Penyebab dari luar diri

(a). Orang tua kurang memahami kejiwaan anaknya (b). Teman sebaya / pergaulan yang berperilaku negative

(c). Orang dewasa / guru belum optimal dalam mendidik17.

16

Rudi Mulyatiningsih, Bimbingan Pribadi-Sosial, Belajar, dan Karier, (Jakarta

: Grasindo, 2004), hal. 38.

17

Yuri Megaton dkk, Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan

43

b. Indikasi perilaku inferiority Seorang yang mengalami 1). Suka menyendiri

2). Terlalu berhati-hati ketika berhadapan dengan orang lain sehingga terlihat kaku

3). Pergerakannya agak terbatas, seolah olah sedar yang dirinya memang mempunyai banyak kekurangan

4). Merasa curiga terhadap orang lain

5). Tidak percaya bahwa dirinya mempunyai kelebihan 6). Sering menolak apabila diajak ke tempat yang ramai 7). Beranggapan bahwa orang lainlah yang harus berubah

8). Menolak tanggung jawab hidup untuk mengubah diri menjadi lebih baik18.

c. Upaya mengubah Inferiority menjadi percaya diri (self confident )

Inferiority apabila terus dipupuk akan menjadi suatu penyakit yang akan

membunuh diri kita sendiri. Bila inferiority tidak kita proyeksikan ke dalam bentuk perbuatan yang positif maka akan menjadi boomerang bagi diri kita. Berikut upaya mengubah inferiority menjadi percaya diri :

1). Mintalah perlindungan Allah SWT dari godaan setan yang berupaya membuat manusia was-was

2). Yakinlah bahwa Allah SWT tidak akan memberikan beban kepada hambaNya kecuali menurut kadar kesanggupan atau kapasitasnya

18

http://alamsetiabakti.blogspot.com/2009/09/inferiority-complek.html?m=1 (diakses pada tanggal 14 Agustus 2016)

44

3). Senantiasa berprasangka baik kepada Allah SWT terhadap kejadian apapun yang dialami

4). Jangan menganggap setiap kendala sebagai ancaman, namun lihatlah sebagai peluang yang menantang

5). Berusaha menjadi diri sendiri, karena meniru-niru orang lain akan membuat diri anda merasa tidak nyaman

6). Jangan pernah berada dalam baying-bayang kesuksesan orang lain, karena sampai kapanpun bayangan tidak akan lebih baik dari benda aslinya

7). Ingatlah berbagai prestasi anda di masa lalu dan jangan dihantui oleh dihantui oleh mimpi buruk tentang masa depan

8). Terus tanamkan sikap penuh pengharapan (raja’) terhadap kebaikan- kebaikan Allah SWT dalam hati kita

9). Hindari sejauh mungkin perasaan takut (khauf) yang berlebihan terhadap orang-orang dan lingkungan di sekitar anda, seperti takut tidak diterima dalam pergaulan atau takut dilecehkan oleh lingkungan baru19.

Dokumen terkait