• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

4. Infertilitas

Pengertian infertilitas sangat beragam, namun tetap dengan maksud yang sama. Menurut Sumapraja (2007), Pasangan infertil

commit to user

adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum hamil. Infertilitas yaitu pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil (Manuaba, 1998). Infertilitas atau ketidaksuburan juga didefinisikan sebagai suatu keadaan pasangan yang sudah menikah lebih dari satu setengah tahun tanpa kontrasepsi dan tidak mendapatkan anak/hamil padahal rutin melakukan hubungan seksual tiga kali seminggu (BKKBN, 2006). Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil. Infertilitas sekunder bila istri pernah hamil meskipun akhirnya terjadi keguguran (abortus) (Siswandi, 2006). b. Faktor Penyebab

1) Pihak Suami, disebabkan oleh:

a) Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal: aspermia, hypospermia, necrospermia.

b) Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatio precox,

penutupan ductus deferens, hypospadia, phymosis.

Infertilitas yang disebabkan oleh pria sekitar 35-40 %. 2) Pihak Istri,

a) Usia perempuan

Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi fertilitas adalah usia si perempuan (Gambar 2). Fertilitas cukup stabil hingga seorang perempuan mencapai usia 35

commit to user

tahun. Sesudah itu, terjadi penurunan fertilitas secara bertahap. Saat menginjak usia 40 tahun, fertilitas menurun drastis.

Beberapa hal yang terjadi pada perempuan seiring bertambah usianya:

· Semakin sedikit jumlah sel telur yang dihasilkan, hingga sama sekali nol produksi.

· Kualitas sel telur dalam ovaruim menurun.

· Kemampuan telur untuk dibuahi menurun, sehingga memperkecil peluang terjadinya pembuahan. Hal ini kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya infeksi panggul, rahim fibroid atau polip.

· Perubahan hormon yang menyebabkan sulit terjadinya

untuk ovulasi.

· Meningkatnya kemungkinan keguguran pada

Gambar 2.2 Grafik Hubungan antara Faktor Umur dalam Mempengaruhi Fertilitas

commit to user b)

kehamilan.

· Kondisi kesehatan secara umum juga menurun.

Tekanan darah tinggi dan diabetes mempengaruhi kemampuan berhasil hamil, selama masa kehamilan, atau untuk mendapatkan status kehamilan yang sehat. Lama waktu mencoba mengandung

Fakta menunjukkan, secara normal, perempuan sehat (di bawah 30 tahun) yang melakukan hubungan badan secara teratur, hanya memiliki peluang gagal 20 hingga 40 persen selama siklus tertentu.

Kenyataannya, menurut data National Center for Health Statistics, AS (Tabel 2.2), peluang untuk hamil sebenarnya cukup besar jika melihat dalam rentang waktu satu tahun hubungan badan tanpa pelindung.

Tabel 2.2 Peluang Hamil Setelah Tahun Pertama

Umur Peluang untuk

hamil setelah tahun pertama

< 25 tahun 96%

25 – 34 86%

35 – 44 78%

c) Masalah Medis

Penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar sampai dengan indung telur. Infertilitas yang

commit to user

disebabkan oleh pihak istri sekitar 40-50 %, sedangkan penyebab yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %.

(1) Gangguan ovulasi, misal: gangguan ovarium dan hormonal.

(2) Gangguan ovarium, dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian otak (hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon reproduksi seperti FSH dan LH.

(3) Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan tuba, endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan rahim. (4) Kelainan tuba, disebabkan adanya penyempitan,

perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba. (5) Kelainan rahim, diakibatkan kelainan bawaan rahim,

bentuknya yang tidak normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40% pasien dengan endometriosis adalah infertil. Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium dan peritoneum.

commit to user

c. Pemeriksaan Infertilitas

1) Syarat-Syarat Pemeriksaan

Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun

syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah

(Sumapraja, 2007):

a) Istri usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak selama 12 bulan.

b) Istri usia 31-35 tahun langsung diperiksa pertama kali datang.

c) Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan ini.

d) Pemeriksaan tidak dilakukan pada pasangan mengidap

penyakit.

2) Langkah Pemeriksaan

Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :

a) Pemeriksaan Umum

(1) Anamnesis, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan khusus.

commit to user

Lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.

Anamnesis khusus

Istri: usia saat menarche, keteraturan haid, lama

terjadi perdarahan/haid, nyeri haid, keputihan

abnormal, riwayat contact bleeding, riwayat operasi

organ reproduksi, kontrasepsi, abortus, infeksi

genitalia.

Suami: gangguan fungsi ereksi, riwayat penyakit menular seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil.

(2) Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).

(3) Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah. (4) Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini

commit to user b) Pemeriksaan Khusus

(1) Faktor Perempuan

(a) Pemeriksaan Ovulasi

Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan diantaranya :

(i) Pemeriksaan suhu basal: Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi dipengaruhi oleh hormon progesteron.

(ii) Pemeriksaan vaginal smear: Pengaruh

progesteron terhadap sitologi pada sel-sel superfisial.

(iii)Pemeriksaan lendir serviks: hormon

progesteron menyebabkan perubahan lendir menjadi kental.

(iv) Pemeriksaan endometrium.

(v) Pemeriksaan endometrium: Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.

Gangguan ovulasi disebabkan:

(i) Faktor susunan saraf pusat: misal tumor, disfungsi, hypothalamus, psikogen.

(ii) Faktor intermediate: misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.

commit to user

(iii)Faktor ovarial: misal tumor, disfungsi, turner syndrome.

Terapi: Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan memberikan

pil oral yang mengandung estrogen dan

progesteron, substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan pada perempuan anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Pemberian Human Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk perempuan

yang tidak mampu menghasilkan hormon

gonadotropin endogen yang adekuat. (b) Pemeriksaan Lendir Serviks

Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah :

(i) Kentalnya lendir serviks: Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah lendir yang cair.

(ii) pH lendir serviks: pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis.

commit to user

(iv) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat

membunuh spermatozoa.

Baik tidaknya lendir serviks diperiksa dengan: (i) Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan

sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini menandakan bahwa: teknik coitus baik, lendir cerviks normal, estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.

(ii) Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.

Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon estrogen ataupun antibiotika bila terdapat infeksi.

(c) Pemeriksaan Tuba

Untuk mengetahui potensi tuba dapat

dilakukan:

(i) Pertubasi (insuflasi= rubin test): pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.

(ii) Hysterosalpingografi: pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.

commit to user

(iii)Koldoskopi: cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan ovarium.

(iv) Laparoskopi: cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.

(d) Pemeriksaan Endometrium

Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase. Jika pada

stadium sekresi tidak ditemukan, maka:

endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang. Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi infeksi.

(2) Faktor Pria

Pemeriksaan Sperma

Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah

spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.

(a) Ejakulat normal: volume 2-5 cc, jumlah

commit to user

masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk abnormal 25%.

(b) Spermatozoa pria fertil: > 60 juta per cc, subfertil: 20-60 juta per cc, steril: < 20 juta per cc.

Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens).

Dokumen terkait