• Tidak ada hasil yang ditemukan

inflasi dimaksud didorong oleh semakin dekatnya waktu Ramadhan yang berawal pada tanggal 29 Juni 2014, masa kampanye Pemilu Presiden,

persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) II 2014, dan persiapan bulan

Ramadhan. Sedangkan kenaikan harga yang khusus dipicu atas kebijakan

pemerintah antara lain adanya, peraturan pajak rokok daerah berdasarkan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, dan kenaikan Tarif Dasar Listrik untuk industri menengah go-public

dan industri besar.

BAB 3 INFLASI DAERAH

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa

1

Inflasi Provinsi Sulbar pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 6,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,24% (yoy).Kenaikan inflasi didorong oleh meningkatnya harga komoditas pada kelompok bahan makanan, seperti daging, telur, susu, dan bumbu-bumbuan. Hal ini dipicu karena semakin dekatnya waktu Ramadhan yang jatuh pada tanggal 29 Juni 2014. Selain itu, tekanan inflasi juga disebabkan oleh inflasi pada kelompok makanan jadi, perumahan dan kesehatan. Secara berurutan, inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan (15,41%, yoy), kelompok transport (9,62%, yoy), kelompok makanan jadi (8,02%, yoy), kelompok perumahan (6,51%, yoy), kelompok bahan makanan (3,93%, yoy), kelompok sandang (3,61%, yoy), dan kelompok pendidikan (3,56%, yoy).Secara keseluruhan, inflasi tahunan Sulbar sedikit lebih rendah dibandingkan denganinflasi tahunan nasional yang pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 6,70% (yoy) (Grafik 3.1).

Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa KETERANGAN

2011 2012 2013 2014

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Bahan Makanan 14.18 12.77 8.02 2.05 -0.31 -1.47 1.46 3.34 8.52 6.54 6.78 5.65 1.09 3.93 Makanan Jadi 1.71 3.47 5.43 6.61 6.09 6.57 5.38 4.40 3.27 4.31 5.06 5.98 9.31 8.02 Perumahan 5.41 6.28 7.01 9.30 7.75 6.74 5.56 3.06 2.53 2.88 4.72 5.03 5.82 6.51 Sandang 3.07 2.64 10.61 7.98 9.02 8.05 3.68 5.18 3.65 3.54 2.97 0.85 2.79 3.61 Kesehatan 3.44 4.18 4.39 3.35 4.33 4.22 4.45 2.45 1.52 1.28 4.99 7.00 14.49 15.41 Pendidikan 6.35 7.22 10.97 4.12 3.34 2.46 5.06 6.21 6.88 7.01 4.17 4.25 3.38 3.56 Transport -0.03 0.20 -0.30 1.16 0.90 0.92 0.67 0.88 0.45 2.89 8.73 10.06 11.81 9.62 UMUM/TOTAL 5.92 6.18 6.05 4.91 3.81 3.24 3.70 3.28 4.19 4.30 5.86 5.91 6.24 6.65

Sumber: Badan Pusat Statistik

Mulai Januari 2014, metode perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berubah. Aspek yang mengalami perubahan antara lain adalah jumlah kabupaten/kota yang disurvei, jumlah komoditas dalam keranjang perhitungan inflasi, serta tahun dasar nilai konsumsi (NK) yang digunakan. Meski demikian, jumlah kabupaten/kota survei perhitungan inflasi di Sulbar masih tetap sama yaitu sebanyak 1 (satu) kota, yaitu Mamuju.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Barat

3.1.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 3,93% (yoy). Laju inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,09%. Kelompok Bahan Makanan merupakan penyumbang kenaikan inflasi triwulan laporan terbesar terhadap inflasi Sulbar secara keseluruhan. Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh semakin dekatnya waktu Ramadhan yang jatuh pada tanggal 29 Juni 2014.

Kenaikan inflasitersebut terjadi pada sub kelompok daging, ikan, telur, susu, dan bumbu-bumbuan. Kendati demikian, harga kelompok bumbu-bumbuan secara tahunan masih mengalami penurunan (deflasi) sebesar -12.71% (Grafik 1.2).

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 25 Tabel 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

SUB KELOMPOK

y.o.y (%)

I-2014 II-2014

Padi-padian 4.74 4.55

Daging & Hasilnya -4.89 4.09

Ikan Segar 11.08 10.11

Ikan Diawetkan 7.03 7.03

Telur, Susu & Hslnya 5.56 7.87

Sayur-sayuran 2.81 0.59

Kacang-kacangan 9.92 6.34

Buah-buahan 5.88 6.61

Bumbu-bumbuan -30.81 -12.71

Lemak & Minyak -3.95 -1.20

Bahan Makan Lainnya 1.65 1.77

Inflasi Kelompok 1.09 3.93

Sumber: BPS

Grafik 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

3.1.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Kelompok Makanan Jadi – Minuman – Rokok -Tembakau tercatat mengalami inflasi sebesar 8,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,31% (yoy). Meskipun secara tahunan terjadi penurunan laju inflasi, secara triwulanan Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau masih mengalami kenaikan harga dengan inflasi sebesar 1.25% (qtq), dengan tingkat inflasi terbesar pada sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol, yaitu sebesar 1.99% (qtq). Kenaikan hargakelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol disebabkan oleh dampak lanjutan dari penerapan peraturan pajak rokok daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai Januari 2014. Di samping itu, masa kampanye pemilu Presiden dan semakin dekatnya waktu Ramadhan juga diperkirakan menjadi pemicu naiknya harga karena tingginya permintaan akan komoditas tersebut.

Tabel 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

SUB KELOMPOK y.o.y (%) q.t.q (%)

I-2014 II-2014 II-2014

Makanan Jadi 9.59 8.78 0.99

Minuman Tdk Beralkohol 4.69 3.60 1.00

Tembakau & Min. Beralkohol 12.54 10.02 1.99

Inflasi Kelompok 9.31 8.02 1.25

Sumber: BPS

Grafik 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

3.1.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Kelompok Perumahan – Air – Listrik - Gas-Bahan Bakar pada triwulan I-2014 mencatat inflasi sebesar 6,51% (yoy), lebih tinggi dariperiode sebelumnya 5,82% (yoy). Inflasi kelompok perumahan pada triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama karena adanya tekanan inflasi pada sub kelompok tempat tinggal. Meningkatnya inflasi pada sub kelompok perumahan disebabkan oleh kenaikan harga bahan bangunan, seperti semen dan batu bata. Kenaikan harga semen merupakan dampak dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk sektor industri menengah go-public dan industri besar yang berlaku mulai 1 Mei 2014.

BAB 3 INFLASI DAERAH

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

I-2014 II-2014

Biaya Tempat Tinggal 4.92 6.70

Bhn Bkr, Penerangan & Air 9.02 6.84

Perlengkapan Rumah Tangga 6.49 5.52

Penyelenggaraan RT 4.10 5.34

Inflasi Kelompok 5.82 6.51

Sumber: BPS

Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan

3.1.4 Kelompok Sandang

Kelompok Sandang pada periode laporan mencatat inflasi sebesar 3,61% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,79% (yoy). Meningkatnya laju inflasi kelompok ini terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan terutama terkait dengan Pemilu Presiden. Masa kampanye pemilu berdampak pada meningkatnya permintaan untuk komoditas sandang tersebut. Di samping itu, emas pada triwulan laporan masih befluktuasi dengan harga cukup tinggi sejak Januari 2014.

Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Sandang

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

I-2014 II-2014

Sandang Laki-laki 2.15 1.89

Sandang Wanita 3.81 3.75

Sandang Anak-anak 2.70 3.72

Brg Pribadi & Sandang Lainnya 2.28 6.02

Inflasi Kelompok 2.79 3.61

Sumber: BPS

Grafik 3.5. Inflasi Kelompok Sandang

3.1.5 Kelompok Kesehatan

Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan mencatat peningkatan inflasi tahunan dari sebesar 14,49% (yoy) menjadi 15,41% (yoy) pada triwulan laporan. Naiknya laju inflasi kelompok ini terutama karena kenaikan inflasi sub kelompokobat-obatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani dan kosmetika.

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar, berdampak pada kenaikan biaya produksi obat di dalam negeri karena masih sangat tergantung dengan bahan baku dari luar negeri. Kenaikan harga obat ini membuat Rumah Sakit (RS) menaikan tarif jasa layanannya, yang kemudian diperhitungkan kedalam biaya operasional RS.

Tabel 3.6. Inflasi Kelompok Kesehatan

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

I-2014 II-2014

Jasa Kesehatan 31.06 31.06

Obat-obatan 7.21 8.56

Jasa Perawatan Jasmani 17.45 17.63

Perawatan Jasmani & Kosmetika 6.20 7.63

Inflasi Kelompok 14.49 15.41

Sumber: BPS

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 27

3.1.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok Pendidikan – Rekreasi - Olahraga mengalami sedikit kenaikan laju inflasi dibandingkan triwulan I-2014, yaitu dari 3,38% (yoy) menjadi 3,56% (yoy). Kenaikan terutama pada subkelompok rekreasi dan sub kelompokolahraga. Kenaikan inflasi pada sub kelompok rekreasi didorong oleh kenaikan harga bahan makanan, liburan sekolah, dan kegiatan masyarakat menyambut bulan puasa Ramadhan. Sementara itu, kenaikan inflasi pada sub kelompok olahraga didorong oleh adanya persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) II 2014 se-Sulawesi Barat dipusatkan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), yang seyogyanya akan diselenggarakan pada 10 - 20 November 2014.

Tabel 3.7. Inflasi Kelompok Pendidikan

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

I-2014 II-2014 Jasa Pendidikan 4.27 4.27 Kursus-kursus/Pelatihan 2.46 2.46 Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 1.99 0.76 Rekreasi 2.59 3.87 Olahraga 4.47 6.11 Inflasi Kelompok 3.38 3.56

Sumber: BPS Grafik 3.7. Inflasi Kelompok Pendidikan

3.1.7 Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan tercatat mengalami inflasi sebesar 9,62% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,81% (yoy). Kendati demikian, secara triwulanan kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangantercatat mengalami inflasi sebesar 0.56% (qtq), inflasi ini terutama disebabkan oleh kelompok transport yang mengalami inflasi sebesar 0.73% (qtq). Hal ini disebabkan oleh dampak lanjutan kenaikan tarif angkutan udara pada triwulan I dan dampak kenaikan permintaan transportasi menjelang ramadhan dan idul fitri.

Tabel 3.8. Inflasi Kelompok Transpor

SUB KELOMPOK y.o.y (%) q.t.q (%)

I-2014 II-2014 II-2014

Transport 16.08 12.74 0.73

Komunikasi & Pengiriman 1.78 1.83 0.06

Sarana & Penunjang Transpor 4.57 4.70 0.40

Jasa Keuangan 0.00 0.00 0.00

Inflasi Kelompok 11.81 9.62 0.56

Sumber: BPS

Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Transport

3.2. Disagregasi Inflasi

2

Bila dilihat dari disagregasinya, peningkatan inflasi pada triwulan II-2014 didorong oleh kenaikan pada komponen inflasi inti, volatile food dan administered. Pada triwulan II-2014 kelompok inflasi core meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama terjadi pada kelompok perumahan, sandang, kesehatan, dan transportasiakibat dampak kenaikan tarif dasar listrik, tingginya permintaan karena masa kampanye pemilu, persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) II, dan semakin dekatnya waktu Ramadhan. Sementara itu, inflasi volatile foodmeningkat terutama terjadi pada kelompok

2

Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered price). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

BAB 3 INFLASI DAERAH

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

bahan makanan akibat semakin dekatnya waktu Ramadhan, dan kelompok administered meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya akibat kebijakan pemerintah terkait tarif dasar listrik, pajak rokok daerah, dan tambahan biaya (surcharge) akibat kenaikan biaya avtur.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 29

4. SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Bab 4