• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlambatan kinerja perbankan juga tercermin pada kinerja sistem pembayaran, salah satunya terefleksi dari transaksi RTGS.Walaupun volume

transaksi RTGS meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring

masa puasa dan Lebaran, nominal transaksi RTGS justru mengalami

penurunan.

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

4.1. Kondisi Umum Perbankan

3

4.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan II 2014, jumlah bank umum di Sulbar relatif tidak berubah dari triwulan sebelumnya yaitu sebanyak 14 bank. Dari jumlah tersebut, 12 diantaranya merupakan bank konvensional sedangkan sisanya merupakan bank syariah. Kemudian, jumlah BPR juga tercatat masih tetap sama seperti periode sebelumnya yaitu sebanyak 3 (tiga) BPR. Sementara itu, jumlah jaringan kantor bank di Sulbar hingga periode laporan tercatat sebanyak 81 kantor (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR

4.1.2 Aset Perbankan

Total aset bank umum Sulbar pada triwulan II 2014 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan tercatat tumbuh sebesar 10,43% (yoy) atau menjadi Rp4,55 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 14,44% (yoy) (Tabel 4.2). Melambatnya pertumbuhan aset perbankan disebabkan didorong oleh perlambatan pertumbuhan aset bank pemerintah serta bank swasta nasional. Aset bank pemerintah tercatat tumbuh melambat 9,76% (yoy) menjadi Rp4,07 triliun setelah sebelumnya tumbuh sebesar 12,98% (yoy). Aset bank swasta juga tumbuh melambat dari 27,40% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 16,44% (yoy) dengan total aset sebesar Rp0,49 triliun.

Tabel 4.2. Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank

4.1.3 Intermediasi Perbankan

Pada triwulan II 2014 penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami kenaikan pertumbuhan sedangkan kredit mengalami perlambatan pertumbuhan. Kenaikan jenis simpanan deposito menjadi salah satu penyebab kenaikan kinerja DPK dengan angka pertumbuhan tercatat sebesar 55,78% (yoy) di triwulan II 2014 setelah sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -2,21% (yoy). Selain itu, kenaikan DPK juga disebabkan karena jenis simpanan tabungan mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 14,88% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh sebesar 13,22% (yoy) pada triwulan I 2014. Di sisi lain, simpanan jenis giro mengalami perlambatan di tengah kenaikan pertumbuhan simpanan jenis yang lain. Giro tumbuh sebesar 1,75% (yoy) pada triwulan II 2014 setelah tumbuh sebesar 3,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Tabel 4.3). Selanjutnya, DPK secara total tumbuh sebesar 13,47% (yoy) menjadi Rp3,04 triliun, atau tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 9,10% (yoy).

3

Dimulai dengan publikasi pada triwulan I 2014, asesmen perkembangan indikator perbankan menggunakan data lokasi bank untuk kredit yang disalurkan serta menggunakan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun

I II III IV I II III IV I II

Bank Umum (Konv. + Syariah) 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14

Konvensional 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12

Syariah 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Jumlah Kantor* 70 74 74 75 76 76 76 81 81 81

BPR 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

*) Termasuk Kanwil, KP, KC, KCP, BRI Unit, KK, KF

RINCIAN 2012 2013 2014

I II III IV I II I II III IV I II

Total Aset 24.94 21.27 24.07 15.79 14.44 10.43 3,860 4,122 4,440 4,291 4,417 4,552

Bank Pemerintah 24.97 21.27 23.11 13.74 12.98 9.76 3,471 3,704 3,980 3,796 3,922 4,065 Bank Swasta Nasional 24.62 21.28 33.05 34.43 27.40 16.44 389 418 460 495 495 487

Aset Menurut Kelompok Bank

Nominal (Rp Miliar)

2013 2014 2013 2014

BAB 5 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 31 Dalam aspek penyaluran kredit, perlambatan berlanjut akibat koreksi pertumbuhan kredit investasi pada triwulan II 2014.Kredit investasi tercatat turun sebesar -8,21% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya mencatat angka pertumbuhan sebesar 36,14% pada triwulan I 2014. Kredit modal kerja dan konsumsi menahan perlambatan yang terjadi karena berhasil tumbuh menguat pada triwulan II 2014 yaitu masing-masing menjadi 14,02% (yoy) dan 17,87% (yoy).Adapun total kredit secara keseluruhan tumbuh sebesar 13,60% (yoy) menjadi Rp4,12 triliun setelah pada triwulan I 2014 tumbuh sebesar 14,87% (yoy). Dengan perkembangan yang demikian, LDR perbankan tercatat mengalami penurunan dari 142,17% menjadi 135,67% pada triwulan laporan seiring perlambatan yang dialami kredit (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum

Berdasarkan sektor ekonomi, perlambatan kredit antara lain disumbang oleh melambatnya kredit ke sektor perdagangan yang termasuk sektor utama. Selain itu,Perlambatan juga disumbang oleh terkoreksinya jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan, konstruksi, jasa dunia usaha, dan jasa sosial masyarakat pada triwulan II 2014 (Tabel 4.4).Sementara itu, jumlah kredit yang meningkat dari sektor listrik, gas, dan air, industri pengolahan, dan pengangkutan menahan perlambatan yang terjadi.Kinerja penyaluran kredit yang melambat masih diikuti kualitas kredit yang terjaga.Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) perbankan yang masih terjaga pada level aman (di bawah 5%), yaitu sebesar 4,59%. Angka ini tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,68% (Tabel 4.3).

Tabel 4.4. Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi

I II III IV I II I II III IV I II DPK 23.56 11.03 10.57 13.07 9.10 13.47 2,557 2,675 2,836 2,751 2,789 3,035 a. Giro 30.57 27.56 11.22 1.27 3.50 1.75 794 899 987 467 822 914 b. Tabungan 22.42 4.22 10.22 16.16 13.22 14.88 1,580 1,580 1,672 2,108 1,789 1,815 c. Deposito 7.18 4.09 10.17 12.08 (2.21) 55.78 182 196 177 176 178 306 Kredit 19.51 17.12 15.85 15.04 14.87 13.60 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 4,118 a. Modal Kerja 9.68 (11.00) 7.21 9.95 9.06 14.02 1,246 1,270 1,295 1,334 1,359 1,448 b. Investasi 16.13 49.87 43.31 38.83 36.14 (8.21) 313 407 409 416 426 373 c. Konsumsi 27.65 39.47 17.34 14.53 15.17 17.87 1,893 1,948 2,046 2,120 2,181 2,297 LDR (%) 135.03 135.52 132.27 140.67 142.17 135.67 NPLs Gross (%) 4.56 4.46 4.19 3.81 4.68 4.59 Komponen 2013 2013

Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp Miliar)

2014 2014 I II III IV I II I II III IV I II Kredit 19.51 17.12 15.85 15.04 14.87 13.60 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 4,118 Pertanian 26.74 33.20 23.15 29.29 35.09 14.21 169 196 205 217 229 224 Pertambangan 43.33 9.82 6.46 16.76 (11.16) (3.97) 2.2 2.0 2.0 2.2 2.0 1.9 Industri Pengolahan 44.82 (15.78) (14.59) (3.99) (9.36) 31.31 41 33 33 36 37 43 Listrik, Gas, Air 7.38 92.38 113.24 124.10 119.59 344.97 0.4 0.7 0.8 0.8 0.9 2.9 Konstruksi (19.63) (7.00) (8.19) 181.72 30.75 (5.36) 37 44 48 46 48 41 Perdagangan 18.79 (0.32) 18.26 20.23 18.75 7.88 1,078 1,241 1,236 1,268 1,280 1,338 Pengangkutan 88.22 7.58 14.50 (3.41) 6.38 59.94 7.1 5.6 6.2 7.0 7.5 9.0 Jasa Dunia Usaha 0.81 63.44 63.60 (14.93) 40.29 (8.86) 40 64 64 59 55 58 Jasa Sosial Masyarakat (23.36) (7.50) 40.29 66.13 47.64 (7.46) 85 91 109 114 125 84 Lain-lain 23.17 32.33 13.04 9.27 9.40 18.79 1,993 1,948 2,046 2,120 2,181 2,314

Komponen 2013 2013

Nominal (Rp Miliar) Pertumbuhan (%, yoy)

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

4.2. Stabilitas Sistem Keuangan

4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah

Di triwulan II 2014, penyaluran kredit korporasi di Sulbar didominasi oleh sektor perdagangan. Kredit korporasi tercatat memiliki pangsa sangat rendah yaitu 0,85% terhadap total kredit produktif. Hal tersebut mengindikasikan perkembangan UMKM yang lebih dominan dalam menggunakan jasa keuangan perbankan di Sulbar. Dari kredit korporasi, kredit kepada sektor perdagangan memiliki pangsa terbesar yaitu 72,5% atau Rp11,09 miliar (kredit produktif non-UMKM). Pangsa sektor perdagangan tersebut melebihi setengah dari total kredit yang disalurkan pada triwulan II 2014. Sektor perdagangan diikuti oleh sektor jasa lainnya dengan pangsa sebesar 19,11% dan sektor jasa dunia usaha sebesar 7,5% (Grafik 4.1).

Dari aspek pertumbuhan, penyaluran kredit kepada sektor korporasi pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi yang lebih dalam dari triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya kontraksi yang terjadi pada penyaluran kredit korporasi di sektor jasa dunia usaha dan sektor pertanian. Perbaikan kinerja justru ditunjukkan oleh kredit korporasi kepada sektor perdagangan yang kontraksinya menjadi lebih kecil pada triwulan laporan. Meski demikian, hal tersebut tidak berhasil membuat pertumbuhan kredit secara total menjadi lebih baik dari triwulan I 2014 (Grafik 4.2). Kredit korporasi terkontraksi sebesar -84,53% (yoy) di triwulan II 2014 setelah sebelumnya tercatat sebesar -40,84% (yoy).

Dari aspek kualitas, penyaluran kredit korporasi secara keseluruhan mengalami peningkatan kinerja. Pada triwulan laporan, kualitas penyaluran kredit yang diukur dari rasio non-performing loans atau NPLs turun tajam menjadi 7,42% dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 79,35% (Grafik 4.3). Turunnya NPLs sektor pertanian dan jasa dunia usaha menjadi pendorong turunnya rasio NPLs secara keseluruhan. Meski memiliki kualitas yang dapat dikatakan membaik, dampak penyaluran kredit korporasi terhadap keseluruhan kredit tidak signifikan mengingat pangsanya yang sangat kecil dibandingkan kredit UMKM maupun kredit lain-lain (konsumsi).

Grafik 4.1. Pangsa Kredit Menurut Sektor Korporasi

Grafik 4.2. Pertumbuhan Kredit Korporasi

Grafik 4.3. NPLs Kredit Korporasi

Pangsa Triwulan II 2014 Pertanian (0.9%) Perdagangan (72.5%) Jasa Dunia Usaha (7.5%) Lainnya (19.1%) (100) (50) 0 50 100 150 200 250 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014

%, yoy Pertanian Perdagangan

Total Jasa Dunia Usaha

0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 % %

Total Jasa Dunia Usaha Pertanian - Skala Kanan Perdagangan - Skala Kanan

BAB 5 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 33

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah

Kredit rumah tangga untuk perlengkapan/peralatan rumah tangga beserta kredit rumah tangga jenis lainnya mengambil pangsa yang terbesar dalam struktur kredit rumah tangga pada triwulan II 2014. Dari total kedit yang disalurkan kepada rumah tangga sebesar Rp2,31 triliun, kredit rumah tangga lainnya dimaksud memiliki pangsa mencapai lebih dari 50%, disusul kredit multiguna, KPR, dan terakhir kredit kendaraan bermotor (KKB) dengan pangsa yang terkecil (Grafik 4.4).

Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga mencatat kinerja yang meningkat di triwulan II 2014. Peningkatan tersebut didorong oleh perkembangan penyaluran kredit rumah tangga KPRdan lainnya yang tumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya. KKB tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan namun karena pangsanya yang tidak dominan pengaruhnya tidak signifikan terhadap total kredit rumah tangga. Adapun kredit rumah tangga jenis multiguna masih mengalami kontraksi walaupun tidak sedalam periode sebelumnya. Secara keseluruhan, kredit rumah tangga tumbuh lebih baik dari triwulan sebelumnya yaitu dari 9,40% (yoy) menjadi 18,79% (yoy).

Secara total, kualitas kredit ke sektor rumah tangga tetap terjaga pada tingkat yang aman di triwulan II 2014. Seluruh jenis kredit rumah tangga memiliki angka NPLs di bawah angka batas atas yang ditetapkan yaitu 5%. KPR yang mencatat angka NPLs tertinggi, sebesar 3,89% juga tetap memiliki rasio yang tergolong aman (Grafik 4.6). Angka NPLs yang tercatat secara total adalah 1,94%. Pada triwulan sebelumnya, NPLs tercatat sebesar 1,52%. Cukup rendahnya NPLs didukung oleh kualitas kredit yang baik pada jenis KKB, kredit multiguna, maupun kredit rumah tangga lainnya.

Grafik 4.4. Pangsa Jenis Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.5. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.6. NPLs Kredit Rumah Tangga

4.3. Pengembangan Akses Keuangan

Penyaluran kredit UMKM kembali mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II 2014. Melambatnya pertumbuhan kredit di UMKM pada dasarnya dapat menjadi indikasi adanya potensi serta peluang untuk mengakselerasi kembali pertumbuhan kredit UMKM (Grafik 4.7). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif di Sulbar mencapai 43,85% atau sebesar Rp1,81 triliun. Dari nilai tersebut, sebesar80% merupakan kredit UMKM yang digunakan untuk modal kerja sedangkan sisanya digunakan untuk investasi (Grafik 4.8). Angka NPLs kredit UMKM bergerak naik pada triwulan II 2014 hingga mencapai 8,79% (Grafik 4.9). Angka tersebut telah berada di bawah batas aman yang ditetapkan yaitu sebesar 5%. Meskipun NPLs untuk keseluruhan kredit perbankan Sulbar masih di bawah 5%, kualitas kredit UMKM harus terus ditingkatkan melalui pendampingan dari para pemangku kepentingan.

Pangsa Triwulan II 2014 Kredit Pemilikan Rumah, KPR (12.4%) Kredit Kendaraan Bermotor, KKB (0.5%) Kredit Multiguna (35.7%)

Kredit Rumah Tangga Lainnya (51.3%) (500) 0 500 1,000 1,500 2,000 (60) (10) 40 90 140 190 240 290 340 390 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 %, yoy

%, yoy TotalLainnya KPRKKB - Skala Kanan

Multiguna - Skala Kanan

0 2 4 6 8 10 12 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 % %

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

Grafik 4.7. Pertumbuhan dan NPLs Kredit UMKM Grafik 4.8. Pangsa Kredit UMKM

4.4. Perkembangan Sistem Pembayaran

Transaksi nontunai melalui sarana RTGS ditandai dengan pertumbuhan yang melambat pada triwulan II 2014 dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulbar di triwulan II 2014 sebesar Rp1,38 triliun atau turun-1,16%% (yoy), jauh lebih rendah jika dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 18,03% (yoy) (Tabel 4.5). Transaksi BI-RTGS pada periode laporan masih didominasi aliran dana yang masuk (to) ke perbankan Sulbar dengan nilai Rp0,79 triliun, lebih tinggi dari aliran yang keluar (from) dari perbankan Sulbar yang tercatat sebesar Rp0,56 triliun pada triwulan II 2014. Sementara itu, kegiatan RTGS antarbank di Sulbar tercatat mencapai Rp27,71 miliar. Walaupun mengalami perlambatan dari sisi nilai, volume RTGS tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 11,82%. Peningkatan volume terjadi seiring masa puasa dan hari raya Lebaran dan akan diprediksi meningkat sampai dengan awal triwulan III 2014.

Tabel 4.5. Perkembangan Transaksi RTGS

0 5 10 15 20 25 30 35 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 %, yoy %

NPLs UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM - Skala Kanan

Total Kredit UMKM, 44% Total Kredit Non UMKM, 56% Modal Kerja , 80% Investasi , 20% I II III IV I II (qtq) (yoy) Nilai (Rp Miliar) 268.59 387.58 489.35 740.60 406.16 558.63 37.54% 44.13% Volume 2,463 2,838 2,761 2,831 2,367 2,643 11.66% -6.87% Nilai (Rp Miliar) 1,036.43 973.12 1,474.24 1,454.40 1,129.64 789.08 -30.15% -18.91% Volume 742 905 1,287 1,893 848 929 9.55% 2.65% Nilai (Rp Miliar) 14.75 30.92 42.92 105.88 21.87 27.71 26.70% -10.38% Volume 59 117 195 644 58 88 51.72% -24.79% Nilai (Rp Miliar) 1,319.77 1,391.62 2,006.51 2,300.88 1,557.67 1,375.42 -11.70% -1.16% Volume 3,264 3,860 4,243 5,368 3,273 3,660 11.82% -5.18% Pertumbuhan Tw II 2014 From To From-To TOTAL Keterangan 2013 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014 Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 35

5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 5