• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Inflasi

Menurut Sadono Sukirno (2006;14) inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Sedangkan menurut Ahmad Rodoni (2008: 17) inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga umum secara terus-menerus .

Inflasi juga bisa menunjukan kerentanan perekonomian suatu negara sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap kepercayaan penanaman modal, terutama modal asing akan prospek pendapatan yang akan diperolehnya dinegara tersebut. Inflasi bisa terjadi karena adanya kelebihan jumlah uang yang beredar.

Berdasarkan besarnya laju inflasi, kategori inflasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

1) Inflasi Merayap

Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun.

2) Inflasi Sederhana

Inflasi sederhana adalah proses kenaikan harga-harga yang lebih cepat sedikit dari inflasi merayap. Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya berada di sekitar lima atau delapan persen.

3) Inflasi hiper

Inflasi hiper adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung inflasi adalah sebagai berikut: Laju inflasi = 1 1 t t t IHK IHK IHK E. Kurs

Kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate) merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang yang lain. Sedangkan menurut .

Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing akan sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, terutama pasar modal. Ketika

terjadi apresiasi kurs rupiah misalnya, akan berdampak pada perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam persaingan harga. Sebaliknya, bila terjadi depresiasi rupiah terhadap dollar US$ misalnya, akan berdampak pada perusahaan- perusahaan go public, terutama yang

menggantungkan faktor produksi terhadap bahan-bahan impor, sehingga biaya produksi meningkat, laba yang diperoleh menurun dan berakibat jatuhnya harga saham perusahaan tersebut.

Pergerakan kurs mata uang akan berdampak pada nilai perusahan multinsional (MNC) karena kurs dapat mempengaruhi jumlah arus masuk kas yang diterima melalui ekspornya, dan akan mempengaruhi jumlah arus keluar kas yang digunakan untuk membayar impor.

Kurs nilai tukar mengukur nilai satu satuan mata uang terhadap mata uang lain (Thomson; 2006: 123). Jika kondisi ekonomi berubah, kurs mata uang juga dapat berubah cukup besar.

Adapun rumus yang digunakan untuk melakukan pengukuran perubahan nilai kurs menggunakan nilai spot adalah sebagai berikut:

Nilai Kurs = Nilai kurs t- Nilai Kurs t-1 Nilai kurs t-1

Dimana:

Kurs t : Kurs spot tanggal terkini

F. Suku Bunga Deposito

Sertifikat Deposito Merupakan simpanan yang diterbitkan dengan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan, diterbitkan atas unjuk dalam bentuk Sertifikat, tanpa mencantumkan nama pemilik deposito. Sertifikat deposito dapat diperjual belikan kepada pihak lain. Pembayaran bunga Sertifikat Deposito dapat dilakukan di muka, tiap bulan atau pada saat jatuh tempo, baik tunai maupun non tunai (www.bi.go.id).

Sertifikat Deposito sering disingkat CD. Pada prinsipnya adalah instrument keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam suatu jumlah. Jangka waktu dan tingkat bunga tertentu. Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan ( Ahmad Rodoni, 2004: 129).

Dan menurut Undang-undang No.2 tahun 1998, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan di bank.

penarikan hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu maksudnya adalah jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu tiga bulan, maka uang tersebut dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir, dan sering disebut tanggal jatuh tempo.

Domian (1996) dalam Bahtiar Usman (2007: 101) menjelaskan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat suku bunga dengan pendapatan saham. Hal ini berarti bahwa ketiak ada kenaikan tingkat suku bunga maka pendapatan saham akan cenderung menurun.

Tingkat suku bunga juga merupakan salah satu variabel yang sering dianggap sebagai indikator kebijakan moneter yang baik, sebab tingkat suku bunga biasanya sensitivf terhadap suplai surat-surat berharga (Patelis: 1997 dalamBahtiar Usman 2007: 101)

Adapun keuntuangan yang didapat dari deposito adalah sebagai berikut (www.bi.go.id) :

1. Dapat dijadikan jaminan kredit.

2. Memperoleh hasil bunga yang umumnya lebih tinggi dari bentuk simpanan lainnya.

3. Dapat mengelola keuangan secara lebih terencana sesuai dengan kebutuhan dan jangka waktu deposito.

G. Portofolio

1. Definisi Portofolio

Menurut Moeljadi (2006:187), Portofolio adalah Sekumpulan

aktiva, baik aktiva nyata (real asset) mupun aktiva keungan (financial

asset). Dan menurut Abdul Halim (2005:54), portofolio merupakan

kombinasi atas gabungan atau sekuritas asset rill maupun asset financial yang dimilki oleh investor, sedangkan menurut Sugiharti Binastuti (2005:4) portofolio dapat diartikan sebagai rangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh investor, baik perorangan maupun lembaga. Kombinasi aktiva tersebut bias berupa aktiva riil, maupun aktiva financial. Dan menurut Agus Sartono (2010;143)

portofolio adalah sekumpulan investasi baik asset riil atau real assets maupun asset keuangan atau financial assets. Yang dimaksud dengan portofolio dalam financial asset adalah investasi pada asset keuangan seperti saham biasa, saham prefern, obligasi perusahaan dan surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Harry Markowitz, William Sharpe, John Lintner, Jan Mossin dan lain-lain adalah ilmuwan yang banyak memberikan kontribusi dalam pengembangan teori portofolio modern. Teori ini berkembang sejak diketemukan cara berinvestasi yang efisien dan optimal sebagaimana di kemukakan Harry Markowittz pada tahun 1952.

2. Analisis Portofolio

Secara umum portofolio investasi adalah merupakan penganekaragaman ( diversifikasi ) pada beberapa peluang investasi yang dilakukan oleh investor perorangan maupun lembaga.

Tujuan investor membentuk portofolio dengan cara menanamkan dananya pada berbagai sarana investasi, tidak lain adalah untuk mengurangi risiko (Sabar Warsini;2009:117).

Diversifikasi sangat perlu dilakukan mengingat sebagian besar investor masih bersikap menghindari risiko. Semakin banyak jenis sarana investasi yang dipilih maka risiko dapat diminimalkan, karena risiko kerugian pada salah satu jenis investasi akan ditutupi oleh keuntungan yang didapat dari jenis sarana investasi yang lainnya.

Menurut (Abdul Halim 2005:54) Hakikat pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi, yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternative investasi yang berkorelasi negatif.

Investor yang rasional akan menginvestasikan dananya dengan memilih saham yang efisien. suatu portofolio dikatakan efisien apabila portofolio tersebut ketika dibandingkan dengan portofolio lain memenuhi kondisis sebagai berikut:

a. Memberikan ER ( tingkat pengembalian yang diharapkan) terbesar dengan risisko yang sama, atau

b. Memberikan risiko terkecil dengan ER yang sama.

Sedangkan menurut Menurut Tandelilin (2010:157) portofolio efisien adalah portofolio dengan return tertinggi pada risiko tertentu atau portofolio dengan risiko terendah pada return tertentu

Maka dengan demikian dalam pembentukan portofolio dibutuhkan adanya perhitungan return dan risiko portofolio.

a. Pengertian Return

Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara

pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan

investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai.

Dan pada dasarnya tujuan investasi dalam saham adalah untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang berupa dividen dan capital gain. Dividen adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam suatu periode tertentu. Sedangkan Capital gain adalah selisih antara harga saham awal

periode dengan harga akhir periode. Bila harga saham pada akhir periode lebih tinggi maka dikatakan investor memperoleh capital gain, namun apabila terjdi sebaliknya maka investor dikatakan menderita

capital loss.

Dengan demikian tingkat keuntungan suatu saham dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut(Sabar Warsini :2009;79)

Dimana :

Rit : return saham I periode ke-t

Pt : Harga saham pada periode t Pt-1: Harga saham pada periode t-1

1 1

)

(

=

t t

P

P

Pt

Rt

Komponen return meliputi:

1. Capital Gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi

investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi dipasar sekunder. 2. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor

secara periodik, misalnya berupa deviden atau bunga. Yield

dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan.(Abdul Halim,2003)

b. Pengertian Risiko

Menurut Ni Putu (2007;303) risiko merupakan penyimpangan tingkat keuntungan yang diperoleh dari nilai yang diharapkan oleh seorang investor. Sedangkan Risiko menurut Dermawan Syahrial (2008: 69) sering dihubungkan dengan penyimpangan dari hasil yang diterima dengan yang diharapkan.

Pada prinsipnya risiko dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Risiko tidak sistematik (UnsystematicRisk) Merupakan risiko yang

terkait dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari (avoidable) atau diperkecil melalui diversifikasi (diversifiable).

2. Risiko sistematik (Systematic Risk) Merupakan risiko pasar yang

bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan. Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi sekalipun. Dan menurut Rodoni

Ahmad dan Herni Ali (2010;89) risiko sistemati adalah setiap risiko yang mempengaruhi sebagian besar asset dengan tingkat risiko yang bermacam-macam. Contoh dari risiko sistematik termsuk ketidakpastian mengenai keadan ekonomi secara umum seperti GNP, tingkat bunga atau inflasi.

Selain dua bagian risiko tersebut, sikap investor terhadap menghadapi risiko yang muncul dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

1. Risk Averse adalah sikap seorang investor yang akan memilih

investasi yang memiliki risiko yang lebih rendah dengan tingkat

return yang diharapkan sama besar.

2. Risk Neutral adalah sikap seorang investor yang akan memilih

investasi yang tingkat return-nya sesuai dengan risiko yang

dihadapi.

3. Risk Seeker adalah sikap seorang investor yang akan memilih

investasi yang memiliki risiko investasi yang lebih tinggi dengan tingkat return yang diharapkan sama besar.

Adapun rumus penggunaan beta dengan menggunakan teknik regresi menurut jogiyanto dalam jurnal Ni Putu (2007:305) adalah sebagai berikut: m im

i

2

σ

σ

β =

Dimana :

βi = Beta saham i

σim = Covarian return saham i dan return pasar 2

σ = Varians return pasar

Atau dapat diuraikan sebagai berikut:

=

=

n t mt mt n t mt mt it it

R

R

R

R

R

R

i

1 2 1

)

(

)

)(

(

β

Untuk menghitung return pasar digunakan rumus sebagai berikut: 1 1 − = t t t Dimana:

Rmt = Return pasar priode ke-t IHSGt = Indeks IHSG periode ke-t IHSGt-1 = Indeks IHSG periode ke t-1

Return pasar adalah tingkat pengembalian yang diperoleh dari investasi pada saham yang ada di bursa, yang tercermin dari indeks indeks IHSG untuk periode semesteran yang dukur dengan persentase.

IHSG IHSG IHSG

3. Penentuan Portofolio Optimal Dengan Single Indeks Model (SIM)

Model Indeks Tunggal atau model satu factor (Single Indeks

Tunggal) mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua efek

atau lebih akan berkorelasi, yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu factor atau indeks tunggal yang dimasukan dalam model. Factor atau indeks tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya metode ini mengasumsikan bahwa suatu return sekuritas dipengaruhi oleh satu factor yaitu indeks pasar. Single Indeks Model dapat dinyatakan dengan

persamaan sebagai berikut: (Abdul Halim:2005:82).

Dimana:

Ri : Tingkat pengembalian yang diharapkan atas efek i

αi : Bagian dari tingkat pengembalian efek I tang tidak terpengaruh oleh perubahan pasar (konstanta)

βi : Kepekaan tingkat pengembalian efek I terhadap tingkat pengembalian indeks pasar (parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Ri jika terjadi perubahan pada Rm)

Rm : Tingkat penfembalian dari indeks pasar

ei : Faktor pengganggu yang tidak dimasukan dalam model i

i

i Rm e

Rumus diatas merupakan persamaan regresi linier sederhana, dimana Ri : variable dependen, αi : konstanta, βi : koefisien regresi, Rm : variable independent, dan ei : factor pengganggu yang tidak dimasukan dalam model.

Dalam proses pembentukan portofolio optimal menurut Single

Indeks Model, untuk menentukan saham mana yang termasuk kedalam

portofolio optimal, dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Meghitung Excess Return to Beta Ratio (ERB) masing-masing saham

dan mengurutkan berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai terkecil. 2) Portofolio yang optimal terdiri dari investasi pada saham yang nilai

ERB nya lebih besar dari pada titik pembatas tertentu atau Cut Off

Rate (Ci).

Adapun formula yang digunakan untung menghitung ERB dan Ci adalah sebagai berikut (Ghazi F.Momani:2008):

¾ Menghitung Excess Return to Beta Ratio (ERB).

Excess Return to Beta Ratio (ERB) adalah merupakan

kelebihan pengembalian atas tingkat keuntungan bebas risiko pada asset lain.

Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ERB = i Rf Ri β − Dimana:

Rf = Risk free

Ri = expected stock return

Βi = stock beta

¾ Menentukan Nilai Titik Pembatas (Cut Off Point = Ci)

Untuk menentukan batas nilai ERB untuk memilih kandidat pembentuk portofolio diperlukan sebuah titik pembatas (Cut Off Point). Nilai penentu titik pembatas ini diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung:

Dan :

setelah nilai Ai dan Bi diperoleh, titik pembatas Ci dihitung dengan cara sebagai berikut:

Dimana:

Ci : Cut Off Point per stock meant to examine it quality Ai = ei i Rf Ri 2 ]. [ σ β − Bi = ei i 2 2 σ β Ci =

= = + − 1 1 2 2 2 1 2 2 1 ) ( i ei i m n i ei i f i m R R σ β σ σ β σ

m 2

σ : fluctuation of the market index. Ri : stock return

Rf : risk – free return

i

β : sytematic risk per stock ei

2

σ : unsystematic risk per stock return

Dari persamaan ini, dapat ditemukan Cut Off Point per saham,

serta dapat membedakan saham yang optimal dan yang tidak optimal dengan membandingkan Cut Off pint dengan Excess Return to Beta Ratio

(ERB). Jika rasio ERB lebih besar / tinggi dari Cut Off point (ERB > Ci),

maka saham termasuk portofolio yang optimal. Dan sebaliknya Jika rasio ERB kurang dari Cut Off point (ERB < Ci), maka saham tidak termasuk portofolio optimal.

Dokumen terkait