2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (qtq)
Laju perkembangan harga komoditas barang dan jasa triwulanan di kota Samarinda pada triwulan I-2013 sebesar 2,91%(qtq), lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan IV-2012 yang sebesar 0,21%(qtq). Hal ini disebabkan oleh kelompok bahan makanan mengalami inflasi cukup tinggi yaitu 7,40%(qtq), yang disebabkan oleh peningkatan harga beberapa jenis bumbu-bumbuan (bawang merah, bawang putih, cabe rawit), daging segar (daging ayam ras dan daging sapi), dan beberapa sayuran (tomat sayur, kacang panjang, nangka muda) (Tabel 2.2 dan Tabel 2.3). Peningkatan cukup tinggi juga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau karena peningkatan harga ayam goreng (dipicu kenaikan harga bahan baku daging ayam ras), rokok kretek filter, dan mie kering instan. Sementara itu kelompok sandang mengalami deflasi yaitu sebesar -2,41%(qtq) karena penurunan harga emas perhiasan.
Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Samarinda
18
Tabel 2.3 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Samarinda
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (qtq)
Perkembangan inflasi triwulanan kota Balikpapan pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 2,52%(qtq), lebih tinggi jika dibandingkan inflasi triwulan IV-2012 yang sebesar 0,52%(qtq). Peningkatan inflasi tersebut bersumber dari kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi 7,77% (qtq), disebabkan oleh meningkatnya harga bumbu-bumbuan (bawang putih dan cabe rawit), harga sayuran (kacang panjang dan tomat sayur), serta harga ikan segar (tongkol, layang, bandeng) (Tabel 2.4 dan 2.5).
Tabel 2.4 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Balikpapan
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.5 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Balikpapan
19
Inflasi cukup tinggi juga terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 2,05%, disebabkan oleh peningkatan harga produk dan jasa perawatan jasmani dan kecantikan, kemudian disusul oleh kelompok perumahan (1,21%) karena adanya peningkatan harga semen dan sewa rumah. Sementara itu pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,20%, turun dibandingkan inflasi triwulan lalu yang sebesar 0,93%(qtq) karena menurunnya harga gula pasir.
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (qtq)
Perkembangan harga barang dan jasa secara triwulanan di Kota Tarakan pada triwulan I-2013 mengalami inflasi sebesar 3,13%(qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV-2012 yang sebesar 1,04%(qtq). Inflasi kelompok bahan makanan mencapai 6,47%(qtq) atau meningkat cukup tinggi dibandingkan inflasi triwulan lalu yang sebesar 0,87%(qtq), disebabkan oleh meningkatnya harga beras, daging segar, bumbu-bumbuan (bawang merah dan bawang putih), serta sayur-sayuran (bayam, tomat sayur, wortel). (Tabel 2.6 dan Tabel 2.7).
Tabel 2.6 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Tarakan
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.7 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Tarakan
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Inflasi cukup tinggi juga terjadi pada kelompok perumahan sebesar 3,14%(qtq) akibat peningkatan harga semen dan biaya sewa rumah, serta inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,44% (qtq) karena peningkatan harga nasi
20
dan soto pada bulan Maret 2013. Sementara itu deflasi terjadi pada kelompok sandang serta transportasi dan komunikasi, masing-masing -0,88% (qtq) dan -3,03% (qtq) akibat penurunan harga emas perhiasan dan tarif angkutan udara pada Januari dan Maret 2013.
2.3 Inflasi Tahunan (yoy)
2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda
Laju inflasi tahunan Samarinda pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,61%(yoy), atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,81%(yoy). Kelompok komoditas dengan laju inflasi tahunan terbesar adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 12,08%(yoy) karena peningkatan harga nasi, mie, ikan bakar, ayam goreng, dan soto yang cukup tinggi akibat meningkatnya permintaan dan peningkatan harga bahan baku, diikuti inflasi kelompok bahan makanan sebesar 8,08%(yoy) terutama karena peningkatan harga bumbu-bumbuan (bawang merah, bawang putih, cabe rawit), serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 4,55% (yoy) karena peningkatan biaya Akademi/ Perguruan Tinggi dan SLTA (Tabel 2.8).
Tabel 2.8 Inflasi Tahunan Kota Samarinda Menurut Kelompok Barang & Jasa
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan
Laju inflasi tahunan kota Balikpapan pada triwulan I-2013 mencapai 6,84%(yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV-2012 yang sebesar 6,41%(yoy). Laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 15,49%(yoy) lebih tinggi jika dibandingkan inflasi periode sebelumnya 13,44%(yoy). Hal ini dipengaruhi oleh
meningkatnya harga bumbu-bumbuan (bawang putih, bawang merah, cabe rawit),
daging segar dan hasil-hasilnya (daging ayam ras, ayam hidup), serta ikan segar (layang, bandeng, bawal).
Inflasi tahunan cukup tinggi lainnya terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau (8,24%), yang disebabkan peningkatan permintaan yang cukup tinggi terhadap produk-produk makanan jadi seperti soto, nasi, mie, rokok putih,
21
dan rokok kretek filter, juga peningkatan harga gula pasir meskipun tren nya semakin menurun. Selain itu kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mencatat kenaikan yang cukup tinggi karena kenaikan biaya pendidikan terutama Sekolah Dasar.
Tabel 2.9 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan menurut Kelompok Barang & Jasa
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan
Laju inflasi tahunan Kota Tarakan triwulan I-2013 mencapai 6,98%(yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi tahunan pada triwulan IV-2012 yang sebesar 5,99%(yoy). Berdasarkan kelompok komoditasnya, kelompok bahan makanan merupakan kelompok komoditas dengan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 10,22%(yoy), diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau 6,88%(yoy). Faktor pendorong meningkatnya inflasi kelompok bahan makanan di Tarakan secara tahunan adalah peningkatan harga ikan segar (layang, bawal, bandeng, kakap putih) dan harga bumbu-bumbuan (bawang merah, bawang putih, cabe rawit). Kenaikan cukup tinggi juga terjadi pada kelompok perumahan, meningkat 6,66% (yoy) disebabkan oleh peningkatan harga sewa rumah, harga seng, dan semen, serta beberapa peralatan rumah tangga seperti kasur, panci, piring, dan gelas.
Tabel 2.10 Inflasi Tahunan Kota Tarakan menurut Kelompok Barang & Jasa
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Apabila dilihat perkembangan inflasi tahun kalender Januari-Maret di ketiga kota yaitu Samarinda, Balikpapan dan Tarakan, inflasi pada tahun 2013 mengalami
22
peningkatan dibandingkan tahun 2012. Sementara itu komoditas yang sering menjadi 15 andil inflasi terbesar secara keseluruhan di triwulan I 2013 adalah daging ayam ras, beras, sayuran (kacang panjang, bayam, nangka muda), bumbu-bumbuan (bawang putih, bawang merah, cabe rawit) dari kelompok bahan makanan, kenaikan harga kelompok makanan jadi (nasi, mie, soto, ayam goreng) di ketiga kota (Tabel 2.11).
Tabel 2.11 Perkembangan Inflasi Nasional, Kaltim, dan Kota
23
Pencapaian awal tahun 2013 triwulan pertama bagi perkembangan perbankan mengalami pertumbuhan yang melambat. Meskipun melambat, indikator perbankan menunjukkan pertumbuhan yang masih positif. Perkembangan sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai mengalami pertumbuhan yang membaik.
3.1 Kelembagaan
Kelembagaan perbankan sebagai salah satu tolak ukur perkembangan perekonomian daerah, menjadikan peran perbankan menjadi faktor penting dalam meningkatkan perekonomian suatu daerah. Keterjangkauan perbankan ke daerah-daerah yang jauh dari perkotaan, dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya jasa perbankan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Jumlah bank di Kalimantan Timur, setiap tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini menunjukkan perekonomian Provinsi Kalimantan Timur yang berkembang pesat.
Berdasarkan data sampai bulan Maret 2013, jumlah kantor bank di Kalimantan Timur mencapai 132 kantor, terdiri dari 16 kantor pusat (1 kantor pusat bank pemerintah daerah dan 15 kantor pusat BPR/S) dan 116 kantor cabang (110 kantor cabang bank umum dan 6 kantor cabang BPR). Terdapat 107 (93 bank umum dan 14 BPR) menjalankan kegiatan operasional dengan sistem konvensional serta 19 (18 bank umum dan 1 BPRS) mengoperasionalkan kegiatan perbankannya dengan sistem syariah.
Tabel 3.1 Jumlah Kantor Bank di Kalimantan Timur
24
3.2 Perkembangan Usaha Bank Umum
Kinerja perbankan di Kalimantan Timur mengalami perkembangan yang positif pada triwulan I-2013, sebagaimana tercermin pada pertumbuhan positif tiga faktor utama yaitu Aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) serta penyaluran kredit perbankan.
Memasuki tahun 2013, pertumbuhan triwulan pertama untuk Kredit dan DPK bank umum di Kaltim menunjukkan peningkatan yang positif, Pertumbuhan DPK tersebut berlawanan arah dengan kinerja pertumbuhan DPK secara nasional yang turun dari sebesar 5,75% menjadi negatif 0,55% dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq).
Sementara itu, kinerja bank umum di Kaltim dari sisi Aset mencatat penurunan sebesar negatif 1,20% lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, DPK yang dihimpun mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 2,56% (qtq) (Grafik 3.1). Berbeda arah dengan perkembangan Aset, penyaluran kredit di Kaltim mengalami pertumbuhan sebesar 2,02% pada triwulan I-2013, lebih baik dibandingkan kredit nasional yang hanya tumbuh sebesar 0,40% pada periode yang sama.
Apabila dilihat secara tahunan (yoy), perkembangan Aset, DPK dan Kredit bank umum di Kaltim pada trriwulan I-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 8,38%, 12,96%, dan 24,58% melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 23,38%, 20,86% dan 27,04% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan pertumbuhan nasional yang juga mengalami perlambatan pertumbuhan masing-masing sebesar 14,25%, 13,50% dan 19,97% (Grafik 3.2).
Sedangkan perkembangan perbankan berdasarkan Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur, Kota Samarinda sebagai ibukota provinsi mempunyai share paling tinggi pada Aset (45,80%), DPK (37,18%) dan Kredit (43,23%) dengan tingkat LDR
Grafik 3.1
Kinerja Triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (qtq)
Sumber: LBU Bank Indonesia -0.60% -0.55% 0.40% -1.20% 2.56% 2.02% -2% 0% 2% 4% Aset DPK Kredit Kaltim Nasional Grafik 3.2
Kinerja Tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy)
Sumber: LBU Bank Indonesia
14.25% 13.50% 19.97% 8.38% 12.96% 24.58% 0% 10% 20% 30% Aset DPK Kredit Kaltim Nasional
25
diatas 100% yaitu sebesar 116,27%. Kota Balikpapan sebagai kota terbesar kedua dengan pangsa Aset (22,81%), DPK (23,80%) dan Kredit (34,13%). Pada triwulan I-2013, Balikpapan mencatat tingkat LDR tertinggi sebesar 143,44% yang mengindikasikan fungsi intermediasi perbankan di Kota Balikpapan cukup optimal untuk penyaluran kredit kepada sektor-sektor yang produktif. Pangsa terendah Aset (0,62%)dan DPK (0,79%) di Kalimantan Timur dicapai oleh Kabupaten Penajam Paser Utara. Sedangkan untuk pangsa terendah penyaluran kredit terdapat di Kabupaten Kutai Barat (0,51%) (Tabel 3.2).
Tabel 3.2 Perkembangan Kinerja Bank Umum Berdasarkan Kabupaten/Kota di Kaltim (Triwulan I-2013)
Sumber: COGNOS Bank Indonesia
3.2.1. Total Aset dan Aktiva Produktif
Total aset bank umum di Kaltim pada triwulan I-2013secara nominal tercatat Rp
104,85 triliun mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini berimbas pada pertumbuhan baik triwulan maupun tahunan yaitu sebesar negatif 1,20% (qtq) dan 8,38% (yoy). Secara tahunan, aset bank pemerintah mengalami pertumbuhan yang melambat sebesar 7,53% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sementara itu, aset bank swasta
mengalami penurunan pada triwulan I-2013 sebesar negatif 1,35% (qtq), dan
26
Tabel 3.3 Perkembangan Jumlah Aset dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim
Sumber : COGNOS Bank Indonesia
Dilihat dari komposisi aktiva produktif, pangsa terbesar yaitu kredit yang diberikan (83,12%), mengalami pertumbuhan yang melambat baik secara triwulan maupun tahunan sebesar 2,02% (qtq) dan 24,58% (yoy). Pangsa terbesar kedua yaitu penempatan pada Bank Indonesia (10,05%), secara triwulan masih mengalami penurunan yaitu -18,91% (qtq), namun tidak sebesar penurunan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, penempatan pada BI menurun tajam sebesar negatif 58,72% (yoy). Pertumbuhan aktiva produktif yang mengalami peningkatan secara tahunan dicapai oleh penempatan pada bank lain yang tumbuh sebesar 251,76% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan triwulan IV-2012 (Tabel 3.3).
3.2.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Memasuki triwulan pertama di tahun 2013, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan, yaitu mencapai Rp 82,04 triliun, atau tumbuh 2,56% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 3.3).
Grafik 3.3 Perkembangan Simpanan Masyarakat Sumber: COGNOS, Bank Indonesia
-10% 0% 10% 20% 30% 40% 0 15,000 30,000 45,000 60,000 75,000 90,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2010 2011 2012 2013 grow th DPK (Rp milyar) DPK g (yoy) g (qtq)
27
Secara tahunan, pertumbuhan DPK sedikit melambat dengan tumbuh sebesar 12,96% (yoy) dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya (20,63%). Menurut kelompok bank, peningkatan pertumbuhan triwulan bank pemerintah terutama disumbang oleh peningkatan simpanan berjangka (deposito) sebesar 48,40% (qtq). Sebaliknya, bank swasta mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 3,41% (qtq), dimana penurunan terjadi pada giro. Secara tahunan, bank pemerintah dengan
share 72,75% menyumbang perlambatan pertumbuhan DPK pada awal triwulan pertama 2013. Penurunan cukup tajam terjadi pada giro sedangkan tabungan dan
deposito, masih menunjukkan pertumbuhan yang positif. Sementara itu, bank swasta
dengan pangsa 27,25%, mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 15,49%, dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 9,54% (yoy). Tabungan dan deposito merupakan penyumbang peningkatan pertumbuhan tahunan DPK bank swasta, masing-masing tumbuh sebesar 17,44% dan 16,96% (yoy).
Struktur DPK di Kalimantan Timur masih didominasi oleh tabungan (39,18%), diikuti oleh deposito (34,66%) dan selanjutnya giro (26,16%). Secara triwulan maupun tahunan, pertumbuhan giro pada triwulan I-2013 mengalami penurunan yang cukup tajam dibandingkan dengan tabungan dan deposito. Hal ini dikarenakan mayoritas giro yang tersimpan di bank pemerintah dimiliki oleh instansi daerah. Awal triwulan adalah periode dimulainya pelaksanaan proyek-proyek pemerintah, sehingga giro banyak tersedot untuk pencairan dana proyek-proyek pemerintah.
Tabel 3.4 Perkembangan Penghimpunan Dana pada Bank Umum di Kaltim
28 Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga
Kredit di Kaltim
Sumber : COGNOS Bank Indonesia
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2010 2011 2012 2013
% suku bunga K. Inv K. Kons KMK BI-rate
3.2.3. Penyaluran Kredit Bank Umum Penyaluran kredit bank umum di Kaltim pada triwulan pertama tahun 2013 menunjukkan perlambatan pertumbuhan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Penurunan pertumbuhan kredit
diperkirakan disebabkan oleh kenaikan suku bunga pinjaman, yaitu suku bunga kredit investasi, dan konsumsi, masing-masing sebesar 10,93%, dan 11,83%. Suku bunga pinjaman tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level masing-masing 10,89%, dan 11,74%.
Sedangkan suku bunga modal kerja tetap bertahan di level 12% (Grafik 3.4). a. Kredit Bank Umum Berkantor Di Kaltim
Jumlah kredit yang disalurkan bank umum yang berkantor di Kaltim pada
triwulan I-2013 mencapai Rp. 53,38 triliun. Pada triwulan I tahun 2013, pertumbuhan
kredit mengalami perlambatan pertumbuhan baik secara triwulan maupun secara tahunan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, pertumbuhan kredit pada triwulan laporan tercatat 2,02% (qtq), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2012 yang sebesar 5,57% (qtq). Searah dengan pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan tahunan kredit berlokasi kantor di Kaltim sedikit melambat sebesar 24,58% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 25,76% (yoy) sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 3.5.
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim Sumber: COGNOS Bank Indonesia
0% 10% 20% 30% 40% 50% 0 15,000 30,000 45,000 60,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2010 2011 2012 2013
29
Perlambatan kredit di triwulan I-2013, disebabkan adanya penurunan penyaluran kredit oleh bank milik swasta (pangsa 37,09%) yang secara nominal menyalurkan kredit sebesar Rp. 19,80 triliun. Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu mengucurkan kredit sebesar Rp. 20,21 triliun. Penurunan tersebut berimbas pada perlambatan pertumbuhan baik triwulan maupun tahunan atas kredit yang dikucurkan bank swasta sebesar negatif 2,04% (qtq)
dan 18% (yoy).Sementara penyaluran kredit oleh bank milik pemerintah (pangsa 62,91)
meningkat secara nominal sebesar Rp. 33,58 triliun. Pertumbuhan tahunan bank milik pemerintah pada triwulan I-2013, mengalami peningkatan sebesar 28,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Namun demikian pertumbuhan kredit secara triwulan mengalami pertumbuhan melambat sebesar 4,57% (qtq), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,27% (qtq).
Berdasarkan jenis penggunaannya, secara nominal, kredit yang diberikan mengalami peningkatan. Namun demikian, secara triwulanan, semua jenis penggunaan kredit mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar masing-masing 1,91%, 1,17% dan 2,87% (qtq). Sementara itu, secara tahunan, hanya kredit investasi yang mengalami perlambatan sebesar 21,31% (yoy). Kredit modal kerja dan konsumsi mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya.
Menurut sektor ekonomi, kredit listrik, gas dan air yang mengalami penurunan
tertinggi yaitu sebesar negatif sebesar 29,74% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Beberapa sektor utama Kaltim, yaitu pertanian, pertambangan, serta perdagangan, secara triwulan, tumbuh melambat dan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 4,21%, negatif 5,34% dan 3,21% (qtq). Sedangkan sektor perindustrian dan jasa dunia usaha tumbuh positif meningkat sebesar 10,81% dan 8,03% (qtq). Sementara secara tahunan, mayoritas sektor-sektor utama mengalami pertumbuhan yang melambat kecuali sektor perindustrian dan perdagangan yaitu tumbuh sebesar 78,72% dan 41,39% (yoy) lebih baik dari pertumbuhan tahunan
30
Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim
Sumber : COGNOS Bank Indonesia
b. Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim
Jumlah kredit yang disalurkan secara nasional untuk membiayai proyek yang berlokasi di wilayah Kaltim pada periode laporan (s.d Februari 2013) tercatat sebesar Rp 78,94 triliun. Secara triwulanan, pencapaian ini menunjukkan perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya, dari 5,56% menjadi 0,28% (qtq). Secara tahunan, pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan pertumbuhan sebesar 22,82% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,83% (yoy) (Grafik 3.6).
31 Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum berlokasi Proyek di Kaltim
Sumber: SEKDA Bank Indonesia
Penyaluran kredit baik melalui bank pemerintah maupun swasta dengan lokasi proyek di Kalimantan Timur, mencatat pertumbuhan melambat pada triwulan I-2013 jika dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2012, yaitu sebesar 0,52% dan 0,01% (qtq). Namun, demikian, secara tahunan pertumbuhan kredit berlokasi proyek di Kaltim mengalami pertumbuhan yang meningkat jika dibanding pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya, baik itu dari bank pemerintah maupun bank swasta yaitu sebesar
29,79% dan 15,71% (yoy).
Serupa dengan pertumbuhan triwulan penyaluran kredit berdasarkan lokasi kantor, penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek juga mengalami perlambatan pada penyaluran kredit menurut jenis penggunaan baik pada kredit modal kerja, investasi maupun konsumsi. Namun secara tahunan, pertumbuhan kredit modal kerja dan konsumsi mengalami peningkatan sebesar 13,98% dan 23,57% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,91% dan 22,59% (yoy). Sedangkan kredit investasi mengalami pertumbuhan yang melambat
sebesar 32,48% dibandingakan triwulan sebelumnya sebesar 36,11% (yoy).
Sementara itu, penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek di Kalimantan Timur menurut sektor-sektor ekonomi utama secara umum mengalami pertumbuhan yang positif. Sektor pertanian, secara triwulan mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 3,02% dan sektor perdagangan mengalami penurunan sebesar negatif 1,28% (qtq). Namun demikian, secara tahunan mengalami pertumbuhan yang cukup baik sebesar 52,54% dan 33,05% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sektor utama lain yang mengalami perlambatan pertumbuhan baik pertumbuhan triwulan maupun tahunan dialami oleh sektor perindustrian, konstruksi dan angkutan. Sedangkan sektor utama penyumbang perekonomian Kalimantan Timur, yaitu sektor pertambangan, secara nominal maupun perkembangannya masih
0% 10% 20% 30% 40% 50% 0 15,000 30,000 45,000 60,000 75,000 90,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2010 2011 2012 2013 Kredit
32
mengalami penurunan. Namun, penurunan pada triwulan laporan masih rendah dibandingkan penurunan pada triwulan sebelumnya, yaitu dari negatif 9,84% pada triwulan IV-2012 menjadi negatif 0,42% pada triwulan I-2013 (qtq). Sementara itu, secara tahunan, sektor pertambangan mengalami pertumbuhan yang meningkat pesat, dimana pada triwulan sebelumnya turun tajam sebesar negatif 10,68% (yoy), namun pada triwulan I-2013 mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,39% (yoy). Hal ini
berarti sektor pertambangan secara perlahan mulai menunjukkan perbaikan (Tabel. 3.6).
Tabel 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
3.2.4. Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Dalam rangka mendukung perekonomian daerah, perbankan Kaltim turut berperan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Penyaluran kredit untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kaltim pada triwulan I-2013 mencapai Rp. 16,01 triliun, yang merupakan pangsa 30% terhadap total kredit yang disalurkan. Bank pemerintah (pangsa 65,76%) (grafik 3.7) mencatat peningkatan pertumbuhan baik secara triwulan
33
maupun tahunan yaitu sebesar 3,89% (qtq) dan 16,63% (yoy) jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan kredit umkm dari bank pemerintah utamanya disebabkan oleh dukungan kepada program pemerintah dalam meningkatkan potensi masyarakat. Sementara itu, bank swasta pada triwulan I-2013, secara triwulan maupun tahunan mengalami penurunan. Dengan pangsa 34,24%, bank swasta mengalami penurunan dalam menyalurkan kredit untuk UMKM, sehingga pertumbuhan triwulan yang dicapai sebesar negatif 2,79% (qtq) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2012 dan secara tahunan, tumbuh melambat sebesar 8,44% (Grafik 3.8).
Grafik 3.7 Proporsi Penyaluran Kredit UMKM Grafik 3.8 Perkembangan
Penyaluran Kredit UMKM
Sumber : COGNOS Bank Indonesia
Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM terbesar digunakan untuk modal kerja (pangsa 68,34%) dengan nominal mencapai Rp. 10,94 triliun. Pencapaian tersebut merupakan peningkatan dibandingkan dengan pencapaian triwulan IV-2012 yang mencapai Rp. 10.63 triliun. Pertumbuhan kredit UMKM modal kerja triwulan I-2013 melambat sebesar 2,99% (qtq), namun secara tahunan meningkat
sebesar 19,71% (yoy). Sementara kredit UMKM investasi dengan nilai mencapai Rp.
4,92 trilyun dengan pangsa pasar terbesar kedua (30,70%) mengalami perlambatan baik secara triwulan maupun pertumbuhan tahunan. Sedangkan penyaluran kredit UMKM untuk konsumsi mencapai nilai Rp. 153 milyar, yang pada triwulan I-2013 tumbuh positif sebesar 12,52% (qtq) namun melambat pada pertumbuhan tahunan sebesar 9,71% (yoy.)
Dilihat dari sektor ekonomi, penyaluran kredit UMKM terutama tersalur pada sektor perdagangan dengan pangsa terbesar(41,13%). Sektor tersebut mencatat pertumbuhan tahunan 32,32% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sektor jasa dunia usaha sebagai pangsa pasar terbesar kedua (15,88%) mencatat peningkatan pertumbuhan tahunan sebesar 10,74% (yoy). Sedangkan sektor konstruksi dengan pangsa 13,28% juga mencatat peningkatan
65.76% Bank Pemerintah 34.24% Bank Swasta
Pangsa (%) terhadap UMKM
-50% -40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% -5,000 10,000 15,000 20,000 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 2011 2012 2013 Kredit UMKM g(yoy) Bank Pemerintah g(yoy) Bank Swasta
34
pertumbuhan sebesar 74,23%, lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari pertumbuhan triwulan, sektor pertambangan mencatat peningkatan pertumbuhan yang pesat, tumbuh sebesar 21,98% (qtq) lebih baik dibandingkan triwulan IV-2012 yang turun sebesar negatif 15,66% (qtq). Sektor jasa dunia usaha juga mencapai peningkatan pertumbuhan dari negatif 0,64% (qtq) pada triwulan IV-2012 menjadi 7,49% (qtq) pada triwulan I-2013.
Pertumbuhan kredit UMKM secara triwulan yang mengalami perlambatan
antara lain disebabkan oleh tingginya NPL (non performing loan), dimana kualitas kredit
masih berada pada level berisiko tinggi, dimana persentase NPL pada triwulan I-2013 meningkat dari 3,12% menjadi 3,62%. Namun pertumbuhan jumlah debitur UMKM tiap triwulan menunjukkan perkembangan yang terus meningkat, dilihat dari jumlah rekening (debitur) umkm sebesar 112.050 rekening pada triwulan I-2013 lebih tinggi daripada pencapaian triwulan IV-2012 sebesar 109.343 rekening (Tabel 3.7).
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit UMKM di Kalimantan Timur
35
3.2.5. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan pembiayaan/kredit kepada kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam bentuk pemberian kredit modal kerja dan kredit investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian RI, realisasi penyaluran KUR dalam skala nasional hingga triwulan I-2013 mencapai Rp. 42,49 triliun denga jumlah debitur sebanyak 8.254.737 nasabah atau tumbuh sebesar 31,93% (yoy). Pencapaian penyaluran kredit KUR Provinsi Kalimantan Timur pada triwulan I-2013 dengan plafon sebesar Rp. 2,76 triliun tumbuh sebesar 53,65% (yoy), dengan outstanding/baki debet sebesar Rp. 1,20 triliun atau tumbuh sebesar 46,97% (yoy), lebih baik dari pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit KUR juga ditunjukkan oleh peningkatan jumlah debitur yang mencapai 139.468 nasabah, meningkat dibandingkan pencapaian pada triwulan IV-2012 yang sebanyak 132.638 nasabah (Tabel 3.8).
Tabel 3.8. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Sumber : COGNOS Bank Indonesia
3.3 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Perkembangan BPR di Kaltim menunjukkan kinerja yang positif. Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah Aset, DPK yang tumbuh sebesar 13,56% dan 14,42% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan secara tahunan pada triwulan sebelumnya. Berbeda arah dengan Aset dan DPK, pertumbuhan kredit BPR mengalami pertumbuhan yang melambat, yaitu tumbuh sebesar 11,20% (yoy).