2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (qtq)
Laju perkembangan harga komoditas barang dan jasa triwulanan di Kota Samarinda pada triwulan III-2012 sebesar 2,31%(qtq), lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan II-2012 yang sebesar 0,11%(qtq). Kelompok sandang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 5,25%(qtq), karena peningkatan harga emas perhiasan akibat meningkatnya permintaan menjelang hari raya Idul Fitri. Sementara itu, kelompok bahan makanan mengalami inflasi 3,23%(qtq) yang disebabkan penurunan harga beberapa jenis ikan segar (layang, kembung, udang basah), daging ayam ras, dan beberapa sayuran (kacang panjang, sawi hijau, tomat sayur) di bulan Juli dan Agustus. Namun harga ikan segar dan sayuran turun pada September 2012 karena jumlah pasokan yang meningkat (Tabel 2.2 dan Tabel 2.3).
Laju inflasi juga terjadi pada kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yaitu sebesar 4,33%(qtq) karena peningkatan harga nasi, ikan bakar, dan gula pasir, kemudian diikuti oleh laju inflasi pendidikan, rekreasi, dan olahraga (1,35%) karena peningkatan biaya Sekolah Dasar, SLTA, dan Perguruan Tinggi.
27 Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Samarinda
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.3 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Samarinda
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (qtq)
Perkembangan inflasi triwulanan Kota Balikpapan pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 2,82%(qtq), lebih tinggi jika dibandingkan triwulan II-2012 yang sebesar 0,83%(qtq). Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 5,87%, disebabkan oleh peningkatan harga ikan segar (layang, tongkol, kembung, trakulu, udang basah), peningkatan harga daging ayam ras dan telur ayam ras, serta sayuran (kacang panjang, sawi hijau, bayam) (Tabel 2.4 dan 2.5).
Inflasi cukup tinggi juga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (5,29%) karena adanya peningkatan harga rokok kretek, rokok kretek filter dan rokok putih, serta peningkatan harga kue kering berminyak dan harga gula pasir sebagai bahan pembuat kue yang terjadi pada Juli dan Agustus (menjelang perayaan hari raya Idul Fitri). Sementara itu pada kelompok sandang mengalami laju inflasi sebesar 1,89% meningkat dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 0,24%(qtq) karena meningkatnya harga emas perhiasan.
28 Tabel 2.4 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Balikpapan
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.5 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Balikpapan
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (qtq)
Perkembangan harga barang-jasa secara triwulanan di kota Tarakan pada triwulan III-2012 mengalami inflasi sebesar 2,62%(qtq), lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan II-2012 yang sebesar 0,06%(qtq) (Tabel 2.6 dan Tabel 2.7). Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,65%(qtq) akibat peningkatan harga ikan segar (bandeng, bawal, kakap putih, udang basah), daging ayam ras, telur ayam ras, serta beberapa jenis sayuran (kacang panjang, kangkung, sawi hijau, bayam) akibat keterbatasan jumlah pasokan.
Inflasi tinggi juga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 3,00%(qtq) akibat kenaikan harga rokok kretek, rokok kreket filter, serta kenaikan harga kue kering berminyak dan gula pasir pada bulan Juli dan Agustus.
Inflasi cukup tinggi lainnya terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi yang mengalami inflasi 2,52%(qtq) akibat peningkatan harga angkutan udara karena meningkatnya permintaan pada perayaan hari raya Idul Fitri (Agustus 2012).
29 Tabel 2.6 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Tarakan
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.7 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Tarakan
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.3 Inflasi Tahunan (yoy)
2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda
Laju inflasi tahunan Samarinda pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 4,38%(yoy), atau lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,43%(yoy). Kelompok komoditas dengan laju inflasi terbesar adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 9,06%(yoy) karena peningkatan harga nasi, mie, ikan bakar, dan soto yang cukup tinggi akibat meningkatnya permintaan, diikuti kelompok sandang sebesar 6,19%(yoy) yang disumbangkan peningkatan harga emas perhiasan (Tabel 2.8).
30 Tabel 2.8 Inflasi Tahunan Kota Samarinda Menurut Kelompok Barang & Jasa
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Inflasi tahunan pada kelompok bahan makanan di Samarinda pada triwulan III-2012 juga cukup tinggi yaitu sebesar 5,45%(yoy), disebabkan oleh kenaikan harga ikan segar (layang, kembung, udang basah), bumbu-bumbuan, dan sayuran yang sering terjadi selama tahun 2012. Hal ini disebabkan jumlah pasokan yang menurun akibat berkurangnya produksi di beberapa sentra di Jawa dan Sulawesi. Sementara itu, deflasi justru terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi yaitu sebesar -0,37%(yoy) karenanya meningkatkan jumlah suplai terutama pada subsektor transportasi.
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan
Laju inflasi tahunan di Kota Balikpapan pada triwulan III-2012 mencapai 5,67%(yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan II-2012 yang sebesar 4,80%(yoy).
Laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 11,07%(yoy) lebih tinggi jika dibandingkan periode sebelumnya 2,73%(yoy). Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya harga ikan segar (layang, bandeng, kembung, trakulu, udang basah) serta bumbu-bumbuan (bawang putih, bawang merah, dan cabe rawit) yang sering memberikan andil inflasi di 2012 karena keterbatasan pasokan.
Inflasi tinggi lainnya terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau (9,87%), yang disebabkan peningkatan permintaan yang cukup tinggi terhadap produk-produk makanan jadi seperti nasi dan mie, juga peningkatan harga gula pasir yang juga terjadi secara nasional. Selain itu inflasi cukup tinggi juga terjadi pada kelompok sandang karena masih tingginya preferensi masyarakat melakukan pembelian emas perhiasan. Sementara itu banyaknya pembukaan jalur penerbangan baru dari dan ke Kaltim melalui bandara Sepinggan menurunkan tekanan harga angkutan udara di Balikpapan sehingga menurunkan tekanan inflasi kelompok transportasi dan komunikasi.
31 Tabel 2.9 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan menurut Kelompok Barang & Jasa
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan
Laju inflasi tahunan Kota Tarakan triwulan III-2012 mencapai 8,08%(yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi tahunan pada triwulan II-2012 yang sebesar 6,28%(yoy). Berdasarkan kelompok komoditasnya, kelompok bahan makanan merupakan kelompok komoditas dengan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 14,43%(yoy);
diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau 6,60%(yoy). Faktor pendorong meningkatnya inflasi kelompok bahan makanan di Tarakan secara tahunan adalah peningkatan harga ikan segar (bandeng, layang, udang basah) dan harga sayuran (kacang panjang, buncis, sawi hijau). Sementara itu inflasi terendah terjadi pada kelompok komoditas sandang yaitu sebesar 1,46%(yoy).
Tabel 2.10 Inflasi Tahunan Kota Tarakan menurut Kelompok Barang & Jasa
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Apabila dilihat inflasi tahun kalender (Tabel 2.11) sampai dengan triwulan III-2012 inflasi kumulatif Kaltim sampai dengan September III-2012 mencapai 5,14%(ytd), lebih rendah dari inflasi kumulatif di September 2011 yang sebesar 6,09%(ytd).
Dibandingkan dengan inflasi kumulatif nasional sampai dengan triwulan III tahun 2012 yang tercatat 3,49%(ytd), inflasi kumulatif Kaltim masih lebih tinggi (Tabel 2.11).
32 Tabel 2.11 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Nasional, Kaltim, dan Kota
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Dari ketiga Kota di Kaltim, Kota Balikpapan memiliki laju inflasi tahun kalender tertinggi yaitu 5,87%(ytd), diikuti oleh laju inflasi Tarakan 4,90%(ytd), dan Samarinda 4,59%(ytd). Pencapaian inflasi di Samarinda dan Balikpapan lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi tahun kalender yang terjadi di triwulan III tahun 2011, sedangkan di Tarakan lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Apabila dilihat komoditas yang sering menjadi 15 komoditas andil inflasi terbesar sampai dengan triwulan III tahun 2012, kenaikan harga daging ayam ras, beras, ikan segar (bandeng, layang, tongkol), sayuran (kacang panjang, bayam, nangka muda), bumbu-bumbuan (bawang putih dan cabe rawit) dari kelompok bahan makanan, serta kenaikan harga kelompok makanan jadi merupakan komoditas yang sering muncul sebagai andil inflasi terbesar di ketiga kota di Kaltim (Tabel 2.12).
Tabel 2.12 Komoditas Andil Inflasi Terbesar Jan-Sep 2012
Sumber : BPS Kaltim, diolah
33 3.1. Gambaran Umum
Kinerja kegiatan usaha perbankan di Kaltim pada triwulan III-2012 secara umum menunjukkan peningkatan baik secara triwulanan (qtq) maupun secara tahunan (yoy).
Hal ini tercermin dari pertumbuhan positif yang dialami sebagian besar indikator utama kegiatan usaha perbankan meliputi pertumbuhan aset, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), dan penyaluran kredit perbankan.
Apabila dibandingkan dengan data nasional (s.d Agustus 2012) menurut pertumbuhan triwulanan, indikator kegiatan usaha perbankan dari sisi pertumbuhan Aset dan DPK di Kaltim dan nasional menunjukkan perkembangan yang positif. Aset dan DPK bank umum secara nasional mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 0,84% dan 0,95%(qtq), yang pada periode yang sama bank umum di Kaltim mengalami peningkatan Aset dan DPK yaitu tumbuh sebesar 3,84% dan 3,63%(qtq).
Begitu pula penyaluran kredit di Kaltim mengalami pertumbuhan 4,98%(qtq), lebih tinggi dibandingkan kredit nasional yang tumbuh 2,36%(qtq).
Apabila dilihat secara tahunan (yoy), perkembangan kinerja perbankan menunjukkan kinerja positif dan searah dimana jumlah Aset, DPK, dan Kredit bank umum di Kaltim mengalami peningkatan yang cukup tinggi masing-masing sebesar 34,66%, 29,94%, dan 26,01%(yoy). Kondisi tersebut searah dengan pertumbuhan nasional yang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 16,38%, 17,26% dan 20,75%(yoy).
Grafik 3.1
Kinerja triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (qtq)
Sumber: LBU Bank Indonesia
Grafik 3.2
Kinerja tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy)
Sumber: LBU Bank Indonesia
34 Sementara itu, perkembangan kinerja BPR di Kaltim menunjukkan perkembangan kinerja yang positif. Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah Aset dan DPK yang tumbuh sebesar 4,04% dan 3,33%(yoy), lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan secara tahunan pada triwulan sebelumnya masing-masing tumbuh sebesar -0,10% dan 2,20%(yoy). Sementara itu, kredit mengalami pertumbuhan yang melambat di triwulan III-2012, dimana kredit BPR tumbuh sebesar 10,43% atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,53%(yoy).
3.2. Perkembangan Usaha Bank Umum 3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif
Total aset bersih (net assets) bank umum di Kaltim pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp.106,57 trilyun, mengalami penurunan 3,84%(qtq) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (Tabel 3.1). Menurut kelompok bank, bank pemerintah (pangsa 74,98%) mengalami penurunan jumlah aset bersih sebesar 4,56%(qtq), sementara aset bersih bank swasta (pangsa 25,02%) tumbuh sebesar 1,75%(qtq). Jika dibandingkan dengan posisi triwulan III-2011, total aset perbankan secara tahunan mencatat pertumbuhan sebesar 34,66%(yoy).
Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Aset dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim
Sumber : LBU Bank Indonesia
Dilihat dari komposisinya, aktiva produktif bank umum di Kaltim masih didominasi oleh kredit yang diberikan (pangsa sebesar 70,78%) yang menurun 4,98%(qtq) jika dibandingkan dengan kredit yang diberikan di triwulan II-2012. Surat Berharga yang dimiliki mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 224,49%(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara itu Penempatan pada Bank Indonesia mengalami peningkatan sebesar 3,48%(qtq). Apabila dilihat
35 perkembangan aktiva produktif secara tahunan, penempatan pada Bank Lain dan Surat Berharga yang dimiliki mengalami peningkatan yang cukup tinggi masing-masing sebesar 103,10% dan 58,14%(yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat
Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Kaltim pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan yang melambat, yaitu mencapai Rp.79,36 trilyun, atau tumbuh 3,63%(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 3.3). Jika dibandingkan dengan posisi triwulan III-2011, penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh sebesar 29,94%(yoy).
Grafik 3.3 Perkembangan Simpanan Masyarakat Sumber: LBU Bank Indonesia
Berdasarkan pertumbuhan triwulanan (qtq), pertumbuhan signifikan terjadi pada giro yang tumbuh sebesar 11,87%, sementara tabungan tumbuh 1,77%(qtq) dan deposito -1,57%(qtq). Menurut kelompok bank, simpanan pada kelompok bank meningkat 4,45%(qtq), sedangkan pada kelompok bank milik swasta tumbuh sebesar 1,22%(qtq), dengan kontribusi peningkatan yang cukup besar berasal dari tabungan yang tumbuh sebesar 3,16%(qtq) (Tabel 3.2).
Sementara itu secara tahunan (yoy) pertumbuhan DPK di Kaltim juga mengalami perkembangan yang melambat yaitu tumbuh sebesar 29,94% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 36,05%(yoy). Pelambatan ini didorong oleh menurunnya deposito dan tabungan yang memiliki pangsa cukup besar, masing-masing tumbuh sebesar 20,45% dan 17,05%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 45,11% dan 23,86%(yoy). Apabila dilihat menurut kelompok bank, pertumbuhan DPK melambat secara tahunan dialami
36 baik oleh kelompok bank pemerintah maupun kelompok bank milik swasta yang tumbuh 37,18% dan 11,98%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh masing-masing sebesar 42,82% dan 19,37%(yoy).
Tabel 3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana pada Bank Umum di Kaltim
Sumber : LBU Bank Indonesia
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum Penyaluran kredit bank umum di Kaltim pada triwulan III-2012 menunjukkan pertumbuhan positif. Peningkatan pertumbuhan kredit diperkirakan disebabkan oleh penurunan suku bunga pinjaman, terutama penurunan suku bunga kredit investasi dan modal kerja. Sementara itu, suku bunga kredit konsumsi mengalami peningkatan di level 11,82%, dimana triwulan sebelumnya berada di level 11,75%. BI-rate yang masih dipertahankan
pada posisi 5,75% pada triwulan laporan berpengaruh terhadap suku bunga kredit perbankan yang juga sedikit mengalami penurunan (Grafik 3.4).
46 108 1214 1618
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011 2012
% suku
bunga K. Inv K. Kons KMK BI-rate
Grafik 3.4 Suku Bunga Kredit Sumber: Cognos Bank Indonesia
37 a. Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim
Jumlah kredit yang disalurkan bank umum yang berkantor di Kaltim pada triwulan III-2012 mencapai Rp.48,71 trilyun, secara triwulan tumbuh 4,98%(qtq). Jika dibandingkan dengan posisi triwulan III-2011, penyaluran kredit pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 26,01%(yoy) atau mengalami pelambatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang tumbuh 27,87% sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 3.5.
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim Sumber: LBU Bank Indonesia
Menurut kelompok bank, kredit yang disalurkan bank umum pemerintah dan bank umum swasta sama-sama mengalami kenaikan dari sisi nilai namun mengalami penurunan pada pertumbuhannya. Kredit yang disalurkan bank umum pemerintah mencapai Rp.29,56 trilyun (pangsa 60,67%) atau tumbuh sebesar 6,22%(qtq), sedangkan penyaluran kredit oleh bank umum swasta mencapai Rp.19,16 trilyun (pangsa 39,33%) atau turun 3,13%(qtq). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja sebagai pangsa terbesar (36,15%) dengan nilai sebesar Rp.17,61 trilyun mengalami pelambatan pertumbuhan sebesar 5,17%(qtq). Kredit konsumsi (pangsa 33,47%) dan kredit Investasi (pangsa 30,37%) mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,76%(qtq) dan 3,92%(qtq). Sementara itu, secara tahunan kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar 20,76%(yoy), sedangkan untuk kredit investasi dan konsumsi mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 37,62%, dan 22,39%(yoy).
Menurut sektor ekonomi, kredit yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi secara triwulanan terjadi pada sektor konstruksi yaitu sebesar 10,94%(qtq), sektor angkutan 11,54%, sektor perindustrian 6,89%, dan sektor pertanian 7,28%(qtq).
38 Sementara kredit sektoral yang mengalami pertumbuhan negatif yang cukup besar terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih sebesar -13,96%(qtq) (Tabel 3.3).
Apabila dilihat pertumbuhan kredit secara tahunan, beberapa kredit sektoral yang mengalami pertumbuhan positif yang cukup tinggi antara lain sektor perindustrian (56,72%), sektor pertambangan (36,61%), sektor konstruksi (26,80%) serta sektor lain-lain (17,86%). Sementara itu, jika dilihat nisbah kredit terhadap simpanan bruto (Gross-LDR) bank umum yang berkantor di Kaltim mengalami peningkatan dari 60,59% pada triwulan II tahun 2012 menjadi 61,38% pada triwulan III-2012.
Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim
Sumber : LBU Bank Indonesia
b. Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim
Jumlah kredit yang disalurkan secara nasional untuk membiayai proyek yang berlokasi di wilayah Kaltim pada periode laporan (s.d Agustus 2012) tercatat sebesar Rp.72,94 trilyun, tumbuh sebesar 3,13%(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2011, kredit berdasarkan lokasi proyek
39 mengalami pertumbuhan sebesar 26,31%(yoy), menurun dari pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 34,14%(yoy) (Grafik 3.6). Berdasarkan kelompok bank, kredit yang disalurkan bank pemerintah tumbuh sebesar 2,65%(qtq) dan bank swasta tumbuh sebesar 3,63%(qtq) (Tabel 3.4).
Menurut jenis penggunaannya, pertumbuhan signifikan terjadi pada kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 3,32%(qtq), sedangkan kredit Investasi dan kredit konsumsi mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 2,09% dan 4,43%(qtq).
Sementara itu, berdasarkan sektor ekonomi, beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan positif secara triwulanan adalah sektor pertambangan (3,32%), sektor perindustrian (3,16%), sektor jasa sosial (4,53%), sektor pertanian (3,91%), sektor perdagangan (3%), sektor angkutan (1,75%) dan sektor konstruksi (5,21%).
Pertumbuhan negatif terjadi pada sektor jasa dunia usaha dan sektor listrik, gas dan air masing-masing tumbuh sebesar -2,53% dan -1,83%(qtq) (Tabel 3.4).
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim Sumber: SEKDA Bank Indonesia
Berdasarkan penggunaannya, baik kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 18,00%, 29,22%, dan 22,97%(yoy). Menurut sektor ekonomi hampir seluruh sektor mencatat pertumbuhan tahunan positif. Pertumbuhan kredit lokasi proyek yang cukup tinggi terjadi pada sektor perindustrian (23,02%), sektor pertanian (45,16%) (yoy), sektor listrik, gas dan air (71,77%), sektor jasa dunia usaha (35,48%), sektor angkutan (33%), sektor pertambangan (30,10%), sektor konstruksi (30,70%), dan sektor perdagangan (23,86%) (yoy). Sementara itu, sektor jasa sosial pada triwulan III-2012 tercatat tumbuh -14,32%(yoy).
40 Dilihat komposisi pinjaman menurut penggunaan, kredit modal kerja memiliki pangsa yang tertinggi yaitu sebesar 39,39% dengan nilai Rp.28,73 trilyun, diikuti oleh kredit investasi sebesar 36,88% dengan nilai Rp.26,90 trilyun, dan kredit konsumsi 23,73% dengan nilai Rp.17,31 trilyun. Menurut sektor ekonomi, kredit dengan pangsa terbesar adalah kredit pada sektor pertambangan, sektor perdagangan, dan sektor pertanian dengan pangsa masing-masing sebesar 16,83%, 15,39% dan 13,96%
dengan nilai masing-masing sebesar Rp.12,28 trilyun, Rp.11,22 trilyun dan Rp.10,18 trilyun (Tabel. 3.4).
Tabel 3.4. Jumlah Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Menurut kabupaten/kota, penyaluran kredit terkonsentrasi untuk membiayai proyek di Kota Samarinda dan Kota Balikpapan yang merupakan pusat bisnis di Kalimantan Timur. Jumlah kredit yang dikucurkan untuk proyek di Kota Samarinda mencapai Rp.21,44 trilyun (pangsa 29,39%) dan di Kota Balikpapan sebesar Rp.19,21 trilyun (pangsa 26,34%). Sementara itu, alokasi kredit yang terkecil diperoleh Kabupaten Tana Tidung yaitu sebesar Rp.239 milyar (pangsa 0,33%) dan Malinau sebesar Rp.399 milyar (pangsa 0,55%).
41 Sementara itu untuk penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tertinggi dicapai oleh Kota Samarinda dengan nilai Rp.27,95 trilyun (pangsa 37,51%), disusul oleh Kota Balikpapan dengan nilai Rp.17,07 trilyun (pangsa 22,91%). Apabila dilihat dari nisbah pinjaman terhadap simpanan (LDR), nisbah tertinggi terjadi di Kabupaten Kutai Timur sebesar 145,50%, diikuti oleh Kota Bontang sebesar 143,78%, Kabupaten Berau (134,58%), dan Kabupaten Kutai Kartanegara (117,52%). Sedangkan LDR terendah terjadi pada Kabupaten Bulungan dengan nisbah sebesar 13,20% (pada Tabel 3.5).
Tabel 3.5. Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK menurut Kab/Kota di Kaltim
Ket : DPK dimasukkan dalam DPK *Kab Kukar, **Bulungan, ***Balikpapan Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Bank Indonesia
3.3. Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)
Penyaluran kredit berskala Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) oleh bank umum di Kaltim pada triwulan III-2012 mencapai Rp.29,69 trilyun, dengan pangsa 60,96%
terhadap total kredit yang disalurkan (Tabel 3.6). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit MKM Kaltim pada triwulan laporan tumbuh sebesar 5,51%(qtq) yang terdiri dari kredit berskala menengah (pangsa 23,66%) tumbuh sebesar 5,71% (qtq), kredit skala kecil (pangsa 27,07%) tumbuh sebesar 6,26%, sedangkan kredit mikro (pangsa 10,23%) tumbuh sebesar 3,16%(qtq) pada triwulan III-2012. Secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit skala menengah (Rp.500 juta s.d. Rp.5 milyar) yang tumbuh sebesar 29,36%(yoy).
42 Kredit MKM menurut jenis penggunaannya, baik kredit modal kerja, investasi dan konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 5,47%, 4,57% dan 5,77%(qtq).
Sementara itu, secara tahunan baik kredit investasi, kredit konsumsi, maupun kredit modal kerja tumbuh masing-masing sebesar 32,15%, 22,44%, dan 19,42%(yoy) (Tabel 3.7).
Secara sektoral, distribusi penyaluran kredit MKM terutama untuk membiayai tiga sektor utama, yaitu sektor perdagangan (pangsa 22,07%), sektor jasa dunia usaha (pangsa 6,97%), dan sektor konstruksi (pangsa 4,90%). Dilihat dari pertumbuhan secara triwulanan, pertumbuhan tertinggi tercatat pada sektor listrik, gas dan air sebesar 81,58%, diikuti oleh sektor jasa sosial sebesar 5,63%, dan sektor pertambangan sebesar 2,06%(qtq). Sementara itu, pertumbuhan tertinggi kredit MKM secara tahunan terjadi pada sektor listrik, gas dan air yang tumbuh 201,51%, sektor angkutan tumbuh sebesar 35,66%(yoy), sektor pertambangan 35,75% dan sektor konstruksi sebesar 29,29%(yoy). Sementara sektor yang mengalami pertumbuhan yang menurun adalah pada sektor pertanian (68,59%), sektor perdagangan (26,40)%, sektor jasa dunia usaha (26,07%), sektor perindustrian (26,69) dan sektor jasa sosial (0,88%) bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar masing-masing 89,24%, 37,25%, 30,52%, 28,32% dan 8,23%(yoy).
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit di Kaltim
Sumber : LBU Bank Indonesia
43 Tabel 3.7. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank, Jenis
Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Kaltim
Sumber : LBU Bank Indonesia
Kualitas kredit MKM yang disalurkan bank umum di Kaltim selama triwulan III-2012 menunjukkan penurunan kinerja seperti terlihat dari persentase kredit bermasalah bruto (gross-non performing loans/NPLs) yang sebesar 2,76%, meningkat jika dibandingkan dengan persentase NPLs pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,58%.
Dilihat dari pertumbuhan triwulanan, persentase NPLs mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu tumbuh sebesar 12,95%(qtq) di triwulan III-2012. Jika dilihat menurut sektor ekonomi, persentase NPLs tertinggi terjadi pada sektor konstruksi (8,33%), sektor pertambangan (7,93%) dan sektor jasa dunia usaha (5,13%). Sedangkan sektor-sektor lainnya mencatat persentase NPLs di bawah 5% pada triwulan III-2012 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.8.
44 Tabel 3.8. Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs)
menurut Sektor Ekonomi Kaltim
Sumber : LBU Bank Indonesia
3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 1 a. Perkembangan Aset BPR di Kaltim
Jumlah aset BPR di Wilayah Kaltim pada triwulan III tahun 2012
mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 4,04%(yoy), dengan total aset mencapai Rp.268,91 milyar, lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2012 yang tumbuh sebesar -0,10%(yoy) dengan nilai sebesar Rp.265,04 milyar (Grafik 3.7). Peningkatan pertumbuhan aset BPR secara tahunan terutama disebabkan oleh peningkatan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh BPR Kalimantan Timur.
Sementara itu secara triwulanan, aset BPR mengalami peningkatan 1,46%(qtq) pada triwulan III-2012.
1 Tidak termasuk BPR/S di kota Balikpapan (2 BPR/S)
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
50 100 150 200 250 300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011 2012
(Rp milyar) Total Aset growth (yoy)
Grafik 3.7 Perkembangan Aset BPR Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia
45 b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR di Kaltim
Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR di Kaltim pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan sebesar 3,33%(yoy), dengan nilai mencapai Rp.169,63 milyar (Grafik 3.8).
Pertumbuhan ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2012 yang sebesar 2,20%(yoy) dengan nilai sebesar Rp.167,57 milyar. Meningkatnya pertumbuhan DPK pada triwulan III-2012 dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan deposito sebagai komponen utama DPK BPR yaitu sebesar 3,11%(qtq) dengan nilai Rp.100,76 milyar, sedangkan tabungan mengalami penurunan atau tumbuh -1,40%(qtq) dengan nilai mencapai Rp.68,87. Secara tahunan, deposito tumbuh negatif 1,20%(yoy) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh -3,29%(yoy).
Sementara itu, tabungan mengalami pelambatan pertumbuhan yaitu tumbuh 10,76%(yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,02%(yoy).
c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR di Kaltim
Penyaluran kredit oleh BPR pada triwulan III-2012 mencapai Rp.207,78 milyar atau tumbuh sebesar 1,17%(qtq). Secara tahunan jumlah kredit mengalami pertumbuhan sebesar 10,43%(yoy) pada triwulan III-2012 (Grafik 3.9), sedikit lebih rendah jika dibandingkan triwulan II-2012 yang tumbuh sebesar
10,53%(yoy). Penurunan
pertumbuhan kredit terutama disebabkan oleh kontraksi kredit investasi yang tumbuh -4,99%(qtq). Secara tahunan, kredit investasi juga mengalami perlambatan atau tumbuh sebesar 15,11%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
0%
(Rp mily ar) Investasi Konsumsi
Modal Kerja grow th Kredit
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit BPR Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia
-10% (Rp milyar) Deposito Tabungan grow th DPK
Grafik 3.8 Perkembangan DPK BPR Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia
46 triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,41%(yoy). Secara triwulanan, kredit konsumsi pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 0,01%(qtq), sedangkan secara
46 triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,41%(yoy). Secara triwulanan, kredit konsumsi pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 0,01%(qtq), sedangkan secara