• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.8 Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.

2.8.1. Komponen Inflasi

Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi (Prathama dan Mandala, 2001:203):

harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya.

2. Bersifat umum

kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.

3. Berlangsung terus menerus

kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.

2.8.2 Tingkat Inflasi

Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Merayap (Creeping Inflation): laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

2. Inflasi menengah (Galloping Inflation): ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation): Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.

2.8.3 Teori Inflasi 1. Teori Inflasi Klasik

Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat Klasik tersebut lebih jauh dapat dirumuskan sebagai berikut :

Inflasi = f (jumlah uang beredar, kredit) 2. Teori Inflasi Keynes

Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full

employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap

tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi. Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar- benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program

investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi :

Inflasi = f (jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi)

3. Teori Inflasi Moneterisme

Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing. Sehingga teori inflasi menurut Moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :

Inflasi = f (kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif)

4. Teori Ekspektasi: Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi :

2.8.4 Metode Pengukuran Inflasi

Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi antara lain:

a. Consumer Price Index (CPI)

Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup: CPI= (Cost

of marketbasket ingiven year : Cost of market basket in base year) x 100%.

b. Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index

Indeks yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.

c. GNP Deflator merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan

PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:

GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100% 2.8.5Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:

a. Demand Pull Inflation: timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih

cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.

b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation: inflasi yang diakibatkan oleh

peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.

Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :

a. Domestic Inflation: tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh

kenaikan harga barang secaraumum di dalam negeri.

b. Imported Inflation: tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh

kenaikan harga-harga barang 2.8.6 Efek Inflasi

1. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effects)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi atau mereka yang mempunyai kekayaan dalam bentuk uang dimana nilainya naik dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi. 2. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat merubah alokasi faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi berbagai barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami

kenaikan yang lebih besar dan barang lain, yang kemudian mendorong produksi barang tersebut. Kenaikan produksi ini pada gilirannya akan merubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada. Memang tidak ada jaminan bahwa alokasi faktor produksi itu lebih efisien dalam keadaan tidak ada inflasi namun kebanyaan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.

3. Efek Terhadap Output (Output Effects)

Dalam menganalisa kedua efek diatas digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu.

Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaiakna produksi. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi (Hyper Inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan langsung antara inflasi dengan output. Inflasi dapat dibarengi dengan penurunan output. (Nopirin, 1987)

Pengaruh terhadap perekonomian:

Saat inflasi, para pemilik modal cenderung melakukan investasi spekulatif, misalnya membeli rumah, tanah, menyimpan barang berharga. Daripada melakukan investasi yang produktif.

b. Mengurangi kegairahan penanaman modal untuk mengembangkan usaha- usaha produktif. Perbankan atau lembaga keuangan lainnya akan menaikkan tingkat bunga pinjaman untuk menghindari kemerosotan nilai uang (modal) yang mereka pinjamkan.

c. Menimbukan ketidakpastian ekonomi di masa depan Inflasi akan terus berkembang jika tidak ditangani.

• Gagal mengendalikan inflasi akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi dan arah perkembangan ekonomi susah untuk diramalkan.

d. Menimbulkan masalah neraca pembayaran

• Inflasi selalu menyebabkan harga barang impor selalu lebih murah dari barang produksi luar negeri.

• Dan arus modal keluar negeri akan lebih cepat daripada ke dalam negeri. • Sehingga mengakibatkan kemerosotan nilai mata uang dan defisit neraca pembayaran.

Akibat inflasi terhadap individu dan masyarakat a. Kesenjangan Distribusi Pendapatan

Saat inflasi, nilai harga tetap (seperti tanah, rumah, dan bangunan pabrik) akan mengalami kenaikan. Dan kondisi ini sangat menguntungkan bagi para pemilik modal. Sebaliknya nilai pendapatan riil penduduk akan merosot, dengan demikian inflasi memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan.

b. Pendapatan Riil Merosot

Saat Inflasi, harga naik mendahului kenaikan pendapatan. Sedangkan sebagian tenaga kerja merupakan para pekerja berpenghasilan tetap. Dengan demikian inflasi mengakibatkan kemerosotan pendapatan riil masyarakat. Berarti kemakmuran masyarakat menurun

c Nilai Riil Tabungan Merosot

Saat inflasi, deposito akan menurun sehingga masyarakat yang memiliki uang tunai tersebut akan dirugikan karena penurunan nilai riilnya.

Dokumen terkait