• Tidak ada hasil yang ditemukan

Informan 2 ( Henny) Pilihan untuk ditemani

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA (Halaman 28-36)

4.4 Analisis dan Intepretasi data

4.5.2 Informan 2 ( Henny) Pilihan untuk ditemani

Amanah dari ayahnya agar sang ibu menjaga ia dan adiknya membuat Henny selalu menurut pada semua keputusan yang diambil oleh orang tuanya. Meskipun memiliki pilihannya sendiri, Henny selalu menuruti pilihan kedua orang tuanya. Sebenarnya Henny tidak ingin berkuliah di Surabaya karena ia sudah diterima bekerja sebagai front office di maskapai penerbangan Garuda di Banjarmasin. Sang ayah merasa bahwa pekerjaan itu tidak memiliki prospek yang yang bagus untuk masa depannya. Henny disuruh berkuliah di kampus ayahnya dulu yaitu UK Petra. Henny sebenarnya memiliki universitas pilihannya sendiri. Tapi ayahnya berkeras jika tidak di UK Petra lebih baik Henny tidak usah berkuliah. Akhirnya Henny mengikuti keinginan ayahnya. Kecelakaan yang

terjadi pada tahun 2008 membuat semua anggota keluarga memutuskan bahwa Henny harus ditemani oleh ibunya pada saat berkuliah di Surabaya. Karena itu merupakan keputusan semua anggota keluarga akhirnya Henny tidak punya pilihan lain.

Hilangnya figur seorang ayah dalam keluarga membuat Henny lebih dekat pada ibunya. Ia menganggap bahwa ibunya merupakan pemimpin dalam keluarga. “Selama ini papaku nggak ada dideket aku. Jadi mama itu selain jadi mama, juga sebagai imam di keluargaku,” ujar Henny. Meskipun sejak kecil ia selalu ditemani oleh ibunya, ia mengaku tidak pernah merasa risih. Ia merasa bahwa itu adalah bentuk kasih sayang ibunya.

Pada usia remaja, ia pernah melakukan pemberontakan pada ibunya karena ia merasa bahwa ia bukan anak kecil lagi. “Waktu awal sih nggak terlalu kerasa risih ce. Waktu aku mulai beranjak remaja,waktu dapat haid pertama, waktu kelas 1 SMP lah itu mulai timbul rasa risih. Ada perasaan, hei aku bukan anak kecil lagi yang harus dikawal kemana-mana”. Saat kelas 1 SMP ia memasang piercing di lidahnya. Ibunya sangat marah, dan pada awalnya ia bersikap cuek. Tapi melihat beban yang ditanggung oleh ibunya, ia menurut pada ibunya untuk mencopot piercing di lidahnya.

Sifatnya yang tomboy membuat ia harus mengikuti sekolah modeling agar bisa menjadi “lebih perempuan”. Pada awalnya ia merasa aneh, karena sangat tidak sesuai dengan sifatnya. Tapi lama-lama ia bisa menikmati, dan menyukai pekerjaannya sebagi seorang model. Semenjak menjadi seorang model, ibunya semakin protektif terhadap Henny. Kemanapun ia pergi selalu ditemani oleh ibunya. Termasuk saat melakukan magang di Bali pada tahun 2008. Pada tahun itu juga ia mengalami kecelakaan motor yang membuat ibunya trauma. Setelah kecelakaan itu ibunya takut berjauhan dari Henny.

Setelah lulus SMA, Henny diterima bekerja di maskapai penerbangan Garuda. Namun ayahnya merasa bahwa pekerjaan itu tidak memiliki prospek yang baik untuk ke depannya, sehingga ia disuruh melanjutkan kuliah di Surabaya. Sebenarnya ia memiliki pilihan sendiri, namun ayahnya tetap memaksa agar ia berkuliah di UK Petra. Saat pengambilan keputusan untuk menemani dirinya di Surabaya, Henny sebenarnya ingin menolak. Ia ingin belajar mandiri,

tapi seluruh anggota keluarganya memutuskan bahwa sang ibu harus ikut dengannya ke Surabaya. “Akhirnya semua memutuskan kalo mama ikut ke Surabaya, apalagi papaku juga ikutan setuju. Mau gimana lagi sudah nggak ada alasan lagi buat nolak, ” cerita Henny.

Sedari kecil, Henny terbiasa hidup dengan ibunya. Ibunya merupakan panutannya. Ia selalu menurut pada semua pilihan ibunya, karena ia merasa bahwa semua pilihan ibunya merupakan yang terbaik. Meskipun selalu ditemani ibunya kemanapun ia pergi ia tidak merasa risih. “Semakin kesini rasa risih itu hilang. Padahal kata orang semakin tambah usia, rasa risih bakalan tambah gede, tapi aku malah nggak, rasa risih itu tambah hilang” Pada awalnya ia memang merasa risih karena ia merasa bahwa ia bukan anak kecil yang harus ditemani kemanapun ia pergi. Beberapa temannya juga mengejek Henny karena selalu ditemani oleh ibunya. Ia merasa bahwa itu merupakan salah satu bentuk kasih sayang ibunya.

Kecelakaan yang terjadi pada tahun 2008 membuatnya trauma, dan ia tahu bahwa kecelakaan itu membuat ibunya semakin tidak bisa tinggal berjauhan darinya. Seiring bertambahnya usia, Henny mulai belajar mengambil keputusan. Tapi keputusan yang ia pilih selalu terbentur dengan pilihan orang tuanya. ia mengaku bahwa ia memang selalu menuruti keinginan orang tuanya. Tapi ketika pilihan itu dijalankan dan tidak sesuai dengannya, maka ia akan mencari cara agar ia bisa melaksanakan pilihannya sendiri. “Aku itu sebenernya orangnya keras ce. Kalau aku punya pilihan A trus orang tua minta aku ke B, aku ikutin. Tapi kalau ternyata nggak cocok sama aku, gimanapun caranya aku akan coba buat balik lagi ke A”

Pada saat memutuskan untuk berkuliah, sebenarnya ia tidak ingin berkuliah karena ia sudah mendapatkan pekerjaan. Lagi-lagi pilihan orang tua membuat ia harus melepas pekerjaan dan melanjutkan kuliah. Ia sebenarnya tidak ingin ditemani oleh siapapun ketika berkuliah, karena ia merasa bahwa ia sudah besar. Tapi semua anggota keluarganya setuju bahwa ia harus ditemani oleh ibunya, dan ia tidak bisa menolak. “Sebenernya aku nggak pengen ditemenin. Aku ngerasa kalo aku sudah besar. Kasihan juga mamaku di sini mikiri aku terus.”

Pada bulan Agustus 2011 hubungan Erna dan Henny menjadi tidak baik. Mereka lebih banyak bertengkar, dan berselisih paham. Pertengakaran mereka awalnya dipicu karena Erna melarang Henny mengikuti kepanitiaan di kampus. Erna melarang karena setelah Henny jatuh sakit, namun Henny menolak. Hal ini akhirnya membuat mereka bertengkar. Jika biasanya Henny selalu menurut pada ibunya, kali ini ia lebih menurut pada keinginannya. Ia melakukan apa yang ia inginkan meskipun itu bertengtangan dengan ibunya.

Masa ditemani di Surabaya

Henny tidak pernah merasa risih ketika ia ditemani ibunya untuk tinggal di Surabaya. Ia menganggap bahwa itu adalah bentuk kasih sayang ibunya terhadap ibunya. Hal ini juga telah ia jalani sebelum ia berkuliah. Dulu ia pernah merasa terproteksi ketika harus ditemani ibunya kemanapun, tapi seiring berjalannya waktu ia merasa terbiasa, dan merasa terbantu dengan kehadiran ibunya. Hilangnya figur seorang ayah membuat ia merasa bahwa ibunya adalah seorang imam di keluarganya. Meskipun ia sudah berkuliah ia selalu meminta izin kemanapun ia pergi. Ia tahu bahwa ibunya memiliki kenalan yang cukup banyak. Jika ia izin ke suatu tempat ia harus benar-benar berada di sana, karena ibunya akan tahu jika ia berbohong.

Erna selalu memberikan reward power terhadap anak-anaknya. Erna mengaku memberikan segala kemudahan bagi anak-anaknya. “Dari mereka kecil sampai besar selalu tante ladenin. Makan tinggal minta, tante siapin, mau makanan apa, tante masakin. Tante juga kalau bisa selalu di dekat mereka, jadi kalau mereka mau minta apa tinggal bilang aja, jadi mereka tinggal gampangnya aja” kata Erna (observasi peneliti, September 2011). Hal ini berubah dari kebutuhan menjadi kebiasaan. Ada beberapa reward yang diberikan Erna kepada Henny. Yang pertama adalah uang. Merasa bahwa anaknya masih belum mampu mengelola uang, semua pengeluaran Henny diatur oleh Erna. Untuk membeli barang yang murah sekalipun Henny selalu meminta izin kepada Erna.

Yang kedua adalah kasih sayang dan perhatian. Setiap anak selalu membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Hal ini tetap berlaku

sementara waktu, Henny menjadi lebih sering murung. Ia merasa bahwa ia harus kehilangan kasih sayang ibunya untuk sementara waktu. Ketika Erna mengatakan bahwa ia akan meninggalkan Henny jika ia sudah mandiri, Henny langsung cemberut.

Dalam kesehariannya Erna juga banyak mengkomunikasikan powernya dengan cara compliance gaining dan compliance resisting. Erna membuat Henny melakukan apapun yang ia inginkan. Dengan cara mengontrol setiap perkembangan putrinya, Erna selalu tahu apa yang ia inginkan untuk putrinya. Contohnya ketika melihat putrinya yang sangat tomboy, Erna meminta supaya Henny mengikuti sekolah kepribadian. Dengan sedikit pendekatan Erna langsung mendapatkan persetujuan dari putrinya. Dalam keseharian pasangan ini, Henny memang tidak pernah menolak permintaan ibunya. Karena sudah terbiasa dengan ibunya, Henny merasa bahwa pilihan ibunya pasti yang terbaik.

Kehilangan sosok seorang ayah, membuat Erna sangat berarti bagi Henny. Apapun Henny lakukan agar ibunya selalu senang. Baginya Erna bukan hanya seorang ibu, tapi juga seorang imam di keluarganya. Dengan keberadaan ibunya, ia selalu merasa nyaman. Dengan membuat ibunya senang, Henny juga berharap agar ibunya selalu dekat dengannya. Dalam hal ini Erna menggunakan referent power.

Masa bertengkar

Hal ini berubah ketika Henny menginjak usia 19 tahun. Sikap penurutnya berubah menjadi pemberontak. Ia lebih banyak bertengkar dengan ibunya. hubungan mereka tidak lagi harmonis. Ketika ditanya ia mengaku ada permasalahan internal antara ia dan ibunya. Perbedaan-perbedaan sifat membuat mereka terkadang sering mengalami cek-cok. Henny mengaku bahwa sebenarnya ia ingin agar ibunya memberi ia kesempatan untuk belajar mandiri. Tapi ketika ibunya mengancam akan pulang ke Banjarmasin, ia tidak lagi memberontak pada ibunya.

Masalah internal antara Henny dan ibunya menyulut pertengkaran yang bertahan selama 1 bulan lebih. Henny mengaku bahwa pertengkaran mereka dipicu olah hal yang sepele. Erna marah ketika Hanny jatuh sakit setelah

mengikuti kepanitiaan di kampus. Erna lalu melarang Henny untuk mengikuti kegiatan kepanitiaan, karena takut Henny akan jatuh sakit lagi. Henny menolak permintaan ibunya dan akhinya berujung pertengkaran.

Selama pertengkaran ini mereka lebih banyak diam satu sama lain. Hubungan mereka menjadi lebih renggang. Pada masa ini Henny sering berbeda pendapat termasuk dalam hal mengambil keputusan. Jika biasanya Henny selalu menurut pada ibunya, hal berbeda muncul ketika mereka bertengkar. Henny tetap mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya meskipun hal itu tidak disetujui oleh Erna.

Henny mengaku bahwa hal ini sama sekali tidak ada hubungan dengan masalah fisiknya. Ada beberapa masalah di antara mereka yang membuat mereka cek-cok setiap harinya. Henny ingin agar secara perlahan-lahan Erna melepasnya untuk mandiri. Namun pada saat ibunya mengancam akan meninggalkannya ke Banjarmasin, ia kembali seperti sedia kala. Ia kembali menurut pada ibunya. Henny terbiasa untuk terima beres, ketika ibunya meninggalkan dia sendirian akan kesusahan. Ibunya juga mengetahui sifat putrinya, dan kedua orang ini tidak bisa tinggal berjauhan. Henny mengatakan bahwa pertengkaran ini tidak ada hubungannya dengan kondisi fisiknya. Pertengkaran diantara mereka murni karena ada permasalahan internal diantara mereka. Henny juga mengaku ada beberapa perbedaan antara ia dan ibunya yang kadang membuat mereka bertengkar. Henny mengaku bahwa ia dan Erna memiliki banyak perbedaan. “Aku sama mama itu banyak perbedaan-perbedaan misalnya mama suka rame, aku suka hening. Mama bisa manage raut muka waktu marah, sedang aku selalu kebawa ke kehidupan sehari-hari” jelas Henny.

Meskipun sudah menginjak usia 17 tahun, Erna selalu menemani Henny kemanapun ia pergi. Erna mengaku ada banyak alasan yang membuat ia selalu menemani Henny hingga saat ini. Yang pertama adalah pesan dari suaminya bahwa ia harus menjaga anak-anaknya. Kedua adalah Henny mulai terjun ke dunia modeling dan yang terakhir adalah kecelakaan yang menimpa Henny pada saat ia masih berusia 17 tahun.

kecil, Henny selalu menuruti keinginan ibunya. Salah satu yang paling mencolok adalah ketika Henny dijodohkan dengan seorang pengusaha kaya yang usianya sama dengan usia orang tuanya sendiri. Pada saat itu usia Henny baru saja akan menginjak 18 tahun. Ketika itu Erna, mengakui bahwa perjodohan itu berjalan karena Henny setuju dengan pilihan Erna. Ketika hal itu ditanyakan kepada Henny, dia tidak menyangkal. Melewati usia 17 tahunpun Erna masih bersikap cukup protektif terhadap Henny dan terkadang sedikit memperlakukannya seperti anak kecil yang harus dibantu untuk memenuhi kebutuhannya.

Ketika Henny menghadiri sebuah acara modeling di Jakarta, Erna masih setia menemani Henny padahal saat itu usia Henny genap 17 tahun. Erna tidak canggung menemani Henny nongkrong di salah satu kafe bersama teman-teman Henny. Meskipun saat itu Erna merupakan satu-satunya orang tua di sana, ia mengaku bersikap cuek. Erna mengaku lebih baik dipandang aneh oleh orang lain daripada putrinya terjerumus ke pergaulan bebas. Berbagai pilihan dari orang tuanya selalu diikuti oleh Henny meskipun bertentangan dengan keinginannya.

Ketika masuk dunia kuliah Erna mengaku bahwa putrinya sudah bisa ditinggal mandiri. Tapi dari observasi yang dilakukan peneliti, terlihat bahwa sikap Erna yang protektif berubah menjadi memanjakan. Henny menjadi manja pada ibunya karena sudah dibiasakan dari kecil. Erna mengaku bahwa ia selalu memberikan kemudahan pada anak-anaknya, sehingga mereka hanya “terima beres”. Semua kebutuhan Henny selalu Erna siapkan setiap harinya. Untuk masalah pakaian, Erna tidak pernah menggunakan fasilitas kos untuk mencuci bajunya. Ia mencuci dan menyetrika sendiri bajunya serta baju Henny. Hal yang tidak berbeda berlaku pada makanan. Setiap hari Erna selalu memasak makanan kesukaan Henny. Pada saat makan, Erna juga selalu mengambilkan makanan itu untuk Henny. Jika Henny ingin memakan buah, dia hanya tinggal meminta pada ibunya, maka Erna akan langsung menyediakannya.

Henny terbiasa untuk “dilayani” dari kecil, sehingga berlanjut dengan ketergantungan pada ibunya. Sikap ini pula yang membuat power Erna pada putrinya tidak pernah hilang sampai sekarang. Setiap akan mengambil keputusan, Henny selalu berkonsultasi dengan ibunya. Jika ibunya mengatakan sesuatu makan ia akan mengikuti. Dengan status sebagai seorang “ibu”, Erna merasa

bahwa setiap keputusan yang ia pilihkan bagi putrinya adalah keputusan yang terbaik. Meskipun terkadang Henny memiliki pilihan sendiri, ia tetap akan memilih untuk mengikuti saran dari ibunya.

Karena rasa ketergantungan antara satu dengan yang lain, mereka seperti tidak bisa saling berjauhan. Ketika salah satu harus pergi maka yang lain akan merasa sedih dan kehilangan. Hal ini cukup terlihat ketika Henny harus mengikuti camp jurusan. Ketika itu, Erna terlihat sering uring-uringan. Ia merasa takut akan ada hal buruk terjadi ketika ia berjauhan dari putrinya. Hal serupa juga terjadi ketika Erna harus pulang ke Banjarmasin selama 1 minggu. Pada saat ditinggal oleh ibunya, henny selalu terlihat murung dan lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. Namun ketika ibunya kembali, ia kembali ceria dan bersikap seperti biasa.

Seiring bertambahnya usia, Henny merasa bahwa dirinya ingin belajar mandiri. Pada bulan Agustus 2011, Henny mulai melakukan “pemberontakan”. Ia mulai jarang terlihat akrab bersama ibunya. Sikapnya yang biasa ceria mulai berubah menjadi jutek. Erna sendiri tidak mengetahui secara persis apa yang terjadi pada putrinya. Pada masa ini, Henny lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kos. Erna sendiri tidak berani bertanya pada Henny, karena takut menyulut pertengkaran.

Setelah berjalan selama 1 bulan, Erna mulai kesal dengan sikap Henny. Erna juga menjadi mudah marah, dan sering bercerita bahwa anaknya sudah mulai tidak patuh lagi. Erna merasa bahwa ia sudah memberikan segala kemudahan pada Henny. Erna marah karena biasanya putrinya selalu menurut, sedangkan pada masa ini Henny cukup sering marah-marah pada ibunya. Pada masa ini juga Henny lebih banyak mengambil keputusan sendiri. Ia tidak menghiraukan meskipun Erna tidak setuju dengan pilihannya. Ketika sudah tidak tahan lagi Erna mengancam akan pulang ke Banjarmasin jika Henny tidak berubah sikap. Menurut Erna setelah “diancam” sikap Henny kembali melunak. Tapi pertengkaran-pertengkaran kecil diantara mereka masih sering terjadi.

Erna mengaku bahwa perubahan Henny itu karena diet ketat yang sedang dijalani oleh Henny. Pernyataan yang berbeda didapat peneliti dari Henny. Henny tidak memungkiri bahwa ia sedang melakukan diet, tapi hal itu tidak

mempengaruhi perubahan sikapnya. Ia mengaku bahwa perubahan sikapnya berasal dari pertengkaran diantara ia dan Erna. Ada perbedaan-perbedaan di antara mereka yang kadang menyulut pertengkaran. Ketika mulai bertengkar, tidak ada pihak yang mau mengalah. Belum selesai masalah yang satu, akan tertumpuk masalah yang lain. Henny sendiri mengaku bahwa ia ingin agar Erna membiarkannya belajar mandiri.

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA (Halaman 28-36)

Dokumen terkait