BAB I PENDAHULUAN
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.4 INFORMAN PENELITIAN
Informan dalam penelitian ini adalah melalui key person. Key person digunakan karena orang yang akan diwawancarai sangat memahami informasi tentang objek penelitian sehingga peneliti membutuhkan key person untuk memulai wawancara atau observasi.
Maka dari itu yang menjadi key person dalam penelitian ini adalah pemilik Usaha Dagang Delima Jaya Perabot itu sendiri yakni Bapak Amaludin.
3.5Definisi Konsep 3.5.1 Biaya
Biaya adalah aliran sejumlah anggaran dalam mata uang yang harus dikeluarkan dalam proses produksi suatu usaha. Biaya bisa juga dikatakan sebagai pengorbanan sejumlah material dalam bentuk mata uang yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi input menjadi output yang memiliki nilai jual. Biaya menurut The Committee on Cost concepts-American Accounting Association, merupakan suatu peristiwa/kejadian yang diukur berdasarkan nilai uang, yang timbul atau mungkin akan timbul untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hansen dan Mowen (2004) menyatakan bahwa Cost is the cash or cash equivalent value sacrified for goods and services that are ex-pected to bring a current or future benefit to the organization. Dikatakan ekuivalen kas kerena sumber non kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.
3.5.2 Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya – biaya yang berhubungan langsung dengan produksi suatu produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan (revenue) diperiode mana produk itu dijual (Halim, 1999 : 5).
Biaya produksi dapat juga didefenisikan sebagai harga pokok yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan (Supriyono, 2000). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan sejumlah pengorbanan material yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan laba.
3.5.3 Metode Penentuan Biaya Pokok Produksi A. Metode Full Costing
Menurut Rudianto dalam Rica (2013:30) metode full costing adalah metode penentuan biaya produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
B. Metode Variabel Costing
Menurut Machfoedz dalam widyaastuti (2007), variabel costing adalah suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok produksi.
3.6 Jenis Data Dan Tehnik Pengumpulan Data
Data merupakan rekaman atau gambaran atau keterangan akan suatu hal yang bersifat nyata atau fakta. Apabila data tersebut diolah maka ia akan menghasilkan suatu informasi. Selanjutnya penafsiran dari informasi akan menghasilkan opini
atau pendapat. Data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya menjadi data primer yakni data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen publikasi yang sudah dalam bentuk jadi.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni :
a) Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap hal yang dianggap berhubungan dengan objek penelitian, atau hal yang berkaitan dengan masalah penelitian.
b) Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dalam penyediaan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian
c) Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan catatan-catatan dan data-data berupa dokumen yang ada di lokasi penelitian seperti petunjuk pelaksanaan, petunjuk tehnis serta seumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
d) Kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian.
3.7Tehnik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan menguraikan dan menginterpretasikan data yang telah didapat dari lapangan dan informan sehingga informasi yang diperoleh dan dianalisis diharapkan dapat mengungkapkan bagaimana perhitungan biaya produksi sebenarnya, dimana hasil analisis perhitungan tersebut dapat membuat suatu
komparasi perhitungan biaya produksi antara UD Delima Jaya Perabot dengan metode full costing.
Penjelasan deskriptif yang digunakan oleh peneliti adalah :
1. Menguraikan dengan detail perhitungan yang dilakukan oleh UD Delima Jaya Perabot
2. Mengidentifikasi biaya-biaya yang tidak diperhitungkan dalam biaya peroduksi oleh UD Delima Jaya Perabot
3. Mengidentifikasi ketidak sesuaian dengan metode full costing
4. Menyajikan hasil perhitungan biaya produksi UD Delima Jaya Perabot dan full costing untuk melihat perberdaan perhitungan yang telah diterapkan selama ini.
BAB IV
Hasil Penelitian
4.1Gambaran Umum Lokasi Perusahaan
4.1.1 Sejarah dan Profil Singkat Usaha Dagang Delima Jaya Perabot
Usaha Dagang Delima Jaya Perabot adalah usaha yang bergerak dalam bidang finishing dan penjualan mebel jepara. Berlokasi di Jalan Panglima Denai Medan Amplas, usaha ini mulai beroperasi pada tahun 2001. Usaha ini dijalankan perorangan oleh Bapak Amaludin. Produk mebel jepara Furniture adalah berbagai jenis mebel keperluan rumah tangga dan perkantoran dan industri. Usaha Dagang Delima Jaya Perabot yang berlokasi di Medan ini untuk memenuhi kebutuhan barang pelengkap yang di pakai rumah tangga, kantor dan industri dan pertokoan yang tumbuh semakin pesat. Dalam kegiatan industri Usaha Dagang Delima Jaya Perabot memproduksi pesanan berdasarkan pesanan dari pihak konsumen, dan menyediakan produk jadi tanpa pesanan. Usaha Dagang Delima Jaya Perabot selain memproduksi juga melayani desain sesuai permintaan konsumen. Jenis produksinya adalah berbagai perabot lemari, lemari dapur kitchen set, lemari pakaian, tempat tidur, meja dan lemari kantor dan semua barang mebeler sebagai barang pemuas kebutuhan.
Pasar yang sudah di jangkau oleh Usaha Dagang Delima Jaya Perabot selama periode hampir 12 tahun adalah wilayah Medan dan sekitarnya.
Table 4.1
Daftar Perabot Yang Di Produksi Oleh UD DELIMA JAYA PERABOT a. Risban (Sofa Kayu)
No Nama Produk Kode Produk Harga
1 Risban Ganesa Mawar MPB 010 Rp 14.000.000
2 Risban Kerang I MPB 011 Rp 13.000.000
3 Risban Ganesa Jumbo MPB 012 Rp 16.000.000 4 Risban Ganesa Putri MPB 013 Rp 14.000.000
5 Risban Ganesa MPB 014 Rp 14.000.000
6 Risban Monako Kelereng MPB 015 Rp 13.000.000
7 Risban Kerang MPB 016 Rp 15.000.000
8 Risban Selendang MPB 017 Rp 14.000.000
b. Meja
No Nama Produk Kode Produk Harga
1 Meja Sudut MS 00021 Rp 250.000 – Rp 2.500.000 2 Meja Tamu MT 00022 Rp 750.000 – Rp 5.000.000 3 Meja Kerja MKR 00023 Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 4 Meja Konsul MKS 00024 Rp 4.000.000 – Rp 20.000.000 5 Meja Makan MM 00025 Rp 1.500.00 – Rp 7.500.000
c. Almari
No Nama Produk Kode Produk Harga
1 Buffet BF 00031 Rp 2.500.000 – Rp 15.000.000 2 Almari Buku AB 00032 Rp 1.500.000 – Rp 5.000.000 3 Almari Pakaian AP 00033 Rp 2.500.000 – Rp 15.000.000
d. Produk Lain
No Nama Produk Kode Produk Harga
1 Kursi KUI 00041 Rp 650.000 – Rp 1.500.000 2 Amben (Lesehan) ALH 00042 Rp 800.000 – Rp 2.500.000 3 Tempat Tidur TMT 00043 Rp 3.000.000 – Rp 10.000.000 4 Nakas NKS 00044 Rp 850.000 – Rp 1.750.000 5 Gebyok GBY 00045 Rp 2.500.000 – Rp 5.500.000 6 Pintu/Jendela PJ 00046 Rp 750.000 – Rp 5.500.000 7 Sketsel SKL 00047 Rp 750.000 – Rp 4.500.000 8 Hiasan Ukir HUR 00048 Rp 150.000 – Rp 2.500.000
4.1.2 Visi dan Misi
Setiap jenis usaha baik yang besar maupun usaha kecil tentu memiliki visi dan misi meskipun masih dalam ketegori sederhana. Para pemilik biasanya merumuskan visi dan misi yang menentukan sasaran dan tujuan usahanya. Sehingga pemilik dapat lebih fokus dalam menjalankan usahanya.
UD Delima Jaya Perabot dikategorikan sebagai salah satu jenis bisnis yang dimiliki secara perorangan (individu). Menurut Bapak Amaludin, awalnya beliau tidak menetapkan secara khusus visi dan misi yang harus dijalankan oleh bisnisnya. Namun seiring dengan berjalannya usaha ini, Bapak Amaludin menetapkan visi dan misi usahanya secara sederhana.
Visi : menjadi usaha produksi furniture jepara yang professional dan maju. Sebagai penjabaran dari visi tersebut, maka misi yang ada dalam usaha ini yakni mengelola usaha dengan memperhatikan kepuasan pelanggan.
4.1.3 Struktur Organisasi
Dalam setiap diri seseorang maupun kelompok pada umumnya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan memerlukan tahapan dan pembagian kerja, serta tempat atau wadah yang dijadikan untuk melaksanakan seluruh rangkaian rencana. Organisasi adalah sebuah wadah/tempat, mempersatukan setiap individu yang bebeda dan sebagai sarana setiap anggotanya untuk melakukan kegiatan (mengekspresikan) kemampuan diri, sesuai tugas dan tanggung jawab yang telah ditetapkan. Beberapa kegiatan organisasi tersebut diantaranya dalam bentuk kerja sama dan komunikasi yang baik, antar anggota yang bersifat (intern), maupun kegiatan yang bersifat luar (ekstern).
Dalam organisasi ada sekelompok manusia yang melakukan kegiatan yang berbeda dan terarah, terkait antara satu dengan yang lain dalam mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan. Struktur Organisasi adalah pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dengan menggunakan garis lini organisasi, atau bisa disebut wilayah kerja. Struktur organisasi di buat dengan tujuan, supaya
setiap anggota dalam organisasi mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan maksimal, sehingga tercipta komunikasi dan hubungan yang harmonis baik antar anggota maupun dengan organisasi lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari struktur organisasi tersebut diatas dapat diuraikan pembagian tugas dan tanggung jawab masing masing sesi dalam organisasi Usaha Dagang Delima Jaya Perabot sebagai berikut:
a. Pemilik Usaha
Pemilik usaha dari usaha dagang delima jaya perabot adalah Bapak Amaludin yang berperan juga sebagai pemimpin perusahaan. Sebagai pimpinan perusahaan, Bapak Amaludin bertanggung jawab atas segala biaya produksi. Mulai dari proses pembelian bahan baku, pembayaran upah pekerja, pengeloaan biaya penolong dan biaya lainnya.
b. Bagian Produksi
Bagian produksi bertanggungjawab atas kegiatan produksi sesuai dengan pesanan konsumen.Pada bagian produksi ini, tenaga kerja terdiri atas pekerja inti dan pekerja pembantu. Pekerja inti adalah tenaga kerja yang dapat melakukan kegiatan produski mulai dari tahap awal sampai akhir. Sedangkan pekerja pembantu adalah tenaga kerja yang hanya dapat mengerjakan beberapa tahap produksi saja. Kegiatan produksi diantaranya pengamplasan rangka jepara. Kegiatan ini berfungsi untuk menghaluskan kayu jepara agar lebih mulus. Setelah pengamplasan selesai dilakukan tahap berikutnya adalah pemberian warna (pengecatan). Warna yang diberikan tergantung pada jenis pesanan, dimana biasanya warna pada produk jepara yakni cokelat tua, hitam, cokelat muda. Setelah pengecetan selesai dan rangka mongering tahap ketiga
yakni pemberian varnish. Pemberian varnish dilakukan agar kayu lebih mengkilap dan lebih indah. Disamping itu pemberian varnish membuat kayu jepara lebih tahan lama. Tahap terakhir adalah pemasangan jok sofa dan pemasangan plastic agar sofa tidak kotor saat diantar kepelanggan
Gambar 4.1
Struktur Organisasi UD Delima Jaya Perabot
Sumber : Hasil Wawancara, diolah peneliti (2014)
4.2Penyajian Data 4.2.1 Proses produksi
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil contoh produk risban. Untuk menggambarkan proses pembuatan produk risban tersebut dapat dilihat pada tahapan berikut ini :
1. Pengamplasan, kegiatan ini berfungsi untuk menghaluskan kayu jepara agar lebih mulus.
PEMILIK BAPAK AMALUDIN BAGIAN PRODUKSI DEPARTEMEN PENGAMPLASAN DEPARTEMEN PENGECATAN DEPARTEMEN VERNISH DEPARTEMEN PEMASANGAN JOK
2. Pengecatan, warna yang diberikan tergantung pada jenis pesanan, dimana biasanya warna pada produk jepara yakni cokelat tua, hitam, cokelat muda
3. Pemberian varnish, Pemberian varnish dilakukan agar kayu lebih mengkilap dan lebih indah. Disamping itu pemberian varnish membuat kayu jepara lebih tahan lama.
4. Pemasangan busa sofa, Tahap terakhir adalah pemasangan jok sofa dan pemasangan plastic agar sofa tidak kotor saat diantar kepelanggan
Gambar 4.2
Tahap Proses Produksi Pada Satu Unit Risban (Sofa Kayu)
Sumber : Hasil Wawancara (2014)
4.2.2 Estimasi Produk Yang Diproduksi Per Bulan
Dari hasil wawancara penulis dengan pemilik usaha, didapati estimasi produk yang diproduksi oleh UD Delima Jaya Perabot setiap bulannya. Dimana UD Delima Jaya Perabot dapat memproduksi rata-rata 15 unit produk dengan rincian produk jenis risban sebanyak 8 unit, almari sebanyak 4 unit, meja sebanyak 4 unit dan produk lainnya 1 unit. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabe berikut : Tahap Pengamplasan Tahap Pengecatan Tahap Pemberian Varnish Tahap Penyelesaian (Pemasangan Busa
Tabel 4.2
Estimasi Produk Per Bulan
No Jenis Produk Jumlah produksi per bulan 1 Risban 8 unit 2 Almari 4 unit 3 Meja 4 unit 4 Lain-lain 1 unit Jumlah 15 unit
4.2.2 Jenis Biaya Produksi Menurut Perusahaan 1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku terdiri atas pembelian kayu jati yang sudah berbentuk rangka, busa sofa, kain sofa, dan cat melamin. Berikut jenis biaya bahan baku yang digunakan untuk produk risban :
Tabel 4.3
Biaya Bahan Baku Untuk Satu Unit Risban (Sofa Kayu) No Nama Bahan Harga
1 Kayu jati 6.300.000
2 Kain sofa 800.000
3 Busa 250.000
4 Cat melamin 150.000
Total Harga 7.500.000
Sumber : Hasil wawancara (2014)
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja terdiri atas pekerja inti dan pekerja pembantu. Pekerja inti merupakan pekerja yang bisa melakukan proses produksi dari tahap awal sampai dengan tahap penyelesaian produk, sementara pekerja pembantu hanya mengerjakan beberapa tahap proses produksi seperti memvernish atau memasang
jok saja. Namun kedua jenis tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja yang langsung menangani proses produksi. Masing – masing pekerja diberi upah berbeda sesuai dengan jenis pekerjaannya tersebut. Pekerja inti diberi upah sebesar Rp 75000 perhari kerja. Sedangkan pekerja pembantu diberi upah sebesar Rp 60000 per hari kerja. Berikut tabel biaya tenaga kerja langsung di Usaha Dagang Delima Jaya :
Tabel 4.4
Biaya Tenaga Kerja Langsung Untuk Satu Unit Produk Risban (sofa kayu) Tenaga Kerja Langsung Jenis Pekerjaan Waktu Proses Upah/Hari Jumlah Pekerja Jumlah Departemen
Pengamplasan Mengamplas kerangka 5 hari 75.000 2 750.000 Departemen
Pengecatan Pemberian warna 6 hari 75.000 2 900.000 Departemen
Pemberian Varnish Pemberian varnish 5 hari 60.000 1 300.000 Departemen
Pemasangan Jok (Finishing)
Pemasangan Jok sofa 5 hari 60.000 1 300.000
Jumlah 2.250.000
Sumber : Hasil wawancara, data diolah peneliti (2014)
3. Biaya Overhead
Biaya overhead pabrik menurut hasil wawancara dengan pemilik usaha terdiri atas biaya sewadan biaya administrasi. Dalam penerapan perhitungannya, total biaya overhead pabrik ini disebut oleh pemilik usaha sebagai biaya sewa dan
lain – lain dengan total Rp 1.250.000 dan menurut pemilik estimasi jumlah biaya tersebut sudah mencakupi keseluruhan biaya produksi tidak langsung.
4.3Hasil Pembahasan
4.3.1 Jenis Biaya Produksi Menurut Full Costing 1. Biaya bahan baku
Dalam penelitian ini, untuk jenis biaya bahan baku menurut metode full costing sama dengan yang dilakukan oleh UD Delima Jaya Perabot. Bahan baku terdiri atas kayu jati, kain sofa, busa sofa, dan cat melamin.
Tabel 4.5
Biaya Bahan Baku Untuk Jenis Risban (Sofa Kayu) No Nama Bahan Harga
1 Kayu jati 6.300.000
2 Kain sofa 800.000
3 Busa 250.000
4 Cat melamin 150.000
Total Harga 7.500.000
Sumber : Hasil wawancara, data diolah peneliti (2014)
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja menurut full costing juga tidak berbeda dengan biaya tenaga kerja langsung yang ditentukan oleh UD Delima Jaya Perabot. Biaya tenaga kerja terbagi atas empat tahap proses produksi. Untuk keterangan lebih lanjut, peneliti menyajikan biaya tersebut dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Biaya Tenaga Kerja Langsung Untuk Satu Unit Risban (sofa kayu) Tenaga kerja langsung Jenis pekerjaan Waktu Proses Upah/hari Jumlah pekerja Jumlah DEPARTEMEN PENGAMPLASAN Mengamplas kerangka 5 hari 75.000 2 750.000 DEPARTEMEN PENGECATAN Pemberian warna 6 hari 75.000 2 900.000 DEPARTEMEN PEMBERIAN VARNISH Pemberian varnish 5 hari 60.000 1 300.000 DEPARTEMEN PEMASANGAN JOK Pemasangan
Jok sofa 5 hari 60.000 1 300.000
Jumlah 2.250.000
Sumber : Hasil wawancara, data diolah peneliti (2014)
Dari data diatas dapat diketahui jumlah biaya tenaga kerja langsung dalam memproduksi satu jenis produk risban (sofa kayu) sebesar Rp.2.250.000,-.
3. Biaya Overhead Pabrik (Biaya Produksi Tidak Langsung)
Perbedaan penentuan biaya terletak pada biaya produksi tidak langsungnya. Biaya produksi tidak langsung selama pengamatan peneliti terdiri atas biaya bahan baku tidak langsung, biaya listrik dan air, biaya sewa gedung dan biaya lainnya yang tidak diperhitungkan oleh Bapak Amaludin sebagai biaya proses produksi. Jenis biaya produksi tidak langsung yang berhasil penulis amati dan diidentifikasi secara langsung kepada satu unit produk risban disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Biaya Produksi Tidak Langsung Untuk Satu Unit Risban
No Jenis Biaya Jumlah
1 Kertas Amplas
(Rp 75.000 : 15 unit) 5.000
2 Paku ukuran 3 cm sebanyak ¼ kg 25.000 3 Plastik pembungkus tebal 0.08 mm 50.000 4 Cat tambahan ukuran sedang 2 kaleng
@75.000 150.000
5 Thiner 2 botol @30.000 60.000
6 Lap halus dan pelicin 1 botol 75.000
7 Upah menjahit kain sofa 320.000
8 Lem ukuran sedang 1 kaleng 25.000 9 Biaya Administrasi per bulan 150.000
10 Biaya listrik per bulan 150.000
11 Biaya Air per bulan 75.000
12 Biaya sewa
(satu tahun Rp 10.500.000 : 12 bulan)
875.000
Total 1.810.000
Sumber : diolah peneliti (2014)
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel diatas, ada beberapa biaya produksi tidak langsung yang dibayar secara bulanan oleh pemilik usaha, diantaranya
a. Biaya air Rp 75.000 b. Biaya Listrik Rp 150.000 c. Biaya sewa Rp 875.000 d. Biaya Administrasi Rp 150.000
Dari biaya yang dibayar secara bulanan ini, seharusnya pemilik usaha mengalokasikan masing-masing biaya tersebut pada setiap unit produk secara proporsional. Menurut estimasi total produk per bulan, penulis memilih dasar
alokasi jumlah unit produk dengan alasan sederhana untuk digunakan. Dengan demikian biaya listrik, air dan sewa yang dapat dialokasikan kemasing-masing unit produk adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
Pembebanan Biaya Listrik, Air, Sewa dan Administrasi secara Proporsional Jenis
produk Biaya Air Biaya Listrik Biaya Sewa
Biaya Administrasi Risban 8/15 x Rp 75.000 = 40.000 8/15 x 150.000 = 80.000 8/15 x Rp875.000 = 466.666,6 8/15 x 150.000 = 80.000 Meja 4/15 x Rp75.000 = 20.000 4/15x Rp 150.000 = 40.000 4/15xRp875.000 = 233.333,3 4/15x Rp 150.000 = 40.000 Almari 4/15 x Rp75.000 = 20.000 4/15x Rp 150.000 = 40.000 4/15xRp875.000 = 233.333,3 4/15x Rp 150.000 = 40.000 Lainnya 1/15xRp75.000 = 5000 1/15xRp150.000 = 10.000 1/15xRp875.000 = 58.333,3 1/15xRp150.000 = 10.000
Dari perhitungan alokasi biaya air, listrik dan sewa pada setiap unit produk per bulan maka untuk satu unit produk risban rincian biaya tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9
Pembebanan Biaya Listrik, Air, Sewa dan Administrasi Pada Satu Unit Risban Jenis Biaya Jumlah Biaya Jumlah Unit
Produk/ bulan Biaya Per unit
Biaya Air 40.000 8 unit 5.000
Biaya Listrik 80.000 8 unit 10.000
Biaya sewa 466.666,6 8 unit 58.333,3
Biaya
Administrasi 80.000 8 unit 10.000
Sehingga biaya produksi tidak langsung yang sesungguhnya terjadi pada satu unit risban di UD Delima Jaya Perabot ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10
Daftar Biaya Produksi Tidak Langsung Untuk Satu Unit Produk Risban
No Jenis Biaya Variabel Tetap
1 Kertas Amplas
(Rp 75.000 : 15 unit) 5.000 -
2 Paku ukuran 3 cm sebanyak ¼ kg 25.000 - 3 Plastik pembungkus tebal 0.08 mm 50.000 - 4 Cat tambahan ukuran sedang 2 kaleng
@75.000 150.000 -
5 Thiner 2 botol @30.000 60.000 -
6 Lap halus dan pelicin 1 botol 75.000 -
7 Upah menjahit kain sofa 320.000 -
8 Lem ukuran sedang 1 kaleng 25.000 -
9 Biaya Administrasi - 10.000
10 Biaya listrik per bulan - 10.000
11 Biaya Air per bulan - 5000
12 Biaya sewa
(satu tahun Rp 10.500.000 : 12 bulan) -
58.333,3
Total 710.000 83.333,3
Sember : Diolah Peneliti (2014)
4.3.2 Perbedaan Perhitungan Biaya Produksi UD Delima Jaya Perabot Dengan Metode Full Costing
Dari data perhitungan biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung yang telah diolah peneliti sebelumnya, maka dapat dilihat perbedaan perhitungan biaya produksi antara UD Delima Jaya Perabot dengan metode full costing. Perbedaan kedua metode perhitungan biaya produksi tersebut terletak pada penentapan dan perhitungan biaya produksi tidak langsungnya. Dimana UD Delima Jaya Perabot tidak memperhitungkan secara akurat dan rinci jenis-jenis biaya produksi tidak langsung yang sebenarnya terjadi pada proses produksi unit
risban. Pemilik usaha hanya mengakumulasikan keseluruhan biaya tersebut dalam jenis biaya sewa dan lain-lain dengan total Rp 1.250.000 tanpa memikirkan apakah biaya tersebut mencakupi keseluruhan biaya produksi atau tidak. Perbedaan kedua perhitungan biaya produksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11
Perbandingan Total Biaya Produksi Untuk Satu Unit Produk Risban
Perusahaan Full costing
Unsur Biaya Produksi
Total Unsur Biaya
Produksi
Total
Bahan Baku 7500000 Bahan Baku 7500000
Upah Langsung 2250000 Upah Langsung 2250000
Biaya Produksi Tidak Langsung
Biaya Produksi Tidak Langsung
Biaya Sewa dan lain-lain
1250000 BPTL Variabel 710.000
BPTL Tetap 83.333,3
Total 11.000.000 Total 10.543.333,3
Dalam perhitungan biaya produksi dengan metode full costing, biaya produksi yang mencakupi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya produksi tidak langsung memperhitungkan secara rinci jenis biaya apa saja yang masuk dalam biaya produksinya. Hasil perhitungan biaya produksi tidak langsung sebesar Rp 10.543.333,3 lebih kecil dari biaya produksi yang ditetapkan oleh UD Delima Jaya Perabot yakni sebesar Rp 11.000.0000. Selisih kedua perhitungan ini sebesar Rp 456.666,7 dimana selisih tersebut tentu mengakibatkan perhitungan biaya produksi yang tidak akurat dan rinci.
Pehitungan dengan metode full costing, lebih memberikan perhitungan biaya produksi yang lebih rinci dan akurat. Karena perhitungan jenis biaya per bulan yang dikeluarkan oleh pemilik usaha dihitung secara proporsional kepada setiap unit produk yang diproduksi setiap bulannya. Sehingga tidak ada kesamaan biaya produksi langsung perbulan yang diestimasikan kepada produk. Perhitungan dengan metode full costing ini tentu lebih memberikan perhitungan yang akurat dan rinci, sehingga kebijakan penetapan harga jual produk kepasar lebih kompetitif dan menarik pelanggan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berikut ini kesimpulan dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti pada UD Delima Jaya Perabot diantaranya :
1. Kekeliruan dalam menentukan biaya yang seharusnya masuk dalam biaya overhead pabrik membuat perhitungan biaya pokok produksi menjadi tidak akurat dan tidak sesuai dengan harapan UD Delima Jaya Perabot
2. Perbedaan perhitungan biaya pokok produksi pada jenis produk risban terdapat pada penetapan serta pengklasifikasian biaya produksi tidak langsungnya. Selama melakukan penelitian, peneliti menemukan biaya-biaya yang dipicu dari aktivitas memproduksi barang atau produk namun tidak dimasukkan kedalam perhitungan biaya pokok produksi oleh pemilik usaha. Dimana biaya tersebut adalah biaya overhead pabrik yang terdiri atas BPTL tetap dan overhead BPTL variabel sebesar Rp R793.333,3
3. Dari perhitungan yang telah dilakukan oleh penelliti, diperoleh fakta mengenai perhitungan biaya pokok produksi yang dihitung sendiri oleh perusahaan menghasilkan biaya pokok produksi yang tidak akurat. Namun, apabila menggunakan perhitungan dengan metode full costing maka perhitungan harga pokok produksi lebih akurat dan sesuai dengan harapan pemilik usaha.
4. Berdasarkan hasil perhitungan harga pokok produksi untuk jenis produk risban (sofa kayu) yang dihitung sendiri oleh perusahaan maka diperoleh
biaya pokok produski untuk jenis risban sebesar Rp 11.000.000. Sementara