• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.4. Informan Penelitian

Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini diperoleh melalui informan kunci yang terdiri dari enam sumber:

1. Empat orang informan kunci yang terdiri dari tokoh petani.

2. Lima orang informan kunci yang berasal dari Otoritas Tradisional Minangkabau (datuk suku, Ninik-mamak dan Wali nagari),

3. Empat orang informan kunci yang menjadi eksekutifi di Kab.Agam yang terlibat langsung dalam proses perencanaan dan penganggaran, baik dari BAPPEDA yang bertanggung jawab terhadap proses perencanaan, maupun TAPD yang bertanggung jawab proses penganggaran.

4. Empat informan kunci Tokoh DPRD Kab.Agam yang masing-masingnya juga berpengalaman dan terlibat langsung dalam membahas anggaran, yang memiliki posisi Banggar, Wakil Ketua DPRD dan Komisi yang berasal dari Partai PKS, PBB dan Golkar.

6. Terakhir, satu orang ahli anggaran yang menduduki wakil kepala dalam Diklat Kemendagri di Baso, Kab.Agam yang merupakan salah seorang ahli pengelolaan keuangan daerah.

Pemilihan informan ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan memanfaatkan jaringan sosial pertemanan dan sesama alumni Universitas Andalas dan STPDN/IIP.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan metode analisis kualitatif. Menurut Marvasti (2004) analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan proses mengatur data, mengurut data, kemudian mengorganisirnya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (dilakukan dengan mengelompokkan data, memberi kode dan mengkategorikannya). Sehingga, dengan proses tersebut, data tidak tumpang tindih sehingga mudah untuk diinterpretasikan, diseleksi dan dijelaskan dalam bentuk deskripsi analitis. Selanjutnya, agar kredibilitas data (validitas internal) dapat dipertanggung jawabkan, dilakukan langkah-langkah pengamatan berulang, triangulasi dan masukan dari subjek penelitian (Lincoln dan Guba 1997).

Pengamatan berulang dilakukan dengan cara turun ke Kabupaten Agam secara berulang. Turun pertama dilakukan September 2009 hingga Januari 2010. Turun lapangan kedua, dilakuka pada bulan Maret, 2010 dan yang ketiga pada bulan Juli hingga Agustus 2010. Hal-hal yang ditemukan pada turun lapangan pertama diamati kembali pada kunjungan lapang berikutnya. Hal ini dimkasudkan dengan tujuan untuk mengkoreksi hasil sebelumnya.

Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil data dari berbagai sumber, kemudian menanyakan kembali pada sumber data yang berbeda. Misalnya, hasil wawancara dari sumber data elite politik (DPRD), serta data sekunder ditemukan pada pembahasan APBD tahun 2009 yang dilakukan pada akhir tahun 2008, terdapat dana DAK (Dana Alokasi Khusus) yang peruntukkan dan pengalokasiannya dilakukan oleh anggota DPRD. Temuan ini kemudian ditanyakan kembali pada sumber data dari elite birokrasi (BAPPEDA dan TAPD). Dengan demikian, kebenaran informasi dapat dipertanggungjawabkan.

Masukan subjek penelitian, dilakukan dengan cara menyerahkan poin penting hasil transkrip kepada informan yang sama, agar dikomentari dan untuk memperlihatkan konsistensi jawabannya. Pada prinsipnya yang ingin di cari adalah, dengan dibacanya lagi poin-poin penting hasil transkrip, informan merubah substansi informasi yang telah beliau berikan atau mungkin menambah sehingga menjadi jelas menurut versi subjek.

Dalam tahap analisis ini menurut Miles & Hubermas (1984) terdapat tiga komponen pokok yang harus disadari oleh peneliti yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing. Ketiga komponen tersebut menurut Miles & Hubermas disebutnya dengan model analisis interaktif; yaitu ketiga komponen tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data dilapangan sebagai proses siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara ketiga komponen dengan komponen pengumpulan data selama proses pengumpulan data berlangsung. Demikian juga setelah pengumpulan data dilakukan, kemudian bergerak di antara data reduction, data display dan

conclusion drawing untuk membangun pemahaman subtansi berdasarkan temuan empirik, seperti terlihat dalam Gambar 4.2 berikut ini;

INTERACTIVE MODEL OF ANALYSIS

Oleh : Miles dan Hubermas, 1984

CONCLUSION DRAWING DISPLAY DATA REDUCTION DATA COLLECTING DATA

Sumber: dikutip dari Miles dan Huber (1984) Gambar 4.2 Model Analisis Interaksi

4.6. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat berlangsungnya studi ini adalah Kabupaten Agam, yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. Dipilihnya lokasi ini karena,

pertama, Agam adalah salah satu dari tiga luhak (luhak Agam, 50 Kota dan Tanah Datar). Menurut sejarah “oral” (Tambo Minangkabau), dipercaya menjadi tempat asal etnis Minangkabau. Sebahagian besar luhak Agam ini, dikenal juga dengan

sebutan “Agam Tuo”, yang kemudian menjadi bagian dari Kabupaten Agam.

Kedua, seiring ditetapkannya menjadi Kabupaten, daerah teritorial wilayahnya kemudian luasnya melebihi luhak Agam. Tercakup juga di dalamnya sebahagian daerah pesisir, yang menurut Tambo adalah daerah rantau, seperti Kanagarian Tiku, Palembayan, Malalak dan Tanjung Raya. Sebahagian wilayah yang dulunya tidak termasuk Agam Tuo (luhak Agam), saat ini dikenal dengan sebutan Agam Barat. Secara kultural ideasional, kedua daerah ini berlainan alam, yang satu berada di wilayah pegunungan, yang lain berada di pesisir pantai. Keduanya juga berlainan budaya, konsekuensi dari dua wilayah, yakni alam rantau dan darek. Secara fisik, kedua wilayah tersebut juga berbeda. Terlihat, Agam Timur lebih makmur, dan Agam Barat kurang makmur. Dari tahun 1999, terdapat wacana yang mengemuka, yaitu untuk menjadikan Agam Tuo (Agam Timur) mekar menjadi kabupaten sendiri. Wacana ini kemudian menjadi bahan pertentangan elite, antara yang setuju untuk memisahkan Agam Timur dan Barat, dengan elite yang tidak setuju keduanya dimekarkan menjadi kabupaten terpisah. Kondisi ini, dalam studi ini, diasumsikan akan mempengaruhi dinamika pertarungan perebutan alokasi anggaran APBD di Kabupaten Agam.

Lokasi studi ditetapkan menjadi tiga “lapis”, di mana “lapis” pertama bertempat di Lubuk Basung, ibukota dari Kabupaten Agam. “Lapis” kedua, bertempat di Kecamatan Baso. Sedangkan lapis ketiga berlokasi di Kanagarian Tabek Panjang. Diketiga lapis tersebut akan dilihat proses ranah perencanaa, yang dimulai dari pelaksanaan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Di tiga lapis tersebut akan dikaji, pertama, bagaimana kontestasi elit berlangsung dalam proses Musrenbang Jorong dan nagari berlangsung. Pada lapis kedua, lanjutan dari hasil Musrenbang Jorong dan Nagari, bagaimana kontestasi elit dalam menyusun dan memutuskan prioritas pembangunan pada jenjang

Musrenbang Kecamatan Baso. Kemudian, hal sama juga akan dikaji pada lapis satu, yakni bagaimana pelaksanaan dan kontestasi perencanaan (ForumSKPD, Musrenbang Kabupaten) serta pelaksanaan ranah penganggaran.

Pada lapis 3 dan 2 akan dibandingkan proses kontestasi elit, khususnya elite OTM serta hasil musrenbang. Kemudian pada lapis 1, di Lubuk Basung, ibu kota kabupaten, akan dilihat proses Musrenbang Kabupaten, proses penyusunan KUA-PPAS, Penyusunan dan pembahasan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Proses Penyusunan RAPBD hingga penetapan (ketok palu) APBD sehingga menjadi Perda. Dalam proses tersebut akan di jelaskan bagaimana elit dari berbagai unsur (seperti Elit tradisional, Kepala Dinas, TAPD, DPRD) saling bertarung memasukkan kepentingan diri dan kelompoknya agar di akomodasi dalam APBD. Pengumpulan data di masing-masing lokasi, akan memakan waktu selama satu bulan dengan jumlah waktu keseluruhan selama tiga bulan.

Tabel 4.1. Matriks Data Set

Pokok Penelitian Jenis Data

Metode Pengumpulan

Data

Sumber

OTM

Adat Minangkabau Kualitatif: Primer Sekunder WM OT SP Tokoh Adat Tokoh Agama Tokoh Pemuda Bundo Kandung Struktur Sosial dan

Politik di

Jorong dan Nagari

Kualitatif: Primer WM OT SP Walinagari Walijorong KAN Tokoh Adat Bundo Kandung Pemuda Sejarah Interaksi BP ,

OTM dan Perubahan Sosial di Minangkabau Kualitatif: Primer Sekunder WM SP Urang Nan Ampek Jinih Literatur Demokrasi dan Pengambilan Keputusan

Di Jorong dan Nagari

Kualitatif: Primer WM OT SP Walinagari Walijorong KAN Tokoh Adat Bundo Kandung Pemuda Pemilu dan Kepartaian Sistem Kepartaian Pengorganisasian Partai Pola Pengrekrutan Caleg Kampanye Pemilihan Suara Hasil Pemilu Kualitatif Dan Kuantitatif: Primer Sekunder WM OT SP KPUD Tokoh Adat KAN Pengurus Partai Caleg DPRD Ranah Perencanaan Musrenbang : Jorong, Nagari, Kecamatan, Forum SKPD, Kabupaten RKPD Kualitatif Dan Kuantitatif: Primer Sekunder WM OT Dokumen Musrenbang dan RKPD Urang Nan Ampek Jinih Walinagari KAN/BPRN Bappeda DPRD Kecamatan SKPD Ranah Penganggaran RenjaSKPD KUA-PPAS RKA-RKPD RAPBD APBD APBD-P Kualitatif Dan Kuantitatif: Primer Sekunder WM OT SP Perbandingan Dokumen TAPD DPRD SKPD Asisten III Cat: WM : Wawancara Mendalam; OT : Observasi Terlibat

BAB V

KABUPATEN AGAM DAERAH AGRARIS

5.1. Karakteristik Wilayah dan Kependudukan Kab. Agam

Secara administratif, Kabupaten Agam berada di Provinsi Sumatera Barat. Terletak diantara 00º01'34''-00º28'43'' Lintang Selatan dan 99º46'39'' - 100º32'50'' Bujur Timur, serta berada pada ketinggian diantara 0 – 2.891 m di atas permukaan laut. Sebelah Utara Kabupaten Agam berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten 50 Kota, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Padang Pariaman serta sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Menurut Agam Dalam Angka (2010), luas wilayah keseluruhan Kab.Agam mencapai 2.237,81 Km2 atau sama dengan 223.781 Ha, dengan karakteristik tanah seperti dijelaskan dalam Tabel 5.1 berikut,

Tabel 5.1 karakteristik Wilayah dan Kependudukan Kabupaten Agam

No. Karakteristik Tanah Luas ( Km2) Luas (Ha) Sawah (Ha) 1 Kemiringan 0-3º 662 66.200 81.500 2 Kemiringan 3º-8º 153 15.300 3 Kemiringan 8º-15º 801 80.100 95.400 Hutan Kebun 4 kemiringan > 15º Bukit 153 15.300 5 Pulau-pulau 1 100 6 Danau - 9.500 7 pesisir danau 66 6.600 8 Gunung Merapi dan Singgalang sisanya 9 Batang1 Antokan, Kalulutan dan

Agam

Sumber : diolah dari Bappeda dan Kabupaten Agam dalam Angka 2010

Dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Agam, terdapat dua gunung yang statusnya masih aktif, yakni gunung Singgalang dan Gunung Merapi. Kedua gunung ini, dalam sejarah, sering memuntahkan lahar dan abu vulkanik sehingga menyebabkan sebahagian besar lahan pertanian menjadi subur (Dobbins 2008).

1

Batang dalam bahasa Minangakabau berarti Sungai. Ketiga sungai ini cukup besar dan rus airnya deras. Perhitungan salah seorang ahli tim Konsultan NSIASP kedua arus batang Antokan dan Kalulutan lebih dari 20 liter per detik. potensial mengairi sawah seluas 21.000 Ha

Selain itu, terdapat pula sebuah danau, yakni danau Maninjau yang luasnya mencakup 9.500 Ha. Danau ini bukan saja menjamin ketersediaan air pertanian di sebagian wilayah Kabupaten Agam, namun juga telah menjadi pusat PLTA (pembangkit listrik tenaga air) serta menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Barat. Di samping itu, menurut data daerah irigasi (DI), danau Maninjau yang mengairi batang Anai-Kuranji-Arau-Mangau-Antokan (Satuan Wilayah Sungai) menjadi menjadi sumber 170 Daerah Irigasi.2

Wilayah Kab. Agam terdiri dari 16 Kecamatan, 82 Nagari dan 332 Jorong (Agam Dalam Angka, 2010). Lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2. Gambaran Wilayah kecamatan Baso dan Nagari Tabek Panjang

NO KECAMATAN NAGARI

1 Tjg.Mutiara 1) Tiku Selatan; 2) Tiku Utara; 3) Tiku Limo Jorong

2 Lubuk Basung 1) Manggopoh ; 2) Geragahan; 3) Kampung Tangah ; 4) Kampung Pinang ; 5) Lubuk Basung

3 Ampek Nagari 1) Bawan ; 2). Sitanang; 3) Batu Kambing ; 4) Sitalang

4 Tanjung Raya 1) Tanjung Sani ; 2) Sungai Batang; 3) Maninjau; 4) Bayua; 5) Duo Koto; 6) Paninjauan; 7) Koto Kaciak; 8) Koto Gadang Anam Koto; 9) Koto Malintang

5 Matur 1) Matua Mudik; 2) Parit Panjang; 3) Panta Pauh; 4) Matua Hilia; 5) Tigo Balai; 6) Lawang

6 Ampek Koto 1) Koto Tuo; 2) Balingka; 3) Sungai Landia; 4) Koto Panjang; 5) Sianok Anam Suku; 6) Koto Gadang; 7) Guguak T Sarojo

7 Malalak 1) Malalak Selatan; 2) Malalak Barat; 3) Malalak Timur; 4) Malalak Utara

8 Banu Hampu 1) Pakan Sinayan; 2) Sungai Tanang; 3) Padang Luar; 4) Cingkariang; 5) Ladang Laweh; 6) Taluak IV Suku; 7) Kubang Putiah

9 Sungai Puar 1) Batu Palano; 2) Padang Laweh ; 3) Batagak; 4) Sariak; 5) Sungai Puar

10 Ampek Angkek 1)Batu Taba 2) Pasia; 3) Balai Gurah ; 4) Ampang Gadang; 5) Biaro Gadang 6) Lambah 7) Panampuang

11 Candung 1)Bukik Batabuah; 2) Lasi; 3) Canduang Koto Laweh; 4) Panampuang 12 Baso 1) Koto Tinggi; 2) Padang Tarok; 3) Simarosok; 4) Tabek Panjang; 5)

Koto Baru; 6) Salo

13 Tilatang Kamang KApau; 2) Gadut; 3) Koto Tangah

14 Magek 1) MAgek; 2) KAmang Hilia; 3) Kamang Mudiak

15 Palembayan 1) Baringin; 2) Sungai Pua; 3)Sipinang; 4) IV Koto Palembayan; 5) Tigo Koto Silungkang; 6) Salareh Aie

16 Palupuah 1) Koto Rantang, 2) Pasie Laweh; 3) Pagadih; 4) Nan Tujuah

Sumber: diolah dari Kabupaten Agam Dalam Angka 2010

2

Berdasarkan hasil sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kab. Agam mencapai 455.484 jiwa, yang terdiri atas 223.544 laki-laki dan 231.940 perempuan. Luasnya mencapai 2.237,81 Km2, dengan rata-rata tingkat kepadatan penduduk 204 jiwa per Km2. Sedangkan rata-rata laju pertambahan penduduknya, semenjak tahun 2000 sampai tahun 2010, mencapai 0,9 persen per tahun. Jika dilihat dari data laju pertumbuhan perkecamatan, maka laju pertumbuhan tertinggi yaitu Kecamatan Baso yaitu mencapai 2,86 persen per tahun. Namun, terdapat beberapa Kecamatan yang laju pertumbuhan penduduknya justru minus, dimana penyebab utamanya adalah tradisi merantau yang masih berlangsung hingga kini, yakni Kecamatan Palembayan, Kamang Magek, Malalak, dan Matur. Lebih lanjut lihat grafik berikut ini;

Sumber: dikutip dari Kabupaten Agam Dalam Angka 2010

Gambar 5.1 Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Agam Menurut Kecamatan, Tahun 2000-2010

5.2. Gambaran Wilayah Kecamatan Baso dan Nagari Tabek Panjang

Kecamatan Baso merupakan salah satu dari 16 kecamatan yang berada dalam wilayah paling Timur Kabupaten Agam. Menurut Kecamatan Baso Dalam Angka (2007), luas wilayah Kec. Baso adalah 70,30 Km2. Berada pada ketinggian 900 M dari permukaan laut, serta bersuhu 19-22 C. Letak Kecamatan Baso berbatasan dengan dua kecamatan dan dua kabupaten, yakni sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Tilatang Kamang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Tanah Datar, sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Ampek Angkek, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kab. 50 Kota.

Kecamatan Baso terdiri dari enam Nagari, 27 Jorong. Jumlah penduduknya mencapai 32.650 jiwa, 6.949 KK seperti terlihat dalam Tabel 5.3, berikut

Tabel 5.3. Jumlah Nagari, Jorong, Penduduk dan Luas Wilayah Kec. Baso, 2010

No Nagari Luas

(Km2)

Jumlah

Jumlah dan Nama Jorong Penduduk KK 1 Koto Tinggi 15,60 8.217 1.817 1. Kubang Pipik 2. Koto Gadang 3. Sungai Sariak 4. Ladang hutan 5. Koto Tinggi 6. Batu Taba 2. Padang Tarok 16,34 6.599 1.650 1. Padang Tarok 2. Tangah 3.Salasa 4.Titih 5. Mancuang 6. Ujuang Guguak 7. Bukit Apit 3. Simarasok 14,25 6.050 1.493 1. Koto Tuo 2. Sungai Angek 3. Simarasok 4. Kampeh 4. Tabek Panjang 19,19 9.309 1.213 1. Sungai Janiah 2. Tabek 3. Baso 4. Sungai Cubadak 5. Koto Baru 2,20 1.202 390

1. Kasiak Jalan Kapakan 2. Kampuang Ampek 3. Tigo Surau

6. Salo 2,72 1.273 386

1. Tigo Kampuang 2. Solok Baruah

3. Kuruak Kampuang Panjang

Sumber: Diolah dari Kecamatan Baso Dalam Angka 2008 dan Kabupaten Agam Dalam Angka 2010

Sedangkan Nagari Tabek Panjang merupakan salah satu Nagari dari enam Nagari, yang berada dalam wilayah Kecamatan Baso. Luas wilayah Nagari ini, mencapai 1919 Ha. Terdiri dari 4 jorong yaitu jorong Sei Cubadak, Baso, Tabek Panjang dan jorong Sungai Janiah, dengan masing-masing luas seperti terlihat dalam Tabel 5.4 berikut,

Tabel 5.4. Nama dan luas wilayah Jorong dalam Nagari Tabek Panjang, 2010

No Nama Jorong Luas wilayah (Ha) Persentase 1 Sei Cubadak 540 28 % 2 Baso 570 30 % 3 Tabek Panjang 399 21 % 4 Sei Janiah 410 21 % Jumlah 1919 100 %

Sumber : Profil Nagari dan Agam Dalam Angka 2007-2010

Nagari Tabek Panjang berbatasan dengan beberapa Nagari, yakni sebelah Utara berbatasan dengan Koto Baru, Salo. Sebelah Selatan berbatasan dengan Koto Tinggi, sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Simarasok, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kecamacan Ampek Angkek.

Menurut profil Nagari 2008, jumlah penduduk Nagari Tabek Panjang adalah 9.151 jiwa yang terdiri dari 2094 KK. Kepadatan penduduk Nagari mencapai 477 per KM, dengan jumlah penduduk menurut jenis kelamin 4484 untuk laki-laki dan 4667 untuk perempuan. Lebih lanjut lihat Tabel 5.5 berikut; Tabel 5.5. Jumlah Penduduk Per Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk, Tahun 2010

No Keterangan Jumlah dalam Jiwa

Persentase

1 Laki-laki 4484 49 %

2 Perempuan 4667 51 %

3 Jumlah seluruhnya 9151 100 %

4 Kepadatan Penduduk 477 per KM

Pusat ibu kota Nagari Tabek Panjang terletak di tepi jalan lintas provinsi yang menghubungkan kota Bukittinggi dengan kota Payakumbuh. Jalan ini juga merupakan bagian dari jalan lintas Sumatera, yang menghubungkan kota Padang ibukota Provinsi Sumatera Barat dengan Kota Pekanbaru, yang merupakan ibukota Provinsi Riau. Kantor Wali Nagari Tabek Panjang, letaknya bersebelahan dengan Pasar Baso yang cukup dikenal di Sumatera Barat.

Nagari Tabek Panjang juga menjadi pusat kecamatan Baso. Jarak kantor Wali Nagari dengan Kantor Camat 0,5 Km. Sedangkan jarak Nagari Tabek Panjang dengan pusat Kabupaten adalah 70 Km.3 Berjalan dari pusat pemerintah Nagari dan Kecamatan menuju pusat Kabupaten, akan melalui jalan menurun disela tebing-tebing terjal dengan melampaui dua objek wisata terkenal di Sumatera Barat, yakni Kelok 44 dan Danau Maninjau.4

Nagari Tabek Panjang terletak pada ketinggian antara 879-909 meter di atas permukaan laut, curah hujan rata-rata 1500-2000 mm pertahun, dan suhu rata-rata 19-22 C,5 Nagari ini, berada pada jalur Bukit Barisan serta berdekatan pula letaknya dengan Gunung Merapi dan Singgalang. Meskipun berada didataran tinggi, berada diantara Bukit Barisan, Gunung Merapi dan Singgalang, Namun, sebahagian besar wilayah Nagari ini terdiri dari tanah dataran yang menjadi lahan pertanian, seperti terlihat dalam tabel berikut,

Tabel 5.6. Bentuk Permukaan Tanah Wilayah Nagari Tabek Panjang

No Bentang Lahan Luas (Ha) Persentase

1 Dataran 1452 76 %

2 Perbukitan/Pegunungan 200 10 %

3 Lain-lain 267 14 %

Julmlah 1919 100 %

Sumber: Dinas Pertanian, UPT Kecamatan Baso, tahun 2009

3Penduduk lazim menyebut pusat kabupaten dengan istilah “bawah”, karena letaknya secara

topografis di pinggir pantai. Bandingkan letak Nagari Tabek Panjang dan Kec.Baso yang berada pada ketinggian 879-909 dari permukaan laut.

4

disamping salah satu tujuan Wisata di Sumatera Barat, Danau Maninjau juga merupakan salah satu pusat PLTA untuk Sumatera Barat dan Riau.

5

Menurut data dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat (UPT Kecamatan Baso, 2009), 173,53 Ha lahan yang ada di Nagari Tabek Panjang dikategorikan sangat subur. Sedangkan 403,06 Ha diantaranya, dapat dikategorikan tanah subur. Serta, 864,88 Ha merupakan tanah dalam kondisi atau kategori sedang. Hanya 74 Ha, yang memiliki kategori tanah tidak subur dan kritis. Dengan kondisi tanah seperti itu, maka sebahagian besar pekerjaan utama penduduk adalah bertani, baik sawah, ladang maupun perkebunan. Lebih lanjut lihat Tabel 5.7 berikut;

Tabel 5.7 Struktur Penguasaan Tanah di Nagari Tabek Panjang, Tahun 2010

No Status Jumlah (orang)

Persentase

1 Pemilik Tanah Sawah 921 46 % 2 Pemilih tanah tegal/ladang 526 26 % 3 Pemilik Tanah Perkebunan 284 14 % 4 Penyewa/Penggarap 27 1,3 % 5 Buruh tani 227 11 % 6 Buruh perkebunan 39 1,7 %

Jumlah 2018 100 %

Sumber: Diolah dari Profil Nagari Tabek Panjang 2008-2010

Penduduk Di Kanagarian Tabek Panjang, terdiri dari kesatuan paruik, kaum dan Suku. Terdapat 9 (sembilan) suku yang berada dalam Nagari, namun, tidak seluruh suku yang ada dalam Nagari menyebar secara merata dalam wilayah Jorong. Suku yang memiliki sebaran ke seluruh Jorong (Suku Besar) terdiri dari 5 (lima) suku yakni, suku Caniago, Koto, Sikumbang, Jambak dan Pisang. Sisanya, yakni suku Tanjung, Guci, Piliang dan Melayu merupakan suku kecil yang penyebarannya tidak di merata serta memiliki anggota yang lebih sedikit. Lebih lanjut lihat Tabel 5.8 berikut;

Tabel 5.8. Jumlah Suku Berdasarkan Jorong Di Nagari Tabek Patah, Tahun 2010

No

Nama-Nama Suku (Jorong) Nama & jumlah Suku di Nagari Tabek Panjang Sungai Cubadak Baso Tabek Panjang Sungai Janiah

1 Caniago Caniago Caniago Caniago Caniago 2 Koto Koto Koto Koto Koto 3 Pisang Pisang Pisang Pisang Pisang 4 Jambak Jambak Jambak Jambak Jambak 5 Sikumbang Sikumbang Sikumbang Sikumbang Sikumbang 6 Piliang Guci Piliang Tanjuang Piliang 7 Melayu - Melayu Melayu Melayu

8 - - - - Guci

9 - - - - Tanjuang

7 suku 6 suku 7 suku 7 suku 9 suku Sumber : Diolah dari Data Primer 2010

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat lima suku besar yang umumnya ada di dalam Tabek Panjang, yakni Caniago, Koto, Pisang, Jambak dan Sikumbang. Selebihnya adalah suku yang jumlahnya sedikit, yaitu Guci, Melayu dan Tanjuang. Kelompok kekerabatan berdasarkan suku ini, sebagaimana akan di jelaskan selanjutnya, sudah kurang berfungsi dalam sehari-hari. Namun tetap penting di Nagari Tabek Panjang, diantara untuk menunjukkan kelompok kekerabatan (ranji Nagari), menentukan jodoh dan menjaga dan menegakkan gelar-gelar kebesaran kelompok kekerabatanpada tingkat suku.

5.3. Pola Kepemilikan dan Penguasaan Lahan Pertanian

Secara tradisional, sistem pemilikan dan penguasaan lahan pertanian pada masyarakat Nagari Tabek Panjang khususnya, dan Kecamatan Baso pada umumnya, masih dimiliki secara komunal dan di wariskan menurut garis ibu. Pada awalnya, tanah-tanah yang dimiliki dan dikuasai oleh anggota keluarga luas pada tingkat kaum (sakaum). Tanah milik kaum ini kemudian diberikan kepada

anggota-anggota keluarga sarumah yang merupakan unit keluarga terkecil, dengan aturan adat secara ganggam bauntuak.6

Berbeda yang berlaku di Nagari lain di Kabupaten Agam, sebagaimana studi Erwin (1991), memperlihatkan bahwa di Nagari Sungai Tanang, tanah milik paruik penguasaannya diberikan kepada keluarga samande7 dengan dua mekanisme penguasaan tanah, yakni sistem ganggam bauntuak dan cara bergiliran.Cara ganggam bauntuak berlaku pada paruik yang memiliki tanah luas, namun anggota keluarganya sedikit. Anggota paruik, selanjutnya memperoleh hak penguasaan terhadap tanah secara terus menerus. Sedangkan cara bergiliran dipakai oleh paruik yang memiliki anggota keluarga yang banyak, namun memiliki tanah yang sempit. Sehingga, tidak memungkinkan pemberian hak penguasaan tanah secara terus menerus pada anggotanya. Oleh karena itu, pengelolaan lahan pertanian dilakukan secara bergiliran dari anggota keluarga yang satu dengan yang lain, menurut kekerabatan ibu. Temuan Erwin memperlihatkan bahwa, pada lahan pertanian yang penguasaan dengan mekanisme ganggam bauntuak ditemukan banyak kasus pelepasan hak penguasaannya kepada orang lain melalui gadai, jual dan hibah, sehingga banyak tanah paruik kemudian terlepas penguasaannya kepada kelompok kekerabatan lain.

Di Nagari Tabek Panjang, seperti telah dijelaskan di atas, umumnya tanah diberikan kaum pada anggota keluarga sarumah (yang merupakan struktur sosial terendah dalam Nagari) dengan cara ganggam bauntuak. Namun, sesuai dengan temuan Erwin (1991), terdapat kasus dimana lahan pertanian kaum tersebut