BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ,,
A. Analisis Struktur dan Narrative Tone
1. Informan 1 (R)
a. Profil
Informan 1 berinisial R. R adalah seorang remaja berusia 18
tahun. R adalah anak tunggal yang tidak memiliki saudara. R
memiliki tubuh yang termasuk tinggi dan bongsor di kalangan anak
seusianya. Ia menggunakan kacamata karena memiliki penglihatan
yang kurang baik.
R mengatakan bahwa ia memiliki sifat pemalu. Selain itu, R
juga memiliki kepercayaan diri yang kurang. Ia juga menyebutkan
bahwa ia termasuk orang yang malas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa teman dan
keluarga R, banyak yang menguatkan pernyataan bahwa R adalah
anak yang pemalu. Ia kurang bisa berkenalan dan dekat dengan
orang lain. Di sekolah, R termasuk anak yang kurang popular dan
tidak memiliki banyak teman, ia lebih cenderung suka menyendiri.
Ketika berada di rumah, R suka menghabiskan waktu
film. R kurang suka menghabiskan waktu bersama teman maupun
keluarganya.
R mengalami obesitas tidak dari masa kecilnya. R mengalami
obesitas ketika ia menduduki bangku SD. Alasan R bisa
mengalami obesitas karena banyaknya asupan makanan serta
kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga.
b. Riwayat Hidup
R lahir di Jakarta dan menghabiskan masa kecilnya di
Jakarta. R mengalami kesulitan dalam mengingat masa kecilnya.
Ketika TK, R bersekolah di sekolah Bhayangkari. R memiliki
teman bermain yang juga tetangga rumahnya. R dan temannya
sering bermain bersama sewaktu kecil.
Memasuki masa SD, R mulai mendapat perlakuan yang
kurang menyenangkan. Ia sering di-bully di sekolah. R sering di-
bully baik secara fisik berupa pukulan – pukulan maupun verbal berupa hinaan. Suatu waktu, temannya menaruh kapur ke dalam
botol minum yang dibawa R ke sekolah. Beruntung ia melihat
perlakuan temannya sehingga ia tidak meminum minuman
tersebut.
R sendiri merasa bingung kenapa ia sering di-bully.
pintar dalam berteman dan cenderung pemalu sehingga sering
menjadi korban.
Akibat mendapat perlakuan seperti itu, pada waktu SD R
sempat pindah sekolah ke Solo. R tinggal bersama keluarga
sepupunya di Solo. Ketika berada di Solo pun, R mendapatkan
masalah dengan anggota keluarganya sendiri. R mengatakan kalau
saudaranya kurang suka jika ia tinggal disana. Akhirnya R kembali
ke Jakarta beberapa tahun sebelum kemudian pindah ke Jogja. R
mulai mengalami obesitas ketika pindah ke Solo.
Menginjak SMP, R dan keluarganya pindah ke Jogja karena
urusan pekerjaan orang tuanya. Ketika SMP, R bersekolah di SMP
Muhammadiyah Kasihan.
R bercerita bahwa ketika SMP ia mulai berperilaku nakal.
Ia mulai belajar merokok dan minum minuman keras. R berkata
bahwa ia melakukan hal tersebut karena merasa penasaran pada
awalnya. Akhirnya lama kelamaan R mulai mengajak teman-
temannya untuk merokok juga. Menurutnya merokok membuat ia
terlihat keren.
Ketika bersekolah di SMP pun, R masih menjadi target
bully. Ia berkata bukunya sering diambil dan disobek. Selain itu ia
juga tidak suka karena sering di-bully secara verbal. Ia sering
dikatai pendiam, tidak bisa bergaul. R tidak memiliki banyak
Menginjak bangku SMA, R mengatakan bahwa ia tidak
memiliki cerita menarik yang diingat. Menurutnya, kehidupan di
masa SMA terasa biasa saja.
R memiliki cita-cita ingin menjadi orang yang berguna. Ia
ingin membahagiakan orang tuanya dengan cara menjadi orang
yang mapan (mendapat perkerjaan dan bisa hidup mandiri). R
mengatakan ia memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang
tuanya.
Semasa sekolah, R tidak memiliki orang yang bisa ia
anggap sebagai teman dekat atau sahabat. Hal tersebut
kemungkinan terjadi karena R sering menjadi korban bullying. R
tidak pernah memiliki hubungan dengan lawan jenis. Ketika
sekolah, ada lawan jenis yang ditaksir oleh R, namun ia tidak
berani untuk menyatakan perasaannya.
R mengatakan bahwa selama ini ia tidak mengalami
masalah dengan kondisi obesitas yang dialaminya. Ia tidak pernah
mendapat perlakuan yang menyenangkan maupun tidak
c. Struktur Naratif
Awal :
R memiliki masa kecil yang menyenangkan. Ia memiliki teman
main yang sering bermain bersamanya:
“temen deket ada.. tetangga rumah.. sering main bareng gitu..”
Namun R mengalami kesulitan untuk mengingat pengalamannya di
masa kecil:
“hmmm, gimana ya… Waktu kecil….. Lupa…”
Memasuki masa SD Ia banyak mengalami banyak perlakuan yang
kurang menyenangkan. R mengalami penyiksaan di lingkungan
sekolahnya:
“terlalu sering di-bully waktu di SD di Jakarta dulu”
Selain mengalami penyiksaan di lingkungan sekolah, R juga
mengalami hubungan yang kurang baik dengan anggota
keluarganya sendiri ketika ia pindah ke Solo:
“karna ya, saudara saya tidak senang saya tinggal di
tempatnya gitu”
“kelihatannya saudara gak seneng, akhirnya saya balik lagi
R merasa tidak mengetahui penyebab kenapa orang banyak
memberi perlakuan yang kurang baik kepadanya:
“gak tau.. paling ya gak seneng aja sama saya.. gak tau kenapa”
Banyaknya pengalaman buruk di masa kecil membuat R malas
mengingat masa lalunya dan berusaha melupakannya:
“apa ya.. lupa aku.. udah malas saya ingat ingat lah masa lalu.. udah agak saya lupain”
Ketika SD, ia mulai mengalami obesitas. Ia mengatakan obesitas
yang ia dapat karena terlalu banyak asupan makanan:
“gemuknya mulai dari SD pas saya ke Solo itu.. Disana saya banyak makan, makanya jadi gemuk..”
Tengah :
Memasuki masa SMP, R masih menjadi korban bullying:
“ya buku saya diambilin, diumpetin” “ya.. suka ngata ngatain saya..”
R merasa sifatnya yang pendiam dan susah bergaul menjadi
“mungkin saya orangnya pendiem jadi dia gak seneng” “sukanya pendiem, susah bergaul sama orang, jadi saya sering dikata katain”
Ketika SMP, R mulai agak nakal. Ia mulai belajar merokok dan
minum minuman keras, bahkan ia mengajak teman-temannya:
“SMP mulai agak nakal gitu.. Mulai belajar merokok” “Ya sebenarnya saya sendiri, trus mulai ngajak teman-
teman”
Menurut R, merokok membuat ia terlihat keren sehingga ia
melakukannya:
“pengen kelihatan gaya, pengen kelihatan keren gitu”
Akhir :
Pada masa SMA, R merasa tidak ada hal yang menarik yang dapat
ia ceritakan:
“SMA biasa aja”
“Iya, SMA gitu-gitu aja..”
R sejak dulu tidak memiliki teman dekat, ia baru mulai
menemukannya akhir-akhir ini:
R mengalami kesulitan dalam mengingat pengalaman berkesan
dalam hidupnya. Menurutnya tidak ada hal berkesan selama
hidupnya selama ini:
“bingung.. gak ada yang menarik dari hidup saya..”
R memiliki cita-cita ingin menjadi orang yang berguna. Ia merasa
tidak perlu memiliki cita-cita yang muluk muluk:
“ya.. cita cita ya.. ya pengen jadi orang yang berguna buat
orang lain lah.. gak muluk muluk pengen jadi apa..”
R mengalami kebingungan mengenai cita-citanya, menurutnya cara
mewujudkan cita-citanya adalah dengan membahagiakan kedua
orang tuanya:
“gimana ya.. susah ngungkapinnya.. berguna.. masih bisa
membuat orang senang.. orang bisa.. gimana ya
ngomongnya..”
d. Narrative Tone
Narasi hidup R merupakan narasi yang bersifat regressive.
Narasi yang regresif adalah narasi yang dari awal hingga akhirnya
(Smith, 2008). Narator melihat nilai hidupnya cenderung negatif
dan tidak mengalami perubahan.
Sn memiliki narasi hidup yang bersifat tragis pada masa
awal kehidupannya. R banyak menjadi korban bullying oleh
teman-temannya di sekolah. Bahkan, ia juga kurang disenangi oleh
saudaranya sendiri. Hal tersebut membuat R cenderung ingin
melupakan masa lalunya. R juga memiliki sifat pemalu dan susah
bergaul dengan orang lain.
Seiring bertumbuhnya R, ia merasa tidak banyak perubahan
yang terjadi dalam hidupnya. Di masa SMP ia juga masih
menerima perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungan
sekolahnya. Selain itu R semasa SMP mengembangkan diri ke arah
yang cenderung negatif, yaitu dengan merokok dan minum
minuman keras. R merasa tidak ada hal yang menarik dalam
hidupnya.
2. Informan 2 (S)
a. Profil
Informan 2 memiliki inisial S. S adalah seorang remaja
berusia 16 tahun. S memiliki seorang adik perempuan yang masih
bersekolah di SMP. Ayah S adalah seorang pengusaha bengkel,
S memiliki masa kecil yang cukup bahagia. Ia berkata dulu
sepulang sekolah sering dititipkan di rumah neneknya, tapi orang
tuanya sering membelikan mainan dan mengajak jalan jalan keluar
negeri.
S mengatakan bahwa ia sering diejek dan di-bully oleh
teman temannya semasa sekolah. Hal tersebut membuat S menutup
dirinya dan kurang berinteraksi dengan teman sebayanya maupun
lingkungan sekitarnya.
S lebih suka menyendiri dalam menghabiskan waktu. Ia
lebih suka bermain game sendiri. S kurang suka mengikuti
kegiatan klub maupun kegiatan lainnya karena menurutnya hal
tersebut percuma dilakukan, hanya akan membuat ia diejek teman
temannya.
S merasa dirinya seseorang yang biasa saja, tidak memiliki
suatu bakat tertentu. Secara akademik pun ia menganggap dirinya
tidaklah pintar. S merasa dirinya tidak bisa melakukan banyak hal.
S mengalami obesitas sejak ia masih kecil. Kemungkinan
ada factor keturunan sebab seluruh keluarga S mengalami obesitas.
Obesitas yang dialami S cukup mengganggunya, sebab membuat
dirinya jadi bahan ejekan teman temannya bahkan pernah sampai
berkelahi dengan temannya. S ingin untuk menguruskan tubuhnya,
b. Riwayat Hidup
S lahir dan besar di Jogja. Ia menghabiskan banyak masa
kecilnya di rumah neneknya. S berkata sepulang sekolah ia sering
dititip di rumah neneknya. S memiliki masa kecil yang tergolong
bahagia. Orang tuanya suka membelikan hadiah dan mengajaknya
jalan jalan keluar negeri.
S mengalami obesitas semenjak ia kecil. Diduga ada factor
keturunan yang ditunjang juga dengan pola makan yang kurang
sehat serta kurangnya aktivitas fisik. Keluarga S juga semuanya
mengalami obesitas.
Ketika S memasuki Sekolah Dasar, obesitas yang
dimilikinya mulai mengganggunya. Ia mulai mendapat perlakuan
kurang menyenangkan dari teman dan lingkungannya. Ia sering
dikatai gendut. Perutnya sering dicubit karena dianggap lucu.
Perilaku bullying tersebut membuat S sering menutup diri
dari teman dan lingkungannya. S lebih suka menyendiri dalam
menghabiskan waktu daripada melakukan kegiatan bersama teman
teman lainnya.
Ketika beranjak ke SMP, S masih sering mendapat
perlakuan yang kurang menyenangkan. Salah satu penyebabnya
adalah teman temannya yang dulu suka mengerjainya waktu SD,
Suatu saat ketika di SMP, S pernah bertengkar dengan
temannya karena ia tidak tahan diejek. Menurutnya temannya
sudah keterlaluan, padahal biasanya ia tidak menghiraukan ejekan
temannya.
Memasuki masa SMA, S merasa kehidupan SMAnya biasa
saja. Ia merasa di SMA lebih menyenangkan karena jumlah murid
di dalam kelasnya lebih sedikit, jadi ia punya waktu lebih banyak
untuk menyendiri.
S belum pernah menjalin hubungan asmara dengan lawan
jenis. Dulu ada wanita yang ditaksirnya, namun sudah memiliki
pasangan. Hingga saat ini ia merasa belum perlu untuk mencari
pasangan lawan jenis.
c. Struktur Naratif
Awal :
S memiliki masa kecil yang menyenangkan. Ia sering dibelikan
hadiah dan sering jalan jalan keluar negeri. Selain itu hampir tiap
hari ia dititipkan di rumah neneknya. Disana ia bermain setiap kali:
“menyenangkan..”
“Ya karena sering dibelikan mainan”
“Biasa dititip di rumah oma.. Disana biasa main.. Sampai dijemput.. Udah tiap hari kaya gitu”
S mengalami kesulitan untuk mengingat pengalamannya di masa
kecil:
“Wah sudah lupa”
Di SD Ia banyak mendapat penyiksaan dari teman temannya
karena kondisi obesitasnya:
“Banyakan sih saya gak suka aja, mereka suka ngetawain
saya… Karena saya gendut.. Trus suka dicubit perut saya karna gemuk.. Saya gak suka aja… Olahraga juga suka
diketawain”
S mengalami obesitas sejak dia kecil. Diduga ada factor keturunan
di dalamnya:
“Sejak kecil sih.. Keluarga gendut semua.. Memang
turunan gemuk katanya”
Pengalaman pengalaman buruk semasa SD membuat S menutup
dirinya terhadap teman dan lingkungannya:
“Saya sukanya sendirian.. Tidak banyak bicara..”
Tengah :
Beranjak ke masa SMP, S masih sering menjadi korban bullying:
“Kalau di sekolah itu saya gak suka, temen temen suka bikin saya jadi bahan guyonan.. (hening).. kadang kadang
ada yang suka gangguin.. masukin mainan ular ularan di
laci bangku saya.. pernah ada kaya gitu”
S merasa orang orang mengerjainya karena merasa tidak suka
padanya:
“Gak tau.. Mungkin mereka gak suka sama saya..”
Ketika SMP, S pernah bertengkar dengan temannya gara-gara ia
tidak tahan diejek:
“Pernah.. Sampai berantem.. Akhirnya dilerai sama guru.. Soalnya temen saya sudah keterlaluan.. Sukanya bercandain
saya… Tadinya saya diemin aja.. Tapi makin kerterlaluan… Akhirnya ya berantem”
S merasa masa SMPnya biasa saja, malah cenderung kurang
menyenangkan:
“Hmmm… SMP… Hmmm… Gimana ya… Ya sama aja sih rasanya..”
“Ya soalnya temen temen dari SD masih banyak.. Jadi temennya itu itu aja.. Yang serign gangguin dulu..”
Akhir :
Pada masa SMA, S merasa ada situasi yang lebih baik:
“Ya SMA sih.. Lumayan lah ya dari SMP.. Di SMA yang sekarang kelasnya kecil.. Gak banyak anaknya kaya dulu
SMP..”
S lebih suka menutup dirinya dan menyibukkan diri sendiri
daripada berteman dengan yang lainnya karena menurutnya
temannya tidak menyenangkan:
“Duduknya sendiri sendiri.. Jadi… Ya lebih banyak waktu
sendiri”
“Temen temen ya biasa aja.. Aku jarang ngumpul ama temen.. Males.. Mereka sukanya ngejek”
S tidak memiliki cita-cita yang berpusat pada dirinya. Cita cita
baginya adalah membanggakan orang tua :
“Pengen jadi anak yang membanggakan orang tua..”
“Hmm, gimana ya? Ya paling standar lah.. Ya kalo
nilainya baik.. Supaya nanti gampang dapat kuliah..
Gampang dapat kerja”
S merasa dirinya tidak memiliki banyak kemampuan, selain itu dia
juga merasa hidupnya tidak mengesankan:
“Nilai… Biasa aja ya.. Aku gak pinter orangnya.. Belajar juga males, nanti belum tentu aku pake”
“Hmm.. Apa ya? (Hening).. Rasanya biasa aja ya.. Gak ada
yang terlalu gimana gimana gitu”
“Gak ada.. Males aku.. Paling nanti diejek.. Aku gak bisa olahraga, percuma nanti malah jadi marah.”
“Hmm.. Apa ya.. Banggain…. Gak ada kayanya.. Biasa aja..”
d. Narrative Tone
S memiliki narasi hidup yang cenderung regressive.. S
memiliki masa kecil yang menyenangkan, namun ketika mulai
bersekolah ia mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari
temannya. Hal tersebut terjadi karena kondisi fisiknya yang
obesitas.
Masa remajanya juga digambarkan kurang menyenangkan.
Ketika bersekolah di SMP pun, perlakuan bullying terhadap S
bertengkar dengan temannya. S merasa masa SMP dan SMAnya
biasa saja, malah cenderung kurang menyenangkan.
S akhirnya merasa dirinya sudah biasa jika diejek gendut. S
jadi cenderng menutup diri dari teman dan lingkungannya karena
malas diejek. S suka menyendiri. Ia juga tidak ingin mengikuti
kegiatan karena menurutnya percuma. S merasa dirinya kurang
pintar, kurang mampu dalam pengerjaan sesuatu.
B. IMAGERY
1. Informan 1 (R)
R memiliki persepsi yang cenderung negatif terhadap
dirinya. Ia melihat dirinya sebagai orang yang pemalu, kurang
percaya diri, dan malas. R juga merasa ia memiliki masa lalu yang
tidak menyenangkan, bahkan ia sampai ingin melupakannya. R
merasa tidak ada hal yang menarik dalam kehidupannya.
R mengkonstruksikan lingkungannya secara negatif. R
merasa orang orang di sekitarnya tidak menyukainya karena
sifatnya yang pendiam. R tidak memiliki teman dekat selama ini. Ia
juga mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan asmara. R
2. Informan 2 (S)
Sama halnya dengan R, S juga memandang dirinya secara
negatif. Hal tersebut muncul pada serangkaian narasi S. S merasa
kehidupannya tidaklah menarik dan ia tidak memiliki kemampuan
apa apa.
S juga cenderung memiliki persepsi yang negatif terhadap
lingkungannya terutama terhadap sebaya. Hal ini muncul pada
narasi hidup S yang tidak mengembangkan hubungan sosialnya
karena sudah berpandangan negatif tentang lingkungannya. S tidak
memiliki teman dekat, malah cenderung menjauhi berkumpul
bersama temannya karena ia merasa hanya akan diejek.