• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

11. Informasi penjualan saham bank BJB pasca IPO

PT BANK JAWA BARAT DAN BANTEN

PERIODE 2009 2010

INDAH SUCI LESTARI

H24087108

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

terhadap Kinerja Keuangan pada PT Bank Jawa Barat dan Banten Periode 2009 – 2010. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.

Kebutuhan akan dana yang besar menginspirasi perusahaan menjual sebagian sahamnya di pasar modal untuk mendapatkan sumber dana baru dari publik atau yang dikenal dengan go public. Sejak 8 Juli 2010 Bank BJB sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan opening price Rp 830,00 per saham dan ditutup dengan harga Rp 900,00 atau meningkat 50 persen dari harga Rp IPO Rp 600,00 per saham. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis perubahan struktur modal pra dan pasca IPO, (2) Menganalisis kesehatan perseroan pra IPO dengan analisis rasio keuangan, (3) Menganalisis kesehatan perseroan pasca IPO dengan analisis rasio keuangan, (4) Menganalisis pengaruh IPO terhadap kinerja keuangan perseroan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya data sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari studi pustaka, internet, jurnal, serta literatur-litertur terkait yang mendukung penelitian. Metode analisis datanya yaitu membandingkan kinerja keuangan perseroan pra IPO dengan pasca IPO. Analisis yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan analisis rasio keuangan termasuk rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity) di dalamnya. Penelitian dimulai dengan menganalisis perubahan struktur modal pra dan pasca IPO, lalu menganalisis kinerja keuangan pra dan pasca IPO dengan analisis rasio, seperti ROA, ROE, NPM, OPM, DER, PBV, EPS, PER, CAR, ATTM, NIM, BOPO, dan LDR. Setelah dianalisis kinerja keuangan pada masing-masing periode, selanjutnya penelitian dilanjutkan pada tahap perbandingan antara kinerja keuangan pra IPO dengan pasca IPO dengan menggunakan uji beda paired-sample t test.

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menganalisis perubahan struktur modal pra dan pasca IPO, hasilnya menunjukkan bahwa pendanaan bank BJB lebih banyak menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan pendanaan dari kewajiban jangka panjang. Pendanaan bank BJB di tahun 2010 mengalami perubahan yang sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (pra IPO). Setelah penawaran umum, pendanaan bank BJB 73,95 persennya diambil dari ekuitas pemegang saham, sedangkan sisanya didanai oleh utang jangka panjang. Kinerja keuangan bank BJB dari tahun ke tahun baik sebelum IPO maupun setelah IPO selalu menempati peringkat komposit antara 1 dan 2

sehingga tergolong kategori baik/sehat. Hal ini juga dibuktikan dengan tetap

bertahannya harga saham bank BJB pada level di atas Rp 1.100,00 di mulai dari saat IPO 8 Juli 2010 sampai 1 Maret 2011 yang memiliki nilai PBV 2,34 kali.

Uji lanjutan untuk melihat apakah perubahan kinerja keuangan ini dipengaruhi oleh adanya IPO atau tidak, maka dilakukan uji beda Paired-Sample T Test. Hasil dari Paired-Samples T Test dengan SPSS 15, diperoleh t hitung < t tabel (1,899 < 2,201) dan signifikansi (0,084 > 0,05) sehingga Ho diterima, ini artinya tidak ada perbedaan rata-rata kinerja keuangan antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Maka dapat disimpulkan bahwa IPO tidak mempengaruhi kinerja keuangan bank BJB untuk periode 2009 hingga 2010.

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 1960-an dan 1970-an merupakan bisnis yang belum begitu terkenal. Kesan bank masih angker, bank tidak perlu mencari nasabah, tetapi sebaliknya nasabahlah yang datang mencari bank. Kemudian era tahun 1980-an dan era 1990-an kesan dunia perbankan menjadi terbalik karena era ini justru perbankan mulai aktif mengejar nasabah. Bahkan, dengan keluarnya Pakto 88 tahun 1988 dan keluarnya UU No. 7 Tahun 1992, perbankan di Indonesia tumbuh subur, puluhan bank baru berdiri. Hal ini disebabkan kesempatan yang diberikan oleh pemerintah untuk mendirikan bank begitu mudah, misalnya dengan modal Rp 50.000.000,00 setiap orang dapat mendirikan BPR, akibatnya setiap orang latah untuk mendirikan bank baru, padahal mereka sebelumnya tidak mengenal bank secara baik.

Selanjutnya awal tahun 1997 sampai tahun 2000 merupakan kehancuran dunia perbankan di Indonesia. Puluhan bank dilikuidasi dan puluhan lagi di akuisisi akibat terus-menerus menderita kerugian, baik bank milik pemerintah maupun milik swasta nasional. Merosotnya citra perbankan ini dikibatkan oleh pengelolaan yang buruk (Kasmir, 2010).

Menghadapi kondisi tersebut, perseroan dihadapkan pada tuntutan agar mempunyai keunggulan baik itu dalam bidang teknologi, produk yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya untuk pengelolaan yang lebih profesional. Pengelolaan perseroan secara modern, terbuka tanpa harus menghilangkan sifat dan citra kekeluargaan, salah satu caranya adalah dengan menjual sebagian sahamnya atau lazim disebut go public.

Selain memiliki manajemen yang lebih profesional dan disilpin, serta transparan dalam pengelolaan perusahaan, keuntungan go public yaitu sebagai sumber pendanaan, sarana restrukturisasi permodalan, serta sarana menciptakan nilai dan promosi citra perusahaan. Namun, dengan bergabung

di bursa saham maka akan ada konsekuensi yang harus diterima oleh perusahaan go public, yaitu kewajiban keterbukaan (full disclosure), gaya manajemen informal menjadi formal, kewajiban membayar dividen, keharusan menyampaikan sistem pelaporan sesuai dengan peraturan- peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), dan mempertahankan tingkat pertumbuhan.

Sepanjang 2010 ini perusahaan yang telah melakukan IPO yakni, PT Elang Mahkota Teknology (EMTK), PT Pembangunan Perumahan (PTPP), PT Benakat Petroleum Energy (BIPI), PT Sarana Menara Nusantara (TOWR), PT Nippon Indosari Corpindo (ROTI), PT Golden Retailindo (GOLD), PT Skybee (SKYB), PT Bank Jabar Banten (BJBR), PT Indopoly Swakarsa Utama Insustry (IPOL), PT Evergreen Invesco (GREN), PT Bukit Uluwatu Villa (BUVA), PT Berau Coal Energy (BRAU), PT Harum Energy (HRUM), PT Indofood CPB Sukses Makmur (ICBP), PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Agung Podomoro Land (APLN), PT Borneo Lumbung Energy Metal Tbk (BORN), PT Wintermar Offshore Marine (WINS), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT Bumi Resources Minerals (BRMS), PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM), PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk (MFMI).

PT Bank Jabar Banten Tbk (BJB) hingga April 2011 menjadi satu- satunya Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), hal ini diungkapkan oleh Direktur Konsumer bank BJB Tatang Sumarna. Bank ini melakukan penawaran saham pertamanya ke publik pada tanggal 8 Juli 2010. Jika dilihat dari visi bank BJB yaitu

“Menjadi 10 Bank Terbesar dan Berkinerja Baik di Indonesia”, dengan misi- misinya yaitu penggerak dan pendorong laju pembangunan daerah, melaksanakan penyimpanan uang daerah, dan salah satu sumber pendapatan asli daerah, maka sejauh ini bank BJB sudah mengambil langkah yang tepat dengan mencari pendanaan ke publik, guna lebih ekspansif menyalurkan kredit terutama ke dunia usaha di wilayah Jawa Barat dan Banten (www.beritaekonomix.blogspot.com).

Selama proses IPO para investor dapat memanfaatkan pergerakan harga saham saat melakukan IPO yang biasanya langsung melonjak pada saat awal diperdagangkan di pasar sekunder atau Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga mendapatkan keuntungan dari hal tersebut. Berikut emiten yang melakukan IPO pada tahun 2010 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pergerakan harga saham pada hari pertama IPO di BEI No. Emiten IPO Opening Percentage Closing Percentage

1 BSIM 150 180 20,00 % 255 70,00 % 2 GREN 105 160 52,38 % 178 69,52 % 3 BJBR 600 830 38,33 % 900 50,00 % 4 TOWR 1.050 1.150 9,52 % 1.570 49,52 % 5 KRAS 850 950 11,76 % 1.270 49,41 % 6 SKYB 375 450 20,00 % 560 49,33 % 7 GOLD 350 450 28,57 % 520 48,57 % 8 MIDI 275 385 40,00 % 380 38,18 % 9 BIPI 140 175 25,00 % 191 36,43 % 10 BUVA 260 350 34,62 % 310 19,23 % 11 TBIG 2.025 2.150 6,17 % 2.400 18,52 % 12 ROTI 1.275 1.420 11,37 % 1.490 16,86 % 13 APLN 365 470 28,77 % 410 12,33 % 14 IPOL 210 210 0,00 % 235 11,90 % 15 BRAU 400 430 7,50 % 445 11,25 % 16 ICBP 5.395 6.000 11,21 % 5.950 10,29 % 17 BRMS 635 800 25,98 % 700 10,24 % 18 BORN 1.170 1.300 11,11 % 1.280 9,40 % 19 HRUM 5.200 6.000 15,38 % 5.450 4,81 % 20 PTPP 560 570 1,79 % 580 3,57 % 21 EMTK 720 720 0,00 % 730 1,39 % 22 WINS 380 475 25,00 % 355 -6,58 % Average 19,29 % 26,55 % Sumber: www.vibiznews.com, 2010

Sejak 8 Juli 2010 Bank BJB sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan opening price Rp 830,00 per saham dan ditutup dengan harga Rp 900,00 atau meningkat 50 persen dari harga Rp IPO Rp 600,00 per saham. IPO bank BJB termasuk sukses dengan menempati peringkat tiga untuk pergerakan harga saham pada hari pertama dibandingkan dengan perusahaan- perusahaan lain yang IPO tahun 2010. Order yang dipesan oleh investor seharga Rp 600,00 telah selesai dengan jumlah ± Rp 6 triliun atau 4,1 kali lipat permintaan (oversubscribed) jika dibandingkan dengan jumlah saham yang ditawarkan 25 persen dari simpanan utama. Dan harga penutupan pada

21 Oktober 2010 adalah sebesar Rp 1.740,00 (analyst meeting bank BJB, 2010).

Tercantum pada berita perusahaan di website bank BJB (www.bankbjb.co.id), setelah melalui beberapa tahapan penilaian, pada tanggal 4 Mei 2011 bank BJB mendapatkan penghargaan the best performace IPO dalam Investor Awards Best Listed Companies 2011 yang diberikan dari Majalah Investor dalam acara Awards Dinner Presentation yang diselenggarakan di Four Seasons Hotel Jakarta. Penghargaan ini melengkapi prestasi bank BJB setelah masuk ke dalam daftar indeks LQ45 pada Februari 2011 yang menunjukkan tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar sahamnya yang tinggi.

Saat ini kepemilikan saham bank BJB menjadi sebagai berikut: 1. Pemerintah provinsi Jawa Barat sebanyak 3.709.994.733 saham (38,26

persen)

2. Pemerintah Kabupaten se-Jawa Barat sebanyak 2.289.395.681 saham (23,61 persen)

3. Pemerintah Provinsi Banten sebanyak 520.589.856 saham (5,37 persen) 4. Pemerintah Kabupaten Banten sebanyak 752.238.396 saham (7,76 persen) 5. Masyarakat sebanyak 2.346.805.500 saham (24,20 persen)

6. Manajemen dan karyawan sebanyak 77.267.000 saham (0,80 persen) Dengan berubahnya struktur kepemilikan saham, maka akan ada perubahan pula di sisi lain, seperti komitmen terhadap penerapan Good Corporate Governance, gaya manajemen dari informal menjadi formal, pelaporan keuangan, pembagian dividen, dan kemungkinan besar strategi perseroan juga akan mengalami perubahan agar bank BJB tetap memiliki citra yang baik di mata investor, serta tingkat kesehatan bank menurut ketetapan Bank Indonesia dengan menggunakan rasio keuangan, dan penunjangnya yaitu kinerja keuangan yang menjadi tolok ukur keberhasilan perseroan.

1.2. Rumusan Masalah

Perubahan status perseroan yang dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Banten pada bank BJB yaitu sebagai upaya pengembangan perseroan untuk mendorong peningkatan kinerja perseroan, sehingga untuk mempertahankan dan bahkan menambah investor, perseroan harus dapat menunjukkan kinerja keuangannya. Maka diharapkan manajemen bank BJB pasca IPO dapat memberikan gambaran kepada investor berupa nilai lebih bagi para pemegang saham.

Adapun rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini ada empat macam terkait dengan pra IPO dan pasca IPO dilihat dari segi kinerja keuangannya, yaitu:

1. Bagaimana struktur modal bank BJB sebelum dan sesudah IPO?

2. Bagaimana tingkat kesehatan bank BJB dilihat dari kinerja keuangan sebelum IPO?

3. Bagaimana tingkat kesehatan bank BJB dilihat dari kinerja keuangan setelah IPO?

4. Bagaimana pengaruh IPO terhadap kinerja keuangan untuk periode 2009 hingga 2010?

1.3. Tujuan Penelitian

Atas dasar rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perubahan struktur modal bank BJB pra dan pasca IPO. 2. Menganalisis kesehatan bank BJB pra IPO dengan analisis rasio

keuangan.

3. Menganalisis kesehatan bank BJB pasca IPO dengan analisis rasio keuangan.

4. Menganalisis pengaruh IPO terhadap kinerja keuangan bank BJB periode 2009 – 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Praktis a. Bagi pihak investor

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan prediksi harga saham, sehingga dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan membeli atau tidak saham tersebut.

b. Bagi pihak perseroan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak manajemen perseroan dalam penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan dan kebijakan lain berdasarkan analisis rasio keuangan.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian lebih lanjut mengenai topik- topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada apakah IPO berpengaruh terhadap struktur modal dan kinerja keuangan atau tidak, dengan membandingkan kondisi keuangan pra IPO dengan pasca IPO periode 2009 hingga 2010. Kinerja keuangan dianalisis dengan rasio keuangan. Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh IPO terhadap kinerja keuangan digunakan analisis dengan uji beda Paired-Samples T Test.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah

“badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dari definisi bank di atas dapat ditarik kesimpulan, yaitu bank merupakan suatu lembaga di mana kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya. Maka bank bisa juga disebut sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah: 1. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat, bank bertugas mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam rekening koran atau giro. Fungsi tersebut merupakan fungsi utama bank.

2. Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit. Bank memberikan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.

Dua cara yang dapat ditempuh oleh bank dalam menjalankan usahanya, yaitu:

1. Secara konvensional

Dalam hal ini bank menggunakan cara-cara yang biasa dipraktikkan dalam dunia perbankan pada umumnya yaitu menggunakan instrumen

“bunga” (interest). Bank akan memberikan jasa bunga tertentu kepada penabung, deposan, atau giran, di sisi lain bank akan mengenakan jasa atau biaya bunga juga kepada debitur, tentunya dengan tingkat yang lebih tinggi.

2. Prinsip Syariah

Pada butir 13 Pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 1998, dijelaskan bahwa

“Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam

antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)”.

Bank memiliki klasifikasi berdasarkan kepemilikannya, yaitu sebagai berikut:

Bank Milik Negara

Bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara. Tahun 1999, lahir bank pemerintah yang baru yaitu Bank Mandiri, yang merupakan hasil merger atau penggabungan bank-bank pemerintah yang ada sebelumnya. Bank Pemerintah Daerah

Bank yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Bank milik Pemerintah Daerah yang umum dikenal adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD) didirikan berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 1962. Masing-masing Pemerintah Daerah telah memiliki BPD sendiri. Di samping itu beberapa

Pemerintah Daerah memiliki Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil, dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan.

Bank Swasta Nasional

Setelah pemerintah mengeluarkan paket kebijakan deregulasi pada bulan Oktober 1988 (Pakto 1988), muncul ratusan bank-bank umum swasta nasional yang baru. Namun demikian, bank-bank baru tersebut pada akhirnya banyak yang dilikuidasi oleh pemerintah. Bentuk hukum bank umum swasta nasional adalah Perseroan Terbatas (PT), termasuk di dalamnya Bank Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN) yang telah merubah bentuk hukumnya menjadi Perseroan Terbatas tahun 1993.

Bank Swasta Asing

Bank swasta asing adalah bank-bank umum swasta yang merupakan perwakilan (kantor cabang) bank-bank induknya di negara asalnya. Pada awalnya, bank-bank swasta asing hanya boleh beroperasi di DKI Jakarta saja. Namun setelah dikeluarkan Pakto 27, 1988, bank-bank swasta asing ini diperkenankan untuk membuka kantor cabang pembantu di delapan kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Denpasar, Ujung Pandang (Makasar), Medan, dan Batam. Bank-bank asing ini menjelaskan fungsi sebagaimana layaknya bank-bank umum swasta nasional, dan mereka tunduk pula pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Bank Umum Campuran

Bank campuran (joint venture bank) adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh warga negara dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.

2.2.Bank Pembangunan Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, Bank Pembangunan Daerah (BPD) didirikan dengan maksud khusus untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana. BPD memberikan pinjaman untuk keperluan investasi, perluasan dan pembaruan proyek-proyek pembangunan daerah di daerah yang bersangkutan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan campuran antara Pemerintah Daerah dan Swasta.

Tujuan Negara Pancasila Indonesia adalah membangun masyarakat yang adil dan makmur. Dengan demikian kebijaksanaan pembangunan haruslah ditujukan untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang merata. Berhubungan dengan hal tersebut maka segenap modal dan potensi yang ada perlu dimobilisasi guna kepentingan pembangunan, terutama dengan tujuan meninggikan produksi dan pendapatan nasional. Pembangunan daerah akan berakibat bertambah tingginya taraf kemakmuran daerah, yang merupakan dorongan pula ke arah otonomi yang luas bagi daerah.

Sesuai dengan maksud itu pula, maka berdasarkan Undang-Undang No. 19 Prp tahun 1960 tentang Perusahaan Negara Pemerintah Pusat akan menyerahkan perusahaan-perusahaan regional tertentu kepada daerah. Untuk mengembangkan daya produksi di daerah itu maka perlu segenap modal dan potensi dikerahkan. Pihak swasta harus pula diikutsertakan secara aktif untuk bersama-sama mengusahakan pembiayaan proyek-proyek daerah dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Perpaduan potensi antara Pemerintah Daerah dan Swasta itu terjelma dalam Bank-Bank Pembangunan Daerah.

Peraturan tentang saham yang sesuai dengan UU No.13 tahun 1962, bahwa saham Bank Pembangunan Daerah (BPD) terdiri dari saham-saham prioritet dan saham-saham biasa. Saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daswati I yang bersangkutan dan Daerah-daerah Swatantra tingkat

lainnya dalam wilayah Daswati I tersebut. Sedangkan saham-saham biasa dapat dimiliki oleh daerah-daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri, warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan berdasarkan undang-undang Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia.

2.3.Struktur Modal

Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa. Sementara struktur keuangan adalah perimbangan antara total utang dengan modal sendiri. Dengan kata lain, struktur modal adalah bagian dari struktur keuangan. Salah satu isu paling penting yang dihadapi oleh para manajer keuangan adalah hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan (Sartono, 1997).

Menurut Keown (2002), struktur modal (capital structure) adalah bauran sumber-sumber dana jangka panjang (long-term sources of funds) yang digunakan perusahaan. Pada dasarnya, konsep ini menghapus kewajiban jangka pendek. Sehingga yang dimaksud dengan sumber dana jangka panjang adalah dana yang diperoleh dari sumber dana berbiaya tetap, yaitu utang jangka panjang dan saham preferen yang dikombinasikan dengan ekuitas biasa pada proporsi yang paling sesuai bagi pasar investasi.

Komponen struktur modal ada dua, yaitu pembiayaan utang jangka panjang dan modal sendiri.

1. Utang Jangka Panjang (Long Term Debt)

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), utang jangka panjang merupakan salah satu bentuk dari pembiayaan jangka panjang yang penting. Pembiayaan jangka panjang dapat diperoleh dalam bentuk pinjaman berjangka melalui:

 Negosiasi dengan lembaga keuangan

 Penjualan obligasi, seperti: penjualan sejumlah utang kepada lembaga dan orang yang memberi pinjaman

2. Modal Sendiri (Equity)

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), “modal sendiri/ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan/pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman mempunyai jatuh tempo. Ada dua sumber utama modal sendiri yaitu modal saham preferen dan modal saham biasa yang terdiri dari modal saham biasa dan laba ditahan”.

Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost. Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi owner adalah kontrol terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung risiko perusahaan.

Menurut Brigham dan Weston (1990) struktur modal optimal yang digunakan perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor- faktor tersebut antara lain:

a. Stabilitas Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil mungkin akan lebih mudah memperoleh pinjaman yang mengakibatkan biaya tagihan tetapnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

b. Struktur Aktiva

Apabila aktiva perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, perusahaan tersebut cenderung menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan agunan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak.

c. Operation Laverage

Jika hal-hal lain sama, perusahaan dengan laverage operasi yang lebih kecil lebih mampu untuk memperbesar levarage keuangan, karena interaksi laverage operasi dan keuangan yang mempengaruhi

penurunan penjualan terhadap laba operasi dan arus kas bersih secara keseluruhan.

d. Tingkat Pertumbuhan

Jika hal-hal lain sama, perusahaan yang bertumbuh dengan pesat terpaksa lebih banyak bergantung pada modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya emisi untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya penerbitan surat utang. Karena itu, perusahaan yang bertumbuh

Dokumen terkait