• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Sumber Informasi

Pada umumnya mahasiswa mengetahui informasi dampak positif dan negatif mengenai makanan siap saji (fast food) adalah dari internet sebesar 93,8% dan sebagian besar mahasiswa mengatakan bahwa bagian dari iklan yang paling menarik perhatian pada promosi fast food adalah adanya tawaran paket hemat makan sebesar 81,3%. Berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap 80 orang mahasiswa mengenai sumber informasi yang mereka peroleh tentang konsumsi

fast food maka diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa mendapatkan informasi yang baik yaitu sebanyak 39 orang (48,8%) dan hanya 4 orang (16,3%) yang mendapatkan informasi kurang mengenai konsumsi makanan siap saji (fast food).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebesar 48,8% mahasiswa sering memperoleh informasi dari media massa tentang bahaya mengonsumsi makanan siap saji yang berlebihan, sebesar 53,8% mahasiswa mengatakan bahwa teman mereka mengonsumsi makanan siap saji (fast food), sebesar 47,5% mahasiswa terpengaruh ingin mengonsumsi makanan siap saji (fast food) jika teman mereka memiliki paket hemat diskon/ promo dalam menyantap makanan siap saji seperti Pizza Hut, Mcdonald, KFC dan sebesar 53,8% mahasiswa

mengatakan bahwa paket promosi yang ditawarkan oleh media iklan, seperti iklan

Pizza hut, Mcdonald, dan KFC menjadi pilihan Anda untuk mengonsumsi makanan siap saji.

Jika sumber informasi yang diperoleh oleh mahasiswa dari sumber yang benar tentang bahaya mengonsumsi makanan siap saji secara berlebihan maka dalam mengonsumsi makanan siap saji secara berlebihan dapat dihindari. Hal tersebut dapat diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Shenandu B. Kar dalam Notoatmodjo (2003) bahwa salah satu determinan perilaku adalah terjangkaunya informasi (accessibility of information) yaitu tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa tinsgginya konsumsi fast food salah satunya disebabkan oleh sumber informasi yang disajikan dari media iklan. Beragam iklan seperti iklan promo, paket hemat, delivery system, menu sarapan pagi disajikan dengan sekreatif mungkin sehingga menarik minat konsumen khususnya mahasiswa dalam mengonsumsi makanan siap saji.

5.3 Perilaku Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food 5.3.1Pengetahuan Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food

Berdasarkan Tabel 4.2 terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa pada umumnya mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar 63,8%, pengetahuan sedang sebesar 33,8% dan hanya 2,4% yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil penelitian Wulansari (2013) terhadap mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah bahwa 90,5% memiliki pengetahuan baik tentang fast food, 8,6% memiliki pengetahuan cukup, dan 0,9% memiliki pengetahuan kurang.

Sebagian besar responden mengetahui fast food yaitu 99,1%, dan kandungan nutrisi dalam fast food yaitu 94,1%.

Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa sudah mengetahui berbagai macam tentang makanan siap saji. Dalam hal ini mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang baik disebabkan karena latar belakang pendidikan mahasiswa adalah di bidang kesehatan dan sudah banyaknya sumber informasi mengenai makanan siap saji. Seperti penjelasan Bloom yang dikutip oleh Notoadmodjo (2012), bahwa pengetahuan adalah dengan mengetahui situasi dan rangsangan yang dapat mempermudah terjadinya perilaku seseorang sehingga dengan keadaan pengetahuan mahasiswa yang baik kemungkinan dapat mendorong mahasiswa untuk dapat memilih dan melihat jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi.

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki pengetahuan yang baik tentang fast food. Hal tersebut sesuai dengan tingkat pendidikan mahasiswa yaitu mahasiswa kedokteran yang lebih mengerti tentang kesehatan, sehingga tingkat pengetahuan mereka tentang fast food adalah baik.

5.3.2 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Dampak dari Mengonsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) Secara Terus-Menerus

Berdasarkan hasil penelitian dari pertanyaan tentang dampak dari mengonsumsi makanan siap saji secara terus menerus adalah diketahui sebesar 83,8% menjawab benar bahwa dampak makanan siap saji secara terus menerus dapat menyebabkan penyakit diabetes mellitus, hipertensi, kanker, stroke, dan kolestrol tinggi, dan sebagian lagi menjawab kurang tepat yaitu sebesar 10,0%

menjawab hanya dapat memicu faktor kegemukan dan sebesar 6,2% menjawab membuat tubuh sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elsa (2012) di FK USU Tahun 2011 yang menyatakan bahwa sebesar 71,6%) menjawab benar tentang dampak mengonsumsi makanan siap saji dan sebesar 28,4% menjawab salah tentang dampak mengonsumsi makanan siap saji.

Makanan siap saji umumnya mempunyai nilai nutrisi yang rendah, mengandung lemak jenuh kolesterol tinggi, tinggi garam dan rendah serat, sehingga apabila terlalu sering dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit seperti kegemukan (obesitas), hipertensi, aterosklerosis, stroke dan kolestrol dan trigliserida tinggi (Sayogo, 2006).

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian diketahui mahasiswa mengetahui dampak konsumsi makanan siap saji secara terus-menerus terhadap kesehatan mereka. Namun, mudahnya akses terhadap makanan siap saji, tingginya aktivitas perkuliahan dan tidak ditemukannya buah-buahan di kantin fakultas menyebabkan mahasiswa tidak memiliki pilihan lain dalam memilih makanan yang akan mereka konsumsi termasuk tidak dapat mengkonsumsi buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral mereka.

5.3.3 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Zat Kimia yang Terkandung dalam Makanan Siap Saji (Fast Food)

Berdasarkan hasil penelitian dari pertanyaan tentang zat yang terkandung dalam makanan siap saji (fast food) adalah diketahui sebesar 33,8% menjawab benar bahwa zat kimia yang terkandung dalam makanan siap saji (fast food)

dalam makanan siap saji adalah zat sukrosa dan 32,4% menjawab salah bahwa zat kimia yang terkandung di dalam makanan siap saji adalah zat besi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elsa (2012) di FK USU Tahun 2011 yang menyatakan bahwa sebanyak 87 mahasiswa (91,6%) menjawab benar tentang zat gizi yang terkandung dalam makanan siap saji dan sebanyak 8 orang (8,4%) menjawab salah tentang zat gizi yang terkandung dalam makanan siap saji.

Makanan siap saji adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan mengandung zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut serta dapat membuat ketagihan dan merangsang mahasiswa untuk ingin terus memakannya sesering mungkin (Tarigan, 2012).

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian diketahui mahasiswa mengetahui zat kimia yang terkandung dalam makanan siap saji. Namun mahasiswa tetap mengonsumsi makanan siap saji sebagai dampak konsumsi zat aditif yang dapat menyebabkan ketagihan dan dapat membuat ketagihan dan merangsang mahasiswa untuk ingin terus memakannya sesering mungkin.

5.3.4 Pengetahuan Mahasiswa tentang Frekuensi Mengonsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) yang baik

Berdasarkan hasil penelitian dari pertanyaan tentang frekuensi mengonsumsi makanan siap saji (fast food) adalah diketahui sebesar 63,8% mahasiswa tahu bahwa sebaiknya mengonsumsi makanan siap saji (fast food)

adalah 1 kali dalam seminggu. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian seperti penelitian Wijaya (2005), menunjukkan bahwa dari 177 mahasiswa di Surabaya 98,3% menyatakan pernah makan di restoran fast food

dengan frekuensi kunjungan terbanyak adalah 2-5 kali satu bulan. Di Kotamadya Bogor 83,3% remaja lebih memilih makanan siap saji modern (fast food) dibandingkan makanan cepat saji tradisional dan 25,1% mengonsumsi fast food≥ 3 kali dalam seminggu (Suhartini,2004).

Konsumsi makanan cepat saji telah menjadi bagian dari perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar rumah di berbagai kota, termasuk pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Jenis makanan siap santap yang berasal dari negara barat seperti KFC, hamburger, pizza, dan berbagai jenis fast food

sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal makanan siap saji mempunyai kandungan tinggi kalori, karbohidrat dan lemak, jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan obesitas (Mudjianto, 1994).

Lubis (2009) mengatakan bahwa bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan yang mesti dilakukan untuk menghindari makanan siap saji yang beresiko. Walaupun hidangan yang akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak tinggi, sebenarnya jenis makanan siap saji beresiko yang indentik dengan fried chicken itu juga memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila harus 1 atau 2 kali dalam sebulan atau 1 kali dalam seminggu ingin menikmati makanan fried chicken dirasa cukup aman dilakukan. Tetapi, apabila frekuensi menikmati makanan ini dilakukan lebih sering lagi, maka sebaiknya ketika

menyantap sajian ini hendaknya dibarengi dengan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa pengetahuan mahasiswa sudah baik bahwa frekuensi mengonsumsi makanan siap saji yang baik adalah 1 kali dalam seminggu. Mereka sudah memahami bahwa makanan siap saji tidak hanya mengandung dampak negatif tetapi juga mengandung dampak positif. Dalam hal ini mahasiswa harus lebih memahami tentang frekuensi mengonsumsi pada makanan siap saji yaitu tidak lebih dari 1 kali dalam seminggu dan apabila ingin mengonsumsinya disarankan untuk menambahnya dengan konsumsi sayuran dan buah-buahan.

5.3.5 Pengetahuan Mahasiswa tentang MSG (Monosodium Glutamate) yang Terkandung dalam Makanan Siap Saji (Fast Food)

Berdasarkan hasil penelitian dari pertanyaan tentang MSG (Monosodium Glutamate) yang terkandung dalam makanan siap saji (fast food) adalah diketahui sebesar 23,8% menjawab bahwa penyakit yang dapat ditimbulkan jika MSG (Monosodium Glutamate) yang terkandung dalam makanan siap saji (fast food)

banyak adalah kanker. Ini berarti bahwa sebesar 57,4% mahasiswa menjawab bahwa MSG dapat menimbulkan penyakit jantung dan sebesar 23,8 % menjawab bahwa MSG dapat menimbulkan penyakit ginjal. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa belum sepenuhnya mengerti bahwa MSG (Monosodium Glutamate) yang terkandung dalam makanan siap saji (fast food) dapat menyebabkan kanker.

MSG memberikan rasa gurih dan nikmat pada berbagai macam masakan, walaupun masakan itu sebenarnya tidak memberikan rasa gurih yang berarti. Penambahan MSG ini membuat masakan seperti daging, sayur, sup berasa lebih

nikmat dan gurih. MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita melihatnya dari sudut pandang berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu lama. Pirolisis ini sangat karsinogenik. Padahal masakan protein lain yang tidak ditambah MSG pun, bisa juga membentuk senyawa karsinogenik bila dipanaskan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang lama. Karena asam amino penyusun protein, seperti triptopan, penilalanin, lisin, dan metionin juga dapat mengalami pirolisis. Dari penelitian tersebut jelas cara memasak amat berpengaruh.

Kondisi kantin di Fakultas Kedokteran USU sudah dalam kategori kantin sehat karena sumber air kantin berasal dari PAM yang syarat air kantin sendiri adalah bebas dari mikroba dan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan, serta tidak berwarna dan berbau sesuai dengan Kepmenkes RI No.907/Menkes/SK VII/2002 tentang syarat dan pengawasan kualitas air minum. Kantin sehat harus memiliki air bersih yang cukup, yang dapat digunakan untuk mengolah pangan ataupun mencuci dan membersihkan (Depdiknas 2009). Kondisi kantin yang bersih dan tempat penyimpanan makanan jadi yang nantinya akan disajikan dirasa cukup bersih. Namun pada jenis jajanan yang dijual dikantin sehat adalah jajanan yang memenuhi kriteria makanan sehat, aman, dan bergizi. Makanan tersebut harus mengandung gizi yang dibutuhkan untuk hidup sehat dan produktif. Makanan aman berarti tidak mengandung bahaya mikrobiologis, kimia, maupun fisik (Depdiknas,2009). Jenis jajanan yang dijual di Fakultas Kedokteran USU yang dijual dan disajikan adalah makanan yang beragam, dan di kantin ini memiliki jenis makanan yang berat yang masih mengandung tinggi kalori dan

tinggi lemak dan rendah serat seperti soto bersantan, ayam goring tepung, nasi goring, dan jenis gorengan lainnya sperti risol dan bakwan bahan makanan makanan yang tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan seperti mie instan dalam menu mie goreng dan mie kuah dengan penambahan saos dengan warna mencolok, serta penggunaan penyedap rasa seperti MSG dan minuman bersoda. Menurut Nuryani dan Jinap (2010), MSG adalah garam natrium yang berikatan dengan asam amino berupa asam glutamat. MSG berbentuk kristal putih yang stabil, tetapi dapat mengalami degradasi. Penggunaan MSG berlebihan dapat mengakibatkan rasa pusing dan mual. Gejala itu disebut Chinese Restaurant Syndrome. Istilah “Chinese Restaurant Syndrome” yaitu gejala pusing dan sesak bila mengonsumsi Monosodium Glutamat (MSG) yang berlebih. Monosodium Glutamat (MSG) juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan dalam jangka panjang seperti hipertensi, obesitas, kanker, alzheimer, gangguan spermatogenesis, parkinson, dan stroke (Eka, 2014).

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian diketahui mahasiswa tidak mengetahui bahwa kandungan MSG yang tinggi dalam makanan dapat menyebabkan kanker, sehingga mereka tetap mengonsumsi makanan siap saji (fast food).

5.3.6 Pengetahuan Mahasiswa tentang Penyakit yang Timbul jika Kandungan Lemak yang Sangat Tinggi pada Makanan Siap Saji (Fast Food)

Berdasarkan hasil penelitian dari pertanyaan tentang penyakit yang timbul jika kandungan lemak sangat tinggi pada makanan siap saji (fast food) adalah diketahui sebesar 20,0% menjawab bahwa penyakit yang timbul jika kandungan

lemak yang sangat tinggi dalam makanan siap saji (fast food) adalah kanker payudara. Berarti bahwa sebesar 62,5% mahasiswa menjawab bahwa penyakit yang timbul jika kandungan lemak yang sangat tinggi dalam makanan siap saji (fast food) adalah diabetes dan sebesar 17,5 % mahasiswa menjawab bahwa penyakit yang timbul jika kandungan lemak yang sangat tinggi dalam makanan siap saji (fast food) adalah ginjal. Dari jawaban tersebut dapat diperkuat bahwa jawaban yang benar adalah penyakit kanker payudara bahwa dalam kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan siap saji dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker payudara dan usus besar (Tarigan, 2012).

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan mahasiswa bahwa lemak yang sangata tinggi dalam makanan siap saji adalah dapat menyebabkan penyakit kanker payudara. Namun kenyataannya mahasiswa tetap mengonsumsi makanan siap saji karena mahasiswa tidak mengetahui bahwa kandungan lemak yang tinggi dalam makanan siap saji dapat menyebabkan kanker payudara serta pengaruh tingginya aktivitas perkuliahan dan akses yang mudah merupakan pendukung tingginya konsumsi makanan siap saji.

5.4 Sikap Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food

Hasil penelitian terhadap sikap mahasiswa menunjukkan bahwa pada umumnya mahasiswa memiliki sikap kategori sedang yaitu sebesar 86,3% dan tidak ada yang memiliki sikap rendah. Distribusi jawaban mahasiswa menunjukkan bahwa sebesar 51,3% tidak setuju bahwa makanan siap saji (fast food) baik untuk kesehatan, sebesar 71,3% sangat setuju bahwa makanan siap saji (fast food) sebaiknya tidak terlalu sering dikonsumsi, sebesar 73,8% sangat setuju

bahwa jika sering mengonsumsi makanan siap saji (fast food) dapat menyebabkan obesitas, resiko penyakit diabetes melitus, hipertensi, dsb, sebesar 66,3% sangat setuju bahwa mengonsumsi makanan siap saji (fast food) sebaiknya harus diimbangi dengan sayuran dan buah-buahan, sebesar 60,0% setuju bahwa makanan siap saji (fast food) lebih praktis dan menghemat waktu dibandingkan membawa makanan dari rumah, sebesar 58,8% kandungan makanan siap saji (fast food) salah satunya adalah mengandung zat aditif, sebesar 67,5% sangat setuju bahwa untuk meminimalkan efek negatif dari makanan siap saji (fast food), sebaiknya membuat makanan yang sehat di rumah tanpa membeli makanan olahan jadi, sebesar 52,5% setuju bahwa lemak jenuh banyak terdapat dalam makanan siap saji (fast food), berbahaya bagi tubuh karena zat tersebut merangsang organ hati, sebesar 55,0% sangat setuju bahwa tingginya jumlah lemak jenuh dalam makanan siap saji (fast food) akan menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan payudara, sebesar 50,0% setuju bahwa kandungan kolestrol yang tinggi pada makanan siap saji (fast food) dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

Sebesar 66,3% setuju bahwa iklan fast food di televisi baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perilaku sesorang, sebesar 51,3% setuju bahwa mengonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolestrol, tinggi garam, dan rendah serat dapat meningkatkan terjadinya masalah obesitas, sebesar 62,5% sangat setuju bahwa fast food dan junk food

mempunyai kandungan tinggi kalori, karbohidrat dan lemak, jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan obesitas, sebesar 47,5% sangat setuju

bahwa kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi dalam makanan siap saji akan memicu terjadinya resistensi insulin, sebesar 60,0% sangat setuju bahwa jika sering mengkonsumsi fast food dan jarang berolahraga, tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak sehat, sebesar 56,3% setuju bahwa fast food

apabila sering dikonsumsi dapat menyebabkan obesitas, sebesar 60,0% sangat setuju bahwa jika mengonsumsi fast food sebaiknya dalam porsi kecil, sebesar 35,0% setuju bahwa paket promosi yang ditawarkan menjadi pilihan untuk mengonsumsi fast food, sebesar 62,5% setuju bahwa fast food menjadi pilihan karena uang saku yang cukup untuk membelinya, dan sebesar 37,5% setuju bahwa makanan siap saji menjadi pilihan untuk nongkrong bersama teman-teman.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, dapat melalui wawancara atau angket. Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Notoatmodjo, 2012).

5.4.1 Sikap Mahasiswa Bahwa Makanan Siap Saji (Fast Food) Baik Untuk Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar sebesar 51,3% mahasiswa tidak setuju bahwa makanan siap saji baik untuk kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sihaloho (2012) yang menyatakan tidak setuju bahwa makanan siap saji baik untuk kesehatan yaitu sebesar 47,8%. Hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan Elsa (2012) di FK

USU Tahun 2011 yang menyatakan tidak setuju bahwa sebesar 31,6% mahasiswa menyatakan makanan siap saji baik untuk kesehatan.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, dapat melalui wawancara atau angket. Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Notoatmodjo, 2012).

Makanan siap saji umumnya mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat. Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan siap saji dapat meningkatkan resiko kanker, terutama kanker payudara dan usus besar (Tarigan, 2012).

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa mahasiswa yang menyatakan tidak setuju bahwa makanan siap saji baik untuk kesehatan adalah itu berarti mereka sudah mengetahui kandungan makanan siap saji dan dampak positif dan negative konsumsi dari makanan siap saji walaupun kenyataannya masih ada sebahagian mahasiswa yang tidak tahu bahwa makanan siap saji tidak baik dikonsumsi secara berlebihan.

5.4.2 Sikap Mahasiswa Bahwa Makanan Siap Saji (Fast Food) Lebih Praktis dan Menghemat Waktu Dibandingkan Membawa Makanan dari Rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 60,0% mahasiswa setuju bahwa makanan siap saji (fast food) lebih praktis dan menghemat waktu

dibandingkan membawa makanan dari rumah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sihaloho (2012) yang menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa setuju bahwa makanan siap saji lebih praktis dan menghemat waktu dibandingkan membawa makanan dari rumah yaitu sebesar 60,8%.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, dapat melalui wawancara atau angket. Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Notoatmodjo, 2012).

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa salah satu penyebab tingginya konsumsi makanan siap saji adalah kondisi mahasiswa yang tinggal sendiri di kost. Selain itu, adanya suatu kebutuhan makan akibat mobilitas masyarakat yang makin tinggi sehingga mereka menganggap lebih praktis makan di luar rumah dengan cara membeli dibandingkan dengan memasak di rumah masing-masing.

5.4.3 Sikap Mahasiswa Bahwa Paket Promosi yang Ditawarkan Menjadi Pilihan Untuk Mengonsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 35,0% mahasiswa setuju bahwa paket promosi yang ditawarkan menjadi pilihan untuk mengonsumsi makanan siap saji (fast food).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, dapat melalui wawancara atau angket. Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang

merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Notoatmodjo, 2012).

Iklan fast food sangat beragam dengan berbagai macam promo dan paket hemat yang menarik bagi konsumen.Fast food restaurant menekankan pada sistem pelayanan cepat dalam menjual makanan dengan harga yang relatif rendah dibandingkan dengan jenis restoran lain, menawarkan mutu yang berkualitas dengan jaminan quality kontrol yang ketat dalam proses mengolah produk makanan dan penyajiannya. Ciri lainnya adalah self service atau take out service

(Ade, 2010). Dengan sistem ini, mereka menggencarkan iklan sekreatif mungkin dan promo dan paket hemat seminimal mungkin untuk melakukan persaingan dengan fast food restaurant lainnya. Karena hal ini juga maka muncul fast food restaurant yang menyediakan menu sarapan pagi serta muncul delivery system.

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa sikap mahasiswa terhadap paket promo yang ditawarkan dalam makanan siap saji adalah mendapatkan respon yang hampir baik karena dalam teori yang didukung bahwa iklan fast food yang sangat berbagai macam promo dan penawaran paket hemat menjadi pilihan mahasiswa untuk memilih mengonsumsi makanan siap saji.

5.4.4 Sikap Mahasiswa Bahwa Makanan Siap Saji (Fast Food) Menjadi

Dokumen terkait