PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG KONSUMSI MAKANAN
SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH
TRY DESFI RAHAYU NIM : 101000207
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG KONSUMSI MAKANAN
SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
TRY DESFI RAHAYU NIM : 101000207
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
menyatakan makan siang sebagai waktu yang tepat untuk makan di restoran fast food, 25% menyatakan sebagai makan malam, 9% menyatakan sebagai makanan selingan, dan 2% menyatakan sebagai makan pagi. Hal tersebut akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya konsumsi makanan fast food di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) dalam mengonsumsi makanan siap saji (fast food).
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2013 yaitu mahasiswa jurusan Kedokteran USU yang duduk di semester IV. Populasi tersebut harus sudah memperoleh mata kuliah yang berhubungan dengan gizi yaitu mata kuliah GDS (Growth and Development System). Dari populasi yang berjumlah 481 orang diambil sampel 80 orang yang diperoleh dengan menggunakan rumus Lameshow (1990). Kemudian, data dianalisis menggunakan analisa data deskriptif untuk mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan siap saji yang akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian mahasiswa pada penelitian berumur 20 tahun yaitu 61,3% dan sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu 67,5% serta uang saku perhari mahasiswa adalah Rp.32.700. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 48,8% mahasiswa mendapatkan informasi baik tentang fast food dari iklan, 63,8% mahasiswa memiliki pengetahuan kategori baik, 86,3% mahasiswa memiliki sikap kategori sedang dan 53,8% memiliki tindakan kategori baik tentang makanan siap saji (fast food).
Disarankan kepada Pemerintahan Mahasiswa untuk membuat diskusi atau seminar kepada mahasiswa tentang upaya mengurangi frekuensi konsumsi makanan siap saji (fast food) dan menggantinya dengan konsumsi sayuran serta buah-buahan serta dampak mengonsumsi makanan siap saji (fast food). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya mengonsumsi fast food
secara berlebihan. Dan diharapkan kepada Dekanat Kedokteran USU untuk menghimbau kepada pihak kantin agar dapat menyediakan hidangan makanan sehat.
is the choice for their lunch, 25% fortheir dinner, 9% fortheir such snack, and 2% for their breakfast. This condition will be growing along with the increasing consumption of fast food in Indonesia. This research provided by the authors aimed to determine the behavior of students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra (USU) on consuming fast food.
This research used descriptive quantitative method. The population in this study is students of 2013 whose major in Medicine USU on the fourth semester. The population musthas obtained subjects related to nutrition which is GDS (Growth and Development System). From that population of 481 people were taken 80 samples obtained by using the formula Lameshow (1990). Then, the data analyzed using descriptive data analysis to describe the knowledge, attitudes, and actions of students on the consumption of fast food which will be presented in frequency distribution table.
The results showed the majority of students in the study was 20 years old is 61.3% and the largely female is 67.5% as well as a day student allowance is Rp.32.700.The results showed that 48.8% of students got good information on fast food advertising, 63.8% of the students have a good knowledge category, 86.3% of students have an attitude of moderate category and 53.8% had both categories act on fast food (fast food).
Students suggested to the Government to make discussions or seminars to students about efforts to reduce the frequency of consumption of fast food and replace it with the consumption of vegetables and fruits as well as the effects of eating fast food. So that, it can raise the awareness about the dangers of excessive consumption of fast food. And is expected to the Dean of Medicine USU to appeal to the canteen in order to provide healthy food dish.
Nama : Try Desfi Rahayu
Tempat Lahir : Kisaran
Tanggal Lahir : 25 Desember 1992
Suku Bangsa : Batak
Agama : Islam
Nama Ayah : Effendi Simatupang, ST
Suku Bangsa Ayah : Batak
Nama Ibu : Aini
Suku Bangsa Ibu : Jawa
Pendidikan Formal
1. TK Aisiyah Bustanul Athfal 2 Kisaran : Tahun 1997 – 1998
2. SD Negeri 6 No 010088 Kisaran : Tahun 1998 - 2004
3. SMP Negeri 1 Kisaran : Tahun 2004 - 2007
4. SMA Negeri 1 Kisaran : Tahun 2007 – 2010
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Konsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) Medan Tahun 2015” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari dukungan serta doa dari orang-orang tersayang. Terimakasih kepada Orang Tua tercinta
Effendi Simatupang, ST dan Aini beserta kakak July Anita Amd.Kep, Dwy Oktaria, SS dan adik Muhammad Syahfindra untuk segala kasih dan sayangnya serta doa, dukungan dan nasehat yang sangat berarti bagi penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada Ibu Lita Sri Andayani, SKM, MKes selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Ucapan terimakasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
3. BapakDr,dr, Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
8. Bapak Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD,KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk penelitian untuk kesempurnaan skripsi ini.
9. Pegawai dan Staf Fakultas Kedokteran USU Ibu Rumi dan Abangda Purnama yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
10. Pegawai Staf Departemen PKIP Bapak Warsito yang telah banyak membantu penulis.
10. Sahabat-sahabat tersayang Hesti Lestari, Rini Ria Kardina, Vinny Ardwifa
dan Putri terima kasih yang tulus untuk selalu ada dari awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan untuk semua hal yang telah kalian berikan.
11. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan tercinta Melda Hayani, Eva Novia, Ina, Vinetta, Fahri Rizki, Jev, Mamat, Ical, Panji, Dian Parama,
dan Kamal untuk segala hal yang pernah kita lalui bersama.
12. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada sahabat tersayang Gizsya Resha, Fitri Hariyani, Ilma Mawaddah, Azlia Helmi, Kiki Aulia, Sulvizar
Musranda yang selalu ada memberikan semangat dan do‟a dalam mengerjakan skripsi ini.
13. Terimakasih buat Heri Syahputra atas motivasi dan dukungannya yang selalu memberikan semangat dan do‟a kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
14. Kepada kakak-kakak tersayang Kak Patima, Kak Dominika, Kak Yanti, Kak Nia Maharani, Kak Nadila, Kak Tia, Kak Yudha, Kak Regina, Kak
Abangda Hendrayang selalu memberi semangat dan do‟a kepada penulis.
17. Terima kasih untuk teman PBL kelompok 15 Pondok Atas Kak Sri, Damayani, Rovina Winata, Lidya, Uno, Parno yang telah memberikan semangat kepada penulis. Tak pernah lupa bahwa kita pernah serumah.
18. Teman-teman FKM USU angkatan 2010 terkhususnya teman Departemen PKIP FKM USU telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis.
19. Semua pihak yang telah benyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerja sama dan do‟anya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Agustus 2015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Umum ... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Perilaku Makan Mahasiswa ... 9
2.1.1 Pengetahuan ... 11
2.1.2 Sikap ... 13
2.1.3 Tindakan ... 15
2.2 Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 18
2.2.1 Jenis Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 20
2.2.2 Dampak Negatif Makanan Siap Saji ... 22
2.2.3 Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif dari Makanan Saip Saji ... 25
2.2.4 Pengukuran Konsumsi Makanan ... 27
2.3 Media Iklan ... 30
2.3.1 Iklan Televisi ... 31
2.3.2 Iklan Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 35
2.4 Kerangka Konsep ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1 Jenis Penelitian ... 37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 37
3.2.2 Waktu Penelitian ... 37
3.3 Populasi dan Sampel ... 37
3.3.1 Populasi ... 37
3.3.2 Sampel ... 38
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.4.1 Data Primer ... 40
3.4.2 Data Sekunder ... 40
3.7.2 Analisa Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47
4.2 Karakteristik Mahasiswa ... 48
4.3 Sumber Informasi yang Diperoleh Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 49
4.4 Perilaku Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food... 52
4.4.1 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 52
4.4.2 Sikap Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 58
4.4.3 Tindakan Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 62
BAB V PEMBAHASAN ... 66
5.1 Karakteristik Mahasiswa-Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 66
5.1.1 Umur ... 66
5.1.2 Jenis Kelamin ... 66
5.1.3 Uang Saku ... 67
5.2 Sumber Informasi ... 68
5.3 Perilaku Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food... 69
5.3.1 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 69
5.3.2 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Dampak dari Mengonsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) Secara Terus-Menerus ... 70
5.3.3 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Zat Kimia yang terkandung dalam Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 71
5.3.4 Pengetahuan Mahasiswa tentang Frekuensi Mengonsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) yang baik ... 72
5.3.5 Pengetahuan Mahasiswa Tentang MSG (Monosodium Glutamate) yang Terkandung dalam Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 74
5.3.6 Pengetahuan Mahasiswa tentang Penyakit yang Timbul jika Kandungan Lemak yang Sangat Tinggi pada Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 76
5.4 Sikap Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 77
5.4.1 Sikap Mahasiswa Bahwa Makanan Siap Saji (Fast Food) Baik Untuk Kesehatan... 79
5.4.2 Sikap Mahasiswa Bahwa Makanan Siap Saji (Fast Food) Lebih Praktis dan Menghemat Waktu Dibandingkan Membawa Makanan dari Rumah ... 80
5.5 Tindakan Mahasiswa Dalam Konsumsi Fast Food ... 85
5.5.1 Uang Saku yang Cukup Menyebabkan Mahasiswa Memilih Untuk Mengonsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 86
5.5.2 Tindakan Mahasiswa Tentang Sistem Delivery Pada Pemesanan Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 88
5.5.3 Makanan Siap Saji (Fast Food) Menjadi Pilihan Untuk Di Konsumsi Karena Aksesnya Dekat Dengan Kampus ... 89
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 91
6.1 Kesimpulan ... 91
6.2 Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93 DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Mahasiswa Berdasarkan
Pernyataan Tentang Sumber Informasi ... 50
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Mahasiswa Berdasarkan
Pernyataan Tentang Sumber Informasi ... 51
Tabel 4.5 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 52
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Mahasiswa Berdasarkan
Pertanyaan Pengetahuan ... 54
Tabel 4.7 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Kategori Sikap ... 58
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Mahasiswa Berdasarkan
Pernyataa Sikap... 60
Tabel 4.9 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Kategori Tindakan ... 62
Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Mahasiswa Berdasarkan
menyatakan makan siang sebagai waktu yang tepat untuk makan di restoran fast food, 25% menyatakan sebagai makan malam, 9% menyatakan sebagai makanan selingan, dan 2% menyatakan sebagai makan pagi. Hal tersebut akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya konsumsi makanan fast food di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) dalam mengonsumsi makanan siap saji (fast food).
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2013 yaitu mahasiswa jurusan Kedokteran USU yang duduk di semester IV. Populasi tersebut harus sudah memperoleh mata kuliah yang berhubungan dengan gizi yaitu mata kuliah GDS (Growth and Development System). Dari populasi yang berjumlah 481 orang diambil sampel 80 orang yang diperoleh dengan menggunakan rumus Lameshow (1990). Kemudian, data dianalisis menggunakan analisa data deskriptif untuk mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan siap saji yang akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian mahasiswa pada penelitian berumur 20 tahun yaitu 61,3% dan sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu 67,5% serta uang saku perhari mahasiswa adalah Rp.32.700. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 48,8% mahasiswa mendapatkan informasi baik tentang fast food dari iklan, 63,8% mahasiswa memiliki pengetahuan kategori baik, 86,3% mahasiswa memiliki sikap kategori sedang dan 53,8% memiliki tindakan kategori baik tentang makanan siap saji (fast food).
Disarankan kepada Pemerintahan Mahasiswa untuk membuat diskusi atau seminar kepada mahasiswa tentang upaya mengurangi frekuensi konsumsi makanan siap saji (fast food) dan menggantinya dengan konsumsi sayuran serta buah-buahan serta dampak mengonsumsi makanan siap saji (fast food). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya mengonsumsi fast food
secara berlebihan. Dan diharapkan kepada Dekanat Kedokteran USU untuk menghimbau kepada pihak kantin agar dapat menyediakan hidangan makanan sehat.
is the choice for their lunch, 25% fortheir dinner, 9% fortheir such snack, and 2% for their breakfast. This condition will be growing along with the increasing consumption of fast food in Indonesia. This research provided by the authors aimed to determine the behavior of students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra (USU) on consuming fast food.
This research used descriptive quantitative method. The population in this study is students of 2013 whose major in Medicine USU on the fourth semester. The population musthas obtained subjects related to nutrition which is GDS (Growth and Development System). From that population of 481 people were taken 80 samples obtained by using the formula Lameshow (1990). Then, the data analyzed using descriptive data analysis to describe the knowledge, attitudes, and actions of students on the consumption of fast food which will be presented in frequency distribution table.
The results showed the majority of students in the study was 20 years old is 61.3% and the largely female is 67.5% as well as a day student allowance is Rp.32.700.The results showed that 48.8% of students got good information on fast food advertising, 63.8% of the students have a good knowledge category, 86.3% of students have an attitude of moderate category and 53.8% had both categories act on fast food (fast food).
Students suggested to the Government to make discussions or seminars to students about efforts to reduce the frequency of consumption of fast food and replace it with the consumption of vegetables and fruits as well as the effects of eating fast food. So that, it can raise the awareness about the dangers of excessive consumption of fast food. And is expected to the Dean of Medicine USU to appeal to the canteen in order to provide healthy food dish.
Fast food adalah makanan cepat saji yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat serta rendah serat dan tinggi lemak. Fast food mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, serta penyajian yang higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu penyajiannya yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu yang lama dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul.
Dalam hal konsumsi makanan siap saji ini mahasiswa harus mempertahankan kesehatan tubuh yang optimal salah satunya adalah dengan menjaga status gizi yang seimbang, artinya semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus terpenuhi dengan tepat guna. Status gizi setiap orang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah tingkat pengetahuan gizi. Menurut Sediaoetama (2002), tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi.
mendukung dalam hal besarnya uang saku mahasiswa. Selain itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu lama, rasanya enak, sesuai selera dan seringnya mengkonsumsi fast food dapat menaikkan status sosial mahasiswa, menaikkan gengsi dan tidak ketinggalan globalitas (Proverawati, 2010).
Survei yang dilakukan oleh AC Nilsen bahwa 69% masyarakat kota di Indonesia mengonsumsi fast food yaitu 33% menyatakan makan siang sebagai waktu yang tepat untuk makan di restoran fast food, 25% untuk makan malam, 9% menyatakan sebagai makanan selingan dan 2% memilih untuk makan pagi (Nilsen 2008). Hal tersebut akan semakin berkembang sesuai dengan meningkatkatnya tingkat konsumsi makanan fast food di Indonesia.
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentari (gaya hidup malas), berakibat pada perubahan pola makan atau konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji (fast food), yang berdampak meningkatkan risiko obesitas (Zametkin et al, 2004; Hidayati dkk, 2009).
Di Indonesia kejadian gizi lebih sudah terjadi sejak lama. Menurut data Riskesdas 2013, kejadian gizi lebih di Indonesia meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2013 yaitu sebesar 10% pada tahun 2010 dan menjadi 13,5% pada tahun 2013. Kejadian gizi lebih lebih banyak terjadi pada perempuan (32,9%) dibandingkan laki-laki (19,7%), sedangkan di provinsi Sumatera Utara terjadi peningkatan angka kejadian gizi lebih yaitu pada tahun 2010 sebesar 11,9% menjadi 12,2% pada tahun 2013, dan di Kota Medan sendiri prevalensi gizi lebih tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia yang mengalami peningkatan.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Sihaloho (2012), kategori pengetahuan tentang makanan siap saji (fast food) yang baik 63,8% dan kategori sedang 36,2%, sedangkan dengan kategori dilihat dari sikap responden tentang makanan siap saji yang baik 63,8% dan kategori sedang 36,2%, dan dilihat dari dukungan dari kategori dukungan sosial yang baik ada 11,6%, sedang 59,4%, dan kurang sebanyak 29%, dan kategori dilihat dari kategori sumber informasi televisi ada sebanyak 85,5% dan yang menjawab pengaruh dari teman sebaya sebanyak 29% sedangkan dari media iklan sebanyak 50,7%.
Menurut penelitian yang dilakukan Lestari (2011), kebiasaan jajan fast food, dijumpai sebagian besar kasus 88,0% membeli fast food dengan frekuensi ≥3 kali/minggu. Berdasarkan frekuensi makan per hari pada kasus dijumpai
sayur 1-3 kali/minggu, berikutnya sebanyak 12,0% mengonsumsi sayur 4-7 kali/minggu. Jumlah kasus yang mempunyai kebiasaan ngemil sebanyak 82,7%, sedangkan pada kontrol kebiasaan ngemil sebanyak 32%.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Kumara (2013), Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU semester ganjil tahun akademik 2013/ 2014 untuk menjawab kuesioner pengetahuan mahasiswa tentang pola nutrisi seimbang. Semester I menunjukkan bahwa dari total responden sebanyak 60.9% dengan pengetahuan kategori cukup dan sebanyak 39.1% dengan pengetahuan baik. Semester III menunjukkan sebanyak 65.2% dengan pengetahuan baik dan pengetahuan cukup sebanyak 34.8%. Tidak ada responden dengan kategori pengetahuan kurang. pada semester V mempunyai 8.7% yang berpengetahuan kurang. Responden dengan pengetahuan baik dan cukup masing-masing 34.8% dan 56.5%. Semester VII yang berpengetahuan baik adalah 34.8%. Responden yang berpengetahuan cukup dan kurang masing-masing 39.1% dan 26.1%.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah salah satu fakultas yang terletak di Kota Medan. Fakultas ini letaknya sangat strategis, termasuk dalam kawasan pusat kota yang di dalamnya banyak terdapat restoran-restoran
fast food. Hal ini menyebabkan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih banyak mengonsumsi makanan cepat saji seperti hamburger, fried chicken,
spaghetti, pangsit, bakso, mie ayam, dan siomay, dimana makanan cepat saji dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan seperti kolestrol tinggi, obesitas, hipertensi, diabetes melitus, kanker dan stroke.
Mahasiswa Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebagai generasi muda dan merupakan aset di masa yang akan datang memerlukan perhatian khusus dalam mengonsumsi makanannya. Peranan makanan jajanan sebagai penyumbang gizi dalam menu mahasiswa sehari-hari tidak dapat diabaikan. Peranan tersebut terutama pada mahasiswa yang tidak cukup waktu untuk makan di rumah, makanan jajanan memberikan kontribusi zat gizi yang nyata.
Dalam hal ini mahasiswa juga dipengaruhi oleh gaya hidup (life style)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara adalah salah satu fakultas yang di dalamnya terdapat mahasiswa dengan gaya hidup yang dikategorikan rata-rata dari status kalangan menengah keatas dibandingkan fakultas lainnya. Menurut penelitian Lestari (2011) menyebutkan bahwa uang saku rata-rata harian mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik ada hubungan bermakna antara uang saku harian dengan kejadian obesitas yaitu ≥ Rp.24.600 sebesar 80,0%. Maka, dipandang dari
status ekonomi dengan besar uang saku mahasiswa fakultas kedokteran dengan mahasiswa lainnya, fakultas kedokteran lebih besar terpengaruh untuk dapat mengonsumsi makanan siap saji tersebut. Sementara itu, dengan latar belakang pendidikan Kedokteran, mereka pasti lebih mengerti tentang bahaya atau dampak dari mengonsumsi makanan cepat saji (fast food). Seharusnya mereka menjadi contoh bagi mahasiswa lainnya yang bukan berlatar belakang pendidikan kedokteran dalam konsumsi makanan siap saji (fast food).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 20 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), terdapat 5 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih mengonsumsi makanan siap saji dan bahkan mereka menyediakan makanan siap saji di dalam mobil dan
food setiap harinya serta 5 orang mahasiswa lainnya obesitas dalam kategori sedang.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan siap saji (fast food).
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang konsumsi makanan siap saji (fast food).
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, jenis kelamin, uang saku) tentang konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015
2. Untuk mengetahui sumber informasi (teman, iklan) tentang konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015
3. Untuk mengetahui tingkat kategori pengetahuan mahasiswa tentang konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015
4. Untuk mengetahui tingkat kategori sikap mahasiswa tentang konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan dan informasi kepada Fakultas Kedokteran USU mengenai perilaku mahasiswa tentang makanan cepat saji.
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman secara instansi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan. (Notoatmodjo 2012).
Perilaku makan adalah cara seseorang berfikir, pengetahuan dan berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan itu dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Jika keadaan itu terus-menerus berulang maka tindakan tersebut akan menjadi kebiasaan makan (Khumaidi, 1994).
eksistensinya sebagai makhluk hidup serta sebagai dasar guna melakukan interaksi atau kontak sosial dengan orang lain (Fradjia 2008).
Menurut teori WHO, faktor-faktor perilaku dapat dibedakan menjadi dua,yaitu :
a. Faktor-faktor Internal
Yaitu faktor-faktor yang ada di dalam diri individu itu sendiri, misalnya : karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, sikap, dan sebagainya) yang dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab, pertumbuhan profesional dan intelektual yang dialami seseorang. Sebaliknya, apabila seseorang merasa tidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya, dapat dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar diri individu.
b. Faktor-faktor Eksternal
Yaitu faktor-faktor yang ada di luar individu yang bersangkutan. Faktor ini mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan/motif untuk berbuat sesuatu, misalnya sumber informasi yang meliputi teman dan iklan.
Menurut teori Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2012), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia kedalam tiga ranah perilaku, yaitu engetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan (sebagian besar diperoleh dari indera mata dan telinga ) terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan domain yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran.
kalori atau makanan siap saji terutama bagi mahasiswa, padahal mahasiswa sangat memerlukan asupan gizi yang cukup (Aji, 2013).
Makanan siap saji kini semakin digemari mahasiswa, baik hanya sebagai kudapan maupun makanan besar. Makanan ini mudah diperoleh, disamping lebih bergengsi karena pengaruh iklan. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan tidak ada sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% dari total kalori yang terkandung dari makanan itu (Arisman, 2010). Snack mencakup hampir 40 persen kalori diet mahasiswa. Es krim, hamburger dan sejenis pizza
memberikan zat gizi yang penting, tetapi juga tinggi lemak, natrium dan kalori. Mahasiswa sangat sering mengonsumsi makanan yang ada pada restoran makanan cepat saji yang mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan yang tinggi kalori, lemak dan natrium. Salah satu penyebab kebiasaan makan pada mahasiswa adalah pengetahuan gizi yang rendah dan terlihat pada kebiasaan makan yang salah (Proverawati, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: 1. Umur
2. Jenis Kelamin
Yaitu perbedaan ciri biologis responden dalam hal ini ada dua kategori: laki-laki dan perempuan.
3. Informasi
Kemudahan sesorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat sesorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
4. Teman
Orang-orang di luar keluarga yang berinteraksi, berkomunikasi dan bersama dengan responden yang memberikan informasi dan mengajak responden.
5. Iklan
Segala sarana dalam menyampaikan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo,2012).
2.1.2 Sikap
merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Notoatmodjo, 2012).
Soekadji (1983) berpendapat bahwa orang berprilaku mengonsumsi itu ditandai dengan :
a. Frekuesi yaitu seberapa sering perilaku itu muncul dalam waktu tertentu. b. Lamanya berlangsung yaitu berapa lama waktu yang diperlukan seseorang
untuk mengonsumsi.
c. Intensitas yaitu seberapa kuat atau lemahnya tingkatan seseorang untuk mengonsumsi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2012) pada 10 siswa di SMA Negeri 1 Medan, jumlah siswa yang mengkonsumsi makanan cepat saji 1 x seminggu seperti KFC sebanyak 4 orang (40%) sedangkan sebanyak 6 siswa (60%) mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari seperti burger, bakso, nugget
dan mie instan karena makanan cepat saji tersebut tersedia di kantin sekolah yang selalu dikonsumsi pada jam istirahat sekolah.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju”
atau “tidak setuju“ terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.
2.1.3 Tindakan
1. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila suatu subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
2. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
3. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bebrapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Perubahan perilaku kehidupan modern antara lain konsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolestrol, tinggi garam, rendah serat, merokok, minum alkohol dan lain sebagainya. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi, perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah gizi lebih, obesitas dan penyakit degeneratif (Baliwati dkk, 2004).
mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, memahami pelajaran, sehingga prestasi belajar pun lebih baik (Depkes, 1997).
Menurut Asdi dalam Pratiwi (2011), selain kebiasaan tidak sarapan pagi,saat ini remaja lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan cepat saji. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1999, menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk makanan cepat saji) meningkat dari 9,13% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih besar yaitu seperempat dari total pengeluaran pangan.
Kebiasaan makan menurut Guthe dan Mead (Khumaidi,1994) adalah cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengonsumsi dan menggunakan makanan-makanan yang tersedia yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya dimana mereka hidup. Khumaidi lebih lanjut menyimpulkan, bahwa kebiasaan makan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan rohani yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ektrinsik meliputi lingkungan alam,sosial, ekonomi, budaya, dan agama.
makanan cepat saji tradisional dan 25,1% mengonsumsi fast food ≥ 3 kali dalam
seminggu (Suhartini,2004) sedangkan Hafitri (2003) mengatakan sebanyak 66,7% remaja terbiasa membeli makanan cepat saji dan makanan tradisional satu kali dalam seminggu.
Menurut Robert dan Williams dalam Heryanti (2009), mengatakan kebiasaan makan dan pilihan makanan dikalangan remaja ternyata lebih kompleks dan di pengaruhi oleh banyak faktor seperti fisik, sosial, lingkungan budaya, pengaruh lingkungan sekitar (teman, keluarga dan media) serta psikososial.
2.2 Makanan Siap Saji (Fast Food)
Makanan siap saji (fast food) adalah makanan yang mudah disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknilogi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Anonim, 2012). Sedangkan menurut Khasanah (2012), makanan siap saji (fast food) merupakan makanan yang penyajiannya cepat dan biasanya mengandung karbohidrat yang tinggi, lemak yang tinggi dan rendah serat.
kalsium dan folat. Makanan cepat saji adalah gaya hidup remaja (Khomsan, 2004).
Keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin menjamur di kota-kota besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa makanan tradisional Indonesia (seperti restoran padang) dan makanan barat (Kentucy fried chicken, California fried chicken) yang terkenal dengan ayam gorengnya, disamping jenis makanan yang tidak kalah populer seperti Burger, Pizza, Sandwich, dan sebagainya. Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan misalnya pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis fast food, karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih makanan diluar dengan jajanan fast food
(Khomsan, 2004).
2.2.1. Jenis Makanan Siap Saji (Fast Food)
Berikut ini adalah makanan siap saji modern yang paling popular diseluruh dunia yang berasal dari beberapa negara, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Hamburger
Hamburger atau sering disebut dengan burger adalah sejenis makanan berupa roti berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan patty yang biasa diambil dari daging, kemudian sayur-sayuran berupa selada, tomat, dan bawang bombay. Hamburger berasal dari negara Jerman. Saus burger diberi berbagai jenis saus seperti mayounes, saus tomat dan sambal. Beberapa varian burger juga dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti
sosis. 2. Pizza
Pizza adalah adonan roti yang umumnya berisi tomat, keju, saus dan bahan lain sesuai selera. Pizza pertama kali popular di negara Italia.
3. French fries (kentang goreng)
4. Fried Chicken (ayam goreng)
Fried Chicken atau ayam goreng pada umumnya jenis makanan siap saji yang umum dijual di restoran makanan siap saji (fast food). Fried Chicken
umumnya memiliki protein, kolestrol dan lemak. 5. Spaghetti
Spaghetti berasal dari Italia, namun sudah populer di Indonesia. Spaghetti
adalah mie Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di masak 9-12 menit di dalam air mendidih dengan tambahan daging dan isinya.
6. Fish and Chips
Fish and Chips adalah sebuah nama makanan Barat yang terdiri dari kombinasi antara ikan dan kentang goreng. Rakyat Inggris dan Irlandia menyebutnya dengan istilah „chippies‟ atau „chipper‟, dan merupakan menu makan siang murah meriah dikalangan remaja.
7. Sushi
Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Sushi juga sudah populer di masyarakat Indonesia.
8. Croissant
Croissant adalah salah satu jenis roti berbentuk bulan sabit adonannya berbeda dengan adonan roti biasa karena diberi tambahan korsvert (sejenis lemak) dengan pengolahan teknik lipat, sehingga teksturnya terdiri dari lipatan-lipatan kulit roti yang teras empuk tetapi renyah saat kita memakannya. Croissant
9. Hot Dog
Hot Dog merupakan makanan siap saji berupa sosis yang diselipkan dalam roti. Mustard, saus tomat, bawang dan mayonnaise dapat melengkapi isiannya. Masih banyak yang termasuk jenis makanan siap saji (fast food) modern menurut Peter dalam Ade (2010), yaitu the torpedo roll, the pizza pie, chili con carne, tortillas, club sandwich, sourthen fried chicken, bacon, lettuce and tomato
sandwiches, grilled cheese sandwich, dan open beef sandwich.
Sedangkan menurut Lubis (2009) Yang tergolong dalam makanan siap saji modern antara lain hamburger, ayam goreng kentucky, pizza, spagetty, sosis, chicken nugget, kentang goreng, donat dan makanan cepat saji yang tradisional adalah mie goreng, mie instant, bakso, mie ayam, gorengan, siomai, mie pangsit, soto dan pecal.
2.2.2 Dampak Negatif Makanan Siap Saji
1. Meningkatkan Risiko Serangan Jantung
Kandungan kolesterol yang tinggi pada makanan cepat saji dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat akan membuat aliran darah tidak lancar yang dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner.
2. Membuat Ketagihan
3. Meningkatkan Berat Badan
Jika suka mengonsumsi makanan siap saji dan jarang berolahraga, maka dalam beberapa minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang di dapat dari mengonsumsi makanan siap saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga. Lemak inilah yang kemudian tersimpan dan menumpuk dalam tubuh.
4. Meningkatkan Risiko Kanker
Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan siap saji dapat meningkatkan resiko kanker, terutama kanker payudara dan usus besar. 5. Memicu Diabetes
Kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi dalam makanan siap saji akan memicu terjadinya resistensi insulin yang berujung pada penyakit diabetes. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin sehingga menurunkan penyerapan glukosa yang menyebabkan banyak glukosa menumpuk di aliran darah.
6. Memicu Tekanan Darah Tinggi
Bahaya makanan siap saji yang telah dijabarkan oleh peneliti ilmiah dari beberapa ilmiah pakar serta penerhati nutrisi adalah sebagai berikut:
1. Sodium (Na) tidak boleh kebanyakan terdapat didalam tubuh kita. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 mg. Inilah sama degan 1 3/5 sendok teh. Sodium yang banyak terdapat dalam makanan siap saji dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga bisa membuat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga akan berpengaruh munculnya gangguan ginjal, penyakit jantung dan stroke. Lemak jenuh yang juga banyak terdapat dalam makanan siap saji, yang berbahaya bagi tubuh karena zat tersebut merangsang organ hati untuk memproduksi banyak kolesterol. Kolesterol sendiri didapat dengan dua cara, yaitu oleh tubuh itu sendiri dan ada juga yang berasal dari produk hewani yang kita makan dan dimasak terlalu lama. Kolesterol banyak terdapat dalam daging, telur, ayam, ikan, mentega, susu dan keju. Bila jumlahnya banyak, kolesterol dapat menutup saluran darah dan oksigen yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh. Tingginya jumlah lemak jenuh dalam makanan siap sajiakan menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan kanker payudara. Kanker payudara merupakan pembunuh terbesar setelah kanker usus. Lemak dari daging, susu, dan produk-produk susu merupakan sumber utama dari lemak jenuh.
Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat sedikit vitamin serta mineralnya. Minuman bersoda mengandung paling banyak gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari 4g atau satu sendok teh sehari (Septiyani, 2011).
2.2.3. Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif dari Makanan Siap Saji
Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif makanan siap saji dapat diupayakan dengan beberapa cara antara lain :
1. Bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan yang mesti dilakukan untuk menghindari makanan siap saji beresiko. Walaupun hidangan yang akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak tinggi, sebenarnya jenis makanan siap saji beresiko yang indentik dengan fried chicken itu juga memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila harus 1 atau 2 kali dalam sebulan atau 1 kali dalam seminggu ingin menikmati makanan fried chicken
dirasa cukup aman dilakukan. Tetapi, apabila frekuensi menikmati makanan ini dilakukan lebih sering lagi, maka sebaiknya ketika menyantap sajian ini hendaknya dibarengi dengan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
2. Anjuran yang paling cocok bagi penggemar makanan siap saji adalah hendaknya mereka mengimbangi konsumsi makanan tinggi lemak protein dengan makanan tinggi serat seperti sayuran, baik yang disajikan dalam bentuk mentah misalnya lalapan atau dalam bentuk olahan seperti sop atau salad dari berbagai sayuran dan buah-buahan.
siap saji yang mengandung tinggi lemak dan tinggi kadar garamnya agar mengurangi porsi makanan atau memilih makanan dalam porsi kecil. Kemudian, bagilah porsi itu dengan rekan atau teman. Dan yang terakhir jangan lupa untuk berolahraga secara disiplin dan teratur.
4. Buah-buahan merupakan pabrik senyawa vitamin, mineral, fitokimia, antioksidan, dan serat makanan alami. Pengolahan buah-buahan menjadi jus merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan di masyarakat. Agar diperoleh asupan serat makanan sebagaimana yang diperlukan tubuh ketika mengonsumsi jus buah hendaknya jus benar-banar dibuat dari buah asli. Jangan sekali-kali tertipu dengan berbagai jenis minuman jus rasa buah yang sebenarnya sama sekali tidak mengandung komponen buah.
2.2.4. Pengukuran Konsumsi Makanan
Metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu, antara lain : 1. Metode Food Recall 24 Jam
Prinsip dari metode food recall 24 jam adalah mencatat jumlah dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Hal penting yang perlu diketahui dalam food recall 24 jam adalah data yang diperoleh cenderung lebih kualitatiif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari ( Supriasa, 2002).
Menurut Supriasa (2002) langkah-langkah pelaksanan food recall 24 jam ialah:
1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga selama kurun waktu 24 jam yang lalu.
2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
3) Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DGKA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
2. Metode Perkiraan Makanan (Estimated Food Records)
Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Dalam memperkirakan makanan yang dikonsumsi, responden mencatat semua jumlah makanan dan snack
yang dikonsumsi dalam ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran gram setiap kali makan. Jumlah hari dalam memperkirakaan asupan makanan tergantung tujuan penelitian. Apabila penelitian bertujuan untuk meneliti rata-rata asupan kelompok maka satu hari untuk satu responden sudah memenuhi syarat.
Kelebihan metode Food Records ini adalah relatif murah dan cepat, lebih akurat, dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar dan diketahui konsumsi zat sehari. Kekurangannya antara lain bisa menyebabkan beban bagi responden sehingga terkadang responden merubah kebiasaan makannya, tidak dapat digunakan untuk responden buta huruf dan tergantung kepada kejujuran dan kemampuan responden dalam memperkirakan jumlah konsumsi makanan (Supariasa, 2002).
3. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)
Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Dalam metode ini, responden diminta untuk menimbang semua makanan dan snack yang dikonsumsi dalam periode waktu tertentu. Cara penyiapan makanan, detail penjelasan makanan dan merek makanan (yang diketahui) juga harus dicatat. Metode ini lebih akurat untuk memperkirakan kebiasaan konsumsi makanan dan asupan gizi seseorang.
dilakukan dalam waktu lama maka responden dapat berubah kebiasaan makannya, tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil serta perlu kerja sama yang baik dengan responden (Supariasa, 2002).
4. Metode Riwayat Makanan (Diatery History)
Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Metode ini digunakan untuk memperkirakan kebiasaan asupan makanan dan pola makan individu yang umumnya dilakukan dalam jangka waktu lama yaitu sekitar 1 bulan. Metode ini memiliki 3 (tiga) komponen antara lain mewawncarai responden tentang kebiasaan pola makan secara keseluruhan dalam 24 jam terakhir yaitu waktu makan utama dana makan selingan, kedua adalah melakukan pengecekan ulang kuesioner dari jenis makanan tertentu yang dikonsumsi dan ketiga adalah subjek mencatat konsumsi makanan di rumah selama 3 hari.
Kelebihan metode ini adalah murah, dapat memberikan gambaran konsumsi makan dalam waktu relatif panjang dan dapat digunakan di klinik gizi. Sedangkan kekurangan metode ini adalah membebankan responden dan pengumpul data, perlu tenaga terlatih, data lebih bersifat kualitatif, tidak cocok untuk sampel besar dan umumnya bagi makanan khusus saja (Supriasa, 2002). 5. Metode Frekuensi Makanan ( Food Frequency)
menghubungkan penyakit dengan kebiasaan makan. Sedangkan kekurangan metode ini adalah tidak dapat menghitung asupan zat gizi, sulit mengembangkan kuesioner, perlu membuat percobaan pendahuluan, cukup menjemukan pewawancara dan responden harus jujur (Supariasa, 2002).
Menurut Supariasa (2002) langkah-langkah metode frekuensi makanan adalah:
1) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunanya dan ukuran porsinya.
2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi pengunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.
2.3. Media Iklan
Iklan adalah suatu bentuk pertanyaan yang memuat pesan mengenai gagasan produk atau jasa yang ditawarkan oleh perorangan atau perusahaan dan lembaga baik pemerintah maupun swasta yang memakai medis pers tercetak (surat kabar dan majalah), radio dan televisi (Berg Sayogyo,1989).
Pada dasarnya tujuan periklanan adalah mengubah atau mempengaruhi sikap khalayak, dalam hal ini tentunya adalah sikap-sikap konsumen. Tujuan periklanan komersial adalah membujuk khalayak untuk membeli produk (Jefkins, 2002).
dan konsep-konsep sasaran dan (3) mengubah sikap dan persepsi sasaran serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.
Adapun jenis-jeis iklan menurut Kuswandi (1996), jenis iklan di media massa digolongkan dalam dua bagian yaitu iklan komersil dan iklan layanan masyarakat.
a. Iklan Komersil adalah bentuk promosi suatu barang produksi atau jasa melalui media massa dalam bentuk tayangan gambar maupun bahasa yang diolah melalui film atau berita. Contoh dari jenis iklan adalah iklan makanan atau minuman.
b. Iklan layanan masyarakat adalah bentuk tayangan gambar baik drama, film, musik, maupun bahasa yang mengarahkan pemirsa atau khalayak sasaran agar berbuat atau bertindak seperti yang dianjurkan iklan tersebut.
2.3.1. Iklan Televisi
Kehadiran iklan dalam paket acara televisi bukanlah hal yang baru. Menurut Kuswandi (1996), ada dua kepentingan mengapa iklan masuk dalam acara televisi yakni : kehadiran iklan televisi turut mendukung atau membantu pemasukan dana bagi kelancaran serta kelangsungan materi acara, baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya dan media televisi merupakan alat informasi tentang suatu barang produksi untuk diketahui oleh pemirsa atau masyarakat.
1. Menimbulkan minat sasaran.
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak. 3. Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4. Merangsang sasaran untuk mau melaksanakan/membeli barang (produk) yang diiklankan.
5. Mendorong keinginan sasaran untuk mengerti dan memakai alat yang diiklankan.
6. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh didalam menerima sesuatu yang baru (inovasi), manusia mempunyai kecendrungan lupa, untuk mengatasinya televisi akan membantu untuk mengingatkan kembali si sasaran.
7. Untuk menarik perhatian, membujuk, ,merayu sasaran secara berulang-ulang supaya melakukan sesuai dengan yang diinginkan oleh produsen. 8. Untuk mempercepat dan memperbanyak hasil penjualan yang diproduksi. 9. Memberi alternatif bagi pemirsa untuk mengetahui dan mengenal barang
produksi yang ada di pasaran.
1. Kelebihan Iklan Televisi
Menurut Jefkins (2005), keunggulan iklan televisi sebagai berikut : a. Kesan realistik
Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna suara dan gerakan, maka iklan-iklan televisi tampak begitu hidup dan nyata. Dengan kelebihan ini, para pengiklan dapat menunjukan dan memamerkan kelebihan dan keunggulan produknya secara detail.
b. Masyarakat lebih tanggap
Karena iklan televisi disiarkan di rumah-rumah dalam suasana yang serba santai atau reaktif, maka masyarakat lebih siap memberikan perhatian (dibanding dengan iklan poster yang dipasang di tengah jalan, masyarakat yang sibuk memikirkan sesuatu, menuju suatu tempat atau tengah bergegas ke kantor tentunya tidak sempat memperhatikannya. Perhatian terhadap iklan televisi akan semakin besar, jika materinya dibuat dengan standar teknis yang tinggi dan atau menggunakan tokoh-tokoh ternama (seperti aktor/aktris) sebagai pemerannya.
c. Repetisi/pengulangan
Iklan televisi bisa ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyrakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu bangkit.
d. Adanya pemilihan acara siaran (zooming) dan jaringan kerja (net working)
menggunakan satu atau kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus untuk memuat iklannya, bahkan pengiklan bisa saja membuat jaringan kerja dengan semua stasiun televisi swasta, sehingga iklannya akan ditayangkan oleh semua stasiun televisi secara serentak.
e. Terkait erat dengan media lain, seperti surat kabar, majalah dan lain-lain. 2. Kelemahan Iklan Televisi
Selain keunggulan, iklan televisi juga mempunyai berbagai kelemahan dan keterbatasan. Menurut Jefkins (2005). Kelemahan-kelemahan iklan televisi sebagai berikut :
Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal, sehingga pemilihan sering sulit dilakukan. Pihak pengiklan akan dapat lebih selektif dalam mebidik pangsa pasar yang dikehendaki kalau ia menggunakan media pers.
a. Jika yang diperlukan calon pembeli dalah data-data yang lengkap mengenai suatu produk atau perusahaan pembuatannya, maka televisi tidak akan bisa memberikannya.
b. Hal-hal kecil lainnya bisa dan biasa dikerjakan banyak orang sambil menonton televisi, sama seperti ketika mereka mendengarkan siaran radio. Akibatnya kosentrasi pemirsa sering terpecah. Kemungkinan zipping yaitu tombol pemercepat pada remote control menambah peluang terpecahnya kosentrasi pemirsa iklan.
d. Di negara-negara yang memilki cukup banyak stasiun televisi, atau yang jumlah total pemirsa cukup sedikit, biaya siaran mungkin cukup rendah sehingga memungkinkan ditayangkan iklan yang panjang atau berulang-ulang. Iklan seperti ini justru mudah membosankan pemirsa.
e. Kesalahan serius yang dibuat oleh produsen iklan televisi, menurut Virginia Matthews yang menulis tentang masalah ini di marketing week, adalah menggunakan penyaji atau model yang sama sebagaimana para pengiklan yang lain. Selain membosankan hal ini juga akan membinggungkan (pemakaian orang/aktor secara berlebihan).
2.3.2. Iklan makanan siap saji (Fast Food)
Disamping televisi merupakan alat komunikasi pandang-dengar dengan satu arah dapat mensosialisasikan nilai-nilai baru. Maka dengan itu televisi telah memasuki kehidupan keluarga dan rumah tangga dengan leluasa, tentu saja ini membawa pengaruh negatif bila masyrakat kurang selektif (filter) terhadap iklan di televisi (Kuswandi, 1996).
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan teori dan keterbatasan saya sebagai peneliti, maka peneliti membatasi hal-hal yang akan diteliti. Hal-hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada bagan kerangka konsep berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan perilaku mahasiswa kedokteran USU tentang konsumsi makanan siap saji (fast food) yang meliputi karakteristik responden (umur, jenis kelamin, uang saku), sumber informasi (teman, iklan),pengetahuan , sikap dan konsumsi makanan siap saji (fast food)
mahasiswa kedokteran USU. Karakteristik
Responden: - Umur
- Jenis Kelamin - Uang Saku
Sumber Informasi
- Teman
- Iklan
Sikap Pengetahuan
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif untuk mengetahui perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU terhadap konsumsi makanan siap saji (fast food).
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukakn di Fakultas Kedokteran USU di Jalan Dr. Mansyur, Medan Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah :
a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang diwawancarai mengatakan bahwa ada beberapa temannya yang sering mengonsumsi makanan siap saji (fast food) dengan kondisi fisiknya yang gemuk dengan tinggi badan 160 dan berat bedan 75 dengan Indeks Massa Tubuh 29,2 dengan kategori obesitas tipe satu. b. Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang diwawancarai mengatakan bahwa
dari segi ekonominya sangat mendukung dengan uang saku yang cukup banyak untuk membeli makanan fast food tersebut.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waku penelitian dilaksanakan di bulan Maret-Juli tahun 2015
3.3. Populasi dan Sampel
3.2.3.Populasi
yang duduk di semester IV dengan kriteria sudah memperoleh mata kuliah yang berhubungan dengan gizi dengan mata kuliah GDS (Growth and development system) yang ada di Fakultas Kedokteran USU yang berjumlah 481 orang. (data direktori mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Pendidikan Dokter S-1).
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil dari seluruh objek yang diteliti untuk mewakili satu populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Lameshow (1990) sebagai berikut :
n =
Dimana :
n : besar sampel
N : besar populasi mahasiswa (481) n : jumlah sampel yang akan diteliti d : galat pendugaan (0,1)
Z : tingkat kepercayaan (1,96 dengan Cl 95%) P : target populasi (0,5)
Maka:
n =
n = 1,962 0,5 (1-0,5) 481 0,12 (481-1) +1,962.0,5 (1-0,5) = 461,9524
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang.
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diketahui jumlah sampel dari populasi 481 mahasiswa Fakultas Kedokteran USU didapat sampel penelitian sebanyak 80 mahasiswa, dimana subjek yang ditanya adalah mahasiswa yang bersedia di wawancarai.
Teknik pengambilan sampel dilakukan di Fakultas Kedokteran USU dengan cara accidental sampling. Menurut Santoso dan Tjiptono (2001)
Accidental Sampling (Convenience sampling) adalah prosedur sampling yang memilih sampel dari orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau diakses. Sedangkan menurut Sugiyono (2004) Accidental Sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan kriteria utamanya adalah orang tersebut merupakan mahasiswa FK USU stambuk 2013.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan hasil pengumpulan data terhadap responden melalui kuesioner penelitian yang sudah dipersiapkan untuk mengetahui karakteristik, perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan siap saji (fast food).
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Birorektor USU. Data yang diperoleh dari Birorektor USU berupa data jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan tahun 2013.
3.5. Defenisi Operasional
1. Karakteristik Responden
a. Umur yaitu usia responden berdasarkan tahun dihitung sejak ia lahir sampai saat penelitian.
b. Jenis kelamin
Yaitu perbedaan ciri biologis responden dalam hal ini ada dua kategori: laki-laki dan perempuan.
c. Uang saku adalah rata-rata jumlah uang yang diberikan orang tua kepada mahasiswa untuk membeli makanan/jajanan per hari dalam satuan rupiah. 2. Sumber informasi yaitu berupa informasi yang diperoleh responden mengenai
a. Teman adalah orang-orang di luar keluarga yang berinteraksi, berkomunikasi dan bersama dengan responden yang memberikan informasi dan mengajak responden dalam mengkonsumsi fast food.
b. Iklan adalah segala sarana dalam menyampaikan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan mengenai makanan siap saji (fast food).
3. Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui responden tentang konsumsi makanan siap saji (fast food).
4. Sikap adalah tanggapan responden tentang konsumsi makanan siap saji (fast food).
5. Konsumsi makanan siap saji yaitu segala bentuk nyata aktivitas responden yang berkaitan dengan frekuensi dan jenis dari makanan siap saji (fast food) yang penyajiannya cepat dan biasanya mengandung karbohidrat yang tinggi, lemak yang tinggi dan rendah serat.
3.6. Instrumen Penelitian dan Aspek Pengukuran
3.6.1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang akan dijadikan sebagai baan atau alat wawancara kepada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Medan Tahun 2015.
3.6.2. Aspek Pengukuran
20 pertanyaan pengetahuan, 20 pertanyaan tentang sikap dan 15 pertanyaan tentang tindakan.
a. Pengukuran pengetahuan
Pengetahuan diukur melalui 20 pertanyaan dengan menggunakan skala Thurstone
(Singarimbun, 2008). Skala pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Masing-masing dengan alternative jawaban “a” , “b” , “c” dengan ketentuan jika
responden menjawab benar diberi nilai 2 (dua), dan jika responden menjawab sedikit mendekati benar diberi nilai 1 (satu) dan jika responden menjawab salah diberi nilai 0 (nol).
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : - Tingkat pengetahuan baik apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu > 30
- Tingkat pengetahuan sedang apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu 18-30
- Tingkat pengetahuan rendah apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu < 18
b. Pengukuran sikap
Sikap diukur melalui 20 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert
Pernyataan positif
Sangat setuju : 4
Setuju : 3
Kurang setuju : 2
Tidak setuju : 1
Pernyataan negatif
Sangat setuju : 1
Setuju : 2
Kurang setuju : 3
Tidak setuju : 4
Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 80. Berdasarkan Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :
- Sikap baik apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 80 yaitu > 60
- Sikap sedang apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 80 yaitu 36 - 60
- Sikap rendah apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 80 yaitu < 36
c. Pengukuran tindakan
Masing-masing dengan alternatif jawaban “Ya melakukan” dan “Tidak melakukan”, dengan ketentuan jika responden menjawab “Ya melakukan”
dikatakan benar diberi nilai 0 (nol), dan jika responden menjawab “Tidak melakukan” maka dikatakan salah dan diberi nilai 2 (dua).
Menurut Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :
a. Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu > 22
b. tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu 13 - 22
c. Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total 30 yaitu < 13
d. Sumber Informasi
Sumber informasi (teman dan media iklan) diukur melalui 7 pertanyaan. Skala pengukuran sumber informasi berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan.
1. Untuk pertanyaan no 1 dan 2, nilai tertinggi adalah 3 dengan kriteria jawaban: Penilaian :
2. Untuk pertanyaan nomor 3-7 nilai tertingginya 3, dengan kriteria jawaban : - Jawaban ya, skornya 3
- Jawaban kadang-kadang, skornya 2 - Jawaban tidak, skornya 1
Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai adalah 21. Menurut Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :
a. Nilai baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 21 yaitu > 15
b. Nilai sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 21 yaitu 9 - 15
c. Nilai kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total 21 yaitu < 9
3.7. Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing (pemeriksaan data)
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum tepat atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden. 2. Coding (pemberian kode)