• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.7. Penggunaan Input-input Produksi

6.7.1. Input Produksi Tetap

Input produksi tetap terdiri dari peralatan produksi dan penggunaan lahan dan kandang di masing-masing lokasi. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi diantaranya induk pemanas (gasolec), lingkar pembatas (brooder guard), tempat pakan dan tempat minum.

Induk pemanas (gasolec) adalah induk buatan yang dipakai oleh HHF untuk memelihara DOC sampai umur 14 hari. Induk pemanas yang dipakai oleh HHF menggunakan sumber energi berupa gas LPG. Satu induk pemanas dapat digunakan untuk 750 ekor DOC.

Jumlah induk pemanas yang digunakan tergantung pada jumlah ayam yang dipelihara dan kondisi lingkungan di sekitar lokasi kandang. Sehingga jumlah induk pemanas yang digunakan di masing-masing lokasi kandang berbeda. Harga satu buah induk pemanas pada tahun 2007 adalah Rp 225.000 dengan daya tahan lebih kurang lima tahun.

Penggunaan induk pemanas paling banyak terdapat pada lokasi kandang Bilabong II, dengan koefisien teknis penggunaannya satu buah induk pemanas

43 untuk 917 ekor DOC. Penggunaan induk pemanas yang paling sedikit terdapat pada lokasi kandang Tajurhalang dan Jampang. Penggunaan induk pemanas yang berlebihan akan mempengaruhi pembiayaan perusahaan. Akibatnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan meningkat, sehingga keuntungan yang diperoleh kecil. Jumlah penggunaan induk pemanas untuk masing-masing lokasi kandang dapat dilihat pada Tabel 6. Koefisien teknis penggunaan induk pemanas dapat dilihat pada Tabel 7.

Pembatas (brooder guard) merupakan alat pembatas bagi DOC yang dipelihara antara umur satu sampai dengan 14 hari. Penggunaan pembatas bersamaan dengan induk pemanas sehingga DOC memperoleh panas yang merata. Pembatas yang digunakan terbuat dari seng. Lingkaran pembatas dibuat dengan tinggi 45 sampai 50 centimeter dengan diameter 2,75 sampai 4 meter. Diameter lingkaran pembatas dibuat berdasarkan kapasitas pemanas dan jumlah DOC yang dipelihara.

Tabel 6. Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode

Lokasi Kandang

Jumlah Peralatan Kandang yang Digunakan di Setiap Lokasi Kandang Gasolec (buah) Pembatas (buah) Tempat Pakan (buah) Tempat Air Minum (buah) Bilabong I 17 17 190 190 Bilabong II 18 18 150 150 Tajurhalang 15 15 170 170 Jampang 14 14 154 154 Jumlah 64 64 664 664

Harga satu unit lingkar pembatas pada tahun 2007 adalah Rp 125.000 dengan daya tahan pemakaian kurang lebih tiga tahun. Kapasitas penggunaan

44 lingkar pembatas rata-rata 1.018 ekor per satu unit. Koefisien penggunaan lingkar pembatas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tempat pakan yang digunakan disetiap lokasi kandang terbuat dari bahan plastik dengan volume kurang lebih lima liter. Harga satu unit tempat pakan Rp 15.000 dan memiliki daya tahan kurang lebih tiga tahun. Satu tempat pakan mempunyai kapasitas untuk 91 ekor. Penggunaan tempat pakan terbanyak terdapat dilokasi kandang Bilabong I yaitu sebanyak 190 unit untuk 17.000 ekor ayam ras pedaging. Koefisien pengunaan tempat pakan di semua lokasi rata-rata 98 ekor DOC per unit seperti terlihat pada Tabel 7.

Tempat air minum yang digunakan disetiap lokasi kandang terbuat dari bahan plastik (sama seperti tempat pakan). Harga tempat air minum sama dengan tempat pakan yaitu Rp 15.000 per unit dan mempunyai daya tahan kurang lebih tiga tahun.

Tabel 7. Koefisien Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode

Lokasi Kandang

Jumlah Peralatan Kandang yang Digunakan di Setiap Lokasi Kandang Gasolec (DOC/ buah) Pembatas (DOC/ buah) Tempat Pakan (DOC/buah) Tempat Air Minum (DOC/buah) Bilabong I 1.000 1.000 89 89 Bilabong II 917 917 110 110 Tajurhalang 1.100 1.100 97 97 Jampang 1.071 1.071 97 97 Rata-rata 1.018 1.018 98 98

Rata-rata koefisien penggunaan tempat air minum sama dengan tempat pakan yaitu 98 ekor per unit. Penggunaan tempat pakan dan minum di setiap

45 lokasi kandang mempunyai perbandingan satu banding satu seperti dapat dilihat pada Tabel 6.

Lahan dan kandang yang digunakan HHF merupakan lahan milik sendiri. Biaya penggunaan lahan dan kandang sama dengan biaya sewa lahan dan kandang yang berada disekitar lokasi kandang. Pada Tabel 8 dapat dilihat jumlah dan luas kandang yang dikontrak. Rata-rata satu meter persegi luas kandang dapat diisi sembilan ekor ayam ras pedaging. Sewa kandang yang dikeluarkan oleh perusahaan antara Rp 325 sampai dengan Rp 375 per ekor.

Tabel 8. Jumlah dan Luas Penggunaan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode

Lokasi Kandang Jumlah kandang (buah) Luas Kandang (m2) Kepadatan Kandang(m2/ekor) Bilabong I 8 1.889 9 Bilabong II 6 1.650 10 Tajurhalang 8 2.063 8 Jampang 6 1.667 9 Jumlah 28 7.268 - Rata-rata - - 9

6.7.2. Input Produksi Variabel

Input produksi variabel yang digunakan meliputi biaya pakan, DOC, obat-obatan, tenaga kerja, sekam, gas LPG dan lain-lain. Jumlah penggunaan input produksi variabel tergantung pada jumlah ayam ras pedaging yang dipelihara.

Pakan yang digunakan oleh HHF tidak membedakan antara pakan starter dan finisher. Penggunaan jumlah pakan di setiap lokasi kandang berbeda tergantung dari jumlah populasi ayam di lokasi kandang tersebut.

46 Pihak HHF memperoleh pakan yang diperlukannya dari PT Japfa Comfeed, PT Charoen Pokphand dan PT Samsung.

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa penggunaan pakan terbanyak selama tujuh periode terdapat di lokasi kandang Bilabong I yaitu 322.650 kilogram. Sedangkan penggunaan pakan yang paling sedikit selama tujuh periode terdapat di lokasi kandang Jampang yaitu 254.300 kilogram. Jumlah total penggunaan pakan di empat lokasi kandang selama tujuh periode mencapai 1.134.950 kilogram.

Tabel 9. Koefisien Penggunaan Pakan dan DOC di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode

Lokasi Kandang

Penggunaan Pakan dan DOC

Koefisien Penggunaan Pakan per DOC Pakan (kg) DOC (ekor) Pakan/DOC (kg/ekor) Konversi Pakan Bilabong I 322.650 108.205 2,98 1,70 Bilabong II 278.250 95.678 2,91 1,66 Tajurhalang 279.750 97.854 2,86 1,63 Jampang 254.300 90.178 2,82 1,61 Jumlah 1.134.950 391.915 - - Rata-rata 283 738 - 2,89 1,65

Bibit ternak atau DOC yang dipelihara di masing-masing lokasi kandang jumlahnya berbeda untuk setiap periode produksi. DOC yang digunakan biasanya diperoleh dari PT Charoen Pokphand, PT Samsung, PT Cipendawa, PT Wonokoyo, dan PT MBAI (Multi Brider Adi Rama Indonesia). Jumlah DOC yang dipelihara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi lingkungan yang terdapat pada lokasi kandang pada masing-masing lokasi, kapasitas kandang, musim dan target produksi. Kualitas DOC yang baik akan sangat mempengaruhi kelancaran proses produksi dan dapat menurunkan tingkat kematian ayam selama periode pemeliharaan.

47 Tenaga kerja yang terdapat di HHF terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian keuangan dan bagian produksi. Bagian produksi terdiri dari bagian kepala kandang yang merangkap sebagai tenaga ahli (vaksinator) dan anak kandang. Tenaga kerja satpam tidak digunakan di setiap lokasi kandang, tergantung pada kondisi keamanan lingkungan di sekitarnya.

Penggunaan tenaga kerja anak kandang di setiap lokasi kandang berbeda. Jumlah tenaga kerja anak kandang yang menangani secara langsung pemeliharaan ayam disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara dan luas kandang. Seorang tenaga kerja anak kandang di HHF mampu menangani ayam pedaging di satu kandang dengan kapasitas 2.000 sampai dengan 5.000 ekor ayam.

Tabel 10. Penggunaan Tenaga Kerja di Masing-masing Lokasi Kandang per Periode

Lokasi Kandang

Penggunaan Tenaga Kerja (HKP/lokasi/tujuh periode) Anak Kandang Tenaga Ahli

Bilabong I 818 350

Bilabong II 722 325

Tajurhalang 650 435

Jampang 788 480

Rata-rata 2.977 1.590

Vaksinator merupakan orang yang bertanggung jawab memberi vaksinasi suntik. Tugas vaksinasi ternak dilakukan kepala kandang. Vaksinasi dilakukan ke seluruh lokasi kandang yang membutuhkan vaksinasi suntik. Vaksinasi secara oral dan minum dapat dilakukan sendiri oleh tenaga kerja anak kandang. Pada Tabel 10 dapat dilihat penggunaan tenaga kerja yang bertanggung jawab pada masing-masing bagian.

48 Obat-obatan yang digunakan terdiri dari vaksin, feed additive, dan obat untuk pengobatan penyakit. Penggunaan desinfektan, kapur dan cuci kandang termasuk dalam biaya perawatan kandang dan sanitasi. Vaksinasi yang rutin dilakukan adalah vaksinasi ND (Newcastle Dieases) sebanyak dua kali setiap periodenya.

Vaksinasi ND pertama diberikan pada saat ayam berumur empat hari melalui tetes mata, dengan dosis satu vial per 1.000 ekor. Vaksin ND kedua diberikan pada saat ayam berumur lima hari dengan cara suntik bawah kulit (Subcutaneous) dengan dosis satu vial per 2.500 ekor. Penyuntikan dilakukan di sekitar leher. Sedangkan Vaksin Gumboro diberikan pada saat ayam berumur sembilan hari. Pemberian dilakukan melalui mulut atau cekok (oral) dengan dosis satu botol per 1.000 ekor.

Penggunaan obat-obatan tidak mutlak dilakukan di setiap periode pemeliharaan. Jenis vaksin yang biasa digunakan adalah ND Kill, ND Lasota dan ND II serta Gumboro. Antibiotik yang biasa digunakan adalah Vitakur, Roxine, Colamox, Eridovak, Neoampi. Vitamin yang digunakan adalah Ciprovak, Bloom and Grow, Ciprocin, Biostress, Eridokcin, Elektrovit, Multivitekstra, Probioherbal, Probioplus dan Colmix.

Sekam digunakan sebagai alas kandang (litter). Tebal litter yang digunakan tergantung pada jenis kandang. Kandang panggung memerlukan ketebalan litter lima centimeter, sedangkan untuk kandang lantai diperlukan litter dengan ketebalan sepuluh centimeter. Kebutuhan sekam untuk 1.000 ekor ayam sebesar 50 karung per periode dengan harga Rp 2.700 sampai dengan Rp 3.000 per karung.

49 Gas LPG yang digunakan sebagai bahan bakar pemanas. Kebutuhan gas LPG tergantung pada jumlah ayam yang dipelihara dan suhu dalam kandang. Pada saat musim hujan kebutuhan gas LPG meningkat. Untuk 2.500 ekor ayam memerlukan satu tabung gas LPG ukuran 50 kilogram. Harga gas LPG ukuran 50 kilogram pada tahun 2007 sebesar Rp 335.000 per tabung. Besarnya biaya obat-obatan, listrik, sekam, gas LPG yang dikeluarkan oleh HHF dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penggunaan Obat-obatan, Gas LPG dan Sekam di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode.

Lokasi Kandang Penggunaan Input-input Produksi

Obat-obatan (Rp) Gas (Rp) Sekam (Rp)

Bilabong I 43.248.696 24.673.200 4.137.300 Bilabong II 36.666.040 19.395.750 5.349.000 Tajurhalang 28.345.513 21.225.000 4.013.100 Jampang 83.879.694 15.097.100 6.673.200 Jumlah 192.139.943 80.391.050 20.172.600 6.8. Penerimaan

Penerimaan HHF berasal dari penjualan output utama berupa ayam ras pedaging siap potong dan output sampingan berupa litter atau kotoran ayam dari seluruh lokasi kandang. Output sampingan ini tidak dihitung dalam total penerimaan, karena hasil penjualan output sampingan diberikan kepada anak kandang yang terdapat di masing-masing lokasi kandang.

Penerimaan di masing-masing lokasi kandang berbeda, karena jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan berbeda. Rata-rata harga jual ayam ras pedaging selama tujuh periode sebesar Rp 9.154 per kilogram bobot hidup.

50 Tabel 12 memperlihatkan penerimaan di masing-masing lokasi kandang selama tujuh periode.

Tabel 12. Produksi, Penerimaan Hasjrul Harahap Farm di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode

Lokasi Kandang Total Produksi (ekor) Penerimaan (Rp)

Bilabong I 108.205 1.771.051.804 Bilabong II 95.678 1.544.495.119 Tajurhalang 97.854 1.650.379.203 Jampang 90.178 1.341.002.125 Total 391.915 6.306.928.251 .

Berdasarkan tabel tersebut penerimaan total yang diterima HHF selama tujuh periode dari empat lokasi kandang sebesar Rp 6.306.928.251. Penerimaan terbesar selama tujuh periode diperoleh dari lokasi kandang Bilabong I yaitu sebesar Rp 1.771.051.804, sedangkan penerimaan terkecil diperoleh dari lokasi kandang Jampang sebesar Rp 1.341.002.125. Besar kecilnya penerimaan sangat tergantung pada total produksi serta harga jual ayam ras pedaging.

6.9. Biaya

Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah seluruh biaya produksi yang dikeluarkan oleh HHF yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya pemasaran tidak termasuk dalam struktur biaya dalam HHF, karena HHF tidak melakukan pemasaran sendiri. Pemasaran dilakukan melalui tengkulak (penangkap) yang datang langsung ke kandang.

51 Tabel 13. Biaya Produksi yang Dikeluarkan oleh Hasjrul Harahap Farm di

Masing-masing Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode Lokasi Kandang Total Produksi (ekor) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Biaya Total (Rp) Biaya per Ekor (Rp/ekor) Bilabong I 108.205 43.505.400 1.565.955.637 1.609.461.037 14.874 Bilabong II 95.678 37.965.333 1.308.387.133 1.346.352.467 14.072 Tajurhalang 97.854 38.834.625 1.497.054.927 1.535.889.552 15.696 Jampang 90.178 35.632.800 1.257.682.951 1.293.315.751 14.342 Total 391.915 155.938.158 5.629.080.647 5.785.018.805 -

Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh HHF di masing-masing lokasi kandang selama tujuh periode dapat dilihat pada Tabel 13. Biaya produksi variabel yang dikeluarkan pada masing-masing lokasi kandang jauh lebih besar dari pada biaya produksi tetap. Persentase biaya produksi variabel yang dikeluarkan sebesar 97 persen, sedangkan biaya tetapnya hanya tiga persen dari total seluruh biaya produksi. Distribusi biaya produksi pada HHF adalah sebagai berikut : 21,31 persen biaya DOC, 72,02 persen biaya pakan, dan 3,41 persen biaya obat-obatan.

Penggunaan biaya produksi tertinggi selama tujuh periode terdapat di lokasi kandang Bilabong I Rp 1.609.461.037 dengan jumlah biaya tetap yang dikeluarkan sebasar Rp 43.505.400 dan biaya variabel sebesar Rp 1.565.955.637. Besarnya biaya produksi tetap dan variabel yang telah dikeluarkan oleh HHF untuk empat lokasi kandang selama tujuh periode adalah sebesar Rp 155.938.158 dan Rp 5.629.080.647.

Tabel 13 juga menjelaskan bahwa biaya per ekor tertinggi terdapat di lokasi Tajurhalang sebesar Rp 15.696, artinya penggunaan input-input produksi di lokasi kandang Tajurhalang tidak efisien. Sedangkan biaya terendah terdapat di

52 lokasi Jampang yaitu Rp 14.342. Hal tersebut menunjukkan bahwa efisiensi penggunaan input-input produksi di lokasi kandang Jampang lebih baik dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya.

6.10. Keuntungan

Keuntungan diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan terhadap biaya total pada masing-masing lokasi kandang. Semua lokasi kandang memberikan keuntungan bagi pihak HHF. Keuntungan total yang diterima dari setiap lokasi kandang selama tujuh periode sebesar Rp 521.909.446. Keuntungan tersebut belum termasuk pajak yang harus dikeluarkan oleh HHF. Tabel 14 memperlihatkan keuntungan yang diterima di masing-masing lokasi kandang.

Tabel 14. Total Produksi, Keuntungan, Keuntungan per Ekor Hasjrul Harahap Farm di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode

Lokasi Kandang Total Produksi (ekor)

Keuntungan (Rp)

Keuntungan per Ekor (Rp/ekor) Bilabong I 108.205 161.590.767 1.493 Bilabong II 95.678 198.142.652 2.071 Tajurhalang 97.854 114.489.651 1.170 Jampang 90.178 47.686.374 529 Total 391.915 521.909.446 -

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa lokasi kandang Bilabong II mempunyai keuntungan tertinggi yaitu sebesar Rp 198.142.652 selama tujuh periode. Keuntungan terendah diperoleh dari lokasi kandang Jampang yaitu sebesar Rp 47.686.374 selama tujuh periode. Selain itu Tabel 14 juga memperlihatkan bahwa keuntungan per ekor terbesar terdapat di lokasi kandang Bilabong II yaitu Rp 2.071.

53 Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan input-input produksi di lokasi kandang Bilabong II lebih efisien dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya, sehingga keuntungan per ekor yang diperoleh tinggi. Sedangkan keuntungan per ekor terendah terdapat di lokasi kandang Jampang. Dengan demikian lokasi kandang Bilabong II lebih baik dari lokasi kandang lainnya dalam hal keuntungan per ekor dan lokasi kandang Jampang lebih efisien dalam hal penggunaan input-input produksi.

Dokumen terkait