• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI USAHA PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI USAHA PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

i

GERLINA WIRA MASYTO SIREGAR A14104674

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

ii

RINGKASAN

GERLINA WIRA MASYTO SIREGAR. Optimalisasi Usaha Produksi Ayam Ras Pedaging (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). (Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA)

Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat. Adapun produksi daging dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut sehingga masih dilakukan impor daging ayam dari berbagai negara.

Tingginya tingkat konsumsi daging ayam ini membuat pengusaha peternakan dari berbagai daerah di Indonesia berusaha mengembangkan bisnis ayam ras pedaging untuk memenuhi peluang tersebut. Salah satunya adalah peternakan Hasjrul Harahap Farm yang terletak di Propinsi Jawa Barat. Kualitas DOC dan penggunaan tenaga kerja berlebih merupakan penyebab tingginya biaya produksi sehingga keuntungan berkurang. Selain itu fluktuasi harga jual ayam ras pedaging sangat mempengaruhi keuntungan yang diterima HHF.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana optimalisasi produksi ayam ras pedaging di Hasjrul Harahap Farm. Tujuan penelitian ini yaitu : 1) menganalisis optimalisasi tingkat produksi ayam pedaging; 2) menganalisis optimalisasi penggunaan input-input produksi usaha ayam ras pedaging agar dapat mencapai kondisi optimal; 3) menganalisis pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan penggunaan pakan terhadap solusi optimal.

Responden sebagai sumber data adalah anak kandang dan kepala kandang. Anak kandang adalah tenaga kerja yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan 2.000 sampai 5.000 di lokasi kandang tersebut. Kepala kandang adalah tenaga kerja yang mengepalai anak-anak kandang. Pengambilan data utama dilakukan melalui kepala kandang. Sedangkan data-data penunjang seperti tata cara pemeliharaan ayam dilakukan melalui anak kandang di seluruh lokasi kandang yang dimiliki HHF yaitu Bilabong I, Bilabong II, Tajurhalang dan Jampang.

Penelitian menggunakan metode optimalisasi dengan alat berupa Program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Program LINDO merupakan alat untuk mengolah data yang dilakukan secara kuantitatif. Data-data yang telah diolah dan dianalisis tersebut digunakan untuk memberikan alternatif model produksi yang tepat. Kemudian hasil dari analisis dapat diterapkan pada perusahaan sesuai dengan kondisi-kondisi dasar dari setiap masalah.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Program LINDO, keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 620.328.900, sedangkan keuntungan yang diperoleh HHF pada kondisi aktual selama tujuh periode Rp 521.909.446.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan input-input produksi di empat lokasi kandang ayam yang terdapat pada HHF belum optimal karena keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan. Besar keuntungan

(3)

iii tersebut Rp 98.419.454 atau sebesar 15,87 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penelitian.

Pada penelitian ini kendala aktif yang sebaiknya tidak perlu ditambah ketersediaannya adalah penggunaan OVD, gas LPG. Sebaliknya kendala aktif yang sebaiknya ditambah adalah kendala penggunaan lahan dan kandang.

Keuntungan optimal yang dapat dicapai HHF jika harga turun lima persen sebesar Rp 307.009.400. Nilai fungsi tujuan ini lebih kecil 50,51 persen bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario I lebih kecil Rp 214.900.046 bila dibandingkan dengan keuntungan aktual yang diterima HHF.

Sedangkan keuntungan optimal yang dapat dicapai HHF jika ketersediaan pakan diturunkan lima persen sebesar Rp 537.052.600. Nilai fungsi tujuan ini lebih besar 42,83 persen bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario II dengan keuntungan aktual yang diterima HHF sebesar Rp 15.143.154.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima HHF selama tujuh periode menurun sebesar 41,18 persen. Sedangkan penurunan ketersediaan pakan sebesar lima persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima HHF selama tujuh periode meningkat sebesar 2,82 persen.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan HHF sebaiknya melakukan alokasi penggunaan input-input produksi secara optimal dengan meningkatkan efisiensi, terutama penggunaan pakan dan DOC. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan manajemen pemberian pakan yang tepat dan bekerjasama dengan perusahaan breeder yang mempunyai record baik.

Penggunaan tenaga kerja sebaiknya lebih dioptimalkan dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja yang berlebih dan meningkatkan kerjanya. Tenaga kerja anak kandang sebaiknya memelihara minimal 3.500 ekor ayam ras pedaging selama satu periode produksi. Selain itu penambahan kapasitas kandang akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh HHF.

Tajurhalang merupakan lokasi kandang dengan biaya per ekor tertinggi sebesar Rp 15.696 dengan keuntungan Rp 1.170 per ekor. Hal tersebut dikarenakan ayam di lokasi ini lebih rentan terserang penyakit dibandingkan lokasi kandang lainnya. Lokasi kandang Tajurhalang sebaiknya meningkatkan keuntungan per ekor ayam agar lokasi kandang ini masuk dalam solusi optimal. Peningkatkan keuntungan per ekor ayam yang dijual harus lebih besar dari Rp 1.006. Oleh karena itu lokasi kandang Tajurhalang harus lebih intensif dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit.

(4)

iv

OPTIMALISASI USAHA PRODUKSIAYAM RAS PEDAGING (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh

GERLINA WIRA MASYTO SIREGAR A 14104674

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

v Judul : OPTIMALISASI USAHA PRODUKSI AYAM RAS

PEDAGING (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Nama : Gerlina Wira Masyto Siregar NRP : A 14104674

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 132 133 965

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019

(6)

vi

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “OPTIMALISASI USAHA PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING (KASUS PADA HASJRUL HARAHAP FARM DI DESA CIMANGGIS, KECAMATAN BOJONG GEDE, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT )” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2008

Gerlina Wira Masyto Siregar A 14104674

(7)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 20 November 1982 sebagai anak ketiga dari 6 bersaudara pasangan Galanggang Siregar dan Halimah Gultom. Tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN 12 Padangsidimpuan Sumatera Utara. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 2 Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan dan lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 3 Padangsidimpuan.

Selepas SMU tahun 2001, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma III Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK dengan Program Studi Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(8)
(9)

i Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Optimalisasi Usaha Produksi Ayam Ras Pedaging (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berisi tentang optimalisasi keuntungan dengan input-input kendala yang dihadapi oleh peternak ayam ras pedaging. Penelitian dilakukan di Desa Cilodong Kecamatan Sukmajaya Depok Jawa Barat selama bulan Mei sampai September 2008.

Sumbangsih karya ilmiah berupa skripsi ini seperti setitik kristal garam di lautan. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pihak yang memerlukan. Amin.

Bogor, Oktober 2008

(10)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Usaha Produksi Ayam Ras Pedaging (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Dalam pelaksanaan skripsi ini tidak luput dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua terkasih yang telah memberikan kasih sayang yang tidak terbatas, doa, dukungan moril dan materi pada penulis.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku Dosen Pembimbing atas pengarahan dan kesabarannya selama proses penyusunan skripsi.

3. Dr. Ir. Suharno. M. Adev selaku dosen penguji utama pada ujian sidang skripsi.

4. Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis.

5. Ir. Muhammad Firdaus, MSi selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang memberikan masukan berharga untuk penyempurnaan proposal peelitian. 6. Shilvia Agung Dhiany selaku pembahas seminar yang memberikan kritik dan

(11)

iii 7. Bapak Hasjrul Harahap, Mbak Wida dan Mas Slemet seluruh staf di HHF atas kesediaannya meluangkan waktu sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan rencana.

8. Adik-adikku tersayang (Ummi, Imam dan Anggi) yang menjadi inspirasi dalam segala hal.

9. Kak Fitri, bang Saut dan bang Aswin yang tidak bosan-bosannya memberikan motivasi dan doa.

10.Maulana dan Hanif yang selalu membuat ibu tersenyum dan bahagia. 11.Nenek godang dan Nenek menek yang selalu berdoa untuk keberhasilanku. 12.Bou Nisma atas motivasi serta doa yang tak terhingga.

13.Spesial buat Endri yang selalu sabar menghadapi penulis dan selalu setia membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, memberi semangat, doa dan selalu memotivasi penulis. Tanpa Endri mungkin skripsi ini tidak selesai. 14.Almarhum nenek Haji dan nenek Menek.

15.Om Giato yang memberikan dukungan, semangat dan doa.

16.Bang Dayat dan bang Isro yang memotivasi penulis sehingga penulis semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

17.Dian, kak Wisny, Ita dan semua anak-anak Bagunde 17 yang selalu sabar menghadapi penulis disaat penulis marah dan pusing di kosan.

18.Mas Larno atas saran dan informasi-informasi yang diberikan tentang beternak ayam ras pedaging.

19.Anak-anak ekstensi MAB yang selalu memburu waktu seminar.

(12)

iv 21.Teman-teman terbaikku Dwi, Iwan, Okta dan Indah yang selalu membantu

dan mendengarkan keluh kesah penulis.

22.Mba Rahmi, Mba Nur, Mba Maya serta segenap staf Proemas yang tanpa lelah membantu kelancaran administrasi perkuliahan.

(13)

v DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ... i UCAPAN TERIMAKASIH ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 3 1.3. Tujuan Penelitian ... 5 1.4. Kegunaan Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging ... 6

2.2. Manajemen Peternakan Ayam Ras Pedaging ... 7

2.2.1. Day Old Chick (DOC) ... 8

2.2.2. Pakan ... 8

2.2.3. Obat-obatan, vitamin, vaksin dan desinfektan (OVD) ... 9

2.2.4. Tenaga Kerja ... 9

2.2.5. Kandang ... 9

2.3. Penelitian Terdahulu ... 10

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 15

3.1.1 Produksi ... 15

3.1.2 Kombinasi Produksi Optimal ... 15

3.1.3 Optimalisasi ... 18

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 25

(14)

vi

4.4. Metode Pengolahan Data ... 26

4.4.1. Menentukan Koefisien Teknis ... 27

4.4.2. Keuntungan Usaha Peternakan Hasjrul Harahap Farm ... 27

4.4.3. Menentukan Fungsi Tujuan ... 30

4.5. Metode Analisis Data ... 34

BAB V KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Keadaan Geografis dan Iklim ... 37

5.2. Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Hasjrul Harahap Farm ... 37

5.3. Manajemen dan Tatalaksana Ayam Ras Pedaging... 39

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penggunaan Input-input Produksi ... 42

6.1.1. Input Produksi Tetap ... 42

6.1.2. Input Produksi Variabel ... 45

6.2. Penerimaan ... 49

6.3. Biaya ... 50

6.4. Keuntungan ... 52

6.5. Hasil Optimalisasi ... 53

6.5.1. Tingkat Keuntungan Pada Kondisi Optimal ... 53

6.5.2. Tingkat Penggunaan Input dan Output Pada Kondisi Optimal ... 54

6.5.3. Analisis Sensitivitas ... 57

6.6. Analisis Post Optimal ... 60

6.6.1. Skenario I ... 60

6.6.2. Skenario II ... 62

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 63

7.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(15)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Penduduk Indonesia

Tahun 2000-2005 ... 1 2 Data Produksi dan Populasi Ayam Ras Pedaging Tahun 2000-2006 ... 2 3 Impor Daging Segar di Indonesia Tahun 2002-2006 ... 2

4 Penerimaan Hasjrul Harahap Farm Januari 2007 sampai dengan

April 2008 ... 3 5 Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan dengan Penelitian ... 13 6 Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang

Selama Tujuh Periode ... 43 7 Koefisien Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi

Kandang Selama Tujuh Periode ... 44 8 Jumlah dan Luas Penggunaan Kandang di Masing-masing Lokasi

Kandang Selama Tujuh Periode ... 45 9 Koefisien Penggunaan Pakan dan DOC di Masing-masing Lokasi

Kandang Selama Tujuh Periode ... 46 10 Penggunaan Tenaga Kerja di Masing-masing Lokasi Kandang Selama

Tujuh Periode ... 47 11 Penggunaan Obat-obatan, Gas LPG dan Sekam di Masing-masing

Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode ... 49 12 Produksi, Penerimaan Hasjrul Harahap Farm di Masing-masing

Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode ... 50 13 Biaya Produksi yang Dikeluarkan oleh Hasjrul Harahap Farm di

(16)

viii 14 Total Produksi, Keuntungan, Keuntungan per Ekor Hasjrul Harahap

Farm di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Tujuh Periode ... 52 15 Nilai Reduced Cost Hasil optimalisasi Usaha Ayam Ras Pedaging

Selama Tujuh Periode ... 54 16 Nilai Slack or Surplus dan Dual Penggunaan Input-input Usaha Ayam

Ras Pedaging HHF ... 55 17 Analisis Sensitivitas Koefisien Penggunaan Fungsi Tujuan HHF

Tahun 2007 Sampai April 2008 ... 58 18 Analisis Sensitivitas Fungsi Kendala Usaha Peternakan Ayam Ras

Pedaging HHF Tahun 2007 Sampai April 2008 ... 59 19 Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Usaha Ayam Ras Pedaging

Skenario I ... 61 20 Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Usaha Ayam Ras Pedaging

(17)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kurva Batas Kemungkinan Produksi ... 16

2 Kurva Kombinasi Output yang Efisien ... 17

3 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

(18)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Model Optimalisasi ... 69

2 Hasil Optimalisasi ... 70

3 Model Optimalisasi Skenario I ... 72

4 Hasil Optimalisasi Skenario I ... 73

5 Model Optimalisasi Skenario II ... 75

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat. Peningkatan permintaan tersebut dapat dilihat dari sisi konsumsi yang ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Konsumsi Daging Ayam Penduduk Indonesia Tahun 2000-2005

Tahun Jumlah Penduduk (ribu orang)

Konsumsi Daging Ayam (ribu ton) Pertumbuhan (%) 2000 205.132 875,07 - 2001 206.280 1.033,55 18,11 2002 207.435 1.179,57 14,12 2003 208.596 1.206,52 2,28 2004 216.382 1.357,94 12,55 2005 219.205 1.365,28 0,54

Sumber : http://www.fao.org, Maret 2007

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi daging ayam dari tahun 2000 sampai dengan 2005 sebesar 1.169,66 ribu ton per tahun. Konsumsi terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu 1.365,28 ribu ton. Pada tahun 2003 dan 2005 konsumsi daging ayam hanya meningkat masing-masing 26,95 dan 7,34 ribu ton.

Tingginya tingkat konsumsi daging ayam ini membuat pengusaha peternakan dari berbagai daerah di Indonesia berusaha mengembangkan bisnis ayam ras pedaging untuk memenuhi peluang tersebut. Hal ini dapat dilihat pada data produksi dan populasi ayam ras pedaging (Tabel 2).

(20)

2 Tabel 2. Data Produksi dan Populasi Ayam Ras Pedaging Tahun 2000-2006

Tahun Produksi (ribu ton) Pertumbuhan (%) Populasi (ribu ekor) Pertumbuhan (%) 2000 515 - 530.874,06 - 2001 536,95 4,26 621.870,43 17,14 2002 751,9 40,03 865.074,79 39,11 2003 771,1 2,55 847.743,89 -2,00 2004 846,09 9,73 778.969,84 -8,11 2005 779,1 -7,92 811.188,68 4,14 2006 861,26 10,55 797.527,45 -1,68

Sumber Data : http://www.deptan.go.id, Mei 2007

Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan produksi dari tahun 2000 sampai tahun 2006 sebesar 67,23 persen dari sekitar 515 ribu ton menjadi 861,26 ribu ton. Pada tahun 2004 dan 2006 terjadi penurunan populasi ayam ras pedaging masing-masing 68.774,05 dan 13.661,23 ribu ekor. Penurunan tersebut terjadi akibat adanya wabah flu burung yang menyerang ayam ras pedaging. Akibatnya banyak unggas yang dimusnahkan.

Kebutuhan konsumsi daging setiap tahunnya meningkat. Produksi daging dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut sehingga dilakukan impor daging ayam dari berbagai negara seperti yang dicantumkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Impor Daging Ayam di Indonesia Tahun 2002-2006

Tahun Volume Impor (ribu ton) Pertumbuhan (%)

2000 360,07 - 2001 496,60 37,92 2002 427,67 -13,88 2003 435,42 1,81 2004 511,85 17,55 2005 586,18 14,52

(21)

3 Pada Tabel 3 dapat dilihat volume impor dari tahun 2002 sampai dengan 2005 cenderung meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa produksi ayam ras dalam negeri belum optimal. Sehingga pada jangka panjang, impor daging ayam ras yang tinggi akan mempengaruhi pasar peternak ayam ras dalam negeri. Sehingga peternak dalam negeri dituntut berproduksi lebih efisien agar dapat mempertahankan pangsa pasar ayam ras dalam negeri. Untuk itulah maka penelitian mengenai optimalisasi usaha ayam ras pedaging sangat diperlukan.

1.2. Perumusan Masalah

Hasjrul Harahap Farm (HHF) merupakan salah satu usaha peternakan yang memiliki tujuan memperoleh keuntungan dalam usahanya. Untuk memenuhi tujuan tersebut cara yang dilakukan adalah dengan menekan biaya produksi yang dikeluarkan atau meningkatkan penerimaan. Selama tujuh periode, penerimaan perusahaan HHF berfluktuasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Penerimaan Hasjrul Harahap Farm Januari 2007 sampai dengan April 2008

Periode Penerimaan (Rp) Pertumbuhan (%)

I 663.860.468 - II 607.110.445 -9,348 III 1.017.739.369 40,347 IV 1.166.665.530 12,765 V 914.937.057 -27,513 VI 904.168.585 -1,191 VII 1.032.446.797 12,425

Sumber : Laporan Keuangan Hasjrul Harahap Farm, 2007 sampai dengan Maret 2008

Penerimaan perusahaan yang berfluktuasi disebabkan kualitas DOC yang kurang baik dan fluktuasi harga jual ayam ras pedaging. Kualitas DOC yang diterima tidak baik terjadi akibat HHF tidak mempunyai perusahaan breeder tetap.

(22)

4 Sehingga kualitas DOC tidak sama di setiap periodenya. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan berskala perusahaan. Sedangkan HHF merupakan peternak berskala sedang dengan kapasitas produksi 65.000 ekor per periode. Akibatnya kualitas DOC yang diterima oleh HHF tidak baik.

Biaya DOC mencapai 21 persen dari total biaya produksi. DOC yang berkualitas tidak baik dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, meningkatnya mortalitas lebih dari lima persen selama periode pemeliharaan. Selain itu nilai konversi pakan akan meningkat di atas 1,76 dengan umur pemeliharaan 42 hari. Rata-rata konversi pakan di HHF 1,66 dengan waktu pemeliharaan 32 hari. Padahal nilai konversi pakan dengan umur pemeliharaan 32 hari hanya 1,59. Sehingga biaya pakan yang harus dikeluarkan semakin tinggi, yang akhirnya dapat mengurangi tingkat keuntungan.

Selain itu HHF juga menghadapi permasalahan penggunaan tenaga kerja yang belum optimal. Kualitas DOC yang tidak baik, penggunaan tenaga kerja yang belum optimal merupakan penyebab tingginya biaya produksi sehingga keuntungan yang diperoleh berkurang.

Kelebihan penggunaan tenaga kerja pada HHF dikarenakan satu anak kandang memelihara kurang dari standar jumlah yang ditentukan. Umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam 3.500 sampai dengan 4.000 ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di HHF, satu anak kandang hanya memelihara 2.500 ekor ayam ras pedaging per periode. Sehingga diperlukan penyelesaian untuk mengoptimalkan alokasi penggunaan input-input produksi sehingga tercapai kondisi optimal.

(23)

5 Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana optimalisasi produksi ayam ras pedaging di Hasjrul Harahap Farm?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Menganalisis optimalisasi tingkat produksi ayam pedaging.

2. Menganalisis optimalisasi penggunaan input-input produksi usaha ayam ras pedaging agar dapat mencapai kondisi optimal.

3. Menganalisis pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan penggunaan pakan terhadap solusi optimal.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi perusahaan, penulis, dan pembaca. Adapun kegunaan penelitian secara terperinci sebagai berikut :

1. Menyediakan informasi yang berguna untuk mendukung keberlangsungan usaha dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan optimalisasi usaha ayam ras pedaging agar produksi dan pendapatan dapat ditingkatkan.

2. Memberikan informasi bagi instansi-instansi yang terkait dalam bidang pendidikan tentang penggunaan metode program linear dalam suatu penelitian.

3. Memberikan informasi bagi para peternak lainnya yang mengikuti pola serupa dengan peternakan Hasjrul Harahap Farm.

(24)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging

Perkembangan jumlah skala usaha peternakan ayam selalu bertambah dari tahun ke tahun, dari jumlah dan skala usaha yang kecil (rakyat) menjadi skala industri dengan jumlah ayam yang dipelihara mencapai ratusan ribu sampai jutaan ekor ayam. Menurut Fadilah et al. (2007), usaha peternakan ayam ras pedaging dibagi menjadi tiga kategori skala usaha yaitu skala kecil (peternakan rakyat), skala sedang (peternak mapan) dan skala besar (skala perusahaan). Batasan skala usaha tersebut sebagai berikut :

1. Skala kecil (peternakan rakyat)

Jumlah ayam yang dibudidayakan 1.000 sampai dengan 50.000 ekor ayam ras pedaging per periode produksi. Peternakan rakyat mempunyai karakteristik seperti modal terbatas, kontinuitas usaha sepanjang tahun tidak lancar, kepemilikan bersifat perseorangan.

2. Skala sedang (peternak mapan)

Jumlah ayam yang dipelihara 50.000 sampai dengan 500.000 ekor ayam ras pedaging per periode produksi. Skala usaha sedang dicirikan dengan manajemen pemeliharaan yang lebih maju dibandingkan dengan skala usaha kecil. Status skala usaha ini masih milik perseorangan dan secara legal belum membentuk perusahaan yang berbadan hukum.

(25)

7 3. Skala besar (skala perusahaan)

Peternakan ini sudah bernaung di bawah perusahaan dan telah berbadan hukum. Jumlah ayam yang dibudidayakan lebih dari 1.000.000 ekor per periode produksi. Selain itu peternakan ini umumnya menjalin kerjasama dengan peternakan rakyat dengan pola kemitraan.

2.2. Manajemen Peternakan Ayam Ras Pedaging

Manajemen peternakan mencakup semua kegiatan yang dimulai dari proses produksi dan input-input yang dipakai peternakan di dalam maupun di luar kegiatan peternakan. Pada intinya, manajemen peternakan ini sebagai alat bantu bagi peternak untuk memudahkan pelaksanaan rutin peternakan. Manajemen peternakan bersifat seni, dalam arti konsep yang dipakai oleh peternak itu bukan yang seharusnya tetapi apa yang sebaiknya (Rasyaf, 2003).

Pengelolaan memegang peranan penting karena bibit yang baik tanpa pengelolaan yang baik tidak akan mencapai produksi yang optimum. Pengelolaan (tata laksana) merupakan suatu usaha dari peternak untuk menyediakan lingkungan hidup yang dibutuhkan ayam, sehingga ayam mampu menunjukkan potensi secara maksimum (Sarawati, 1989).

Faktor produksi merupakan barang atau jasa untuk mempermudah suatu proses produksi dan turut menentukan keberhasilan suatu usaha. Produksi yang tinggi dapat tercapai bila semua faktor produksi tersedia dalam jumlah yang cukup dan bermutu baik dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan produksinya (Bruce dan Tailor, 1994). Menuruf Fadilah (2007), faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha peternakan ayam ras pedaging

(26)

8 adalah bibit ayam atau DOC, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, vitamin dan bahan penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar).

2.2.1. Day Old Chick (DOC)

Day Old Chick memegang peranan penting untuk menghasilkan produk, baik jumlah maupun mutu produk. Ketersediaan bibit harus senantiasa ada untuk menjamin kelangsungan produksi. Bukan hanya itu, kontinuitas pasokan bibit juga harus dijaga dan dikontrol. Kondisi bibit ayam yang populer dengan sebutan DOC sama dengan anak ayam umur sehari atau kuri (kuthuk umur sehari) sangat menentukan keberhasilan usaha ternak ayam (Sudarmono, 2003). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan bibit ayam. Menurut Rasyaf (2003) yang mempengaruhi penentuan bibit ayam yaitu : harga bibit ayam, sistem pembayaran, pelayanan purna jual, reputasi pembibit yang bersangkutan.

2.2.2. Pakan

Pakan merupakan sarana produksi peternakan yang sangat penting dalam usaha produksi ternak. Pakan juga merupakan sekumpulan dari sejumlah bahan makanan ternak terpilih. Adapun bahan pakan meliputi jagung, tepung ikan, bungkil kelapa, bungkil kedelai, hijauan dan bahan lainnya yang mengandung nutrisi. Menurut Susanto dan Retno (2002) pakan merupakan komponen yang menyedot biaya tertinggi dari usaha ternak ayam, yaitu mencapai 50-75 persen dari total biaya produksi. Oleh karena itu pengelolaan pakan sangat penting diperhatikan. Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan, waktu pemberian dan konsentrasi pakan yang diberikan pada ternak.

(27)

9

2.2.3. Obat-obatan, vitamin, vaksin dan desinfektan (OVD)

Peternak harus selalu memperhatikan gejala-gejala yang terlihat dari ternak. Untuk itu peternak harus selalu memiliki bahan dan peralatan yang digunakan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak. Bahan dan peralatan tersebut harus tersedia setiap saat diantaranya vaksin dan obat-obatan. Obat-obatan dan vaksin digunakan untuk mempertahankan kondisi sehat pada ternak dan mencegah penyakit yang berasal dari virus. Obat-obatan, vaksin dan anti boitik serta vitamin digunakan untuk pengobatan ternak yang terserang penyakit. Dengan demikian dapat mendukung pertumbuhan sehingga ternak ayam ras pedaging dapat tumbuh secara optimal.

2.2.4. Tenaga Kerja

Menurut Hartono (2006) pada dasarnya kegiatan pokok dari tenaga kerja dalam suatu usaha peternakan adalah pemberian pakan dan pembersihan kandang. Kegiatan lain seperti pengawasan dan pencegahan penyakit hanya merupakan pendukung. Namun, yang paling penting diperhatikan oleh para pengusaha atau peternak adalah pengorganisasian tenaga kerja. Pengorganisasian tenaga kerja dilakukan untuk menciptakan efisiensi tenaga kerja. Pengorganisasian tenaga kerja berkaitan dengan pembagian tugas kerja kepada masing-masing tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu usaha peternakan sebaiknya disesuaikan dengan skala usaha, karena berdampak pada biaya produksi yang akan dikeluarkan.

2.2.5. Kandang

Kandang menjadi salah satu faktor produksi yang harus diperhatikan dengan baik. Kandang berfungsi untuk melindungi ternak ayam dari pengaruh

(28)

10 buruk iklim, seperti hujan, panas matahari atau gangguan-gangguan lainnya. Pada dasarnya kandang berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pengontrolan ternak. Kandang yang memenuhi syarat-syarat perkandangan akan memberikan dampak positif karena ternak menjadi senang dan tidak stres. Sehingga dengan kondisi tersebut produksi ternak yang dipelihara lebih optimal (Sudaryani dan Hari, 2002). Ternak pun menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit.

2.3. Penelitian Terdahulu

Optimalisasi adalah pencapaian suatu tindakan atau keadaan yang terbaik dari sebuah masalah keputusan pembatasan sumberdaya. Adapun penelitian yang berkaitan dengan optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 5, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor produksi seperti bibit, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja sangat mempengaruhi produksi dalam usaha peternakan ayam ras pedaging. Hal tersebut disimpulkan dari penelitian Rohyana (2004) dan Murjoko (2004).

Penelitian Ermayati (2006) dan Murni (2006) dilakukan pada usaha ternak ayam ras pedaging dengan pola kemitraan. Penelitian Ermayati menghasilkan nilai keuntungan aktual sebesar Rp 55.049.334 lebih kecil dari nilai keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp 4.742.436 (8,6 persen). Sedangkan penelitian Murni (2006) menghasilkan selisih antara keuntungan aktual dengan optimal sebesar 0,75 persen.

(29)

11 Penelitian Wayan (2001) dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging dengan pola mandiri. Hasil perhitungan menunjukkan selisih antara keuntungan aktual dengan keuntungan pada kondisi optimal sebesar 28,11 persen. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan input-input produksi oleh usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan lebih efisien dari pada pola mandiri.

Analisis sensitivitas yang terdapat pada penelitian terdahulu dilakukan dengan cara menurunkan harga jual ayam ras pedaging dan mengurangi penggunaan pakan atau disebut skenario. Penurunan harga tersebut didasarkan pada nilai tingkat inflasi yang terjadi pada tahun tersebut. Besarnya penurunan harga jual ayam ras pedaging antara lima sampai sepuluh persen.

Ermayati (2006), skenario I dilakukan dengan menurunkan harga ayam ras pedaging sebesar sepuluh persen yang menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp 15.620.550. Nilai fungsi tujuan pada kondisi optimal awal adalah sebesar Rp 59.791.770. Selisih dari kedua nilai tersebut adalah - Rp 44.171.220. Sedangkan selisih antara kondisi optimal skenario I dengan kondisi aktual sebesar - Rp 39.428.784.

Skenario II dilakukan dengan mengurangi penggunaan pakan sebesar sepuluh persen. Skenario ini menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi

Rp 59.736.730. Selisih skenario II dengan kondisi optimal awal sebesar - Rp 55.040. Sedangkan selisih skenario II dengan kondisi aktual sebesar Rp 4.687.396.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada skala usahanya. Penelitian Wayan (2001) dilakukan pada usaha peternakan ayam ras

(30)

12 pedaging dengan skala kecil (30.000 ekor per periode). Sedangkan penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging dengan skala produksi 65.000 per periode (skala sedang).

Selain itu penelitian ini berbeda dalam hal jenis usaha. Penelitian Ermayati (2006) dan Murni (2006) dilakukan pada usaha peternakan dengan pola inti plasma. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging mandiri.

(31)
(32)

12 Tabel 5. Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan dengan Penelitian.

No Penulis Tahun Judul Alat Analisis Hasil

1. Ni Wayan Ika Arisani

2001 Optimalisasi

Penggunaan Faktor-faktor Produksi Suatu Kasus pada Perusahaan Peternakan Ayam Pedaging CV. Pekerja Keras, Bogor

Program Linear Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di perusahaan CV. Pekerja Keras kurang optimal. Terlihat dari keuntungan aktual lebih kecil 28,11 persen dari keuntungan pada kondisi optimal.

2. Jaja Rohyana

2004 Analisis Pendapatan Dan Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Usaha Peternakan Itik Petelur Di Kecamatan Kresek Tanggerang

Fungsi produksi Cobb Duoglas

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa, penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha peternakan itik petelur tidak efisien. Faktor produksi jumlah ikan, curahan waktu dan lama produksi berpengaruh nyata terhadap produksi telur itik.

3. Murjoko 2004 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Dan Pendapatan Usahatani Ayam Ras Pedaging (Kasus Kelompok Peternak Plasma Di Kabupaten Karang Anyar pada PT. Mitra Makmur Sejahtera Wilayah Kerja Sura Karta Jawa Tengah)

Fungsi produksi Cobb Douglas

Murjoko dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor produksi bibit DOC, pakan, tenaga kerja dan OVK (obat, vitamin dan vaksin) berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging

(33)

13 4. Febtrya 2004 Optimalisasi

Faktor-Faktor Produksi Peternakan Kambing Perah (Kasus Di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya Citra Ras Kabupaten Bogor)

Program Linear Hasil analisa menyimpulkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi belum optimal. Hal tersebut terlihat dari produksi aktual susu sebanyak 108.324 liter lebih kecil dari produksi optimal sebesar 237.840 liter. Sedangkan jumlah anak kambing terjual sebesar 400 ekor sudah melebihi batas minimum penjualan.

5. Ermayati 2006 Optimalisasi Produksi Usaha Budidaya Ayam Ras Pedaging pada Kelompok Mitra Perusahaan Perdana Putera Chicken, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Program Linear Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Program Lindo, keuntungan aktual yang diperoleh peternakan ayam ras pedaging rata-rata Rp 55.049.334, sedangkan pada kondisi

optimal keuntungan yang dapat diperoleh sebesar Rp 59.791.770. Artinya penggunaan faktor-faktor produksi

pada kelompok peternak mitra Perdana Putra Chicken (PPC) belum optimal.

6. Ari Murni 2006 Optimalisasi

Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Mitra CV. Janu Putro di Kec. Pamijahan Kab. Bogor

Program Linear Hasil analisis dengan menggunakan linier programming dapat disimpulkan bahwa usahatani ayam ras pedaging yang dijalankan peternak mitra CV. Janu Putro pada umumnya sudaha optimal. Dari tujuh peternak yang dijadikan sampel, lima diantaranya sudah optimal. Hal tersebut tercermin dari selisih keuntungan pada kondisi aktual dengan kondisi optimal hanya 0,75 persen.

(34)
(35)

15

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Produksi

Produksi secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output). Sedangkan dalam arti sempit produksi hanya dimaksudkan sebagai kegiatan pengolahan dalam pabrik yang menghasilkan produk berupa barang jadi atau barang setengah jadi, barang industri maupun komponen-komponen penunjang.

Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara jumlah input dengan jumlah output. Menurut Nicholson (2002) fungsi produksi, menjelaskan bauran berbagai input untuk menghasilkan output. Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = f(K,L,…,n)

Dimana :

Q = Output yang dihasilkan selama satu periode tertentu K = Kapital (modal)

L = Labour (jam tenaga kerja)

n = Faktor lain yang mempengaruhi produksi

3.1.2. Kombinasi Produksi Optimal

Penentuan kombinasi produksi optimal untuk memperoleh keuntungan maksimum dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi dan garis

(36)

16

isorevenue. Menurut Lipsey (1995) kurva kemungkinan produksi

mengungkapkan tiga konsep, yaitu kelangkaan (scarcity), pilihan (choice), dan opportunity cost. Kelangkaan ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas. Pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih berbagai titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas. Opportunity Cost merupakan keputusan memproduksi satu barang lebih sedikit agar dapat memproduksi barang lain dalam jumlah yang banyak dan pada kurva diperlihatkan oleh kemiringan batas tersebut kekanan bawah.

Batas kemungkinan produksi memisahkan kombinasi output yang bisa dicapai atau dipilih (titik a, b, dan c) dan kombinasi output yang tidak bisa dicapai (titik d) dapat dilihat pada Gambar 1. Kurva kemungkinan produksi mempunyai slope negatif karena sumberdaya bersifat terbatas. Artinya satu jenis barang bisa diproduksi lebih banyak hanya jika barang lain diproduksi lebih sedikit.

Gambar 1. Batas Kemungkinan Produksi Sumber : Lipsey,et al., 1995 Y c b Kombinasi yang bisa dicapai Kombinasi yang tidak bisa dicapai

Batas kemungkinan produksi d

a

(37)

17 Menurut Nicholson (1999), kurva kemungkinan produksi disebut juga isoquant karena masing-masing titik dalam kurva menunjukkan kombinasi input yang akan menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Garis isoquant merupakan garis yang menunjukkan kombinasi output yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan penerimaan tertentu.

Gambar 2. Kombinasi Output yang Efisien Sumber : Lipsey, et al., 1995

Gambar 2 memperlihatkan kurva kemungkinan produksi untuk X dan Y ditunjukkan oleh daerah OAEB. Garis isorevenue ditunjukkan oleh garis TR1 dan TR2 (TR2>TR1). Kombinasi produksi optimal diperoleh pada saat kurva kemungkinan produksi bersinggungan dengan garis isorevenue (titik E). Kombinasi produksi di titik E sebesar d untuk barang X dan sebesar c untuk barang Y. Pada titik ini total penerimaan yang diterima perusahaan sudah maksimal yaitu sebesar TR2. Jika kombinasi produksi dititik a dan b maka penerimaan perusahaan tidak maksimal yaitu sebesar TR1.

Batas kemungkinan produksi TR2 b X B E a isorevenue TR1 d c 0 Y A

(38)

18

3.1.3. Optimalisasi

Nicholson (1992) menyatakan optimalisasi atau optimasi merupakan alat yang penting untuk mengembangkan model-model yang mengasumsikan bahwa para pelaku ekonomi secara rasional mengejar sasaran tertentu seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Memaksimumkan keuntungan dilakukan dengan menggunakan atau mengalokasikan masukan (biaya) tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Sedangkan meminimumkan biaya dilakukan dengan cara menggunakan masukan (biaya) yang paling minimum untuk menghasilkan tingkat output tertentu.

Persoalan optimalisasi terbagi atas dua jenis yaitu optimalisasi dengan kendala atau tanpa kendala. Optimalisasi dengan kendala membagi solusi optimal menjadi maksimisasi terkendala (memaksimumkan sesuatu dengan adanya kendala) dan minimisasi kendala (meminimumkan sesuatu dengan adanya kendala). Sedangkan optimalisasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap pencapaian fungsi tujuan diabaikan sehingga penentuan nilai maksimum atau minimum tidak terbatas pada pilihan-pilihan yang tersedia.

Solusi yang diperoleh dari suatu permasalahan yang dihadapi terkadang bukan merupakan solusi yang terbaik. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala yang bersifat fisik maupun teknis. Linear programming merupakan salah satu teknis optimalisasi yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah optimalisasi terkendala. Kelebihan cara ini berasal dari kemampuan komputer untuk mengolah data yang banyak dengan cara efisien. Linear Programming dengan program komputer memberikan kemungkinan untuk mengolah secara

(39)

19 efisien sehingga percobaan untuk mengganti beberapa perubahan variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dan dampaknya dapat diketahui. Kelamahan Linear Programming terletak pada masalah yang dapat dipecahkan. Linear Programming hanya dapat digunakan pada masalah-masalah yang tujuannya unidimensional (tujuan tunggal).

Menurut Soekartawi (1991) optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi seefisien mungkin. Penggunaan faktor produksi (input) tersebut merupakan upaya menggunakan input (bahan baku, tenaga kerja, mesin dan modal) secara efisien.

Menurut Buffa dan Sarin (1996) pemrograman linear sering digunakan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas atau langka sebagai kegiatan yang saling bersaing sedemikian sehingga satu kriteria tertentu teroptimasi (minimum atau maksimum). Program linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi linier dan beberapa kendala linier (Mulyono, 1991).

Syarat yang harus dipenuhi agar dapat menyusun dan merumuskan suatu persoalan atau permasalahan yang dihadapi ke dalam model program linear adalah sebagai berikut :

1. Tujuan

Tujuan adalah permasalahan yang dihadapi dan ingin dipecahkan serta dicari jalan keluarnya. Fungsi tujuan dapat berupa dampak positif seperti manfaat, keuntungan dan kebaikan yang ingin di maksimumkan atau dampak negatif yang ingin diminimumkan.

(40)

20 2. Alternatif pembanding

Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin di bandingkan seperti biaya tertinggi dengan biaya terendah, permintaan tertinggi dengan permintaan terendah.

3. Sumberdaya

Sumberdaya yang dianalisis harus ada dalam keadaan terbatas. Keterbatasan tersebut disebut sebagai kendala atau syarat ikatan.

4. Perumusan kuantitatif

Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara kuantitatif dalam bentuk model matematika.

5. Keterkaitan variabel

Variabel-variabel yang membentuk fungsi tujuan dan kendala harus mempunyai hubungan fungsional atau hubungan keterkaitan.

Model dasar dari program linear dapat dirumuskan sebagai berikut: Maksimumkan (minimumkan) :

Untuk

Dengan syarat

untuk semua

(41)

21 Keterangan :

Xj : peubah pengambilan keputusan atau (yang ingin dicari: yang tidak

diketahui)

z : nilai skalar kriteria pengambilan keputusan ; suatu fungsi tujuan

cj : parameter yang dijadikan kriteria optimasi, atau koefisien peubah

pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan

bi : sumberdaya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang

bersangkutan ; disebut pula konstanta atau “nilai sebelah kanan” dari kendala

aij : koefisien; teknologi peubah pengambilan keputusan (kegiatan yang

bersangkutan) dalam kendala ke-i

Model program linear mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah program linear menjadi absah. Asumsi itu menuntut bahwa hubungan fungsional dalam masalah itu adalah linear dan additif, dapat dibagi dan deterministik.

1. Linierity

Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain besarnya tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi.

2. Proporsionalitas

Asumsi ini menyatakan bahwa jika variabel pengambilan keputusan (xj)

berubah, maka dampak perubahannya menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan (cjxj) dan juga fungsi kendala (aijxij).

3. Additivitas

Asumsi mensyaratkan bahwa untuk setiap tingkat kegiatan tertentu (xj)

(42)

22 sama dengan jumlah kontribusi atau penggunaan sumberdaya oleh setiap kegiatan yang dilakukan.

4. Divisibilitas

Setiap kegiatan pemrograman linear dapat mengambil sembarang nilai fraksional. Jadi suatu kegiatan dapat dibagi ke dalam tingkat-tingkat fraksional. Dengan kata lain, nilai (xj) boleh integer dan non-integer.

5. Deterministik

Semua parameter model (cj, aij, dan bi) diasumsikan diketahui konstan.

Secara tidak langsung mengasumsikan masalah keputusan dalam satu rangka statis dimana semua parameter diketahui dengan kepastian.

3.2.Kerangka Pemikiran Operasional

Meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat. Hal tersebut merupakan peluang bagi peternakan ayam ras pedaging untuk memaksimumkan keuntungan, tidak terkecuali Hasjrul Harahap Farm.

Adanya kelangkaan DOC, kualitas DOC yang kurang baik dan kelebihan penggunaan tenaga kerja merupakan kendala yang dapat menghambat HHF memanfaatkan peluang tersebut. Hasjrul Harahap Farm juga menghadapi faktor eksternal yang sangat mempengaruhi penerimaan, yaitu fluktuasi harga jual ayam ras pedaging. Oleh karena itu dibutuhkan penyelesaian untuk mengoptimalkan peluang serta kendala-kendala tersebut.

(43)

23 Optimalisasi produksi dapat dilakukan jika HHF mampu mengidentifikasi tujuan dan kendala-kendala yang dihadapi. Tujuan HHF adalah memaksimumkan keuntungan dengan mengoptimalkan penggunaan input-input produksi. Input-input produksi tersebut yaitu DOC, pakan, obat-obatan, peralatan kandang serta tenaga kerja.

Pemecahan masalah optimalisasi produksi dilakukan dengan menggunakan model linear programming. Model linear programming digunakan untuk mencari keuntungan maksimum yang mungkin dicapai jika perusahaan melakukan pola produksi dengan optimal. Model ini akan menghasilkan pola produksi optimal yang paling memungkinkan untuk dilakukan perusahaan.

Tahap berikutnya adalah analisis post optimal untuk melihat pengaruh dari perubahan-perubahan yang terjadi pada parameter-parameter yang dianalisis. Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam analisis post optimal ini adalah perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan. Kemudian hasil analisis post optimal dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Hasil dari analisis-analisis tersebut merupakan dasar bagi perusahaan dalam menerapkan kebijakan. Kerangka pemikiran operasional ditunjukkan oleh Gambar 3.

(44)

24 Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

- Kelangkaan DOC, Kualitas DOC yang tidak baik

- Penggunaan tenaga kerja yang berlebih

- Fluktuasi harga jual ayam ras pedaging

Meningkatnya

konsumsi daging ayam

Identifikasi Tujuan dan Kendala

Optimalisasi Produksi

Hasjrul Harahap Farm

Memaksimumkan Keuntungan

Linear Programming

Analisis Primal Analisis Dual Analisis Sensitivitas

(45)

25

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di peternakan Hasjrul Harahap Farm (HHF) yang berlokasi di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peternakan tersebut memiliki empat lokasi kandang yang letaknya berjauhan satu sama lain yaitu berjarak ± 2-6 km. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut sedang berusaha mengoptimalkan input-input produksi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan September 2008.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak manajemen serta staf HHF. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan yang berkaitan dengan penelitian, beberapa hasil penelitian terdahulu dan literatur yang relevan dengan penelitian.

Peubah yang diukur dan dianalisis dalam penelitian ini adalah keuntungan (Rp), penerimaan total (Rp), biaya produksi total (Rp). Selain itu penelitian ini juga mengukur dan menganalisis jumlah atau alokasi penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging pada empat lokasi kandang yang dimiliki oleh HHF. Input-input produksi dibagi menjadi input tetap dan input variabel. Input-input tetap terdiri dari penggunaan lahan dan kandang (Rp) serta penggunaan peralatan

(46)

26 kandang (Rp). Sedangkan yang termasuk input-input variabel adalah DOC (Rp), pakan (Rp), tenaga kerja (Hari kerja Pria atau HKP), gas (Rp), biaya obat-obatan dan vaksin serta desinfektan (Rp), penggunaan sekam (Rp). Input-input produksi ayam ras pedaging tersebut dihitung selama tujuh periode sejak Januari 2007 sampai dengan April 2008.

4.3. Metode Pengambilan Responden

Responden sebagai sumber data adalah anak kandang dan kepala kandang. Anak kandang adalah tenaga kerja yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan 2.000 sampai 5.000 di lokasi kandang tersebut. Kepala kandang adalah tenaga kerja yang mengepalai anak kandang. Pengambilan data utama dilakukan melalui kepala kandang. Sedangkan data-data penunjang seperti tata cara pemeliharaan ayam dilakukan melalui anak kandang di seluruh lokasi kandang yang dimiliki HHF yaitu Bilabong I, Bilabong II, Tajurhalang dan Jampang.

4.4. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Data-data yang telah diolah dan dianalisis tersebut digunakan untuk memberikan alternatif model produksi yang tepat. Kemudian model tersebut diterapkan pada perusahaan sesuai dengan kondisi-kondisi dasar dari setiap masalah. Langkah-langkah dalam menggunakan model linear programming dapat diuraikan sebagai berikut :

(47)

27

4.4.1. Menentukan Koefisien Teknis

Data-data yang telah dikumpulkan, disusun dan disederhanakan untuk mempermudah pengolahan data. Koefisien teknis dicari dengan menganalisis alokasi penggunaan input-input produksi ayam pedaging oleh HHF selama tujuh periode dari Januari 2007 sampai dengan April 2008. Data koefisien teknis digunakan untuk menentukan optimalisasi usaha produksi ayam ras pedaging untuk memaksimumkan keuntungan yang diterima oleh HHF.

4.4.2. Keuntungan Usaha Peternakan Hasjrul Harahap Farm

Untuk memperoleh persamaan fungsi tujuan harus diketahui terlebih dahulu nilai rata-rata keuntungan per ekor ayam ras pedaging (cj) setiap

kandang ayam ras pedaging yang dimiliki HHF. Keuntungan dihitung dengan cara mengurangkan biaya produksi terhadap penerimaan setiap lokasi kandang, kemudian hasil pengurangan tersebut dibagi dengan jumlah output utama yaitu ayam ras pedaging.

a. Penerimaan Usaha Peternakan Hasjrul Harahap Farm

Penerimaan peternakan ayam ras pedaging Hasjrul Harahap Farm merupakan penjumlahan dari penerimaan output utama dan sampingan. Penerimaan untuk setiap output merupakan hasil kali harga dengan jumlah masing-masing output. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :

: Penerimaan yang diterima oleh pihak usaha peternakan ayam ras pedaging HHF dari masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

(48)

28 : Rata-rata harga jual ayam ras pedaging siap potong per kilogram pada masing-masing lokasi kandang ayam ras pedaging dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/kg)

: Jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh masing-masing lokasi kandang yang terdapat pada usaha peternakan HHF (ekor/tujuh periode/lokasi kandang).

b. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF untuk penggunaan input-input produksi di setiap kandang selama periode tertentu. Biaya produksi terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan dari setiap biaya produksi di setiap kandang yang terdapat pada usaha ayam ras pedaging HHF sebagai berikut :

Dimana :

: Biaya total produksi yang dikeluarkan oleh usaha peternakan ayam ras pedaging HHF untuk masing-masing kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF untuk masing-masing kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF untuk masing-masing kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

Secara matematis biaya tetap dihitung dengan rumus di bawah ini :

Dimana :

: Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF untuk masing-masing kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

(49)

29 : Biaya lahan dan kandang yang dikeluarkan oleh usaha peternakan ayam ras pedaging HHF pada masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Biaya peralatan yang dikeluarkan oleh usaha peternakan ayam ras pedaging HHF pada masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

Secara matematis biaya variabel dihitung dengan rumus di bawah ini :

Dimana :

: Biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF untuk masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Biaya pakan yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF pada masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Biaya DOC yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF pada masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF pada masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Biaya obat-obatan yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF pada masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Biaya lahan dan kandang yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF pada masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Biaya pemakaian gas yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF pada masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

(50)

30 : Biaya penggunaan sekam yang dikeluarkan oleh usaha ayam ras pedaging HHF pada masing-masing lokasi kandang dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

Secara matematis keuntungan per ekor tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

: Keuntungan per ekor ayam ras pedaging di setiap kandang pada HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode)

: Penerimaan perusahaan HHF dari masing-masing kandang ayam ras pedaging dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Biaya total yang dikeluarkan oleh HHF untuk masing-masing kandang ayam ras pedaging dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode/lokasi kandang)

: Jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap lokasi kandang ayam ras pedaging dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (ekor/tujuh periode/lokasi kandang)

4.4.3. Menentukan Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan dalam penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui tingkat produksi dan kombinasi optimal sehingga keuntungan maksimum dapat dicapai. Kemudian, tahap berikutnya adalah penentuan fungsi pembatas atau kendala. Kendala yang digunakan dalam penyelesaian optimalisasi ini meliputi seluruh biaya untuk setiap penggunaan input produksi ayam ras pedaging di masing-masing lokasi kandang. Fungsi kendala ditentukan atas dasar kemampuan dan kesediaan pihak HHF dalam menyediakan setiap input-input yang digunakan untuk setiap produksi.

(51)

31 Secara matematis fungsi tujuan dan kendala model optimalisasi produksi HHF adalah sebagai berikut :

Fungsi tujuan :

Z : Keuntungan total maksimum yang diterima oleh HHF dari hasil optimalisasi alokasi dan penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging di empat lokasi kandang selama tujuh periode dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode).

cjXj : Keuntungan yang diterima oleh usaha ayam ras pedaging HHF dari

lokasi kandang ayam pedaging ke-j selama tujuh periode dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode).

cj : Rata-rata keuntungan per ekor ayam ras pedaging masing-masing

lokasi kandang selama tujuh periode dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode).

Xj : Jumlah output utama ayam ras pedaging yang dihasilkan pada

setiap lokasi kandang ayam ke-j selama tujuh periode dari Januari 2007 sampai dengan April 2008.

j(1,2,..,4) : Kandang ayam ras pedaging mulai dari lokasi yang pertama sampai lokasi ke empat berturut-turut Desa Bilabong I, Desa Bilabong II, , Desa Tajur Halang dan Desa Jampang.

(52)

32 Syarat :

Keterangan :

: Koefisien penggunaan DOC per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008

: Koefisien penggunaan pakan per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (kg/ekor)

: Koefisien penggunaan OVD per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/ekor)

: Koefisien penggunaan sekam per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (karung/ekor)

: Koefisien penggunaan gas per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/ekor)

: Koefisien penggunaan tenaga kerja anak kandang per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (HKP/ekor)

(53)

33 : Koefisien penggunaan tenaga kerja ahli per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (HKP/ekor)

: Koefisien penggunaan induk pemanas (gasolec) per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (buah/ekor)

: Koefisien penggunaan brooder guard per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (buah/ekor)

: Koefisien penggunaan tempat pakan per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (buah/ekor)

: Koefisien penggunaan tempat air minum per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (buah/ekor)

: Koefisien penggunaan lahan dan kandang per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/ekor)

: Jumlah DOC yang digunakan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (ekor/tujuh periode)

: Jumlah pakan yang digunakan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (kg/tujuh periode)

: Jumlah biaya OVD yang dikeluarkan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/tujuh periode)

: Jumlah sekam yang digunakan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (karung/ tujuh periode)

: Jumlah biaya gas yang dikeluarkan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/ tujuh periode)

: Jumlah HKP tenaga kerja anak kandang yang digunakan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (HKP/ tujuh periode)

(54)

34 : Jumlah HKP tenaga kerja ahli yang digunakan oleh HHF dari

Januari 2007 sampai dengan April 2008 (HKP/ tujuh periode) : Jumlah induk pemanas (gasolec)yang digunakan oleh HHF dari

Januari 2007 sampai dengan April 2008 (buah/ tujuh periode) : Jumlah brooder guard yang digunakan oleh HHF dari Januari

2007 sampai dengan April 2008 (buah/ tujuh periode)

: Jumlah tempat pakan yang dikeluarkan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (buah/ tujuh periode)

: Jumlah tempat minum yang dikeluarkan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (buah/ tujuh periode)

: Jumlah biaya lahan dan kandang yang dikeluarkan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 (Rp/ tujuh periode)

4.5. Metode Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh kemudian diproses menggunakan komputer dan ditabulasi menurut kegiatan-kegiatan untuk selanjutnya dianalisis. Seluruh data yang dianalisis tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel. Sedangkan tujuan dari analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Analisis data yang akan dilakukan dari hasil olahan LINDO meliputi : 1. Analisis Primal

Analisis primal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik yang dapat menghasilkan tujuan maksimal dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya yang ada. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara kombinasi aktivitas yang terbaik hasil perhitungan dengan aktivitas produksi yang dilakukan peternak. Hasil perbandingan tersebut akan memperlihatkan apakah aktivitas produksi aktual yang dilakukan oleh peternakan sudah optimal atau

(55)

35 belum. Kegiatan yang tidak termasuk dalam skema optimal akan memiliki nilai reduced cost.

2. Analisis Dual

Analisis dual dilakukan untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya, dengan melihat slack/surplus dan nilai dual-nya. Nilai dual (dual price/shadow price) menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Nilai dual ini juga menunjukkan batas harga maksimum dari sumberdaya yang masih memungkinkan bagi perusahaan untuk membeli tambahan satu unit sumberdaya. Sehingga nilai dual sangat berpengaruh pada keputusan pembelian sumberdaya.

Analisis dual dapat membedakan sifat sumberdaya yang dimiliki oleh peternakan, apakah sumberdaya tersebut bersifat langka atau sebaliknya. Apabila nilai slack/surplus = 0 dan nilai dual > 0, maka sumberdaya tersebut termasuk kedalam sumberdaya yang bersifat langka (pembatas). Kemudian sumberdaya ini masuk kedalam kendala aktif yaitu kendala yang membatasi fungsi tujuan. Namun, apabila nilai slack/surplus > 0 dan nilai dual = 0, maka sumberdaya tersebut masuk ke dalam sumberdaya yang berlebih (bukan pembatas). Selanjutnya sumberdaya ini termasuk ke dalam kendala tidak aktif yaitu kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi dan tidak mempengaruhi fungsi tujuan.

3. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan cara untuk mengetahui parameter dalam model yang sangat sensitif dalam menentukan suatu solusi. Analisis sensitivitas dapat dibagi menjadi dua yaitu : (1) analisis sensitivitas nilai-nilai koefisien fungsi

(56)

36 tujuan, digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari koefisien fungsi tujuan yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal, (2) analisis sensitivitas nilai ruas kanan right hand side (RHS) kendala, digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari RHSkendala yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal.

Selang kepekaan pada analisis sensitivitas dapat dilihat pada batas maksimum dan minimum nilai koefisien fungsi tujuan dan nilai RHS pada hasil optimalisasi produksi. Allowable increase menggambarkan batas kenaikan yang diizinkan dari nilai kendala yang tidak mengubah solusi optimal. Sedangkan allowable decrease menunjukkan batas penurunan yang diizinkan dari nilai kendala solusi optimal tidak berubah.

4. Analisis post optimal

Selain analisis primal, dual dan sensitivitas, penelitian ini juga melakukan analisis post optimal. Tujuan analisis ini digunakan untuk menentukan penduga-penduga penting yang dapat mempengaruhi solusi optimal versi awal.

Analisis post optimal dilakukan dengan merubah penduga-penduga penting yang disebut skenario. Skenario I dilakukan dengan menurunkan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen. Penurunan harga jual didasarkan pada kecederungan harga jual di tingkat peternak lebih sering turun sedangkan di tingkat konsumen lebih sering naik. Penentuan nilai lima persen didasarkan pada tingkat inflasi rata-rata tahun 2007 dan profit margin peternakan ayam ras pedaging antara lima sampai sepuluh persen. Profit margin adalah persentase keuntungan yang diterima dari total penerimaan. Skenario II dilakukan dengan menurunkan ketersediaan pakan sebesar lima persen. Karena pada kondisi aktual penggunaan pakan berlebih terlihat dari konversi pakan yang tinggi.

Gambar

Tabel  2  menunjukkan  adanya  peningkatan  produksi  dari  tahun  2000  sampai tahun 2006 sebesar 67,23 persen dari sekitar 515 ribu ton menjadi 861,26  ribu ton
Gambar 4. Skema Proses Produksi di HHF Persiapan Kandang
Tabel  6.  Penggunaan  Peralatan  Kandang  di  Masing-masing  Lokasi  Kandang  Selama Tujuh Periode
Tabel 16. Nilai Slack or Surplus dan Dual Price Penggunaan Input-input Produksi  di Hasjrul Harahap Farm
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis dengan menggunakan program linier dapat disimpulkan bahwa usahatani ayam ras pedaging yang dijalankan peternak mitra CV Janu Putro pada umumnya sudah optimal,

Ayam jantan dari hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan hasil persilangan sesama ayam lokal..

1. Pelaksanaan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri sangat baik dengan IP yang diperoleh pada saat panen besar yaitu 368, sedangkan pola makloon kurang baik karena

Hasil analisis dengan menggunakan program linier dapat disimpulkan bahwa usahatani ayam ras pedaging yang dijalankan peternak mitra CV Janu Putro pada umumnya sudah optimal,

1) Usaha peternakan ayam ras pedaging pola mandiri dan kemitraan di Kabupaten Tabanan cukup menguntungkan, hasil penelitian menunjukkan pendapatan rata-rata yang

Nilai rata-rata Efisiensi Harga (EH) sebesar -4,205 yang berarti bahwa penggunaan input pada usaha ternak ayam ras pedaging di Kecamatan Limbangan belum efisien,

Usaha peternakan ayam ras pedaging di sekitar Desa Pasir Putih yang berjarak sekitar 24 km dari Bogor termasuk dalam Kecamatan Sawangan dengan populasi penduduk sekitar 7.052 jiwa

Oleh karena itu, penelitian ini menguji keturunan pertama (F1) persilangan ayam jantan ras pedaging dengan ayam betina kampung dan ayam jantan kampung dengan ayam