• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERFORMA PRODUKSI F1 ANTARA AYAM RAS PEDAGING KAMPUNG DAN KAMPUNG RAS PEDAGING PADA UMUR 0-12 MINGGU ANANTA TITAN PRATIWANGGANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERFORMA PRODUKSI F1 ANTARA AYAM RAS PEDAGING KAMPUNG DAN KAMPUNG RAS PEDAGING PADA UMUR 0-12 MINGGU ANANTA TITAN PRATIWANGGANA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA PRODUKSI F1 ANTARA AYAM RAS PEDAGING × KAMPUNG

DAN KAMPUNG × RAS PEDAGING PADA

UMUR 0-12 MINGGU

ANANTA TITAN PRATIWANGGANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diaju-kan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Ananta Titan Pratiwanggana

(4)
(5)

ABSTRAK

ANANTA TITAN PRATIWANGGANA. Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu. Dibimbing oleh CECE SUMANTRI dan SRI DARWATI.

Ayam kampung adalah ayam asli Indonesia yang potensial untuk dikembangkan sebagai ayam komersial. Kendala kurang minatnya peternak skala besar untuk beternak ayam kampung dikarenakan ayam kampung memiliki pertumbuhan lebih lambat untuk mencapai bobot potong dengan berat yang sama dibandingkan ayam ras pedaging. Oleh karena itu, performa ayam kampung perlu ditingkatkan melalui persilangan ayam kampung dengan ayam ras pedaging (broiler breeder) yang mempunyai pertumbuhan yang cepat. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh performa keturunan pertama (F1) dari persilangan ayam kampung dan ayam ras pedaging (KB) serta resiprokalnya (BK). Penelitian dilakukan pada F1 persilangan umur 0-12 minggu. T test digunakan untuk mengetahui perbedaan rataan bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, dan konversi pakan. Berdasarkan hasil penelitian, performa ayam KB jantan dengan ayam BK jantan dan ayam KB betina dengan BK betina tidak berbeda nyata pada bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi, dan konversi pakan. Persentase mortalitas ayam BK lebih tinggi daripada ayam KB walaupun jumlah kematiannya lebih redah. Performa ayam KB dan BK jantan lebih baik dibandingkan ayam KB dan BK betina. Persilangan resiprokal antara ayam kampung dengan ayam ras pedaging mempunyai performa yang lebih baik dibandingkan ayam kampung, sehingga persilangan ayam kampung dengan ayam ras pedaging meningkatkan kualitas genetik ayam kampung.

Kata kunci: ayam BK, ayam KB, performa pertumbuhan, persilangan.

ABSTRACT

ANANTA TITAN PRATIWANGGANA. Production Performance Between F1 Commercial Meat Type × Kampung Chicken and Kampung Chicken × Commercial Meat Type at 0-12 Weeks. Supervised by CECE SUMANTRI and SRI DARWATI.

Kampung chicken is Indonesian native chicken that potential to be developed as commercial chicken. The large-scale breeders less interest to breed kampung chicken because it has slow growth to reach slaughter weight than commercial meat type. Therefore, kampung chicken’s performance need to be improved by crossing with commercial meat type that has fast growth. This research purposed to observed the effect performance of first generation (F1) from kampung chicken crossing with commercial meat type (KB) and their reciprocal (BK). Research conducted performance of crossing chicken in age 0-12 weeks age. T test used for knowing difference body weight mean, body weight gain, feed consumption, and feed convertion rate. The result of this research were not

(6)

significant between KB cock with BK cock and KB hen with BK hen on body weight, body weight gain, feed consumption, and feed convertion rate. Whereas mortality percentage BK chicken was higher than KB chicken althought less of mortality. KB and BK cocks had better performance than hens. Reciprocal crossing between kampung chicken and commercial meat type had performance better than kampung chicken, so crossing had been increased genetic quality of kampung chicken.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

PERFORMA PRODUKSI F1 ANTARA AYAM RAS PEDAGING × KAMPUNG

DAN KAMPUNG × RAS PEDAGING PADA

UMUR 0-12 MINGGU

ANANTA TITAN PRATIWANGGANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu

Nama : Ananta Titan Pratiwanggana

NIM : D14100075

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Pembimbing I

Dr Ir Sri Darwati, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh performa keturunan pertama (F1) persilangan ayam ras pedaging jantan (broiler breeder) dengan ayam kampung betina dan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging betina (persilangan resiprokal). Selama ini ayam kampung memiliki pertumbuhan yang lambat untuk mencapai bobot potong. Penelitian ini diharapkan terjadi kombinasi genetik sehingga keturunan persilangan dari ayam kampung dan ayam ras pedaging mampu menutupi kendala atau kelemahan dari indukan ayam kampung, dengan demikian penelitian ini dapat memberikan informasi bagi peternak tentang mutu genetik ayam persilangan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Cece Sumantri,

MagrSc dan Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi. Terima kasih pula kepada seluruh staf di Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak. Ungkapan terima kasih penulis

sampaikan kepada ayah (Mulyadi), ibu (Wahju Indrawati) dan seluruh keluarga serta keluarga besar Abdul Aziz Sikar, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu, terima kasih kepada teman kelompok penelitian (Yusuf, Andhini, Cahyatina, Yusrini, Devi) serta teman-teman, khususnya IPTP 47 atas bantuan dan dukungannya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, April 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat 2 Bahan 2 Prosedur 2 Pemeliharaan 2 Pemberian Pakan 3 Analisa Data 3

Peubah yang Diamati 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Sampel Penelitian 4

Konsumsi Pakan 5

Bobot Badan 6

Pertambahan Bobot Badan 7

Konversi Pakan 9

Mortalitas 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah dan bobot indukan ayam yang digunakan pada penelitian 4

2 Jumlah F1 persilangan KB dan BK 5

3 Rataan dan simpangan baku bobot badan F1 KB dan BK setiap minggu 7 4 Rataan dan simpangan baku pertambahan bobot badan F1 KB dan BK

setiap minggu 9

5 Persentase mortalitas F1 KB dan BK pada umur 1-4 minggu 11 6 Persentase mortalitas F1 KB dan BK pada umur 5-12 minggu 11

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik rataan konsumsi pakan ayam KB dan BK 6 2 Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♂ optimal, KB ♂, kampung ♂;

(B) BK ♂ optimal, BK ♂, kampung ♂ 8

3 Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♀ optimal, KB ♀, kampung ♀;

(B) BK ♀ optimal, BK ♀, kampung ♀ 8

4 Grafik konversi pakan ayam KB dan BK 10

5 Gambar ayam mati yang mati pada penelitian (A) ayam KB,

(B) ayam BK 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Performa ayam penelitian pada umur 12 minggu pada (A) ayam KB ♂ dan kampung ♂, (B) ayam kampung ♀ dan KB ♀, (C) ayam kampung ♀ dan BK ♀, (D) ayam BK ♀ dan KB ♀, (E) ayam BK ♂ dan KB ♂ 14 2 Rata-rata dan simpangan baku konsumsi pakan F1 KB dan BK 15 3 Rata-rata dan simpangan baku konversi pakan F1 KB dan BK 15

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan dan perkembangan sektor peternakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam upaya memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi produktivitas ternak yaitu pakan, manajemen, dan pembibitan. Pakan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan energi produksi pada pemeliharaan setiap harinya. Manajemen diperlukan untuk mengatur kelangsungan pemeliharaan ternak dengan baik dan benar. Upaya meningkatkan mutu genetik ternak melalui seleksi dan persilangan untuk menghasilkan bibit unggul

Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ayam komersial. Kendala kurang minatnya peternak skala besar untuk beternak ayam kampung dikarenakan ayam kampung memiliki pertumbuhan lebih lambat untuk mencapai bobot potong dibandingkan ayam ras pedaging.

Konversi pakan ayam kampung sebesar 7.92 (Supriadi et al. 2001) lebih tinggi dibandingkan ayam ras pedaging yang mencapai nilai dibawah 2 (Amrullah 2003). Hal ini menandakan bahwa pakan yang dibutuhkan ayam kampung untuk menghasilkan pertambahan bobot badan masih tinggi sehingga kurang efisien dalam penggunaan pakan. Oleh karena itu, performa ayam kampung perlu ditingkatkan melalui persilangan dengan ayam yang mempunyai pertumbuhan cepat yaitu ayam ras pedaging (broiler breeder).

Ayam ras pedaging merupakan ayam komersial yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan daging ayam dalam negeri. Pemeliharaan ayam ras pedaging sangat menguntungkan dilihat dari pertumbuhan yang sangat cepat dan konversi pakan yang rendah jika dibandingkan dengan ayam kampung. Di sisi lain, ayam ras pedaging mempunyai kendala sangat rentan terhadap penyakit, pemeliharaannya harus pada suhu dan kelembaban yang sesuai, dan performa yang baik harus diiringi dengan pakan yang berkualitas. Penerapan teknologi persilangan diharapkan menjadi solusi dari beberapa kendala pemeliharaan ayam ras pedaging.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh performa keturunan pertama (F1) persilangan ayam ras pedaging jantan dengan ayam kampung betina dan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging betina (persilangan resiprokal)

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan usaha mendapatkan informasi performa tentang keturunan persilangan ayam ras pedaging dan ayam kampung. Keturunan

(14)

2

persilangan ayam ras pedaging dengan ayam kampung diharapkan terjadi kombinasi genetik sehingga meningkatkan mutu genetik ayam kampung. Oleh karena itu, penelitian ini menguji keturunan pertama (F1) persilangan ayam jantan ras pedaging dengan ayam betina kampung dan ayam jantan kampung dengan ayam betina ras pedaging terhadap performa produktivitasnya yaitu bobot badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, konsumsi pakan, dan mortalitas, pada umur 0-12 minggu. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi bagi peternak dalam penyediaan bibit ayam silangan yang mempunyai mutu genetik yang baik.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2013. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 buah kandang berukuran 3 x 4 m, sekat bambu kandang kecil sebanyak 20 unit, tempat minum galon kapasitas 1 L sebanyak 20 buah, dan tempat pakan sebanyak 20 buah. Timbangan digital OSUKA dengan ketelitian 0.5 g. Alat lain yang juga digunakan yaitu lampu, seng pembatas, wadah, gayung, dan kabel.

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 ekor ayam pejantan ras pedaging, 10 ekor ayam ras pedaging betina dewasa, 3 ekor ayam pejantan kampung, 15 ekor ayam betina kampung dewasa, ayam keturunan pertama (F1) persilangan ayam ras pedaging jantan dengan ayam kampung betina (BK), serta ayam keturunan pertama (F1) persilangan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging betina (KB). Ayam persilangan yang digunakan adalah ayam berumur sehari (DOC) sampai berumur 12 minggu. Bahan lain yang digunakan adalah sekam, pakan komersial berbentuk crumble, dedak, vitachick, vitastress, dan vaksin ND.

Prosedur Pemeliharaan

Kandang dipersiapkan terlebih dahulu dan dibersihkan menggunakan sapu lidi dan sapu ijuk. Lantai dan sekat bambu juga dilakukan pembersihan basah menggunakan air dan kapur. Pembatas sekat, lampu, tempat minum, dan tempat pakan diatur sesuai kebutuhan jumlah ayam setiap penetasan.

(15)

3 Pengoleksian telur dilakukan setiap pagi, siang, dan sore. Telur dari indukan ayam ras pedaging dan kampung ditetaskan di mesin tetas untuk memperoleh DOC hasil silangan dengan jarak tetas setiap 1 minggu sekali. DOC dipasang wing band untuk memudahkan pencatatan data penelitian.

Pemeliharaan ayam silangan berumur 0-4 minggu dilakukan pada 1 sekat bambu kandang kecil. Ukuran sekat bambu kandang kecil berdasarkan jumlah ayam pada setiap penetasan telur. Sekat bambu kandang kecil antar kelompok ayam dibedakan berdasarkan ulangan penetasan. Ayam silangan yang sudah berumur 5 minggu (F1 KB dan BK) dipisah berdasarkan jenis silangan dan juga dipisah berdasarkan jenis kelamin (jantan dan betina) dari setiap jenis ayam silangan. F1 KB dan BK ditimbang setiap 1 minggu sekali.

Vaksinasi ND dilakukan saat ayam berumur 3 hari, 3 minggu, 3 bulan, dan setelah itu dilakukan setiap 3 bulan sekali. Vaksinasi ND dilakukan dengan metode tetes mata pada umur 3 hari, setelah itu vaksinasi ND diberikan dengan cara suntikan intramuskuler di dada pada umur 3 minggu, 3 bulan, dan setiap 3 bulan sekali. Dosis vaksin yang diberikan per ekor sebesar 0.2 ml. Vitachick dicampur ke dalam air minum dan diberikan kepada ayam silangan dari DOC sampai berumur 2 minggu dengan dosis 1.5 g L-1.

Pemberian Pakan

Pakan dan air minum diberikan ad libitum selama pemeliharaan. Kandungan nutrisi ransum disusun sesuai kebutuhan ayam kampung pada SNI (7783-2013). Pakan komersial untuk ayam ras pedaging fase starter berbentuk

crumble diberikan pada anak ayam umur sehari (DOC) sampai 3 minggu,

selanjutnya dari umur 4-12 minggu diberi campuran dedak dengan komposisi sebagai berikut :

ayam berumur 4 minggu : 80% pakan komersial untuk ayam ras pedaging fase starter berbentuk crumble dicampur dengan 20% dedak padi

ayam berumur 5-12 minggu : 60% pakan komersial untuk ayam ras pedaging fase starter berbentuk crumble dicampur dengan 40% dedak padi.

Analisa Data

Uji T digunakan untuk mengetahui perbedaan rataan bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, dan mortalitas antara keturunan pertama (F1) persilangan resiprokal kampung dengan ras pedaging. Perbandingan yang dianalisa ada 4 yaitu KB jantan-BK jantan, KB betina-BK betina, KB jantan-KB betina, BK jantan-BK betina. Rumus dari uji T (Walpole 1995) adalah sebagai berikut :

t = x a− x b − (μa− μb)

sba2 na +

sbb2 nb

Keterangan : x a = rataan sampel a sba = simpangan baku a

x b = rataan sampel b sbb = simpangan baku b

μa = rataan populasi a na = jumlah sampel a

(16)

4

Rumus dari Laju pertumbuhan relatif (k) menurut Broody (1945) sebagai berikut k = (W2− W1)/(t2− t1)

0.5(W2+ W1)

Keterangan : W1 = bobot badan pada umur t1

W2 = bobot badan pada umur t2.

Rumus dari laju pertumbuhan untuk menduga pertumbuhan optimal menurut Broody (1945) sebagai berikut

Wt = Wo × ekt

Keterangan : Wt = bobot badan umur t (g)

Wo = bobot badan umur 0 (awal) (g)

t = umur (minggu)

k = koefisien laju pertumbuhan e = konstanta (bilangan natural = 2.7183).

Peubah yang diamati

Peubah yang diukur sejak ayam berumur sehari (DOC) sampai ayam berumur 12 minggu yaitu:

1. Konsumsi pakan (g ekor-1 hari-1) = jumlah pemberian pakan - sisa pakan 2. Bobot badan (BB) dalam satuan gram ekor-1 minggu-1

3. Pertambahan bobot badan (PBB) dalam satuan gram ekor-1 = bobot badan akhir - bobot badan awal

4. Konversi pakan = ΣKonsumsi pakan

ΣPBB

5. Mortalitas (%) = Σ ayam awal Σ ayam mati × 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel Penelitian

Sebelum penelitian dimulai, 1 ayam jantan ras pedaging (broiler breeder) mati karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berada pada Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor sehingga ayam ras pedaging jantan yang digunakan hanya 2 ekor. Perkawinan alami menggunakan sistem pen mating yaitu 1 ekor jantan mengawini sekelompok betina. Selama penelitian, setiap 1 ekor ayam jantan mengawini 5 ekor ayam betina. Pada Tabel 1 disajikan jumlah, bobot badan, dan koefisien keragaman indukan ayam yang digunakan pada penelitian ini.

Tabel 1 Jumlah, bobot, dan koefisien keragaman indukan ayam

Persilangan Indukan Jumlah (ekor) Bobot rata-rata (g) keragaman (%) Koefisien

BK Broiler breeder ♂ 2 7 650 ± 50 0.6

Kampung ♀ 10 1 933 ± 126 6.5

KB Kampung ♂ 3 3 347 ± 189 5.6

(17)

5 Persilangan ayam jantan ras pedaging parent stock dengan ayam betina kampung (BK) menghasilkan DOC sebanyak 22 ekor, sedangkan persilangan ayam jantan kampung dengan ayam betina ras pedaging parent stock (KB) menghasilkan DOC sebanyak 80 ekor. Ayam BK unsex 2 ekor dan ayam KB

unsex 6 ekor karena ayam mati sebelum dikelompokkan menurut jenis kelamin

pada minggu ke-5. Jumlah F1 KB dan BK berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah F1 persilangan KB dan BK

Persilangan Jantan (ekor) Sex Betina (ekor) Unsex (ekor) Total (ekor)

F1 BK 10 10 2 22

F1 KB 40 34 6 80

Ket: F1 BK = Filial pertama persilangan ayam broiler breeder ♂dengan ayam kampung ♀ F1 KB = Filial pertama persilangan ayam kampung ♂ dengan ayam broiler breeder ♀

Perbedaan hasil penetasan diantara kedua persilangan tersebut dikarenakan kesulitan ayam jantan broiler mengawini ayam betina kampung dan persentase

hen day yang rendah sehingga F1 BK lebih sedikit dibandingkan F1 KB.

Kesulitan persilangan BK dikarenakan bobot badan ayam broiler jantan terlalu berat (7 650 g) jika dibandingkan dengan ayam kampung betina (1 930 g). Menurut Leeson dan summer (2005) bahwa ayam jantan yang overweight akan menurunkan performa penetasan karena kualitas sperma kurang baik dan rendahnya frekuensi perkawinan. Bobot badan ayam kampung jantan (3 347) tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan ayam ras pedaging betina (4 276 g) sehingga perkawinan secara alami tidak menjadi kendala performa penetasan pada persilangan KB.

Konsumsi Pakan

Ayam yang berumur kurang dari 12 minggu mengonsumsi ransum utamanya untuk memenuhi hidup pokok dan pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan setiap minggu ayam KB dan BK terjadi peningkatan jumlah konsumsi. Hal ini karena pertambahan bobot badan diiringi dengan peningkatan jumlah konsumsi. Menurut Ensminger (2004) konsumsi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan.

Ayam BK jantan mengonsumsi pakan lebih banyak dibandingkan KB jantan, KB betina, dan BK betina. Konsumsi antara ayam KB jantan dengan BK jantan tidak berbeda nyata selama pemeliharaan, demikian halnya konsumsi ayam KB betina dengan BK betina sama setiap minggunya. Menurut Wahju (2004) faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain umur, nutrisi ransum, kesehatan, bobot badan, suhu dan kelembaban, serta kecepatan pertumbuhan.

Total konsumsi ayam KB jantan (6 035 g) dan BK jantan (6 174 g) lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan konsumsi KB betina (5 225 g) dan BK betina (5 018 g) dikarenakan bobot badan ayam jantan lebih tinggi dibandingkan ayam betina. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasnelly dan Kuntoro (2006) bahwa ayam jantan mengonsumsi pakan yang lebih banyak dibandingkan ayam betina. Grafik rataan konsumsi ayam KB dan BK dapat dilihat pada Gambar 1.

(18)

6

Gambar 1 Grafik rataan konsumsi pakan ayam KB dan BK

F1 hasil persilangan resiprokal antara ayam ras pedaging dengan ayam kampung menunjukkan jumlah konsumsi yang lebih tinggi dari ayam kampung selama pemeliharaan. Ayam KB jantan mampu mengonsumsi ransum meningkat dari 9.44 sampai 94.2 g, BK jantan (9.36-93.2 g), KB betina (8.52-77.2 g), dan BK betina (9.00-76.1 g) sedangkan menurut Darwati (2001) bahwa konsumsi per hari ayam kampung pada masa starter mampu mengonsumsi ransum sebanyak 6-28 g pada umur ayam 1-4 minggu dengan komposisi pakan yang sama. Pada umur 8-12 minggu, ayam KB jantan mengonsumsi ransum sebanyak 94.2-131 g, BK jantan (93.2-138 g), KB betina (77.2-114 g), dan BK betina (76.1-107 g), sedangkan menurut Rivai (2001) masa grower pada umur 5-12 minggu mampu mengonsumsi ransum sebanyak 35-59 g.

Bobot Badan

Performa bobot badan ayam KB jantan dengan BK jantan dan KB betina dengan BK betina secara statistik tidak berbeda nyata kecuali saat baru menetas.

DOC KB dan BK berbeda nyata baik pada ayam jantan maupun betina. Hasil

yang tidak berbeda nyata pada ayam KB jantan dengan BK jantan dan ayam KB betina dengan BK betina karena persilangan resiprokal mempunyai perbandingan gen setiap induknya yaitu ayam kampung dan ras pedaging dengan ratio 50:50.

Ayam KB jantan dengan KB betina berbeda nyata dan ayam BK jantan dengan BK betina juga berbeda nyata terhadap bobot badan. Ayam KB jantan dan BK jantan secara fisiologis mempunyai bobot badan per minggu lebih tinggi dibandingkan ayam KB betina dan BK betina.

Pengelompokan objek penelitian dengan perbedaan jenis kelamin memang sangat diperlukan karena menurut Muir dan Aggrey (2003) bahwa perbedaan seks/jenis kelamin dalam tingkat pertumbuhan bertahan sepanjang masa pertumbuhan sehingga ayam jantan dan betina memiliki performa produksi yang berbeda. Performa produksi ayam jantan lebih baik dibandingkan ayam betina. Bobot badan F1 BK dan KB yang digunakan dalam penelitian ditimbang setiap minggu pada umur 0-12 minggu seperti disajikan pada Tabel 3.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ko ns um si (g ) Minggu ke-KB Jantan BK Jantan KB Betina BK Betina

(19)

7 Tabel 3 Rataan dan simpangan baku bobot badan F1 KB dan BK setiap minggu Minggu

ke-

Bobot Badan (g ekor-1) P-Value

KB Jantan BK Jantan KB Betina BK Betina KB ♂-BK ♂ KB ♀-BK ♀ KB ♂-KB ♀ BK ♂-BK ♀ DOC 38.2 ± 4 30.8 ± 5 36.4 ± 5 29.8 ± 5 0.001 0.007 0.097 0.693 1 78.6 ± 16 84.1 ± 22 68.7 ± 17 67.0 ± 10 0.480 0.690 0.012 0.047 2 177.0 ± 41 198.0 ± 70 143.0 ± 42 144.0 ± 37 0.384 0.985 0.001 0.049 3 291.0 ± 70 321.0 ± 93 238.0 ± 65 230.0 ± 37 0.359 0.619 0.001 0.015 4 426.0 ± 97 479.0 ± 96 347.0 ± 95 367.0 ± 88 0.405 0.541 0.001 0.017 5 610.0 ± 133 642.0 ± 165 480.0 ± 120 470.0 ± 93 0.596 0.799 0.000 0.019 6 802.0 ± 172 874.0 ± 178 660.0 ± 145 675.0 ± 168 0.677 0.809 0.000 0.033 7 1015.0 ± 202 1082.0 ± 204 832.0 ± 165 845.0 ± 182 0.749 0.843 0.000 0.025 8 1257.0 ± 257 1270.0 ± 279 1012.0 ± 205 1011.0 ± 212 0.902 0.993 0.000 0.043 9 1534.0 ± 286 1480.0 ± 334 1240.0 ± 246 1243.0 ± 272 0.662 0.980 0.000 0.045 10 1762.0 ± 312 1783.0 ± 346 1448.0 ± 250 1399.0 ± 285 0.881 0.653 0.000 0.028 11 2044.0 ± 357 2105.0 ± 374 1664.0 ± 272 1610.0 ± 308 0.682 0.642 0.000 0.011 12 2290.0 ± 382 2335.0 ± 340 1833.0 ± 267 1753.0 ± 263 0.746 0.441 0.001 0.002

Bobot badan ayam ras pedaging mampu mencapai bobot 1 423 g pada minggu ke-5 (Sinurat et al. 2006), sedangkan ayam KB dan BK lebih rendah bobot badannya yaitu ayam KB jantan (610 g), ayam BK jantan (642 g), ayam KB betina (480 g), ayam BK betina (470 g). Persilangan ayam BK dan KB mempunyai bobot badan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam kampung seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya Darwati (2001) dan Rivai (2001), dengan demikian persilangan ayam BK dan KB dapat meningkatkan mutu genetik ayam kampung.

Bobot badan ayam KB jantan sebesar 426 g, BK jantan (479 g), KB betina (347 g), dan BK betina (367 g) umur 4 minggu lebih tinggi dibandingkan penelitian Darwati (2001) yang menyatakan bobot badan ayam kampung umur 4 minggu sebesar 185 g dengan komposisi pakan yang sama. Ayam kampung jantan umur 12 minggu mencapai 1 078.8 g dan betina 903.4 g (Rivai 2001) sedangkan persilangan resiprokal ayam ras pedaging dengan kampung mempunyai bobot badan ayam KB jantan (2 290 g), BK jantan (2 335 g), KB betina (1 833 g), dan BK betina (1 753 g), pada minggu ke-12.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan pengukuran kenaikan atau pertumbuhan bobot badan yang dilakukan dengan penimbangan pada satuan waktu. Menurut Broody (1945) salah satu pendugaan pertumbuhan dapat diketahui dengan laju pertumbuhan relatif. Ayam KB dan BK jantan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan pendugaan pertumbuhan optimal KB jantan (Wt = Wo × e0.1612t) dan BK jantan (Wt = Wo × e0.1623t) yang diukur dengan laju pertumbuhan relatif.

Laju pertumbuhan ayam KB dan BK jantan juga lebih tinggi daripada laju pertumbuhan ayam kampung selama 12 minggu dari penelitian Kurnia (2011). Hal ini dikarenakan jenis persilangan resiprokal ayam ras pedaging (broiler breeder) dengan kampung mampu meningkatkan mutu genetik dari ayam jantan maupun betina. Menurut Noor (2008), persilangan crossbreeding dapat menampilkan performa yang lebih baik dari rataan performa tetuanya untuk sifat-sifat tertentu. Kurva laju pertumbuhan ayam jantan KB dan BK yang dibandingkan dengan ayam kampung, pendugaan pertumbuhan optimal KB, dan BK jantan dapat dilihat pada Gambar 2.

(20)

8

(A) KB ♂ optimal, KB ♂, kampung ♂ (B) BK ♂ optimal, BK ♂, kampung ♂

Gambar 2 Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♂ optimal, KB ♂, kampung ♂; (B) BK ♂ optimal, BK ♂, kampung ♂

Ayam KB dan BK betina mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan optimal KB betina (Wt = Wo × e0.1602t), BK betina (Wt = Wo ×e0.1611t) dan ayam kampung betina dari penelitian Kurnia (2011). Pertumbuhan optimal ayam KB dan BK betina lebih cepat dibandingkan ayam kampung.

Berdasarkan kurva laju pertumbuhan KB dan BK menunjukkan pertumbuhan yang cepat masih akan terjadi pada minggu selanjutnya karena belum mencapai dewasa kelamin. Menurut Herren (2000) bahwa pertumbuhan dimulai saat terjadi pembuahan dan berakhir saat mencapai dewasa kelamin. Kurva laju pertumbuhan ayam betina KB dan BK dapat dilihat pada Gambar 3.

(A) KB ♀ optimal, KB ♀, kampung ♀ (B) BK ♀ optimal, BK ♀, kampung ♀

Gambar 3 Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♀ optimal, KB ♀, kampung ♀; (B) BK ♀ optimal, BK ♀, kampung ♀ 0 500 1000 1500 2000 2500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 B ob ot (g ) Minggu ke-KB ♂ optimal KB ♂ kampung ♂ 0 500 1000 1500 2000 2500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 B ob ot (g ) Minggu ke-BK ♂ optimal BK ♂ kampung ♂ 0 400 800 1200 1600 2000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 B ob ot (g ) Minggu ke-KB ♀ optimal KB ♀ kampung ♀ 0 400 800 1200 1600 2000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 B ob ot (g ) Minggu ke-BK ♀ optimal BK ♀ kampung ♀

(21)

9 Pertambahan bobot badan ayam KB jantan dengan BK jantan dan KB betina dengan BK betina menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata selama pemeliharaan. Rataan PBB ayam KB dan BK dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rataan dan simpangan baku pertambahan bobot badan F1 KB dan BK setiap minggu

Minggu ke-

Pertambahan Bobot Badan (g ekor-1) P-Value

KB Jantan BK Jantan KB Betina BK Betina KB ♂-BK ♂ KB ♀-BK ♀ KB ♂-KB ♀ BK ♂-BK ♀ 1 40.4 ± 16 53.2 ± 21 32.3 ± 15 36.6 ± 7 0.096 0.223 0.027 0.036 2 98.2 ± 31 94.6 ± 12 74.6 ± 30 76.6 ± 18 0.575 0.798 0.001 0.018 3 114.0 ± 36 124.0 ± 31 94.7 ± 29 99.0 ± 16 0.432 0.522 0.012 0.046 4 135.0 ± 48 157.0 ± 24 109.0 ± 41 123.0 ± 40 0.059 0.349 0.016 0.035 5 180.0 ± 62 169.0 ± 51 140.0 ± 48 136.0± 42 0.382 0.751 0.003 0.007 6 192.0 ± 49 207.0 ± 52 169.0 ± 45 164.0 ± 49 0.168 0.803 0.043 0.037 7 213.0 ± 68 208.0 ± 33 177.0 ± 61 171.0 ± 36 0.823 0.688 0.027 0.038 8 222.0 ± 69 206.0 ± 61 185.0 ± 61 165.0 ± 35 0.324 0.240 0.026 0.036 9 277.0 ± 95 288.0 ± 55 222.0 ± 79 223.0 ± 47 0.676 0.670 0.013 0.045 10 254.0 ± 73 250.0 ± 84 190.0 ± 54 156.0 ± 51 0.890 0.103 0.000 0.047 11 282.0 ± 96 298.0 ± 68 216.0 ± 66 211.0 ± 61 0.592 0.816 0.002 0.016 12 246.0 ± 85 242.0 ± 80 185.0 ± 79 158.0 ± 54 0.907 0.269 0.004 0.044 PBB 1-4 386.0 ± 97 428.0 ± 108 310.5 ± 93 335.0 ± 87 0.289 0.450 0.003 0.049 PBB 5-12 1866.0 ± 267 1875.0 ± 272 1486.0 ± 235 1384.0 ± 208 0.778 0.267 0.000 0.002 PBB 0-12 2252.0 ± 383 2303.0 ± 336 1797.0 ± 267 1720.0 ± 262 0.711 0.459 0.000 0.002

Ayam KB jantan dengan KB betina dan BK jantan dengan BK betina berbeda nyata terhadap PBB. Ayam KB dan BK jantan mengalami pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan ayam KB dan BK betina. Davies (1982) menyatakan steroid seks berperanan pada pengendalian pertumbuhan. Testosteron merupakan salah satu hormon steroid dari ternak jantan yang berfungsi pada anabolisme protein. Hal ini diperkuat oleh pendapat Leeson and Summers (2001), bahwa pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Ayam jantan mengonsumsi ransum lebih banyak dibandingkan betina.

Ayam KB dan BK menghasilkan rataan pertambahan bobot badan sekitar 370 g sampai minggu ke-4 sedangkan menurut Darwati (2001) ayam kampung menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 157 g pada umur dan komposisi pakan yang sama. Ayam KB dan BK mampu meningkatkan lebih dari 200% PBB ayam kampung umur 1-4 minggu.

Pada umur 5-12 minggu, PBB ayam KB dan BK juga lebih tinggi dibandingkan ayam kampung. KB jantan (1 813 g), KB betina (1 479 g), BK jantan (1 847 g), dan BK betina (1 384) memiliki PBB yang lebih tinggi dibandingkan penelitian Rivai (2001) yaitu PBB ayam kampung jantan sebesar 841.91 g dan ayam kampung betina sebesar 682.37 g pada umur 5-12 minggu. Ayam KB dan BK mampu meningkatkan lebih dari 100% PBB ayam kampung umur 5-12 minggu.

Konversi Pakan

Berdasarkan hasil penelitian, ayam KB jantan (2.67) dan BK jantan (2.67) menunjukkan konversi yang lebih rendah dibandingkan ayam KB betina (2.97) dan BK betina (2.91) pada minggu 1-12. Semakin rendah nilai konversi pakan

(22)

10

maka ternak tersebut semakin efisien dalam mengubah pakan menjadi jaringan tubuh (North dan Bell 1990). Konversi pakan ayam KB dan BK terjadi peningkatan seiring bertambahnya umur. Menurut North dan Bell (1990) Nilai konversi pakan rendah pada minggu pertama dan terus meningkat secara signifikan pada minggu-minggu berikutnya. Grafik konversi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik rataan konversi pakan ayam KB dan BK

Konversi pakan diantara 2 persilangan yaitu F1 KB jantan dan F1 BK jantan tidak berbeda nyata, demikian halnya konversi pakan F1 KB betina tidak berbeda terhadap BK betina. Hal ini dikarenakan bobot badan antara ayam KB jantan dengan BK jantan dan KB betina dengan BK betina tidak berbeda sehingga pakan yang dikonsumsipun juga tidak berbeda. Menurut Amrullah (2003), konversi ransum dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu kualitas ransum, teknik pemberian pakan, dan komposisi ransum.

F1 KB jantan mempunyai konversi yang lebih rendah dibandingkan F1 KB betina walaupun selama pemeliharaan tidak berbeda nyata, demikian halnya konversi ayam BK jantan lebih rendah dibandingkan ayam BK betina. North dan Bell (1990) menyatakan ayam jantan lebih efisien dalam mengubah pakan menjadi daging karena mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan betina.

Jika dibandingkan dengan ayam kampung, konversi ransum ayam kampung sebesar 4.78 selama 10 minggu (Darwati 2001) lebih tinggi dibandingkan dengan F1 KB maupun BK yang mempunyai konversi ransum kurang dari 3 dengan komposisi pakan yang sama, tetapi F1 KB dan BK mempunyai konversi ransum yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras pedaging menurut Sinurat et al. (2006) bahwa konversi ransum dibawah 2.

Mortalitas

Persentase mortalitas ayam BK (9.1%) lebih tinggi dibandingkan ayam KB (7.5%), pada umur 1-4 minggu. Ayam KB dan BK umur 1-4 minggu masih tergolong ayam yang masih muda dan kecil sehingga rawan terhadap serangan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ko nv er si Minggu ke-KB Jantan BK Jantan KB Betina BK Betina

(23)

11 penyakit. Penyakit yang sering menyerang ternak disebabkan oleh cekaman (stres), defisiensi makanan, parasit, protozoa, bakteri, virus, dan cendawan (Suprijatna et al. 2005).

Jumlah kematian ayam BK (2 ekor) lebih sedikit dibandingkan ayam KB (6 ekor) tetapi jumlah ternak yang dipelihara ayam BK (22 ekor) lebih sedikit dibandingkan ayam KB (80 ekor) pada umur 1-4 minggu. Jumlah ayam yang dipelihara akan sangat mempengaruhi persentase mortalitas. Jumlah ayam yang sedikit akan meningkatkan persentase mortalitas jika terjadi kematian. Persentase mortalitas ayam KB dan BK minggu 1-4 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Persentase mortalitas F1 KB dan BK pada umur 1-4 minggu

Minggu ke- Mortalitas

KB BK Ekor 1 2 1 2 1 - 3 1 1 4 2 - % mortalitas (n populasi) 7.5% (80) 9.1% (22)

Mortalitas ayam BK jantan (10%) lebih tinggi dibandingkan ayam KB jantan (2.5%), sedangkan mortalitas ayam BK betina (10%) lebih tinggi dibandingkan ayam KB betina (8.8%), pada umur 5-12 minggu. Mortalitas F1 KB jantan, F1 KB betina, F1 BK jantan, dan F1 BK betina, pada umur 5-12 minggu lebih tinggi dibandingkan penelitian Rivai (2001) bahwa mortalitas F1 dari perkawinan kampung × kampung sebesar 0.53% pada umur yang sama. Persentase mortalitas F1 umur 5-12 minggu disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Persentase mortalitas F1 KB dan BK pada umur 5-12 minggu

Minggu ke- KB Jantan KB Betina Mortalitas BK Jantan BK Betina

Ekor 5 - - - 1 6 - - - - 7 - 1 - - 8 - 1 - - 9 - 1 - - 10 1 - 1 - 11 - - - - 12 - - - - % mortalitas (n populasi) 2.5% (40) 8.8% (34) 10% (10) 10% (10)

Mortalitas ayam KB jantan lebih rendah dibandingkan ayam BK jantan, sedangkan mortalitas ayam KB betina lebih tinggi dibandingkan ayam BK betina pada minggu 5-12. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas yaitu bobot badan, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan, dan kandang (North dan Bell 1990). Gambar ayam mati pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

(24)

12

(A) ayam KB (B) ayam BK

Gambar 5 Ayam yang mati pada penelitian (A) ayam KB, (B) ayam BK Jumlah mortalitas pada minggu 1-4 lebih tinggi dibandingkan jumlah mortalitas pada minggu 5-12 dari F1 KB dan BK dikarenakan anak ayam tidak memperoleh panas yang cukup dari lampu indukan dan sistem imunitas anak ayam masih kurang baik. Menurut Mulyantini (2010) anak ayam tidak bisa mengatur dan mempertahankan suhu tubuhnya secara konstan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pertumbuhan ayam KB jantan dengan BK jantan dan KB betina dengan BK betina sama pada umur 0-12 minggu. Ayam jantan mempunyai performa pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan ayam betina pada ayam KB dan BK pada umur 0-12 minggu. Mortalitas tertinggi pada minggu ke 1-4 dan menurun pada minggu 5-12. Persilangan resiprokal ayam ras pedaging (broiler breeder) dengan kampung mampu meningkatkan kualitas genetik ayam kampung.

Saran

Perlu dilakukan metode persilangan inseminasi buatan agar dapat meningkatkan jumlah anak ayam persilangan BK. Selain itu perlu dilakukan penggunaan kandang individu untuk memperoleh data performa produksi yang akurat dari setiap individu ayam.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam broiler. Ed ke-1. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunungbudi.

Brody S. 1945. Bioenergetic and Growth with Special Reference to The

Efficiency Complex in Domestic Animals. New York (US): Hafner Pr

Darwati S, Martojo H. 2001. Pertumbuhan persilangan pelung x kampung pada pemeliharaan intensif. Med Pet. 24:8-11

(25)

13 Davies HL. 1982. A Course Manual in Nutrition and Growth. Melbourne (AU):

AUIDP.

Badan Standardisasi Nasional. 2013. Pakan Ayam Kampung. SNI 7783-2013. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

Ensminger ME. 2004. Poultry Science. Ed ke-4. New Jersey (US): Pearson Education Inc.

Hasnelly Z, Kuntoro AN. 2006. Pengaruh perbaikan kualitas dan waktu pemberian pakan terhadap pertumbuhan ayam merawang. Prosiding

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bangka Belitung

(ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Herren R. 2000. The Science of Animal Agriculture. Ed ke-2. USA (US): Delmar Publisher

Kurnia Y. 2011. Morfometrik ayam sentul, kampung, dan kedu pada fase pertumbuhan dari umur 1-12 minggu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Leeson S, Summers JD. 2001. Nutrition of the Chicken. Ed ke-4. Canada (CAN): University Brooks.

Lesson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. Ed ke-3. Ontario (US): Nottingham University Pr.

Mulyantini NGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Muir WM. 2003. Incorporating molecular information in breeding programs,

applications and limitations. In : Muir WM, Aggrey S (Ed.). Poultry

Breeding and Biotechnology. Cambridge (AU): CABI Pr Noor RR. 2008. Genetika Ternak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Ed ke-4. London (GB): Chapman and Hall.

Supriadi H, Zainuddin D, Guntoro. 2001. Analisis pemanfaatan limbah dapur dan restoran untuk ransum ayam buras ditingkat petani. Pros. Seminar

Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian dalam upaya Optimalisasi Potensi Wilayah Mendukung Otonomi Daerah. Bali (ID): Puslitbang Sosial

Ekonomi bekerjasama dengan Universitas Udayana Denpasar

Rivai F. 2001. Pertumbuhan ayam kampung, pelung, dan persilangan pelung kampung keturunan pertama (F1) umur 5-12 minggu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sinurat AP, Purwadaria T, Bintang IAK, Pasaribu T. 2006. Evaluation on the nutritive values of solid heavy phase to replace corn in broilers diet. JITV. 11(3): 167-174.

Suprijatna E, Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): UGM Pr

(26)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Performa ayam penelitian pada umur 12 minggu (A) ayam KB ♂ dan kampung ♂, (B) ayam kampung ♀ dan KB ♀, (C) ayam kampung ♀ dan BK ♀, (D) ayam BK ♀ dan KB ♀, (E) ayam BK ♂ dan KB ♂

(A) KB ♂ dan kampung ♂ (B) kampung ♀ dan KB ♀

(C) kampung ♀ dan BK ♀

(27)

15 Lampiran 2 Rata-rata dan simpangan baku konsumsi pakan F1 KB dan BK

Minggu ke-

Konsumsi Pakan (g ekor-1 hari-1) P-Value

KB Jantan BK Jantan KB Betina BK Betina KB ♂-BK ♂ KB ♀-BK ♀ KB ♂-KB ♀ BK ♂-BK ♀ 1 9 ± 2.2 9 ± 2.5 9 ± 3.0 9 ± 2.9 0.960 0.840 0.631 0.874 2 19 ± 1.6 19 ± 1.7 19 ± 3.5 19 ± 0.9 0.868 0.649 0.530 0.725 3 30 ± 4.5 29 ± 5.2 27 ± 8.5 32 ± 1.5 0.908 0.393 0.779 0.680 4 40 ± 4.7 41 ± 5.4 37 ± 11.1 40 ± 2.9 0.963 0.648 0.636 0.920 5 55 ± 11.5 56 ± 7.5 48 ± 12.1 43 ± 21.4 0.824 0.744 0.410 0.401 6 68 ± 13.2 73 ± 18.5 62 ± 10.3 57 ± 12.1 0.674 0.631 0.430 0.236 7 79 ± 17.7 78 ± 14.6 70 ± 7.7 66 ± 10.7 0.930 0.619 0.340 0.266 8 94 ± 10.4 93 ± 9.0 77 ± 10.4 76 ± 6.7 0.885 0.874 0.060 0.045 9 104 ± 11.0 101 ± 10.4 91 ± 9.9 84 ± 5.1 0.686 0.327 0.102 0.047 10 115 ± 9.9 117 ± 3.6 92 ± 6.3 86 ± 5.3 0.637 0.282 0.006 0.003 11 117 ± 12.2 125 ± 6.1 102 ± 5.1 97 ± 4.2 0.234 0.219 0.049 0.002 12 131 ± 5.1 138 ± 15.8 114 ± 9.2 107 ± 5.0 0.398 0.269 0.030 0.029 Total 1-12 6035 ± 367 6174 ± 373 5225 ± 377 5018 ± 759 0.595 0.502 0.018 0.014

Lampiran 3 Rata-rata dan simpangan baku konversi pakan F1 KB dan BK Minggu

ke-

Konversi Pakan P-Value

KB Jantan BK Jantan KB Betina BK Betina KB ♂-BK ♂ KB ♀-BK ♀ KB ♂-KB ♀ BK ♂-BK ♀ 1 1.39 ± 0.67 1.39 ± 0.62 1.59 ± 0.77 1.49 ± 0.46 0.985 0.630 0.235 0.716 2 1.60 ± 0.55 1.53 ± 0.49 1.63 ± 0.52 1.79 ± 0.64 0.831 0.495 0.841 0.490 3 1.93 ± 0.25 1.76 ± 0.72 1.97 ± 0.68 2.09 ± 0.57 0.595 0.614 0.840 0.292 4 2.09 ± 0.96 2.07 ± 0.80 2.41 ± 0.76 2.19 ± 0.94 0.940 0.510 0.126 0.774 5 2.19 ± 0.73 2.18 ± 0.74 2.42 ± 0.79 2.23 ± 0.93 0.976 0.696 0.218 0.918 6 2.39 ± 0.65 2.20 ± 0.35 2.50 ± 0.82 2.28 ± 0.35 0.548 0.295 0.584 0.482 7 2.75 ± 0.95 2.77 ± 1.10 2.86 ± 0.82 3.03 ± 1.13 0.954 0.720 0.570 0.637 8 2.81 ± 1.26 2.96 ± 0.81 3.10 ± 0.79 3.17 ± 0.76 0.694 0.815 0.271 0.578 9 2.94 ± 1.37 3.11 ± 0.87 3.26 ± 1.10 3.25 ± 0.82 0.685 0.978 0.301 0.747 10 3.30 ± 1.47 3.20 ± 1.16 3.42 ± 1.51 3.58 ± 1.05 0.859 0.747 0.750 0.552 11 3.53 ± 1.75 3.42 ± 0.97 3.68 ± 1.63 3.60 ± 1.02 0.630 0.863 0.859 0.714 12 3.73 ± 1.35 3.82 ± 1.15 4.39 ± 1.44 4.26 ± 2.39 0.847 0.908 0.086 0.695 1-12 2.67 ± 0.77 2.67 ± 0.33 2.97 ± 0.48 2.91 ± 0.56 0.541 0.471 0.053 0.304

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Desember 1991 di Pasuruan, Jawa Timur. Penulis adalah anak kedua dari 4 bersaudara pasangan Bapak Mulyadi dan Ibu Wahju. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1998 di SDN Margomulyo 1 Ngawi, melanjutkan ke SMPN 2 Ngawi (2004) dan SMAN 2 Ngawi (2007). Penulis diterima di IPB pada tahun 2010 melalui jalur UTM dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.

Penulis aktif dalam berbagai organisasi selama menjadi mahasiswa, diantaranya ketua organisasi daerah (2011-2012), anggota kepengurusan FAMM AL-ANAM (2012-2013), ketua RT gedung C3 lorong 2 asrama TPB, pendiri Forsmawi Bogor, pendiri Forsmawi Indonesia. Penulis pernah menjadi ketua panitia SQSP (seminar Qur’an dan sains peternakan) nasional tahun 2012, ketua acara Fapet Berkurban tahun 2012. Penulis juga terlibat sebagai menjadi asisten praktikum mata kuliah Genetika Ternak pada tahun 2014. Dalam bidang olahraga, penulis pernah mewakili IPB dalam kejuaraan catur SO NICE nasional dan menjadi juara 1 lomba catur Dekan Cup yang diselenggarakan Fakultas Peternakan pada tahun 2010.

Gambar

Tabel 1  Jumlah, bobot, dan koefisien keragaman indukan ayam   Persilangan  Indukan  Jumlah (ekor)  Bobot rata-rata (g)  Koefisien
Gambar 1  Grafik rataan konsumsi pakan ayam KB dan BK
Gambar 2  Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♂ optimal, KB ♂, kampung ♂;
Tabel 4  Rataan dan simpangan baku pertambahan bobot badan F1 KB dan BK  setiap minggu
+3

Referensi

Dokumen terkait

keinginan, kemauan, kesukaan dan kegemaran dalam memberi dan meminta informasi sesuai dengan konteks penggunaannya, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur

Hasil penelitian Agus Sartono dan Mishabul Munir menyimpulkan bahwa rata-rata PER untuk tujuh industri yang berbeda adalah tidak sama; pertumbuhan laba, ROA, Devidend Payout

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat 20 mata kuliah yang diselenggarakan dengan e-learning oleh 7 orang dosen; (2) e-learning yang diterapkan adalah blended learning;

Alhamdulillah, rasa syukur penulis kepada Allah SWT, karena rahmat dan karunia Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis pemeliharaan peralatan dan

However, rectangular arrays of numbers occur in other contexts as well. For example, the following rectangular array with three rows and seven columns might describe the number

Selain itu spiritualitas ditempat kerja berpengaruh positif terhadap prestasi karyawan Universitas Muhammadiyah Surabaya, hal ini sesuai dengan penelitian Rego

Sedangkan tim pengabdian akan berperan dalam melakukan analisis kajian risiko yang akan menghasilan tingkat dan peta risiko untuk kelurahan, untuk memastikan kondisi secara

Berbagai upaya dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Lombok Barat untuk meningkatkan kualitas Guru atau tenaga pendidik seperti pelatihan Guru KKG/MGMP, short course