1
ANALISIS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING
DI PASAR BARU BOGOR JAWA BARAT
SKRIPSI
DIMAS RIZALDI A14105664
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
2 RINGKASAN
DIMAS RIZALDI. Analisis Usaha Pemasaran Ayam Ras Pedaging Di Pasar Baru Bogor Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
DWI RACHMINA).
Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung meningkat. Hal ini digambakan berdasakan perilaku pertumbuhan penduduk dengan konsumsi daging ayam ras. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2004-2007 mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 2,28 persen per tahun diikuti dengan kenaikan konsumsi daging ayam sebesar 6,10 persen per tahun. Pada masa yang akan datang fenomena pertumbuhan populasi penduduk diperkirakan akan semakin tinggi, hal ini diikuti dengan peningkatan kebutuhan pangan. Hal ini menjelaskan bahwa potensi pemasaran daging ayam akan semakin tinggi, khususnya daging ayam ras pedaging.
Secara umum lembaga-lembaga yang berperan dalam pemasaran komoditi ayam ras pedaging terdiri dari beberapa lembaga yang berperan mulai dari hulu ke hilir yaitu: produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Keterlibatan dari setiap lembaga yang ada dalam pemasaran ayam ras pedaging merupakan dampak dari keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk. Hal ini menggambarkan setiap lembaga memiliki keterbatasan sehingga diperlukan peranan lembaga lainnya.
Komoditi ayam ras dari produsen hingga ke konsumen akhir melalui beberapa lembaga. Setiap lembaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda untuk meningkatkan nilai jual komoditi ayam ras pedaging. Perbedaan harga yang diterima oleh setiap lembaga merupakan bagian dari marjin pemasaran, semakin banyak lembaga yang berperan maka marjin yang diterima oleh setiap lembaga semakin rendah. Pada aspek pemasaran harga jual suatu produk terdiri dari dua komponen antara lain: biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Pemasaran ayam ras pedaging dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain harga dan biaya pemasaran. Pada umumnya harga dari setiap produk berfluktuasi karena adanya persaingan harga diantara produk-produk yang dipasarkan pada suatu harga yang terbentuk. Pada pemasaran ayam broiler harga yang diterima pedagang masih jauh lebih rendah dari harga yang dibayarkan kepada peternak. Harga yang diterima pedagang ayam broiler pada kondisi nomal adalah Rp 5.000 perkilogram.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah antara lain: 1) mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga, 2) menganalisis marjin pemasaran pedagang ayam pedaging di pasar Bogor, dan 3) menganalisis keuntungan pedagang ayam ras pedaging di pasar Bogor.
3
pedagang ayam pedaging yang terbagi menjadi dua karakteristik, yaitu pedagang besar sebanyak delapan orang dan pedagang kecil sebanyak 22 orang. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Volume rata-rata penjualan pedagang sebanyak 505 ekor atau seberat 757,5 kg perharinya, dengan pembagian penjualan rata rata sebanyak 173 ekor atau seberat 259,5 kg (34,26%) di jual kepada pedagang kecil, 35 ekor dengan berat 52,5 kg (6,93) di jual kepada pedagang pengecer, dan sisanya sebanyak 297 ekor atau seberat 445,5 kg (58,81%) langsung di jual kepada konsumen dengan harga Rp 20.660,-/kg. Pedagang kecil menjual karkas kepada konsumen dengan harga Rp 22.300,-/kg, sedangkan pedagang pengecer menjual karkas dengan harga Rp 23.000,-/kg.
Penelitian menunjukkan ada tiga pola saluran pemasaran ayam ras pedaging yang terbentuk, yaitu: 1) peternak pedagang besar pedagang kecil
konsumen, 2) peternak pedagang besar pedagang pengecer
konsumen, 3) peternak pedagang besar konsumen. Pada saluran 1, total marjin sebesar Rp 10.130,-/kg dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 4.944,-/kg. Pola saluran 2, total marjin sebesar Rp 10.830,-/kg dengan total biaya pemasaran yang ditanggung sebesar Rp 5.469,-/kg.Sedangkan pada pola saluran 3, total marjin sebesar Rp 8.490,-/kg dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 4.136,-/kg.
Biaya yang dikeluarkan pedagang besar dan pedagang kecil terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh pedagang besar sebesar Rp 310.844.650,-/bulan atau sebesar 99,55 persen dari biaya total yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan, sedangkan biaya tetap hanya sebesar Rp 1.400.000-/bulan atau sebesar 0,45 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan ayam ras pedaging. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan oleh pedagang kecil sebesar Rp 36.837.420,- perbulan atau sebesar 99,46 persen dari biaya total yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan, dan biaya tetap sebesar Rp 200.340,-/bulan atau sebesar 0,54 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan ayam ras pedaging.
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) dalam kegiatan pemasaran ayam ras pedaging, melibatkan beberapa lembaga pemasaran dalam penyampaian komoditi ayam ras pedaging dari produsen hingga konsumen akhir, diantaranya: pedagang besar, pedagang kecil dan pengecer. Setiap lembaga cukup berbeda dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, 2) Total marjin pemasaran yang diperoleh pada saluran pertama sebesar Rp 10.130,- terdiri dari marjin pedagang besar sebesar Rp 3.045,- dan pedagang kecil sebesar Rp 7.085,-. Total marjin saluran kedua sebesar Rp 10.830,- terdiri dari marjin pedagang sebesar Rp 7.105,- dan pedagang pengecer sebesar Rp 3.725,- dan total marjin saluran ketiga sebesar Rp 8.490,- untuk pedagang besar.
4
ANALISIS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING
DI PASAR BARU BOGOR JAWA BARAT
DIMAS RIZALDI A14105664
Skripsi ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
5
Judul : Analisis Usaha Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor
Jawa Barat
Nama : Dimas Rizaldi
Nrp : A14105664
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Dwi Rachmina, MS
NIP. 19631227 199003 2 001
Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr
NIP. 19571222 198203 1 002
6 PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Usaha
Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor Jawa Barat” adalah karya
sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
7 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Februari 1981. Penulis adalah
anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Alizar Abbas dan Ibunda
Hj. Armainas.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 05 Pagi, Jakarta Timur
pada tahun 1994. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke
SMPN 52, Jakarta Timur dan tamat pada tahun 1997. Pada tahun 1997 sampai
tahun 2000, penulis meneruskan pendidikan di SMUN 53, Jakarta Timur. Pada
tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dan
diterima pada Program Studi Diploma III Agribisnis Peternakan Departemen
Sosial Ekonomi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan lulus pada tahun
2005. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menempuh pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis, penulis bekerja di beberapa perusahaan swasta, diantaranya : PT.
Mandala Multi Finance kantor Cabang Bogor pada tahun 2006-2007 dan Bank
8 KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah S.W.T atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah dicurahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Analisis Usaha Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru
Bogor Jawa Barat”. Skripsi ini diajukan sebagai syarat penyelesaian pendidikan
pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Skripsi ini memuat serangkaian informasi dan analisis mengenai
keuntungan dan lembaga pemasaran yang terlibat dan fungsi-fungsi pemasaran
yang dilaksanakan pada usaha pemasaran ayam ras pedaging di pasar baru Bogor.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai
pihak yang berkepentingan, terutama peternak, pedagang, Dinas Peternakan, dan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Penelitian ini juga
diharapkan dapat bermanfaat sebagai rujukan serta informasi untuk dijadikan
bahan referensi dalam melaksanakan studi lanjutan.
9 UCAPAN TERIMA KASIH
Selama melakukan persiapan hingga terselesaikannya kegiatan penelitian
dan penulisan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan baik moril maupun
materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Dwi Rachmina, M.S selaku dosen pembimbing yang secara tulus dan
bijaksana telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan
bimbingan dan pengarahan sejak perencanaan penulisan proposal, pelaksanaan
penelitian hingga penulisan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir. Narni
Farmayanti, M.Sc selaku dosen komisi akademik atas kritik dan sarannya pada
saat sidang, guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Ir. Ratna Winandi, M.S selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang
telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan proposal sehingga penulis
dapat mengumpulkan data dengan baik guna penulisan skripsi.
4. Bapak Adang, Bapak Idris dan Bapak Misbah serta seluruh pegawai Dinas
Pengelolaan pasar Baru Bogor yang telah membantu dan memberikan
informasi yang diperlukan serta mengizinkan penulis melakukan Penelitian di
Baru Bogor.
5. Pedagang ayam ras di pasar Baru Bogor yang telah bersedia menjadi responden
atas segala bantuan serta informasi-informasi yang diperlukan oleh penulis.
6. Bapak Alizar Abbas dan Ibunda Armainas selaku orang tua dan kakak-kakakku
yang tercinta telah banyak memberikan bantuan, dukungan, perhatian dan
kasih sayang serta doa sejak perencanaan penulisan, pelaksanaan penelitian
hingga penulisan skripsi ini.
7. Seluruh staf Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah
10
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
1
ANALISIS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING
DI PASAR BARU BOGOR JAWA BARAT
SKRIPSI
DIMAS RIZALDI A14105664
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
2 RINGKASAN
DIMAS RIZALDI. Analisis Usaha Pemasaran Ayam Ras Pedaging Di Pasar Baru Bogor Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
DWI RACHMINA).
Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung meningkat. Hal ini digambakan berdasakan perilaku pertumbuhan penduduk dengan konsumsi daging ayam ras. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2004-2007 mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 2,28 persen per tahun diikuti dengan kenaikan konsumsi daging ayam sebesar 6,10 persen per tahun. Pada masa yang akan datang fenomena pertumbuhan populasi penduduk diperkirakan akan semakin tinggi, hal ini diikuti dengan peningkatan kebutuhan pangan. Hal ini menjelaskan bahwa potensi pemasaran daging ayam akan semakin tinggi, khususnya daging ayam ras pedaging.
Secara umum lembaga-lembaga yang berperan dalam pemasaran komoditi ayam ras pedaging terdiri dari beberapa lembaga yang berperan mulai dari hulu ke hilir yaitu: produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Keterlibatan dari setiap lembaga yang ada dalam pemasaran ayam ras pedaging merupakan dampak dari keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk. Hal ini menggambarkan setiap lembaga memiliki keterbatasan sehingga diperlukan peranan lembaga lainnya.
Komoditi ayam ras dari produsen hingga ke konsumen akhir melalui beberapa lembaga. Setiap lembaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda untuk meningkatkan nilai jual komoditi ayam ras pedaging. Perbedaan harga yang diterima oleh setiap lembaga merupakan bagian dari marjin pemasaran, semakin banyak lembaga yang berperan maka marjin yang diterima oleh setiap lembaga semakin rendah. Pada aspek pemasaran harga jual suatu produk terdiri dari dua komponen antara lain: biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Pemasaran ayam ras pedaging dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain harga dan biaya pemasaran. Pada umumnya harga dari setiap produk berfluktuasi karena adanya persaingan harga diantara produk-produk yang dipasarkan pada suatu harga yang terbentuk. Pada pemasaran ayam broiler harga yang diterima pedagang masih jauh lebih rendah dari harga yang dibayarkan kepada peternak. Harga yang diterima pedagang ayam broiler pada kondisi nomal adalah Rp 5.000 perkilogram.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah antara lain: 1) mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga, 2) menganalisis marjin pemasaran pedagang ayam pedaging di pasar Bogor, dan 3) menganalisis keuntungan pedagang ayam ras pedaging di pasar Bogor.
3
pedagang ayam pedaging yang terbagi menjadi dua karakteristik, yaitu pedagang besar sebanyak delapan orang dan pedagang kecil sebanyak 22 orang. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Volume rata-rata penjualan pedagang sebanyak 505 ekor atau seberat 757,5 kg perharinya, dengan pembagian penjualan rata rata sebanyak 173 ekor atau seberat 259,5 kg (34,26%) di jual kepada pedagang kecil, 35 ekor dengan berat 52,5 kg (6,93) di jual kepada pedagang pengecer, dan sisanya sebanyak 297 ekor atau seberat 445,5 kg (58,81%) langsung di jual kepada konsumen dengan harga Rp 20.660,-/kg. Pedagang kecil menjual karkas kepada konsumen dengan harga Rp 22.300,-/kg, sedangkan pedagang pengecer menjual karkas dengan harga Rp 23.000,-/kg.
Penelitian menunjukkan ada tiga pola saluran pemasaran ayam ras pedaging yang terbentuk, yaitu: 1) peternak pedagang besar pedagang kecil
konsumen, 2) peternak pedagang besar pedagang pengecer
konsumen, 3) peternak pedagang besar konsumen. Pada saluran 1, total marjin sebesar Rp 10.130,-/kg dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 4.944,-/kg. Pola saluran 2, total marjin sebesar Rp 10.830,-/kg dengan total biaya pemasaran yang ditanggung sebesar Rp 5.469,-/kg.Sedangkan pada pola saluran 3, total marjin sebesar Rp 8.490,-/kg dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 4.136,-/kg.
Biaya yang dikeluarkan pedagang besar dan pedagang kecil terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh pedagang besar sebesar Rp 310.844.650,-/bulan atau sebesar 99,55 persen dari biaya total yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan, sedangkan biaya tetap hanya sebesar Rp 1.400.000-/bulan atau sebesar 0,45 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan ayam ras pedaging. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan oleh pedagang kecil sebesar Rp 36.837.420,- perbulan atau sebesar 99,46 persen dari biaya total yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan, dan biaya tetap sebesar Rp 200.340,-/bulan atau sebesar 0,54 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan ayam ras pedaging.
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) dalam kegiatan pemasaran ayam ras pedaging, melibatkan beberapa lembaga pemasaran dalam penyampaian komoditi ayam ras pedaging dari produsen hingga konsumen akhir, diantaranya: pedagang besar, pedagang kecil dan pengecer. Setiap lembaga cukup berbeda dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, 2) Total marjin pemasaran yang diperoleh pada saluran pertama sebesar Rp 10.130,- terdiri dari marjin pedagang besar sebesar Rp 3.045,- dan pedagang kecil sebesar Rp 7.085,-. Total marjin saluran kedua sebesar Rp 10.830,- terdiri dari marjin pedagang sebesar Rp 7.105,- dan pedagang pengecer sebesar Rp 3.725,- dan total marjin saluran ketiga sebesar Rp 8.490,- untuk pedagang besar.
4
ANALISIS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING
DI PASAR BARU BOGOR JAWA BARAT
DIMAS RIZALDI A14105664
Skripsi ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
5
Judul : Analisis Usaha Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor
Jawa Barat
Nama : Dimas Rizaldi
Nrp : A14105664
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Dwi Rachmina, MS
NIP. 19631227 199003 2 001
Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr
NIP. 19571222 198203 1 002
6 PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Usaha
Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor Jawa Barat” adalah karya
sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
7 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Februari 1981. Penulis adalah
anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Alizar Abbas dan Ibunda
Hj. Armainas.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 05 Pagi, Jakarta Timur
pada tahun 1994. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke
SMPN 52, Jakarta Timur dan tamat pada tahun 1997. Pada tahun 1997 sampai
tahun 2000, penulis meneruskan pendidikan di SMUN 53, Jakarta Timur. Pada
tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dan
diterima pada Program Studi Diploma III Agribisnis Peternakan Departemen
Sosial Ekonomi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan lulus pada tahun
2005. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menempuh pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis, penulis bekerja di beberapa perusahaan swasta, diantaranya : PT.
Mandala Multi Finance kantor Cabang Bogor pada tahun 2006-2007 dan Bank
8 KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah S.W.T atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah dicurahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Analisis Usaha Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru
Bogor Jawa Barat”. Skripsi ini diajukan sebagai syarat penyelesaian pendidikan
pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Skripsi ini memuat serangkaian informasi dan analisis mengenai
keuntungan dan lembaga pemasaran yang terlibat dan fungsi-fungsi pemasaran
yang dilaksanakan pada usaha pemasaran ayam ras pedaging di pasar baru Bogor.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai
pihak yang berkepentingan, terutama peternak, pedagang, Dinas Peternakan, dan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Penelitian ini juga
diharapkan dapat bermanfaat sebagai rujukan serta informasi untuk dijadikan
bahan referensi dalam melaksanakan studi lanjutan.
9 UCAPAN TERIMA KASIH
Selama melakukan persiapan hingga terselesaikannya kegiatan penelitian
dan penulisan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan baik moril maupun
materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Dwi Rachmina, M.S selaku dosen pembimbing yang secara tulus dan
bijaksana telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan
bimbingan dan pengarahan sejak perencanaan penulisan proposal, pelaksanaan
penelitian hingga penulisan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir. Narni
Farmayanti, M.Sc selaku dosen komisi akademik atas kritik dan sarannya pada
saat sidang, guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Ir. Ratna Winandi, M.S selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang
telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan proposal sehingga penulis
dapat mengumpulkan data dengan baik guna penulisan skripsi.
4. Bapak Adang, Bapak Idris dan Bapak Misbah serta seluruh pegawai Dinas
Pengelolaan pasar Baru Bogor yang telah membantu dan memberikan
informasi yang diperlukan serta mengizinkan penulis melakukan Penelitian di
Baru Bogor.
5. Pedagang ayam ras di pasar Baru Bogor yang telah bersedia menjadi responden
atas segala bantuan serta informasi-informasi yang diperlukan oleh penulis.
6. Bapak Alizar Abbas dan Ibunda Armainas selaku orang tua dan kakak-kakakku
yang tercinta telah banyak memberikan bantuan, dukungan, perhatian dan
kasih sayang serta doa sejak perencanaan penulisan, pelaksanaan penelitian
hingga penulisan skripsi ini.
7. Seluruh staf Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah
10
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
i
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 18
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
4.2. Jenis dan Sumber Data ... 21
4.3. Metode Penentuan Responden ... 21
4.4. Metode Analisis Data ... 22
4.4.1. Analisis Keuntungan Pedagang Ayam Ras Pedaging ... 22
4.4.2. Analisis Saluran dan Fungsi Pemasaran ... 23
4.4.3. Analisis Marjin Pemasaran ... 23
4.4.4. Definisi Operasional ... 24
V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1. Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor ... 26
ii VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BOGOR
6.1. Kondisi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging ... 34 6.2. Aspek Permodalan ... 35 6.2. Pemasaran Ayam Ras Pedaging ... 36 6.2.1. Lembaga Pemasaran Ayam Ras Pedaging ... 37 6.2.2. Fungsi-Fungsi Pemasaran ... 39 6.2.3. Saluran Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging ... 44 6.2.4. Marjin Pemasaran ... 46 6.2.5. Keuntungan Pedagang Besar ... 50 6.2.6. Keuntungan Pedagang Kecil ... 53
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... 56 7.2. Saran ... 57
iii DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah Penduduk dan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia Tahun
2004-2007 ... 1
2. Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2004-2007 ... 2
3. Produksi Daging di Indonesia Tahun 2006-2008 ... 3
4. Perkembangan Populasi Ayam di Kota Bogor Tahun 2005-2008 ... 4
5. Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor
Tahun 2009 Berdasarkan Tingkatan Usia ... 29
6. Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor
Tahun 2009 Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 30
7. Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor
Tahun 2009 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31
8. Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor
Tahun 2009 Berdasarkan Kepemilikan Kios ... 32
9. Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor
Tahun 2009 Berdasarkan Klasifikasi ... 34
10. Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor
Tahun 2009 Berdasarkan Pengalaman ... 35
11. Fungsi-Fungsi Lembaga Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor
Tahun 2009 ... 39
12. Harga Rata-Rata dan Marjin Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging
Pada Pola 1 dan Pola 2 ... 47
13. Harga Rata-Rata dan Marjin Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging
Pada Pola 3 ... 49
14. Penerimaan dan Biaya Rata-Rata Pedagang Besar Ayam Ras ... 51
15. Analisis Keuntungan Pedagang Besar Ayam Ras Pedaging ... 52
16. Penerimaan dan Biaya Rata-Rata Pedagang Kecil Ayam Ras ... 53
iv DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kurva Permintaan Asal dan Permintaan Turunan ... 17
2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 20
3. Struktur Organisasi UPTD Pasar Baru Bogor ... 27
v DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Komposisi Kandungan Nutrisi Daging Ayam per 100 g Daging Ayam .. 60
2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia pada Sektor Pertanian
Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 1990-2005 ... 61
3. Harga Beli dan Harga Jual Rata-Rata Pedagang ... 62
4. Perincian Biaya Rata-Rata Pedagang Besar per Hari ... 63
5. Perincian Biaya Rata-Rata Pedagang Kecil per Hari ... 64
6. Proses Perubahan Fisik Ayam Ras Pedaging ... 65
7. Peralatan yang Digunakan Pedagang Ayam Ras Pedaging ... 66
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi
serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler)
secara nasional cenderung meningkat. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia
tahun 2004-2007 mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 2,28 persen per
tahun diikuti dengan kenaikan konsumsi daging ayam sebesar 6,10 persen per
tahun (Tabel 1). Pencapaian kecukupan kebutuhan nutrisi terutama protein hewani
pada masyarakat akan lebih efisien apabila dilakukan dengan meningkatkan
konsumsi pangan yang bersumber dari komoditi peternakan khususnya daging
ayam ras (broiler). Daging ayam ras mengandung komposisi nilai gizi yang baik
dan sebagai sumber bahan makanan yang mengandung protein hewani. Daging
ayam ras juga mengandung vitamin-vitamin yang sangat diperlukan bagi
kesehatan dan pertumbuhan manusia (komposisi kandungan nutrisi daging ayam
per 100 g disajikan pada Lampiran 1). Disisi lain yang menyebabkan peningkatan
permintaan daging ayam ras pedaging dikarenakan harga daging ayam ras dapat
dijangkau oleh konsumen dengan taraf ekonomi menengah sampai taraf ekonomi
atas.
Laju Pertumbuhan (%/tahun) 2,28 6,10
Sumber:Direktorat Jenderal Peternakan, 2009
Selain peranan daging ayam ras terhadap penyediaan kebutuhan bahan
pangan hewani, hal lain yang menjadi dasar pertimbangan penting untuk memicu
perkembangan subsektor peternakan adalah sumbangan pada Produk Domestik
Bruto (PDB). Mulai pada tahun 1990 sampai dengan krisis ekonomi yang terjadi
pada tahun 1997, industri peternakan khususnya ayam ras dan penggemukan sapi
2
meningkat hanya dengan rata-rata sebesar 6,67 persen. Salah satu penyebabnya
adalah ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor (bahan baku pakan,
bibit) dan teknologi impor (obat-obatan). Situasi yang berbeda terjadi pada tahun
1998-2005 (Lampiran 2), bahwa pertumbuhan PDB subsektor peternakan
meningkat lebih tinggi dengan rata-rata sebesar 9,87 persen/tahun.
Laju pertumbuhan PDB dari subsektor peternakan (Lampiran 2) berada
pada urutan ketiga tertinggi setelah subsektor perikanan (12,83 persen) dan
perkebunan (10,10 persen). Laju pertumbuhan PDB subsektor peternakan
meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan subsektor tanaman
pangan (9,47 persen) dan subsektor kehutanan (5,28). Pertumbuhan yang
meningkat dengan pesat pada subsektor peternakan disebabkan sudah
berkembangnya industri peternakan, terutama ayam ras dan sapi potong. Dengan
demikian, industri dua komoditas (ayam ras dan penggemukan sapi potong)
tersebut berpotensi dijadikan sebagai salah satu sumber baru untuk pertumbuhan
perekonomian nasional dari sektor pertanian.
Jumlah populasi ayam ras pedaging cenderung mengalami peningkatan
sebesar 4,55 persen per tahun pada tahun 2004-2007. Peningkatan pada populasi
ayam ras pedaging lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah
populasi sapi perah, sapi potong,kerbau, kambing dan domba (Tabel 2).
Tabel 2. Populasi Ternak di Indonesia pada Tahun 2004-2007
Jenis Ternak Tahun
Sapi perah (ekor) 11.137.000 11.998.000 10.504.000 10.762.000 -0,84
Kerbau (ekor) 2.333.000 2.403.000 2.459.000 2.572.000 2,56
Kambing (ekor) 12.464.000 12.549.000 11.722.000 13.442.000 1,96
Domba (ekor) 7.401.000 7.641.000 9.811.000 8.246.000 2,85
Ayam ras pedaging (ekor) 778.969.843 811.188.684 797.527.446 920.851.120 4,55
Sumber:Direktorat Jenderal Peternakan, 2009
Tahun 2006 populasi ayam ras pedaging mengalami penurunan, hal ini
terjadi akibat wabah virus flu burung (H5N1) menyerang ternak unggas di
Indonesia. Pada tahun 2007 serangan virus flu burung telah mulai dapat dicegah,
sehingga jumlah populasi ayam ras pedaging di Indonesia mengalami
3
kepercayaan masyarakat atas informasi yang diberikan pihak terkait yaitu Dinas
Peternakan, bahwa virus flu burung dapat dihindari dengan melakukan
pemusnahan terhadap ayam yang terkena virus, sedangkan bagi ayam yang tidak
terkena virus harus dipisahkan.
Produksi total daging di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 2.169,8 ton,
terdiri dari daging sapi, kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras
pedaging dan daging lainnya sebesar 91,1 ribu ton (Tabel 3). Sedangkan produksi
daging terbesar di sumbang oleh ayam ras pedaging (42,33 persen), sapi dan
kerbau (21,38 persen), babi (9,16 persen), dan ayam buras (16,08 persen).
Produksi daging di Indonesia pada tahun 2006-2008 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Daging di Indonesia pada Tahun 2006-2008
Jenis
Laju pertumbuhan produksi daging ayam ras pedaging pada tahun
2006-2008 sebesar 5,96 persen. Kontribusi ayam ras pedaging terhadap produksi total
daging di Indonesia sejak tahun 2006-2008 selalu lebih besar. Produksi ayam ras
pedaging pada tahun 2006 sebesar 44,54 persen dan tahun 2007 sebesar 43,53
persen. Produksi daging ayam ras pedaging yang cukup besar menggambarkan
bahwa terdapat pertumbuhan ketersediaan pasar dan tingkat konsumsi terhadap
komoditas daging ayam ras pedaging.
Menanggapi hal tersebut, peningkatan efisiensi ekonomi dalam kegiatan
pengadaan daging ayam ras merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi supaya
dapat bersaing dengan daging lainnya. Sesuai dengan fenomena pertumbuhan
populasi penduduk Indonesia, yang merupakan salah satu potensi sumber daya
pendukung pertumbuhan agibisnis peternakan ayam ras pedaging serta
peranannya terhadap pendapatan nasional, maka sangat penting untuk
4 1.2 Perumusan Masalah
Pada masa yang akan datang populasi penduduk Indonesia diperkirakan
mengalami pertumbuhan, hal ini diikuti dengan kebutuhan pangannya. Disi lain
telah tejadi perubahan pola konsumsi pangan akibat dari kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya konsumsi pangan bergizi. Fenomena ini akan menyebabkan
kenaikan permintaan terhadap daging, khususnya daging ayam ras pedaging. Hal
tersebut menjelaskan bahwa potensi pasar daging ayam ras pedaging diperkirakan
terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun yang akan datang.
Menanggapi permasalahan tersebut maka salah satu kajian penting yang
perlu dilakukan adalah kajian mengenai aspek pemasaran komoditi ayam ras
pedaging. Aspek pemasaran sangat penting karena merupakan media yang
menyebabkan suatu komoditi dapat sampai pada konsumen akhir. Hal-hal penting
mengenai pemasaran ayam ras pedaging adalah fungsi dan saluran pemarasan,
keuntungan dan margin pemasaran.
Di Kota Bogor pada kurun waktu 2005-2008 populasi ayam ras pedaging
mengalami laju pertumbuhan sebesar 16,70 persen per tahun. Perkembangan
populasi ternak ayam di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Populasi Ayam di Kota Bogor Tahun 2005-2008
Jenis Ternak Tahun
Laju Pertumbuhan
(%/tahun)
2005 2006 2007 2008
Ayam Buras 1.233.467 1.201.644 1.007.202 986.348 -5,01
Ayam Ras Petelur 3.045.200 3.533.007 3.791.836 3.933.002 7,29
Ayam Ras Pedaging 8.257.900 8.864.000 12.765.300 13.775.475 16,70
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan (2009)
Pemasaran daging ayam ras pedaging merupakan suatu kegiatan yang
melibatkan pihak-pihak yang berperan penting untuk mendistribusikan komoditi
ayam ras pedaging mulai dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Salah
satu lembaga yang berperan langsung kepada konsumen akhir adalah para
pedagang ayam ras pedaging. Pedagang menggunakan pasar sebagai media untuk
memasarkan daging ayam ras.
Jenis pasar yang ada di wilayah Kota Bogor terdiri dari pasar modern
5
terdapat tepat berada di pusat kota yaitu Pasar Baru Bogor. Letak pasar tersebut
sangat strategis, karena lokasi bersebelahan dengan Kebun Raya Bogor dan
didukung dengan akses transportasi, sehingga mudah untuk dijangkau oleh
konsumen. Sesuai dengan fungsinya maka Pasar Baru Bogor merupakan media
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli.
Komoditi yang dipasarkan di Pasar Baru Bogor terdiri dari produk-produk
hasil pertanian dan produk-produk hasil industri. Salah satu produk hasil pertanian
yang dipasarkan yaitu komoditi peternakan berupa daging ayam ras pedaging.
Tingginya permintaan terhadap daging ayam ras pedaging disebabkan harga
daging ayam ras relatif lebih murah dibandingkan dengan harga daging lainnya.
Ayam ras pedaging yang dipasarkan di Pasar Baru Bogor berasal dari peternak
dari wilayah Bogor dan Sukabumi. Produk tersebut di distribusikan melalui
lembaga-lembaga yang berperan. Lembaga tersebut antara lain pedagang
pengumpul, pemotong, pedagang besar dan pedagang pengecer. Pemasaran
disebut efisien apabila tercipta keadaan ketika pihak-pihak yang terlibat baik
produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen terpenuhi
kebutuhannya dengan adanya aktivitas pemasaran.
Secara umum lembaga-lembaga yang berperan dalam pemasaran komoditi
ayam ras pedaging terdiri dari beberapa lembaga yang berperan mulai dari hulu ke
hilir yaitu: produsen, tengkulak, pedagang besar, pedagang pengecer dan
konsumen. Keterlibatan dari setiap lembaga yang ada dalam pemasaran ayam ras
pedaging merupakan dampak dari keinginan konsumen untuk memperoleh
komoditi sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk. Hal ini menggambarkan setiap
lembaga memiliki keterbatasan sehingga diperlukan peranan lembaga lainnya.
Distribusi komoditi ayam ras mulai dari produsen hingga ke konsumen
akhir melalui beberapa lembaga. Setiap lembaga memiliki fungsi-fungsi
pemasaran yang berbeda untuk meningkatkan nilai jual komoditi ayam ras
pedaging. Perbedaan harga yang diterima oleh setiap lembaga merupakan bagian
dari marjin pemasaran, semakin banyak lembaga yang berperan maka marjin yang
diterima oleh setiap lembaga semakin rendah. Permintaan konsumen atas suatu
produk erat kaitannya dengan harga produk tersebut. Pada aspek pemasaran harga
6
keuntungan pemasaran. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dibebankan
terhadap pedagang, biaya tersebut meliputi biaya: transportasi, pembelian produk,
sewa tempat dan biaya lain-lain. Biaya transportasi merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang atas jasa pengangkutan yang telah diterima pedagang
tersebut. Besaran biaya transportasi yang dikeluarkan tergantung pada jumlah
ayam yang dibeli dan jarak yang ditempuh dari lokasi peternak.
Keuntungan pemasaran merupakan selisih antara harga yang diterima dari
konsumen dengan harga yang dibayar kepada produsen. Jumlah biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang untuk biaya transportasi akan mempengaruhi marjin
yang diterima oleh pedagang, bahwa apabila biaya tranportasi yang dikeluarkan
pedagang semakin besar maka marjin yang diterima akan semakin kecil dan
sebaliknya. Efisiensi pemasaran adalah optimalisasi dari rasio input dan output.
Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen
akan meningkatkan efisiensi, begitupun hal sebaliknya.
Pemasaran ayam ras pedaging dihadapkan pada beberapa permasalahan
antara lain harga dan biaya pemasaran. Pada umumnya harga dari setiap produk
berfluktuasi karena adanya persaingan harga diantara produk-produk yang
dipasarkan pada suatu harga yang terbentuk. Pada pemasaran ayam broiler harga
yang diterima pedagang masih jauh lebih rendah dari harga yang dibayarkan
kepada peternak. Harga yang diterima pedagang ayam broiler pada kondisi nomal
adalah Rp 5.000 perkilogram. Harga tersebut masih harus di kurangi biaya
pemasaran, dalam hal ini biaya yang terpenting dikeluarkan adalah biaya
transportasi yang secara tunai, apabila pedagang mengambil ayam dari jarak yang
jauh maka harus mengeluarkan biaya tambahan. Dalam pengangkutan pedagang
harus menanggung resiko berupa kematian dan berkurangnya bobot ayam karena
peternak tidak menetapkan ukuran standar ayam yang dijualnya.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi pokok permasalahan
sistem pemasaran daging ayam ras yang terjadi di Pasar Baru Bogor, maka
muncul pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pola saluran pemasaran daging ayam ras dan apa fungsi
7
2. Berapa marjin pemasaran pedagang ayam pedaging di Pasar Baru
Bogor?
3. Berapa rasio keuntungan dan biaya yang dikeluarkan pedagang daging
ayam di Pasar Baru Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah
antara lain:
1. Mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dan fungsi pemasaran yang
dilakukan oleh setiap lembaga.
2. Menganalisis marjin pemasaran pedagang ayam ras pedaging di Pasar Baru
Bogor.
3. Menganalisis keuntungan pedagang ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait,
manfaat tesebut antara lain:
1. Bagi pedagang ayam pedaging di Pasar Baru Bogor dapat mengetahui
mengenai tingkat keuntungan usahanya dan pemasarannya.
2. Bagi instansi yang mengelola Pasar Baru Bogor dalam hal ini yaitu Pengelola
Pasar Baru Bogor, DEPERINDAGKOP dapat meningkatkan upaya
pengembangan pemasaran dan pendapatan pedagang.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
perilaku pedagang dalam menjalankan usahanya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan kepada pedagang ayam ras pedaging di Pasar
Baru Bogor, bagaimana perbedaan karakteristik pedagang besar dan pedagang
kecil yang ada di Pasar Baru Bogor. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
pemasaran ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor, termasuk marjin pemasaran,
analisis keuntungan yang didapat dari kegiatan berdagang yaitu total penerimaan
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ayam Ras Pedaging (Broiler)
Menurut Priyatno (2003), ayam broiler adalah istilah yang dipakai untuk
menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik
ekonomi dengan ciri khas pertumbuhannya cepat, sebagai penghasil daging
dengan konversi pakan yang efisien, dan siap dipotong pada umur yang relatif
muda. Pada umumnya ayam pedaging (broiler) ini siap di panen pada umur
35-45 hari dengan berat antara 1,2-1,9 kg/ekor.
Suharno (1997), daging ayam merupakan salah satu jenis unggas yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Pada dasarnya ayam dibagi menjadi dua
yaitu ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur. Ayam broiler disebut sebagai
ayam pedaging dikarenakan ayam ini merupakan jenis ayam yang efisien
diternakkan untuk diambil dagingnya, sedangkan ayam petelur adalah jenis ayam
yang efisien diternakkan sebagai penghasil telur.
Menurut Amrullah (2002), bagian-bagian tubuh ayam pedaging tidak sama
rasanya satu dengan lainnya. Bagian punggung tentu lebih banyak tulangnya.
Bagian betis lebih keras karena lebih berotot. Pada umumnya konsumen lebih
menyukai untuk mengkonsumsi bagian dada karena daging pada bagian dada
lebih empuk dan lebih sedikit mengandung lemak. Pada bagian dada memiliki
komponen terbesar adalah otot sehingga besarnya dada dapat dijadikan ukuran
untuk membandingkan kualitas daging ayam. Daging ayam memiliki kandungan
kolesterol dan lemak yang lebih rendah dibandingkan daging sapi dan babi.
Menurut Rasyaf (1995), Ayam broiler sebagai ayam ras pedaging
bertumbuh sangat cepat dan mampu mengubah makanan yang ia makan menjadi
daging dengan sangat efisien. Tetapi kelebihannya itu harus ditunjang dengan
pemeliharaan yang baik, tanpa pemeliharaan yang baik daya tahan tubuhnya akan
menurun dan mudah terserang penyakit. Sedangkan menurut Amrullah (2002),
secara genetis ayam broiler mampu mengolah makanan dengan cepat begitu
makanan dikonsumsi olehnya. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini
9
broiler lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur, apalagi dimasa akhir
pemeliharaan.
Daging ayam berasal dari ayam broiler yang diternakkan dalam
peternakan ayam pedaging. Ayam pedaging yang potensial penghasil daging yang
baik adalah ayam broiler (Rasyaf, 1995). Menurut Cahyono (1995), ayam broiler
adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi
peternakan. Ayam broiler memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas
pertumbuhannya cepat, penghasil daging dengan konversi makanan irit, dan siap
dipotong usia relatif muda. Ciri khas daging ayam broiler adalah dagingnya
empuk dan banyak, serta pengolahannya mudah tetapi akan hancur dalam
perebusan yang lama.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai pemasaran ayam ras pedaging di Jawa
Barat, khususnya Kota Bogor telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang
menjadi acuan penelitian ini,yaitu penelitian Wirawati (2006) dan Singgalinging
(2007). Tujuan penelitian tersebut mengacu pada: 1) menganalisis saluran dan
fungsi pemasaran, 2) menganalisis marjin pemasaran, dan 3) menganalisis setiap
saluan pemasaran dan membandingkan satu dengan lainnya. Kedua penelitian
terdahulu tersebut dilakukan pada lokasi dan waktu yang berbeda.
Metode penelitian pada penelitian dahulu tersebut menggunakan analisis
marjin pemasaran, analisis keuntungan, dan analisis saluran pemasaran. Hasil
yang diperoleh dari penelitian Wirawati, menunjukkan bahwa enam pola saluran
pemasaran ayam ras pedaging produk Sunan Kudus farm, yaitu : 1) Produsen
pengumpul pemotong pengecer konsumen, 2) Produsen pengumpul
(pemotong) pengecer konsumen, 3) Produsen pengumpul (pemotong dan
pengecer) konsumen, 4) Produsen pemotong pengecer konsumen, 5)
Produsen pemotong (pengecer) konsumen, dan 6) Produsen konsumen.
Struktur pasar yang dihadapi produsen mendekati pasar monopoli,
sedangkan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul, pedagang
pemotong, dan pedagang pengecer cenderung mengarah ke pasar oligopoli.
Sistem penentuan harga penjualan ayam ras pedaging berdasarkan harga posko
10
Total marjin pemasaran yang terjadi pada saluran I adalah Rp 5.017,83/kg
bobot hidup (39,62%), saluran II Rp 4.559,50/kg bobot hidup (37,36%), saluran
III Rp 4.429,50/kg bobot hidup (36,68%), saluran IV Rp 4,835,33/kg bobot hidup
(38,74%), saluran V Rp 4.925,21/kg bobot hidup (39,18%) dan saluran VI
Rp 977,94/kg bobot hidup (11,34%).
Analisis marjin pemasaran ayam ras pedaging menunjukkan bahwa saluran
pemasaran I memiliki total marjin pemasaran terbesar yaitu Rp 5.017,83/kg bobot
hidup (39,62%) dengan total keuntungan yang diperoleh adalah terbesar kedua
dari enam saluran yang ada, yaitu Rp 3.929,12/kg bobot hidup (31,03%). Saluran
I memiliki rantai pemasaran yang panjang dan melibatkan lebih banyak lembaga
pemasaran untuk menyalurkan ayam ras pedaging agar sampai kepada konsumen.
Producer’s share yang diperoleh pada saluran ini adalah yang paling kecil yaitu
terbesar (88,66%), karena produsen menjual ayam ras pedaging langsung kepada
konsumen.
Hasil dari penelitian oleh Singalingging, menunjukkan bahwa terdapat
enam saluran pemasaran yang terbentuk didalam pemasaran ayam ras pedaging di
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, yaitu : 1) peternak inti
pengumpul pemotong pengecer pengecer, 2) peternak inti pengumpul
konsumen, 3) peternak inti rumah potong pengecer konsumen, 4)
peternak inti rumah potong konsumen, 5) peternak inti pemotong
pengecer konsumen, dan 6) Peternak inti pemotong pengecer
konsumen. Di dalam pemasaran ayam ras pedaging semua lembaga yang terlibat
melakukan fungsi-fungsi pemasaran, didalam melakukan distribusi produk
sehingga sampai kepada konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan
lembaga-lembaga pemasaran antara lain fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas.
Hasil analisis marjin pemasaran diperoleh marjin pemasaran terbesar
11
pada saluran kedua yaitu Rp 2914,7. Untuk bagian harrga yang diterima oleh
petani (farmer’s share) yang terbesar pada saluran kedua yaitu sebesar 72,93
persen dan yang terkecil terdapat pada saluran pertama yaitu 54,4 persen.
Sementara hasil pendugaan keterpaduan pasar dengan menggunakan pendekatan
analisis korelasi dan analisis elastisitas transmisi diperoleh nilai korelasi 0,851
dan nilai elastisitas transmisi 0,69.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis
adalah pada lokasi penelitian, rumusan masalah. Sedangkan persamanaan
penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada alat analisis yang
digunakan, jenis komoditas pertanian, tujuan penelitian. Tinjauan penelitian
tedahulu digunakan untuk referensi penulis bagaimana meumuskan suatu masalah,
pemecahan masalah dengan alat analisis yang digunakan serta tujuan dari masalah
12 BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Definisi Pedagang
Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang
menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang tersebut melakukan
kegiatan pembelian dan penjualan. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa
karakteristik pedagang merupakan tingkah laku pedagang yang meliputi kegiatan
penjualan, pembelian, penentuan harga dan siasat pemasaran. Karakteristik
pedagang dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta
ada tidaknya praktek jujur dari pedagang tersebut. Struktur pasar dan karakteristik
pedagang akan menentukan keragaman pasar yang dapat diukur melalui peubah
harga, biaya serta komoditas yang diperdagangkan (Dahl dan Hammond, 1977).
Karakteristik pedagang merupakan sifat pedagang yang berhubungan
dengan bagaimana pedagang menjalankan serangkaian penjualan. Pedagang harus
mampu menghadapi ketidakpastian dan harus berinovasi agar dapat mengimbangi
persaingan terhadap pedagang lain yang mempunyai usaha yang sama untuk dapat
memperoleh keuntungan sendiri, memuaskan dan memenuhi keinginan konsumen
secara efektif. Inovasi akan memberikan perubahan dan memberikan kemajuan
sebagai dampak positifnya.
Pedagang kecil merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung
dengan konsumen. Pengecer ini sebenarnya merupakan ujung tombak dari suatu
proses produksi yang bersifat komersil, artinya kelanjutan proses produksi yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran sangat tergantung dari aktivitas
pengecer dalam menjual produknya ke konsumen. Jadi keberhasilan pengecer
menjual produk ke konsumen sangat menentukan keberhasilan lembaga-lembaga
pemasaran sebelumnya (Sudiyono, 2001)
Pedagang pengecer di pasar cenderung menunggu pembeli yang datang
yaitu konsumen rumah tangga, pedagang ayam goreng, dll. Keuntungan yang di
dapat berdasarkan selisih antara harga konsumen dengan harga yang di dapat dari
peternak, selain itu pedagang harus memperhitungkan biaya yang dikeluarkan
13
sistem konsinyasi yaitu taruh barang terlebih dahulu dan uang dibayar nanti
setelah daging ayam terjual (Amrullah, 2002).
3.1.2 Analisis Keuntungan
Menurut Nicholson (2002), keuntungan ekonomis ialah perbedaan antara
penerimaan total dengan biaya total. Total penerimaan didapat dari hasil perkalian
antara jumlah output dengan harga produk. Sedangkan biaya merupakan hasil
perkalian dari harga input dengan jumlah input. Manfaat dari analisis keuntungan
menurut Lipsey et al, 1995 diacu dalam Hutagaol 2009, ialah untuk menilai
sejauh mana perusahaan menggunakan sumber daya langka dengan
sebaik-baiknya. Tingginya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan
sebagai parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumberdaya
yang dimiliki. Besarnya keuntungan usaha pedagang ayam ras pedaging
tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang
ditetapkan. Oleh karena itu, tujuan dari perusahaan ataupun pedagang adalah
untuk memaksimumkan keuntungan usahanya. Agar pedagang memperoleh
keuntungan maka pedagang harus memaksimumkan penerimaan dan
meminimumkan biaya. Besarnya penerimaan yang diperoleh dipengaruhi oleh
total penjualan dan harga yang ditetapkan oleh pedagang. Semakin besar volume
penjualan, maka semakin besar jumlah penerimaan yang diperoleh oleh pedagang.
Sedangkan faktor kedua adalah biaya. Untuk meminimumkan biaya
terutama biaya pembelian ayam, pedagang harus menguasai informasi tentang
pemasok dengan tujuan mengetahui harga ayam dari pemasok mana yang relatif
lebih murah. Sehingga biaya dapat diminimisasi dengan tujuan untuk
meningkatkan keuntungan. Tingkat efisiensi pemasaran dapat juga diukur melalui
besarnya rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan dan
biaya pemasaran mendefinisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya
pemasaran yang dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran
rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem pemasaran akan
14 3.1.3 Biaya Usaha
Biaya adalah pengorbanan yang dapat diduga sebelumnya dan dapat
dihitung secara kuantitatif, secara ekonomis tidak dapat dihindarkan dan
berhubungan dengan suatu proses produksi tertentu. Secara garis besarnya dalam
usaha/perusahaan industri pertanian dikenal biaya tetap (fixed cost) dan biaya
variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi
perubahan output. Biaya tetap juga dapat dikatakan biaya yang totalnya tetap
dalam range tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung dari
volume produksi. Biaya variabel berubah secara proposional dengan berubahnya
output (Limbong dan Sitorus, 1987).
Boediono (1998) mengatakan bahwa biaya mencakup suatu pengukuran
nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas
yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan biaya
dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah
biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada
volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variable cost) adalah biaya
yang jumlah totalnya berubah-ubah.
3.1.4 Pengetian Pemasaran
Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang
terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai
kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses
pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui
proses penyimpanan. Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang
disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna
bentuk, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan
satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2001).
Pemasaran pertanian memiliki pengertian yaitu mencakup segala kegiatan
dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari
barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke
tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang
15
mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi
kepada konsumennya (Limbong dan Sitorus, 1987).
Seperich, Woolverton dan Beirlein, 1994 diacu dalam Nuraini 2008
mengemukakan bahwa pemasaran memiliki pengertian yaitu semua aktifitas
bisnis yang bertujuan untuk membantu konsumen dalam memenuhi kebutuhan
dan keinginannya dengan mengkoordinasikan aliran barang dan jasa dari produsen
kepada konsumen dan pengguna. Pemasaran yang bagus dapat membantu
perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis dalam bersaing memperebutkan
pasar serta menjamin kesuksesan sistem agribisnis di masa akan datang.
3.1.5 Lembaga dan Saluran Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen
kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau
individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan
konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan
bentuk yang diinginkan konsumen. Lembaga pemasaran menjalankan
fungsi-fungsi pemasaran untuk keinginan konsumen semaksimal mungkin (Sudiyono,
2001). Sedangkan menurut Limbong dan Sitorus (1985), lembaga pemasaran
adalah lembaga-lembaga yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam rangka
menggerakkan barang dan jasa dari titik produksi ke titik konsumsi.
Lembaga-lembaga ini melakukan pengangkutan barang dari produsen ke konsumen,
menghubungkan informasi mengenai suatu barang atau jasa, dan bisa juga
berusaha meningkatkan nilai guna dari suatu barang atau jasa baik nilai guna
bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. Dalam menyalurkan barang dari
produsen para pelaku pemasaran dapat membentuk pola saluran pemasaran.
Sebelum barang sampai ke pedagang pengecer, masih tedapat lembaga lain
yang berperan. Lembaga-lembaga tersebut adalah tengkulak, pedagang
pengumpul, pedagang besar. Dalam menjalankan fungsinya, lembaga tersebut
membentuk rantai pemasaran hingga ke konsumen (Cahyono,1995). Sedangkan
menurut Suharno (1997), jalur pemasaran pada peternak ayam umumnya panjang,
baik ayam ras maupun ayam buras. Jalur ini dimulai dari peternak ke pedagang
16
makan, dan baru ke konsumen. Tiap tahapan pasti terdapat biaya, sehingga
semakin panjang rantai pemasaran, maka semakin tipis peternak memperoleh
keuntungan.
3.1.6 Fungsi-fungsi Pemasaran
Proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen
diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat mempelancar
proses penyampaian barang atau jasa bersangkutan, dan kegiatan tersebut
dinamakan sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut
dapat dikelompokkan atas tiga fungsi yaitu: (1) fungsi pertukaran, (2) fungsi fisik,
(3) fungsi fasilitas (Limbong dan Sitorus, 1987).
a. Fungsi Pertukaran
Fungsi pertukaran adalah merupakan kegiatan yang memperlancar perpindahan
hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Adapun fungsi fisik meliputi:
pembelian dan penjualan.
b. Fungsi Fisik
Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang
dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan
waktu. Adapun fungsi fisik meliputi kegiatan : penyimpanan, pengolahan dan
pengangkutan.
c. Fungsi Fasilitas
Fungsi Fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar
kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Adapun fungsi
fasilitas terdiri dari empat yaitu: fungsi standarisasi atau grading, fungsi
penanggungan resiko dan fungsi pembiayaan.
3.1.7 Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu segi harga dan biaya
pemasaran. Pada analisis pemasaran sering menggunakan konsep marjin yang
dipandang dari sisi harga. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang
dibayar konsumen akhir dan harga yang diterima petani (produsen). Dengan
menganggap bahwa selam proses pemasaran terdapat beberapa lembaga
17
dianalisis distribusi marjin pemasaran di antara lembaga-lembaga pemasaran yang
terlibat (Sudiyono, 2001).
Marjin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan harga atau selisih harga
yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen, atau dapat
pula dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran sejak
dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk
memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan
pengeluaran baik fisik maupun materi (Limbong dan Sitorus, 1987).
Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi
yang dilakukan antar lembaga biasanya berbeda-beda, hal ini menyebabkan
perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat
konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, semakin
besar perbedaan harga antara produsen dengan harga di tingkat konsumen, secara
grafis marjin pemasaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kurva Permintaan Asal dan Permintaan Turunan Sumber : Dahl dan Hammond, 1977
Keterangan :
Pr : Harga di tingkat pengecer
Pf : Harga di tingkat petani
Sf : Kurva penawaran di tingkat petani
Sr : Kurva penawaran di tingkat pengecer
Df : Kurva permintaan di tingkat petani
Dr : Kurva permintaan di tingkat pengecer
Qrf : Jumlah keseimbangan di tingkat pengecer dan petani
(Pr-Pf) × Qrf : Total marjin pemasaran
18
Dahl dan Hammond (1977), menyatakan bahwa besarnya marjin
pemasaran yang merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat
lembaga pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besar nilai marjin
pemasaran ini ditunjukan oleh bagian yang diarsir yaitu (Pf) × Qrf. Besaran
Pr-Pf menunjukkan besarnya marjin pemasaran suatu komoditi per satuan atau per
unit.
Besar kecilnya marjin pemasaran dipengruhi oleh perubahan biaya
pemasaran, keuntungan perantara, harga yang dibayarkan oleh konsumen dan
harga yang diterima oleh produsen. Selain faktor itu, sifat barang yang
diperdagangkan dan tingkat pengolahan juga mempengaruhi besarnya marjin
pemasaran. Variasi marjin juga dipengaruhi pula oleh jarak daerah produsen ke
konmsumen, sifat barang yang secara keseluruhan akan menambah biaya
pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1987).
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Pada masa yang akan datang populasi penduduk diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan, hal ini diikuti dengan kebutuhan pangan. Disi lain telah
tejadi perubahan pola konsumsi pangan akibat dari kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya konsumsi pangan bergizi. Fenomena ini akan menyebabkan
kenaikan permintaan terhadap daging ayam dalam rangka pemenuhan masyarakat
akan kebutuhan protein hewani. Hal tersebut menjelaskan bahwa potensi pasar
daging ayam ras diperkirakan terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun
yang akan datang.
Menanggapi permasalahan tersebut maka salah satu kajian penting yang
perlu dilakukan adalah mengenai aspek pemasaran komoditi ayam ras. Aspek
pemasaran sangat penting karena merupakan media yang menyebabkan komoditi
dapat sampai pada konsumen. Hal-hal penting mengenai pemasaran ayam ras
pedaging adalah fungsi dan saluran pemarasan, keuntungan dan margin
pemasaran. Lingkup kajian aspek pemasaran tersebut akan dilakukan pada
lingkup pemasaran ayam ras di Kota Bogor yaitu di Pasar Baru Bogor.
Pedagang daging ayam di pasar Bogor memperoleh daging ayam langsung
dari peternak. Keuntungan yang didapat pedagang ayam pedaging di pasar Bogor
19
pedaging memiliki lokasi berjualan yang tetap dan telah mempunyai
langganannya masing-masing. Hal tersebut dapat mempengaruhi pedagang untuk
memperoleh keuntungan dari penjualan produk. Keuntungan yang diterima para
pedagang diperoleh dari selisih harga yang diperoleh dari peternak dengan harga
yang dijual kepada konsumen. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi
keuntungan para pedagang, hal tersebut dapat diketahui dari lembaga yang terkait
yang membentuk saluran pemasaran, apabila lembaga dapat menjalankan
fungsinya dan memperlancar proses penyampaian barang dengan baik dan benar
dari produsen ke konsumen akan memberikan dampak yang baik bagi
kesejahteraan para pedagang ayam pedaging di pasar Bogor.
Analisis keuntungan digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan
yang di dapat oleh para pedagang ayam pedaging. Besarnya keuntungan usaha
ayam pedaging tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama
jangka waktu yang ditetapkan. Keuntungan yang dihasilkan dengan
mengurangkan total penerimaan dengan total biaya, melalui analisis keuntungan
dapat diduga faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan, yaitu harga beli
ayam, harga jual ayam, volume penjualan, modal dan jenis pedagang.
Analisis pemasaran digunakan untuk mengetahui pemasaran daging ayam
yang terjadi di tempat penelitian serta saluran pemasaran yang dilakukan para
pedagang menunjukan efisiensinya dalam mendistribusikan daging ayam.
Analisis yang dilakukan meliputi analisis fungsi dan pola saluran pemasaran,
marjin pemasaran. Operasional penelitiannya dilakukan dengan mengikuti saluran
pemasaran dari tingkat peternak hingga konsumen akhir. Dari setiap saluran
pemasaran ayam pedaging akan dianalisis fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
masing-masing lembaga yang terlibat. Setelah informasi mengenai fungsi
pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran diperoleh maka akan
dihitung nilai biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga terkait.
Dengan demikian marjin pemasaran dan keuntungan pedagang ayam pedaging
20
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Pemasaran daging ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor
• Peningkatan permintaan terhadap daging
ayam ras pedaging
• Pemasaran yang efisien
• Analisis Fungsi dan Saluran
Pemasaran
• Analisis Keuntungan
• Analisis marjin Pemasaran
Pedagang Besar
•Fungsi Pemasaran •Saluran Pemasaran •Majin Pemasaran •Keuntungan
Pedagang Kecil