• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengilon

Adanya komponen input berkontribusi besar pada implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon. Implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon memperoleh dukungan dari berbagai pihak internal dan eksternal. Pihak internal memiliki kapasitas yang tinggi karena berhubungan langsung dengan implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon. Sebagai input dari implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon adalah kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, serta budaya dan lingkungan sekolah.

Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum nasional maupun muatan lokal, yang diwujudkan melalui proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler dan instruksional. Agar proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan program kurikulum dan pembelajaran. Kurikulum adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan di bidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara efektif dan efesien.

83

Kepala sekolah sebagai sumber daya manusia dalam implementasi manajemen berbasis sekolah memiliki posisi yang lebih strategis sebagai penentu kebijakan program pendidikan di Sekolah. Kepala sekolah berperan sebagai top leader, manager, educator,

dan inovator dalam mencapai program pendidikan. Kepala sekolah wajib mampu membawa anggota masyarakat sekolah ke arah perbaikan mutu yang lebih baik dengan berbagai cara seperti pembinaan maupun menyediakan sarana dan prasarana pendidikan.

Pihak eksternal seperti komite sekolah cukup memberikan respon positif pada implementasi manajemen berbasis sekolah dengan memberikan dukungan tersebut guna melengkapi suasana fasilitas pendidikan yang lebih baik. Eksistensi sumber daya manusia sepadan dengan pendapat Dally (2010: 10) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong mengambil keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan kota. Pengambilan keputusan partisipatif untuk memenuhi kebutuhan sekolah atau untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional adalah suatu cara mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik dimana semua warga sekolah terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan. Lebih lanjut Supriadi (2004: 18) menyatakan pada prinsipnya manajemen berbasis sekolah bertujuan untuk memberdayakan sekolah dalam menetapkan berbagai kebijakan internal sekolah yang mengarah pada peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.

Keikutsertaan sumber daya manusia dalam mendukung implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon ini juga sama halnya dengan pandangan Slameto (2009: 59) yang menguraikan bahwa tujuan manajemen berbasis sekolah untuk

84

memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumber dayanya untuk meningkatkan mutu sekolah.

Hal senada juga tercermin pada penelitian Basuki (2013) dengan judul penelitian Peran Manajemen Berbasis Sekolah dalam Rangka Peningkatan Profesionalisme Guru Penjaskes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme guru sebagai bagian penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dapat didukung dengan adanya sistem pengelolaan manajemen berbasis sekolah. Impelementasi MBS tidak hanya sampai pada tingkat sekolah atau organisasi, tetapi juga sampai tingkat guru dan siswa.

Implementasi manajemen berbasis sekolah tidak hanya didukung oleh sumber daya manusia saja. Selain sumber daya manusia, implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon didukung pula oleh kondisi sarana dan prasarana. Adanya buku panduan pembelajaran, buku guru, buku siswa, alat peraga yang mendukung berbagai peningkatan mutu pendidikan, serta sarana dan prasarana untuk pengembangan kegiatan keagamaan seperti mushola yang lengkap dengan alat ibadahnya. Komponen sarana dan prasarana dalam mendukung implementasi manajemen berbasis sekolah senada dengan pandangan Farid (2013: 114) yang menguraikan bahwa manajemen berbasis sekolah merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi ini diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikan sesuai dengan prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa pada aspek input didukung oleh berbagai komponen seperti kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, serta budaya dan lingkungan sekolah.

85 4.3.3 Proses Implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Proses implementasi manajemen berbasis sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon merupakan tahap strategis yang perlu diperhatikan secara bersama. Pada proses implementasi manajemen berbasis sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon, semua pihak sekolah mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen utama pendukung implementasi program manajemen berbasis sekolah. Pada aspek kurikulum dan pembelajaran, semua warga sekolah terlibat secara aktif mengembangkan kurikulum dengan berpedoman buku pengembangan kurikulum dari BSNP. Pada aspek pendidik dan tenaga kependidikan, guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi serta mereka mengembangkan kompetensi profesional dengan mengikuti berbagai workshop. Pada aspek peserta didik, tertatanya penerimaan siswa baru sampai siswa tersebut lulus. Pada aspek sarana prasarana terlihatnya gedung baru di lantai 2 dan ruang kelas yang baru saja direhab. Hal ini senada dengan pernyataan Dirjendikdas (2013: 18), komponen- komponen yang harus dikelola dengan baik dalam rangka mewujudkan manajemen berbasis sekolah adalah: (1) kurikulum dan pembelajaran, (2) peserta didik, (3) pendidik dan tenaga kependidikan, (4) pembiayaan, (5) sarana dan prasarana, (6) hubungan sekolah dan masyarakat, serta (7) budaya dan lingkungan sekolah.

Hal yang sama juga terlihat pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jalaluddin (2012) dengan hasil penelitian bahwa pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah dalam bidang kurikulum meliputi analisis materi pelajaran, program tahunan, program semester, satuan pembelajaran, dan rencana program pembelajaran. Bidang kesiswaan meliputi perencanaan penerimaan siswa baru, kegiatan masa orentasi siswa,

86

penetapan siswa pada kelas tertentu, kehadiran dan disiplin siswa di sekolah, dan program bimbingan konseling bagi siswa yang memiliki kelainan. Bidang personalia meliputi dalam perencanaan pengem- bangan guru, pelaksanaan penataran, MGMP, pendidikan lanjutan dan supervisi. Bidang keuangan meliputi penyusunan RAPBS, pendekatan dengan pengusaha, pembuatan proposal. Bidang sarana dan prasarana meliputi pengelolaan gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran, dan Bidang hubungan masyarakat meliputi pendekatan dengan orangtua siswa dan ikut serta dalam sosialisasi program sekolah.

Faktor pendukung proses implementasi manajemen berbasis sekolah baik berupa faktor internal maupun faktor eksternal. Dengan berbagai dukungan, implementasi manajemen berbasis sekolah bisa berlangsung dengan baik. Pendukung internal berupa sikap kepala sekolah dan guru yang mau membaur dengan anggota masyarakat sekitar.

Dalam implementasi manajemen berbasis sekolah juga menemui hambatan baik internal maupun eksternal. Hambatannya berupa keberadaan sekolah di tengah-tengah masyarakat yang homogen dengan sosial ekonomi yang rendah sehingga sangat berpengaruh pada pola pikir siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Hal ini sama dengan kajian penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sentosa (2012) yang menyebutkan bahwa kendala yang dihadapi dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah terkait pola pikir sebagian stakeholder yang tidak sungguh-sungguh menyikapi perubahan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Penelitian yang dilakukan Sentosa dengan penulis memiliki kesamaan pada jenis penelitian yaitu penelitian evaluatif. Perbedaannya terdapat pada hasil proses penelitian, pada penelitian Sentosa kendala dalam implementasi manajemen berbasis sekolah terletak pada pola pikir stakeholder, sedangkan pada penelitian penulis kendala dalam implementasi manajemen berbasis sekolah (pilar manajemen sekolah)

87

terletak pada pola pikir siswa dan masyarakat sekitar sekolah.

Dari gambaran di atas dapat dinyatakan bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah (pilar manajemen sekolah) di SD Negeri Pengilon telah terlaksana dengan baik dengan didukung semua pihak yang berkepentingan terhadap majunya sekolah walaupun ditemukan masih adanya hambatan, dan hambatan tersebut masih bisa diselesaikan dengan baik.

4.3.4 Produk Program Manajemen Berbasis Sekolah

Dokumen terkait