• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan penelitian yang dirumuskan pada bab sebelumnya. Secara garis besar bab ini memuat profil tempat penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pengilon yang beralamat di Dusun Pengilon, Desa Pengilon, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah dengan nomor statistik sekolah: 101032301012 dan nomor pokok sekolah nasional: 20321029. Sekolah ini didirikan pada tanggal 1 Januari 1967, di atas tanah seluas 520m2, milik pemerintah

dengan status tanah Hak Pakai. SD Negeri Pengilon terakreditasi B (tahun 2014) dengan nomor akreditasi: 139/BAP-SM/X/2014.

(2)

44

mempunyai rasa keindahan, kebersihan, keamanan dan ketertiban.

Tujuan penyelenggaraan pendidikan di SD Negeri Pengilon adalah: 1) Membentuk siswa yang menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan, teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, 2)Memiliki etika dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, 3) Meraih prestasi akademik maupun non akademik, 4) Sekolah yang mempunyai nilai sejajar dengan sekolah lain di Kecamatan Bulu.

Kualifikasi akademik kepala sekolah, guru, dan penjaga di SD Negeri Pengilon dari jenjang SMA terdiri dari 3 orang (2 orang studi lanjut ke jenjang S1), jenjang D2 terdiri 2 orang (1 orang berijazah D2 PGSD, 1 orang berijazah D2 Pendidikan Agama Islam), jenjang S1 terdiri dari 5 orang (4 orang berijazah S1 PGSD, 1 orang berijazah S1 Pendidikan Jasmani dan kesehatan).

SD Negeri Pengilon didukung oleh sarana dan prasarana ruangan meliputi: 6 ruang kelas, 1 ruang kepala, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang tempat ibadah, 1 ruang UKS, 1 gudang dan 6 tempat cuci tangan, 1 halaman sekolah, 18 tempat sampah, dan 1 papan nama sekolah.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Konteks Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

(3)

45

Peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam pelaksanaan pendidikan sangat minim. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, partisipasi masyarakat selama ini diartikan hanya sebatas sebagai penggalangan dana. Oleh karena itu, program manajemen berbasis sekolah sangat dibutuhkan di SD Negeri Pengilon, sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Ya, program manajemen berbasis sekolah sangat

dibutuhkan di SD Negeri Pengilon, mengingat sebelum adanya program manajemen berbasis sekolah semuanya bersifat sentralistik, apa-apa menganut wewenang dari pusat, kita yang di bawah hanya sebagai pelaksana tidak bisa urun rembug terhadap pelaksanaan pendidikan yang tiap hari kita kerjakan, yang tahu persis tentang apa yang terjadi di sekolah tentunya orang-orang yang terlibat langsung dalam proses pendidikan di SD tersebut, kepala sekolah, guru, penjaga, siswa serta komite

sekolah” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Kebutuhan akan program manajemen berbasis

sekolah cukup tinggi. Hal ini karena munculnya kesadaran semua pihak sekolah (kepala sekolah, guru, penjaga, komite sekolah serta siswa) untuk memajukan sekolah. Menurut saya dengan adanya program manajemen berbasis sekolah semua pihak yang terlibat di sekolah bisa saling sharing untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dan tentunya dengan adanya keterlibatan secara langsung komite sekolah, sekolah menjadi lebih tahu apa yang akan

dilakukan demi menjaga kualitas pelayanan

pendidikan” (Wawancara tanggal 16 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Manajemen berbasis sekolah memang dibutuhkan,

(4)

46

langsung ikut bertanggung jawab dalam proses pendidikan yang terjadi di SD Negeri Pengilon, apalagi posisi SD yang terletak di tengah pemukiman warga, apapun yang terjadi di SD pasti wali murid bahkan warga masyarakat sekitar tahu apa yang

terjadi di SD” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa program manajemen berbasis sekolah dibutuhkan di SD Negeri Pengilon karena munculnya kesadaran semua pihak sekolah (kepala sekolah, guru, penjaga, komite sekolah serta siswa) untuk memajukan sekolah. Dengan adanya program manajemen berbasis sekolah semua pihak yang terlibat di sekolah bisa saling berkomunikasi untuk meningkatkan dan menjaga kualitas pelayanan pendidikan.

Upaya pengelolaan pendidikan yang profesional di SD Negeri Pengilon menyebabkan penerapan manajemen berbasis sekolah menjadi prioritas utama. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Tujuan dari manajemen berbasis sekolah antara

lain meningkatkan mutu sekolah itu sendiri. Hasil peningkatan mutu itu bisa dilihat dari lulusannya, nilai ujian dan prestasi pada waktu pekan siswa,

dan yang lebih penting lagi warga sekolah

khususnya guru-guru, penjaga dapat melaksanakan tupoksinya masing-masing sehingga apa yang

diprogramkan sekolah bisa tercapai” (Wawancara

tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Ya, memang benar. Tujuan utama dari manajemen

berbasis sekolah adalah meningkatkan mutu karena

boleh dikatakan manajemen berbasis sekolah

memberikan otonomi yang besar kepada sekolah untuk mendayagunakan semua yang ada di sekolah. Pemanfaatan otonomi sekolah yang benar bisa

meningkatkan prestasi” (Wawancara tanggal 16 April

(5)

47

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Memang benar, tujuan dengan adanya manajemen

berbasis sekolah meningkatkan mutu, prestasi akademik meningkat sesuai dengan tujuan sekolah yaitu sekolah yang mempunyai nilai sejajar dengan sekolah lain di Kecamatan Bulu sehingga tidak tertinggal dengan sekolah-sekolah yang lain dan orang tua siswa tentunya akan merasa bangga

dengan hasil prestasi yang dicapai” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Pada intinya tujuan penerapan program manajemen berbasis sekolah untuk mendayagunakan sekolah melalui otonomi kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Manfaat dari pendayagunaan sekolah secara maksimal tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah.

Pengelolaan pendidikan memerlukan dukungan aset yang memadai, begitu pula dalam program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SD

Pengilon ini didukung oleh aset yang memadai Mbak, terutama aset sumber daya manusianya. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga atau sebuah investasi besar yang akan menjadi faktor utama yang menentukan suatu keberhasilan sebuah program. Bisa dilihat aset di SD Pengilon, sumber daya manusianya: potensi guru

dan penjaga apalagi siswanya. Pembentukan

karakter dan potensi siswa sangat bagus mbak, karena disini anak-anaknya belum terkontaminasi hal-hal yang buruk. Sumber sarprasnya semakin meningkat, dulu bangunannya jelek sekali. Secara bertahap mulai dari rehab 5 lokal dapat bantuan perpustakaan. Sekarang dapat lagi rehab 2 lokal kelas. Untuk sarananya juga mulai meningkat adanya laptop, sarana pendidikan bertambah setiap

tahun, LCD, DVD, buku satu siswa satu buku”

(6)

48

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Memang benar aset di SD Pengilon ini mendukung dan memadai, mulai dari potensi gurunya yang mau diajak untuk maju. 3 orang guru di sini usianya sudah 55 tahun ke atas, tetapi kalau ada workshop

mereka semua mau ikut untuk menambah

pengetahuan mereka. Jika mereka tidak tahu, mereka tidak malu untuk bertanya kepada yang muda sampai mereka tahu. Untuk siswa potensi mereka sangat berkembang dan mereka mau dan mampu untuk mempelajari hal yang baru. Untuk sarprasnya berkembang dengan sangat pesat. Selama 3 tahun berturut-turut mendapatkan dana alokasi khusus untuk rehab berat, sampai SD

Pengilon mempunyai bangunan di lantai 2

(Wawancara tanggal 16 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Apa yang dikatakan oleh Bu Kepala dan Pak Guru

memang betul adanya, saya lihat guru-guru di SD Pengilon itu potensinya bagus, dulu sebelum kedatangan 2 orang guru CPNS, guru yang sudah purna, mau mengajar lagi walaupun tidak dibayar, dedikasinya sungguh luar biasa. Potensi siswa dapat mudah dikembangkan karena anak-anak Pengilon itu belum terkontaminasi oleh dunia luar, mereka lugu-lugu karena hidup di wilayah pedesaan yang agamis. Sarprasnya meningkat pesat, kita (komite dan sekolah) membuat proposal untuk mendapatkan bantuan dana alokasi khusus dan hasilnya bisa

dilihat 3 tahun berturut-turut tanpa jeda

mendapatkan bantuan terus dan dikerjakan secara

swadana dengan menggandeng pihak komite

sekolah” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Dari beberapa pernyataan wawancara dapat disimpulkan bahwa program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon didukung aset yang memadai diantaranya potensi guru dan siswa, sarana dan prasarana dari tahun ke tahun yang semakin meningkat.

(7)

49

prasyarat utama yang harus dilakukan sebelum konsep manajemen berbasis sekolah tersebut dilaksanakan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SD

Pengilon ini karena adanya peluang yaitu: adanya orang-orang (pihak internal: guru, penjaga, siswa, pihak eksternal: komite sekolah dan wali siswa) yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan meningkatkan mutu sekolah, seluruh anggota sekolah dapat terlibat langsung dalam pengambilan keputusan penting, adanya rencana anggaran yang lebih nyata tentang program sekolah, sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat

dengan sekolah-sekolah yang lain dalam

peningkatan mutu pendidikan” (Wawancara tanggal

15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Saya membenarkan pernyataan Bu Kepala. Adanya

peluang melatarbelakangi manajemen berbasis

sekolah di SD Pengilon ini diantaranya: kepala sekolah, guru, penjaga, siswa dan didukung komite

dan wali siswa sangat kompeten untuk

meningkatkan mutu sekolah, pengambilan

keputusan dalam sistem manajemen berbasis sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah, adanya rencana anggaran yang lebih

realistik tentang program sekolah” (Wawancara

tanggal 16 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Memang benar, dengan adanya peluang melatar belakangi manajemen berbasis sekolah di SD Pengilon. Diantaranya: adanya keterlibatan kepala sekolah, guru, penjaga, siswa, orang tua siswa dan masyarakat Pengilon dalam pengambilan keputusan, adanya tanggung jawab sekolah terhadap mutu pendidikan khususnya kepada wali siswa dan masyarakat pada umunya, dengan adanya aspirasi masyarakat yang mendukung terhadap proses pendidikan, sekolah tentunya dapat merespon

semua permasalahan dengan cepat”. (Wawancara

(8)

50

Kesadaran dari pihak internal dan eksternal sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah dan menjadikan SD Negeri Pengilon sejajar dengan sekolah lain di Kecamatn Bulu menjadi salah satu peluang pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah, guru, dan komite sekolah diperoleh informasi bahwa selain sesuai kebijakan, program manajemen berbasis sekolah memang diperlukan di SD Negeri Pengilon dengan didukung aset dan peluang yang ada. Dengan berbagai konteks yang ada, mendorong pihak sekolah mengkondisikan manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon.

4.2.2 Input Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Dalam mendukung program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon perlu memperoleh dukungan dari berbagai pihak sekolah, baik pihak internal maupun eksternal. Pihak internal memiliki kapasitas yang cukup tinggi karena berdampingan langsung dengan pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah. Sebagai input program manajemen berbasis sekolah ini adalah kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, budaya dan lingkungan sekolah.

Tabel 4.1 Program Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

No Kegiatan Waktu Pelaksana Dana

1 Kurikulum dan pembelajaran

a.

Pengembang-an Kurikulum

Minggu pertama Bulan Juli

Kepala sekolah, guru, penjaga, komite sekolah, pengawas SD

(9)

51

3 Pendidik dan tenaga kependidikan

(10)

Pengembang-52

5 Sarana dan prasarana

a. Pengadaan

Penjaga 1.000.000

6 Hubungan sekolah dan masyarakat

a. Rapat komite Awal tahun

c. Kegiatan sosial Insidental Kepala

sekolah, guru

7 Budaya dan lingkungan sekolah

a. Budaya Baca Setiap hari Kepala

sekolah, guru, siswa

(11)

53

b. Kegiatan Pembiasaan

Setiap hari Kepala

sekolah, guru, siswa

150.000

Sumber: Rencana Kerja Sekolah

Kepala sekolah memiliki posisi yang strategis sebagai penentu kebijakan program pendidikan di sekolah. Salah satu tugas penting kepala sekolah adalah mengelola kurikulum dan pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Kurikulum yang digunakan pada tahun pelajaran

2012/2013 semua rombongan belajar menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada tahun pelajaran 2013/2014 kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 sedangkan kelas 3 dan 5 masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pada tahun pelajaran 2014/2015 rombongan belajar yang sebelumnya menggunakan kurtilas kembali ke

KTSP” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Memang benar kurikulum yang digunakan di SD

Negeri Pengilon pada tahun pelajaran 2012/2013 semua kelas menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam proses pembelajarannya kelas 1 s.d 3 menggunakan pendekatan tematik. Kelas 4 s.d 6 menggunakan pendekatan mata pelajaran. Tahun pelajaran 2013/2014 terjadi perubahan untuk kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurtilas. Kelas 3 dan 6 menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada tahun 2014/ 2015 semua rombongan belajar menggunakan kurikulum

tingkat satuan pendidikan, kurtilas ditinggalkan”

(Wawancara tanggal 16 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Benar apa yang dikatakan oleh Bu Kepala dan Pak

(12)

54

menggunakan kurikulum 2013, sedangkan kelas 3 dan 6 tetap menggunakan KTSP. Untuk tahun ini

yang dulunya menggunakan kurikulum 2013

kembali lagi ke KTSP” (Wawancara tanggal 18 April

2015).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) digunakan di SD Negeri Pengilon pada tahun pelajaran 2012/2013 di semua kelas. Pada tahun pelajaran 2013/2014 terjadi transisi penggunaan kurikulum baru di kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurikulum 2013, kelas 3 dan 6 tetap menggunakan KTSP. Pada tahun 2014/2015 karena banyaknya hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013, sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 160 tahun 2014 tentang pemberlakuan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013, Kelas 1, 2, 4, dan 5 kembali menggunakan KTSP.

Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumen tertulis pengembangan kurikulum diantaranya adalah Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta dokumen pengembangan kurikulum dari BSNP.

(13)

55

mendukung program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Siswa kelas 1 semuanya berasal dari TK Kusuma

Abadi di Pengilon. Untuk penerimaan siswa baru, semua anak TK yang tamat dari TK langsung dimasukkan ke SD Negeri Pengilon semua. Guru kelas 1 sudah terbantu dengan karakteristik siswa kelas 1 yang sudah pernah mengenyam pendidikan

sebelumnya” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Memang benar, semua siswa kelas 1 berasal dari

lulusan TK jadinya guru kelas 1 tidak terlalu kerepotan dalam melaksanakan tugasnya, karena siswa kelas 1 sudah terbiasa dengan rutinitas sehari-hari yaitu bersekolah. Tentunya akan berbeda kualitas siswa kelas 1 antara anak yang sudah pernah mengenyam pendidikan TK atau langsung

masuk ke SD tanpa melalui TK dulu” (Wawancara

tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Benar, untuk semua anak TK yang sudah lulus dan

saatnya masuk SD, semuanya saya anjurkan untuk meneruskan sekolah di SD Negeri Pengilon. Jangan sampai ada anak yang bersekolah keluar dari Desa Pengilon. Setiap ada rapat ataupun kegiatan desa selalu saya serukan untuk orang tua yang mempunyai anak TK dan sudah saatnya masuk SD,

diharapkan untuk sekolah di SD Negeri Pengilon”.

(Wawancara tanggal 18 April 2015).

(14)

56

dan S3), ijazah dari Taman Kanak-kanak, dan akta kelahiran.

Guru memiliki posisi yang strategis sebagai input program manajemen berbasis sekolah dengan segala kompetensi yang dimilikinya. Hal ini seperti dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Hampir semua guru memenuhi kualifikasi

akademik. Guru yang belum S1 sedang studi lanjut ke jenjang S1, ada 1 guru kelahiran tahun 1958 pun mau untuk sekolah lagi. Guru yang berkualifikasi D2 tidak mau meneruskan ke S1 karena 8 bulan lagi purna tugas. Untuk guru yang bersertifikat pendidik, dari tahun ke tahun meningkat. Pada awal tahun 2010 hanya ada 1, sampai saat ini hanya 1 guru

yang belum bersertifikat pendidik” (Wawancara

tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Benar apa yang dikatakan oleh Bu Kepala. 3 guru

yang belum S1, studi lanjut di Universitas Terbuka. Sekarang tinggal 2 guru yang masih studi lanjut dan 1 guru tinggal menunggu hasil yudisium. Guru yang berkualifikasi D2 tidak meneruskan ke jenjang S1 karena faktor usia, tinggal 8 bulan lagi pensiun. Untuk guru yang bersertifikat pendidik di SD Negeri Pengilon hanya 1 guru yang belum bersertifikat

pendidik, tapi ikut terjaring dalam PPGJ tahun ini”

(Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Hampir semua guru di SD Negeri Pengilon

berkualifikasi S1, yang saya lihat untuk tahun ini yang belum S1 hanya tinggal 1 orang saja karena 1 orang guru hampir wisuda, yang berkualifikasi D2 tidak meneruskan ke jenjang S1 karena hampir

pensiun jadi tidak mau meneruskan ke jenjang S1”

(Wawancara tanggal 18 April 2015).

(15)

57

implementasi manajemen berbasis sekolah mengingat guru mempunyai posisi strategis sebagai agen pembelajaran. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumen file ijazah kepala sekolah, guru, dan penjaga SD Negeri Pengilon. Daftar usul peserta sertifikasi guru dan dokumen sertifikat pendidik.

Program implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon didukung pula oleh kondisi keuangan sekolah yang seimbang. Pendanaan sekolah yang cukup akan menjadi pemasukan dalam implementasi manajemen berbasis sekolah dengan baik dan lancar karena tercukupinya dana sekolah seperti sumber dana BOS dan sumbangan yang tidak mengikat dari komite. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Keuangan dibiayai dari BOS. Kami menerima dana BOS sebesar Rp 46.400.000,00/tahun atau Rp 11.600.00,00/ triwulan dan itu sudah dapat

memenuhi kebutuhan sekolah serta kami

mendapatkan bantuan dana dari komite dan

sifatnya tidak mengikat maupun memaksa”

(Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD Negeri Pengilon:

“Sepengetahuan saya dana BOS yang sekolah

dapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan sekolah serta SD mendapatkan dana tambahan yang diperoleh dari komite yang biasanya digunakan untuk perbaikan prasarana seperti pembuatan pagar keliling SD, SD juga biasaanya mendapatkan syukuran dari anak-anak yang lulus biasanya

digunakan untuk membeli sarana pendidikan”

(Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Ya, betul. Untuk ukuran sekolah yang berada di

pedesaan dana BOS yang diterima sudah mencukupi kebutuhan SD. Kami selaku komite juga menggalang dana untuk membeli barang yang dibutuhkan di SD dan tidak bisa dibeli melalui dana BOS seperti tralis

(16)

58

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan kondisi keuangan di SD Negeri Pengilon dapat memenuhi kebutuhan pendidikan di SD Negeri Pengilon.

Selain keuangan, kondisi sarana dan prasarana juga menjadi input dalam implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon secara maksimal. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana di SD ini sudah cukup

lengkap bisa dilihat dari prasarana maupun sarananya. Untuk siswa sudah dipenuhi satu siswa satu buku, guru mempunyai buku pegangan guru

lebih dari empat dari berbagai penerbit.

Prasarananya juga sudah bagus halaman dan bangunan gedung yang baru karena setiap tahun kebetulan SD mendapatkan dana alokasi untuk rehab berat, kemarin SD mendapatkan dana sebesar 114 juta untuk membangun perpustakaan di lantai

dua” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD Negeri Pengilon:

“Saya rasa kondisi sarpras di SD Pengilon memadai.

Saya selaku pengurus inventaris barang mempunyai data lengkap tentang sarpras apa saja yang dimiliki oleh SD Pengilon. Sarprasnya juga mendukung proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa. Untuk buku bisa dilihat satu buku untuk satu siswa,dipinjamkan selama siswa tersebut menjadi siswa di SD Pengilon. Prasarananya bisa

anda lihat sendiri setiap tahun mengalami

peningkatan dengan mempereh dana rehab alokasi khusus sebanyak 3 kali berturut-turut. Untuk yang

ketiga kalinya mendapatkan rehab 2 ruang kelas”

(Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Ya, betul. SD ini terletak di desa, jika anak ingin

(17)

59

pendidikan juga bertambah. Untuk prasarananya juga mengalami peningkatan yang luar biasa. Tiga tahun terakhir SD mendapatkan dana alokasi

khusus untuk merehab bangunan yang telah ada”

(Wawancara tanggal 18 April 2015).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa SD Negeri Pengilon mempunyai sarana dan prasarana berupa buku panduan pembelajaran seperti buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Sarana berupa alat peraga untuk mendukung berbagai peningkatan mutu pendidikan dan prasarana yang mengalami peningkatan dalam pengelolaan. Pernyataan tersebut juga didukung studi dokumen adanya buku inventaris barang yang dikelola oleh petugas inventaris barang melalui aplikasi simbada dimonitoring langsung oleh DPPKAD Kabupaten Temanggung.

Hubungan masyarakat juga menjadi input implementasi manajemen berbasis sekolah yang berpotensi. Adanya hubungan masyarakat yang harmonis menjadikan kelancaran implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Hubungan masyarakat dengan sekolah bagus. SD

mempunyai program untuk hubungan masyarakat diantaranya kegiatan rutin rapat komite setiap awal tahun pelajaran, penentuan standar kelulusan minimal ujian sekolah dan rapat kelulusan siswa kelas enam. Bekerja sama dalam peringatan hari besar dan Sekolah ikut serta dalam kegiatan sosial

masyarakat Pengilon” (Wawancara tanggal 15 April

2015).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD Negeri Pengilon:

“Kondisi hubungan masyarakat dengan sekolah

(18)

60

dan SD bekerja sama dengan komite dalam

pelaksanaan peringatan hari besar” (Wawancara

tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Ya, betul sekali. Hubungan masyarakat dengan SD bagus. Masyarakat sangat mendukung semua kegiatan yang sekolah lakukan kami selalu bekerja sama dalam peringatan hari besar. Untuk kegiatan sosial, kami saling mendukung. Jika ada warga yang ingin menggunakan gedung SD, SD dengan tangan terbuka memperbolehkan asalkan setelah jam KBM

selesai” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan masyarakat Pengilon dengan sekolah mendukung implementasi manajemen berbasis sekolah dan beberapa pernyataan tersebut didukung dengan studi dokumen program hubungan masyarakat Pengilon dengan sekolah.

Belum semua sekolah memahami pentingnya budaya sekolah. Hal ini terlihat pada fakta bahwa

belum semua sekolah memiliki program

pengembangannya. Namun SD Negeri Pengilon memiliki program budaya dan lingkungan sekolah melalui budaya baca dan kegiatan pembiasaan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“SD Negeri Pengilon memiliki program budaya baca

dan kegiatan pembiasaan yang telah berjalan dengan

rutin dan lancar” (Wawancara tanggal 15 April

2015).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD Negeri Pengilon:

“Budaya dan lingkungan sekolah sebagai salah satu

input dalam program MBS ada di SD Pengilon, di antaranya budaya baca melalui mading hasil karya

siswa dan kegiatan pembiasaan yang rutin

dilakukan siswa dan guru” (Wawancara tanggal 17

(19)

61

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Ya, betul sekali. SD telah mempunyai program

budaya dan lingkungan sekolah diantaranya

kegiatan pembiasaan yang rutin dilakukan dan budaya baca dengan adanya majalah dinding hasil

dari kreatifitas anak” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Sekolah telah mempunyai program untuk mengembangkan budaya dan lingkungan sekolah melalui kegiatan pembiasaan dan budaya baca. Hal tersebut didukung dengan adanya program dan alokasi dana untuk pengadaan majalah dinding.

Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa input program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon mendukung implementasi program manajemen berbasis sekolah dengan tersedianya kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, budaya dan lingkungan sekolah.

4.2.3 Proses Implementasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Pada tahap proses implementasi program manajemen berbasis sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon, pihak sekolah mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen utama.

Tabel 4.2 Proses Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

No Kegiatan Waktu Pelaksana Dana Pendu

kung

Hamba tan 1 Kurikulum dan pembelajaran

a. Pengem

(20)

62

(21)

63

3.470.000 Sarana dan

2.310.000 Siswa yang

3 Pendidik dan tenaga kependidikan

(22)

64

5 Sarana dan prasarana

(23)

65

6 Hubungan sekolah dan masyarakat

a. Rapat

3.000.000 Kerja sama

7 Budaya dan lingkungan sekolah

a. Budaya

(24)

66

Penulis dalam observasi di lapangan melihat adanya pendukung implementasi program manajemen berbasis sekolah seperti buku pengembangan kurikulum dari BSNP dan beberapa dokumen peraturan pemerintah seperti PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Untuk pelaksanaan program manajemen berbasis

sekolah yang saya tekankan pada proses yang harus dilaksanakan secara terbuka, transparan, dan tentunya penuh tanggung jawab. Menurut saya dengan input yang sudah bagus dan proses yang maksimal tentunya akan memperoleh hasil yang maksimal. Untuk pengembangan kurikulum kita laksanakan setiap liburan semester 2 mendekati awal ajaran baru. Tim pengembang kurikulum terdiri dari pengawas SD, semua guru dan komite SD Negeri Pengilon ikut membuat kurikulum. Pengembangan kurikulum SD Negeri Pengilon sampai 5 tahap yaitu workshop, review, revisi, finalisasi, dan pemantapan. Setelah itu disahkan

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung”

(Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Hal tersebut memang benar. Untuk proses

pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah memang sangat dioptimalkan. Untuk pembuatan kurikulum misalnya, semua yang berkepentingan termasuk komite sekolah diundang ke sekolah untuk mengikuti dari awal sampai terwujudnya sebuah kurikulum SD Negeri Pengilon dan mereka

berpartisipasi aktif (walaupun sedang musim

tembakau) dalam proses pembuatan kurikulum”

(Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Benar, kami selaku komite juga dilibatkan secara

(25)

67

kepada anak didik. Orang tahu murid tahu lho yang namanya KKM, jadi kalau nilai anaknya di bawah KKM berarti tidak tuntas, nilai anak harus di atas KKM. Dulunya apa mereka tahu yang namanya KKM, tahunya mereka ya, anak disekolahkan pokoke kudu pinter. Mereka sekarang ikut terjun langsung ikut memantau perkembangan anak. Seperti pas rapat wali murid kemarin ada yang tanya kenapa

LKS belum datang, kemudian mengeluh

pelajarannya kok sulit, dulu pelajaran saya tidak seperti itu. Bagus lah perkembangan perhatian

orang tua murid terhadap sekolah” (Wawancara

tanggal 18 April 2015).

Program kurikulum dan pembelajaran merupakan bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Berdasarkan pengamatan, upaya-upaya yang telah dilakukan SD Negeri Pengilon untuk merealisasikan hal-hal di atas adalah pembagian tugas mengajar guru yang dituangkan dalam surat keputusan kepala sekolah tentang kegiatan belajar mengajar, penyusunan kalender akademik sekolah dan jadwal pelajaran setiap kelas, pembagian waktu mengajar yang digunakan, penetapan pelaksanaan evaluasi belajar siswa, penetapan penilaian, penetapan kriteria kenaikan kelas, pencatatan kemajuan belajar siswa, serta peningkatan perbaikan mengajar serta pengisian waktu jam belajar yang kosong.

Dokumen yang mendukung realisasi dari program kurikulum dan pembelajaran adalah adanya Dokumen 1 dan 2 Kurikulum SD Negeri Pengilon, Pembagian tugas guru dalam surat keputusan kepala sekolah tentang kegiatan belajar mengajar, kalender pendidikan SD Negeri Pengilon, buku bantu dan analisa nilai.

(26)

68

Sekolah sebagai lembaga pendidikan senantiasa menginginkan agar pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya untuk kepentingan sekolah, serta bekerja lebih baik dari hari ke hari. Untuk itu, guru di SD Negeri Pengilon yang belum memiliki kualifikasi akademik yang dipersyaratkan, mereka meneruskan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Guru yang belum mempunyai kualifikasi akademik

yang dipersyaratkan yaitu S1, mereka akhirnya kuliah lagi. Untuk pengembangan standar pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan melalui kegiatan KKG setiap hari Sabtu mulai pukul 10.00 WIB s.d 13.00 WIB di SD inti, dan melalui kegiatan workshop seperti yang diadakan satu tahun terakhir kemarin yaitu workshop Karya Tulis Ilmiah dari Balitbang Kemdikbud RI, pengenalan IT, dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan oleh TIM PKB Kabupaten

Temanggung” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Hal tersebut memang benar. Guru yang belum S1

melanjutkan pendidikan lagi. Untuk pengembangan

standar pendidik dan tenaga kependidikan

dilakukan melalui kegiatan KKG setiap hari Sabtu mulai pukul 10.00 WIB s.d 13.00 WIB, dan melalui kegiatan workshop ataupun bintek yang dibiayai oleh guru sendiri ataupun sekolah seperti yang diadakan satu tahun terakhir kemarin yaitu workshop Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh Ikatan Kadang Temanggungan, pengenalan IT yang diadakan oleh Tim K3S Kecamatan Bulu, dan

workshop PKB oleh Tim PKB Kabupaten”

(Wawancara tanggal 17 April 2015).

(27)

69

mengamati setiap Hari Sabtu jam 09.45 WIB guru-guru bersiap-siap untuk mengikuti KKG, siswa kelas 1 dan 2 melanjutkan pelajaran di rumah, untuk siswa kelas 3-6 tetap di SD mendapatkan pelajaran Bahasa Inggris dari anak-anak KKN Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Pernyataan di atas didukung dengan adanya dokumen proposal kegiatan dan sertifikat hasil dari kegiatan tersebut.

Pengelolaan keuangan sekolah meliputi pengaturan penerimaan, pengalokasian dan pertang-gungjawaban keuangan. Komponen keuangan sekolah merupakan komponen yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama komponen-komponen lain. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Proses pengelolaan keuangan sekolah yang

bersumber dari BOS dimulai dengan adanya penyusunan RAKS di awal tahun pelajaran baru untuk satu tahun ke depan, setelah tersusun,

dokumen RAKS yang telah dibuat akan

mendapatkan pengesahan dari UPT Dinas

Pendidikan dan untuk pertanggungjawaban

penggunaan BOS dilakukan setiap triwulan yaitu akhir Bulan Maret, akhir Bulan Juni, akhir Bulan September , dan akhir Bulan Desember. Proses pengelolaan keuangan sekolah dari dana komite

dikelola oleh bendahara komite dan

dipertanggungjawabkan setiap awal tahun pelajaran

baru dihadapan semua wali murid” (Wawancara

tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Pengelolaan keuangan sekolah di SD Pengilon

transparan. Semua guru dan komite diajak untuk menyusun RAKS. RAKS ini digunakan sebagai acuan penggunaan dana BOS. Pertanggungjawabannya dibuat setiap akhir triwulan I, II, III, dan IV. Dana yang bersumber dari komite dikelola sendiri oleh bendahar komite dan dipertanggungjawabkan di

rapat pleno pada awal tahun pelajaran baru”

(28)

70

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Komite tahu dana yang diperoleh oleh SD. Untuk

dana BOS kami diikutsertakan mulai dari

penyusunan rencana anggarannya, berapa besarnya dan dialokasikan untuk apa karena nantinya ketua

komite ikut bertanggung jawab dengan

menandatangani dokumen RAKS tersebut. Untuk dana yang bersumber dari komite kami kelola dan kami gunakan untuk pengembangan prasarana di SD seperti pembuatan pagar keliling SD, pembelian

tralis pintu gerbang SD” (Wawancara tanggal 18

April 2015).

Sarana prasarana merupakan fasilitas yang menunjang proses pendidikan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Adanya sarana dan prasarana serta proses

pengelolaan sarana dan prasarana yang baik akan mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan yang optimal. SD Pengilon mengalami pengembangan sarana prasarana secara terus menerus terlihat peningkatan prasarana diantaranya mendapat 5 lokal rehab dari dana block grant, kemudian mendapatkan dana block grant untuk rehab perpus dan mendapat dana untuk 2 lokal rehab dari dana block grant yang dikelola secara swadana antara sekolah dengan komite sekolah, untuk sarananya selalu bertambah setiap tahunnya mulai dari pengadaan alat-alat olahraga, data visual seperti Visi Misi Sekolah, pembuatan slogan yang ditempel di

dinding luar kelas” (Wawancara tanggal 15 April

2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Untuk pengembangan sarana prasarana secara

terus menerus terlihat peningkatan sarana

(29)

71

slogan kebersihan, slogan cuci tangan” (Wawancara

tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Dulu SD ini merupakan SD yang kondisi bangunannya sangat jelek dan tidak standar, setelah komite dan SD giat membuat proposal akhirnya SD ini berturut turut mendapatkan dana block grant untuk rehab berat. Seiring dengan prasarana yang dibenahi, sarananya pun mulai ditingkatkan mulai dari alat peraga pendidikan maupun sumber belajar

untuk siswa itu sendiri” (Wawancara tanggal 18 April

2015).

Berdasarkan observasi dan beberapa pernyataan wawancara, sarana pendidikan yang ada di SD Negeri Pengilon dapat menunjang proses pembelajaran diantaranya ada 6 lokal ruang kelas yang baru saja direhab, 1 lokal ruang perpustakaan, meja dan kursi yang digunakan setiap satu anak menempati 1 kursi dan 1 meja, sasissabuk per mapel (satu siswa satu buku tiap mata pelajaran). Di setiap kelas bisa dilihat berbagai macam alat peraga dan media pengajaran seperti globe, gambar wayang, KIT IPA, KIT Matematika, Alat Peraga Tata Surya, Rangka Manusia, Torso, LCD, DVD, TV LED, di dinding luar kelas tertempel berbagai macam slogan. Berbagai macam alat olahraga seperti raket, bola sepak, bola volly, bola basket, bola pingpong , matras, dan sebagainya untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Prasarana yang bisa dilihat di SD Negeri Pengilon antara lain adanya halaman sekolah, taman sekolah, jalan ke sekolah yang mudah dilalui. Hal tersebut.

(30)

72

penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Hubungan sekolah dengan masyarakat Desa

Pengilon sangat baik. Kegiataan peringatan hari besar kami bekerja sama dengan masyarakat dan komite seperti peringatan Idul Adha, dari proses menyembelih hewan sampai siap untuk disantap oleh siswa semuanya ditangani oleh masyarakat dan komite Sekolah. Peringatan HUT RI kami bekerja sama dengan pihak TK untuk mengadakan upacara

bersama secara serentak” (Wawancara tanggal 15

April 2015.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Ya, betul. Hubungan sekolah dengan masyarakat

sangat baik. Kegiatan peringatan hari besar biasanya kami menggandeng masyarakat dan komite untuk berperan aktif. Kegiatan sosial yang terjadi di Desa Pengilon baik itu senang atau susah, pihak sekolah juga selalu menghadiri kegiatan tersebut. Bentuk hubungan yang lain adalah ketika musim tembakau, masyarakat sekitar meminjam halaman untuk

menjemur tembakau, pihak sekolah

memperbolehkan asalkan setelah KBM selesai”

(Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Hubungan sekolah dengan masyarakat Desa

Pengilon sangat baik memang betul. Kami dengan

tangan terbuka akan selalu mendukung

pelaksanaan program sekolah. Kami juga

mengapresiasikan atas perhatian dan kepedulian sosial yang tinggi dari pihak SD. Setiap kegiatan sosial yang ada di Desa Pengilon, SD turut

membantu kegiatan tersebut” (Wawancara tanggal

18 April 2015).

(31)

73

“Sebagai usaha untuk meningkatkan kreatifitas

siswa kami mengadakan majalah dinding. Hasil dari karya siswa ditempel dibuat seperti dalam majalah kemudian kami tempel di dinding sebagai papan

baca, selain itu kami membuka layanan

perpustakaan dari pagi sampai pukul 14.00 WIB. Kegiatan pembiasaan dimulai dari pukul 07.00 WIB anak-anak melakukan kegiatan membaca Asmaul Husna, istirahat pertama melaksanakan Salat Dhuha, Sebelum pulang ke rumah anak-anak melaksanakan kegiatan beribadah bersama. Setiap hari Jumat ada kegiatan kultum bersama dan dua minggu sekali setiap Hari Rabu diadakan kegiatan

gosok gigi bersama” (Wawancara tanggal 15 April

2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Siswa kelas 3 sampai 6 kami latih untuk membuat

majalah dinding dengan tujuan menumbuhkan budaya baca di SD Negeri Pengilon, selain itu siswa boleh meminjam buku koleksi di perpustakaan. Kegiatan pembiasaan yang dilakukan di Sekolah cukup bagus dan mendapatkan apresiasi dari komite sekolah maupun wali murid, karena sudah terbiasa dilaksanakan untuk kegiatan pembiasaan pagi hari seperti membaca Asmaul Husna, kegiatan

beribadah bersama, siswa secara sadar

melaksanakannya walaupun tidak ada guru yang

mendampingi” (Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Budaya baca di lingkungan sekolah dan kegiatan

pembiasaan yang telah dilaksanakan di SD Pengilon mendapatkan apresiasi yang bagus dari wali murid. Dengan adanya kegiatan pembiasaan tersebut, anak-anak ketika libur di rumah pun melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan karena sudah

terbiasa dan melekat di kegiatan sehari-hari mereka”

(Wawancara tanggal 18 April 2015).

(32)

74

berlangsung dengan baik. Salah satu pendukung internal berupa sikap kepala sekolah dan guru yang mau membaur dengan anggota masyarakat sekitar. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Saya sebagai kepala sekolah dan guru-guru di sini

tentunya selalu saya dorong untuk menjalankan tupoksi semaksimal mungkin. Kita harus saling terbuka, saling asah, asih, dan asuh terhadap warga sekolah dan masyarakat sekitar sehingga kita dapat

mengelola pendidikan dengan baik juga” (wawancara

tanggal 15 April 2015).

Dalam implementasi program manajemen berbasis sekolah juga menemui hambatan baik internal maupun eksternal. Salah satu hambatannya berupa keberadaan sekolah di tengah-tengah masyarakat yang homogen dengan sosial ekonomi yang rendah sehingga sangat berpengaruh pada pola pikir siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Sekolah ini terletak di tengah-tengah pemukiman

penduduk yang homogen dengan sosial ekonomi yang rendah, dan pola pikir mereka yang rendah perlu pengetahuan dan kemampuan khusus dalam

membimbing, membina siswa agar tidak

terpengaruh dengan hal tersebut. Pernah suatu kejadian guru Pengilon dibawakan parang sama murid kelas 5 mau dibacok karena anak tersebut

tidak naik kelas” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

(33)

75 4.2.4 Produk Implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Sasaran pelaksanaan implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon adalah tercapainya aspek peningkatan mutu pendidikan secara berimbang.

Tabel 4.3 Produk Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

No Kegiatan Waktu Pelaksana Dana Pendu

1 Kurikulum dan pembelajaran

a. Pengem

1.400.000 Kompe tensi

(34)

76

(35)

77

2.310.000 Siswa yang

3 Pendidik dan tenaga kependidikan

(36)

78

5 Sarana dan prasarana

(37)

79

6 Hubungan sekolah dan masyarakat

a. Rapat

3.000.000 Kerja sama

7 Budaya dan lingkungan sekolah

(38)

80

b. Kegiatan Pembiasa an

Setiap hari

Kepala sekolah, guru, siswa

150.000 Kesada ran siswa yang tinggi

-

Pening-katan disiplin serta iman dan takwa Sumber: Rencana Kerja Sekolah

Aspek yang akan dicapai berupa prestasi akademik dan non akademik serta terciptanya kondisi lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman dalam berbagai hal. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Ada beberapa aspek yang dicapai, seperti prestasi

akademik, non akademik serta terciptanya suasana sekolah yang kondusif sehingga semua warga sekolah krasan, aman, dan nyama berada di

sekolah ini dan merasa memiliki sekolah ini”

(Wawancara tanggal 15 April 2015).

Keberhasilan di bidang akademik dapat dilihat dari nilai ulangan siswa 90% di atas kriteria ketuntasan minimal, nilai ujian sekolah yang dicapai siswa masuk ke peringkat 5 besar kecamatan. Pada bidang non akademik dapat dilihat dari hasil prestasi siswa seperti pada bidang olah raga memperoleh Juara I gerak jalan dalam rangka HUT RI, Juara III lari 200 M Putra, Juara II lari 200 M Putri, Juara I Atletik lari 60 M Putra, , Juara III Catur Putri, bidang keagamaan memperoleh Juara II Cabang Adzan lomba MAPSI. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Walaupun SD ini lain daripada yang lain karena

(39)

81

tinggi dan dapat diterima di SMP yang favorit”

(Wawancara tanggal 15 April 2015).

Hal tersebut dapat dilihat dari dokumen yang dimiliki SD Negeri Pengilon diantaranya dokumen nilai hasil ujian, dokumen kejuaraan. Di ruang kepala dapat dilihat berbagai macam piala hasil dari memenangkan beberapa perlombaan, dapat dilihat juga suasana kerja antara satu guru dengan yang lainnya yang bagus, saling asah asih asuh, saling mendukung, tidak ada gap diantara mereka.

Dari gambaran di atas dapat dinyatakan bahwa produk implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon adalah meningkatnya prestasi akademik dan non akademik serta terciptanya suasana kerja yang kondusif, harmonis.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Konteks Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

(40)

82

sekolah leluasa mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Berdasarkan uraian tersebut menurut penulis, pada aspek konteks, program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon sesuai dengan kondisi yang diidealkan. Artinya, hal-hal yang melatarbelakangi adanya pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon relevan dengan kondisi yang ada saat itu.

4.3.2 Input Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Adanya komponen input berkontribusi besar pada implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon. Implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon memperoleh dukungan dari berbagai pihak internal dan eksternal. Pihak internal memiliki kapasitas yang tinggi karena berhubungan langsung dengan implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon. Sebagai input dari implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon adalah kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, serta budaya dan lingkungan sekolah.

(41)

83

Kepala sekolah sebagai sumber daya manusia dalam implementasi manajemen berbasis sekolah memiliki posisi yang lebih strategis sebagai penentu kebijakan program pendidikan di Sekolah. Kepala sekolah berperan sebagai top leader, manager, educator,

dan inovator dalam mencapai program pendidikan. Kepala sekolah wajib mampu membawa anggota masyarakat sekolah ke arah perbaikan mutu yang lebih baik dengan berbagai cara seperti pembinaan maupun menyediakan sarana dan prasarana pendidikan.

Pihak eksternal seperti komite sekolah cukup memberikan respon positif pada implementasi manajemen berbasis sekolah dengan memberikan dukungan tersebut guna melengkapi suasana fasilitas pendidikan yang lebih baik. Eksistensi sumber daya manusia sepadan dengan pendapat Dally (2010: 10) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong mengambil keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan kota. Pengambilan keputusan partisipatif untuk memenuhi kebutuhan sekolah atau untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional adalah suatu cara mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik dimana semua warga sekolah terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan. Lebih lanjut Supriadi (2004: 18) menyatakan pada prinsipnya manajemen berbasis sekolah bertujuan untuk memberdayakan sekolah dalam menetapkan berbagai kebijakan internal sekolah yang mengarah pada peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.

(42)

84

memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumber dayanya untuk meningkatkan mutu sekolah.

Hal senada juga tercermin pada penelitian Basuki (2013) dengan judul penelitian Peran Manajemen Berbasis Sekolah dalam Rangka Peningkatan Profesionalisme Guru Penjaskes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme guru sebagai bagian penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dapat didukung dengan adanya sistem pengelolaan manajemen berbasis sekolah. Impelementasi MBS tidak hanya sampai pada tingkat sekolah atau organisasi, tetapi juga sampai tingkat guru dan siswa.

Implementasi manajemen berbasis sekolah tidak hanya didukung oleh sumber daya manusia saja. Selain sumber daya manusia, implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon didukung pula oleh kondisi sarana dan prasarana. Adanya buku panduan pembelajaran, buku guru, buku siswa, alat peraga yang mendukung berbagai peningkatan mutu pendidikan, serta sarana dan prasarana untuk pengembangan kegiatan keagamaan seperti mushola yang lengkap dengan alat ibadahnya. Komponen sarana dan prasarana dalam mendukung implementasi manajemen berbasis sekolah senada dengan pandangan Farid (2013: 114) yang menguraikan bahwa manajemen berbasis sekolah merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi ini diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikan sesuai dengan prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

(43)

85 4.3.3 Proses Implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Proses implementasi manajemen berbasis sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon merupakan tahap strategis yang perlu diperhatikan secara bersama. Pada proses implementasi manajemen berbasis sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon, semua pihak sekolah mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen utama pendukung implementasi program manajemen berbasis sekolah. Pada aspek kurikulum dan pembelajaran, semua warga sekolah terlibat secara aktif mengembangkan kurikulum dengan berpedoman buku pengembangan kurikulum dari BSNP. Pada aspek pendidik dan tenaga kependidikan, guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi serta mereka mengembangkan kompetensi profesional dengan mengikuti berbagai workshop. Pada aspek peserta didik, tertatanya penerimaan siswa baru sampai siswa tersebut lulus. Pada aspek sarana prasarana terlihatnya gedung baru di lantai 2 dan ruang kelas yang baru saja direhab. Hal ini senada dengan pernyataan Dirjendikdas (2013: 18), komponen-komponen yang harus dikelola dengan baik dalam rangka mewujudkan manajemen berbasis sekolah adalah: (1) kurikulum dan pembelajaran, (2) peserta didik, (3) pendidik dan tenaga kependidikan, (4) pembiayaan, (5) sarana dan prasarana, (6) hubungan sekolah dan masyarakat, serta (7) budaya dan lingkungan sekolah.

(44)

86

penetapan siswa pada kelas tertentu, kehadiran dan disiplin siswa di sekolah, dan program bimbingan konseling bagi siswa yang memiliki kelainan. Bidang personalia meliputi dalam perencanaan pengem-bangan guru, pelaksanaan penataran, MGMP, pendidikan lanjutan dan supervisi. Bidang keuangan meliputi penyusunan RAPBS, pendekatan dengan pengusaha, pembuatan proposal. Bidang sarana dan prasarana meliputi pengelolaan gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran, dan Bidang hubungan masyarakat meliputi pendekatan dengan orangtua siswa dan ikut serta dalam sosialisasi program sekolah.

Faktor pendukung proses implementasi manajemen berbasis sekolah baik berupa faktor internal maupun faktor eksternal. Dengan berbagai dukungan, implementasi manajemen berbasis sekolah bisa berlangsung dengan baik. Pendukung internal berupa sikap kepala sekolah dan guru yang mau membaur dengan anggota masyarakat sekitar.

(45)

87

terletak pada pola pikir siswa dan masyarakat sekitar sekolah.

Dari gambaran di atas dapat dinyatakan bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah (pilar manajemen sekolah) di SD Negeri Pengilon telah terlaksana dengan baik dengan didukung semua pihak yang berkepentingan terhadap majunya sekolah walaupun ditemukan masih adanya hambatan, dan hambatan tersebut masih bisa diselesaikan dengan baik.

4.3.4 Produk Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Produk implementasi program manajemen berbasis sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon merupakan tahap akhir yang akan dicapai. Produk menjadi ciri utama tanda keberhasilan implementasi program manajemen berbasis sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon.

Sasaran implementasi program manajemen berbasis sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon adalah tercapainya aspek peningkatan mutu pendidikan secara berimbang. Aspek yang akan dicapai berupa prestasi akademik dan non akademik serta terciptanya kondisi lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman dalam berbagai hal.

(46)

88

menjadi lebih baik, karena layanan pendidikan tersebut berkualitas mengakibatkan prestasi akademik dan prestasi non akademik siswa juga meningkat. Sejalan dengan Nurkholis, Kapiso (2012) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Manajemen Berbasis Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di SMAN 3 Gorontalo dengan hasil penelitian membuktikan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Gambar

Tabel 4.1 Program Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah  (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon
Tabel 4.3 Produk Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Referensi

Dokumen terkait

= Awal Luas Awal Luas Total Luas.. MERENCANAKAN BENTUK BODY PLAN a. Merencanakan bentuk body plan adalah. Merencanakan atau membuat bentuk garis air lengkung

ruang tidur yang terletak diruang radio. 4) Ruang perwira harus mempunyai satu ruang tidur setiap orang. 5) Ruang bintara dan tamtama menempati satu ruang untuk dua..

[r]

Gymnospermae disebut tumbuhan berbiji terbuka, karena memiliki ciri utama berupa bakal biji yang tumbuh pada permukaan megasporofil (daun buah) atau biji tidak

I t was of interest t o learn to what extent fat-soluble compounds such as PCBs, dicofol and p.p’-DDT would be deposited as residues in tissues of bcef cattle if fed

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pemaparan yang diterima oleh para konsumen mengenai produk sepatu Converse merupakan salah satu faktor yang dapat

Hubungan Antara Komitmen Berpacaran dengan Kualitas Persahabatan pada Remaja Akhir di Universitas Pendidikan Indonesia.. Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Berdasarkan penelitian yang meneliti pengaruh variabel makroekonomi seperti Inflasi, BI rate , Kurs USD/IDR dan indeks SHCOMP, dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks