• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Negeri 1 Purwosari Kecamatan Patebon T2 942014019 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Negeri 1 Purwosari Kecamatan Patebon T2 942014019 BAB IV"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

61

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN

Di dalam bab IV ini akan dibahas tentang hasil

penelitian dan pembahasan. Berdasarkan pada

permasalahan dan tujuan penelitian bersumber dari

wawancara mendalam, observasi langsung, dan

dokumentasi) akan dikelompokkan sesuai dengan

permasalahan dan tujuan penelitian

4.1 Profil Sekolah SD N 1 Purwosari

SDN 1 Purwosari Kecamatan Patebon Kabupaten

Kendal merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri di

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal yang terletak di

Jalan Raden Patah KM 1,5 Desa Purwosari. SDN 1

Purwosari jarak tempuh dari ibukota kecamatan

kurang lebih 2 km dan dari ibukota kabupaten kurang

lebih 6 km sehingga SDN 1 Purwosari tidak terlalu jauh

dari pusat kota. Nilai akreditasi SDN 1 Purwosari

adalah Baik (B), luas lahan yang ditemapti adalah 1290

m², luas bangunan sekolah 306 m², dengan jumlah

rombongan belajar 6 kelas.

Saat ini personalia SD N 1 Purwosari terdiri dari

seorang Kepala Sekolah dengan kualifikasi pendidikan

D2, Guru sejumlah 8 orang dengan kualifikasi

(2)

62

masih menyelesaikan pendidikan sarjana dan seorang

penjaga sekolah dengan kualifikasi pendidikan SLTA.

Sedangkan prestasi dibidang akademik SD N 1

Purwosari berada di peringkat 15 dari 30 SD/MI se

Kecamatan Patebon pada tahun ajaran 2014/2015.

Untuk prestasi non akademik pada tahun ini

memperoleh juara harapan lomba Pesta Siaga 2015.

Status kepemilikan tanah SDN 1 Purwosaria

dalah milik desa. SDN 1 Purwosari berdiri sejak tahun

1925 dan bangunan yang sekarang merupakan

bangunan yang diperoleh sejak tahun 2002, bangunan

permanen berlantai dua yang memenuhi standar untuk

proses kegiatan belajar mengajar dengan dilengkapi

fasilitas 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang

guru, 1 gedung perpustakaan, 1 kamar mandi/WC

guru, 3 kamar mandi/WC anak, 1 tempat parkir, 1

lapangan olah raga dan upacara.

Visi yang dicanangkan SDN 1 Purwosari adalah “ Menciptakan Lulusan yang bertaqwa, Cerdas, Trampil

dan Berbudi Pekerti Yang Luhur “ sedangkan misi yang

yang diemban untuk merealisasikan dari visi tersebut

adalah :

(1) menyelenggarakan pendidikan agama baik teori

maupun praktek.

(2) melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif,

(3)

63

(3) menyelenggarakan pendidikan budi pekerti

pada setiap kegiatan pembelajaran.

(4) menyelenggarakan pendidikan kecakapan

hidup.

(5) menyelenggarakan ekstrakurikuler.

(6) Melaksanakan gerakan peduli lingkungan

secara berkala untuk menciptakan lingkungan

sekolah yang bersih dan indah serta

menanamkan sikap peduli lingkungan pada

warga sekolah.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Konteks Program Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari

Program manajemen berbasis sekolah di SD 1

Purwosari sudah dilaksanakan hampir 10 tahun.

Sebelum manajemen berbasis sekolah dilaksanakan di

SD 1 Purwosari, pengelolaan pendidikan masih bersifat

sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai

penyelenggara pendidikan tergantung pada keputusan

birokrasi. Sekolah tidak mempunyai kuasa untuk

melakukan pengelolaan pendidikan secara mandiri

sehingga sekolah tidak berkembang yang berdampak

terhadap mutu sekolah.

Peran serta masyarakat khususnya orang tua

siswa dalam pelaksanaan pendidikan sangat minim.

(4)

64

diabaikan, partisipasi masyarakat selama ini diartikan

hanya sebatas sebagai penggalangan dana. Oleh karena

itu, program manajemen berbasis sekolah sangat

dibutuhkan di SD 1 Purwosari, sebagaimana

dikemukakan oleh Kepala SD 1 Purwosari sebagai

berikut:

“Ya, program manajemen berbasis sekolah sangat dibutuhkan di SD 1 Purwosari, mengingat sebelum adanya program manajemen berbasis sekolah semuanya bersifat sentralistik, apa-apa menganut wewenang dari pusat, kita yang di bawah hanya sebagai pelaksana tidak bisa urun rembug terhadap pelaksanaan pendidikan yang tiap hari kita kerjakan, yang tahu persis tentang apa yang terjadi di sekolah tentunya orang-orang yang terlibat langsung dalam proses pendidikan di SD tersebut, kepala sekolah, guru, penjaga, siswa serta komite sekolah” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

“Kebutuhan akan program manajemen berbasis sekolah cukup tinggi. Hal ini karena munculnya kesadaran semua pihak sekolah (kepala sekolah, guru, penjaga, komite sekolah serta siswa) untuk memajukan sekolah. Menurut saya dengan adanya program manajemen berbasis sekolah semua pihak yang terlibat di sekolah bisa saling sharing untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dan tentunya dengan adanya keterlibatan secara langsung komite sekolah, sekolah menjadi lebih tahu apa yang akan dilakukan demi menjaga kualitas pelayanan pendidikan” (Wawancara tanggal 16 April 2016).

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh salah satu

(5)

65 “Manajemen berbasis sekolah memang dibutuhkan, karena dengan adanya manajemen berbasis sekolah, wali murid bisa ikut menyampaikan pendapatnya sehingga akan terlihat peran wali murid dengan adanya komunikasi antara sekolah dengan wali murid. Hal ini menjadikan wali murid secara tidak langsung ikut bertanggung jawab dalam proses pendidikan yang terjadi di SD 1 Purwosari, apalagi posisi SD yang terletak di tengah pemukiman warga, apapun yang terjadi di SD 1 Purwosari pasti wali murid bahkan warga masyarakat sekitar tahu apa yang terjadi di SD” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat

dinyatakan bahwa program manajemen berbasis

sekolah dibutuhkan di SD 1 Purwosari karena

munculnya kesadaran semua pihak sekolah (kepala

sekolah, guru, penjaga, komite sekolah serta siswa)

untuk memajukan sekolah. Dengan adanya program

manajemen berbasis sekolah semua pihak yang terlibat

di sekolah bisa saling berkomunikasi untuk

meningkatkan dan menjaga kualitas pelayanan

pendidikan.

Upaya pengelolaan pendidikan yang profesional di

SD 1 Purwosari menyebabkan penerapan manajemen

berbasis sekolah menjadi prioritas utama. Hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD 1 Purwosari

sebagai berikut:

(6)

66

warga sekolah khususnya guru-guru dan penjaga dapat melaksanakan tupoksinya masing-masing sehingga apa yang diprogramkan sekolah bisa tercapai” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

“Ya, memang benar. Tujuan utama dari manajemen berbasis sekolah adalah meningkatkan mutu karena boleh dikatakan manajemen berbasis sekolah memberikan otonomi yang besar kepada sekolah untuk mendayagunakan semua yang ada di sekolah. Pemanfaatan otonomi sekolah yang benar bisa meningkatkan prestasi” (Wawancara tanggal 16 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu

pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:

“Memang benar, tujuan dengan adanya manajemen berbasis sekolah meningkatkan mutu, prestasi akademik meningkat sesuai dengan tujuan sekolah yaitu sekolah yang mempunyai nilai sejajar dengan sekolah lain di Kecamatan Bulu sehingga tidak tertinggal dengan sekolah-sekolah yang lain dan orang tua siswa tentunya akan merasa bangga dengan hasil prestasi yang dicapai” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Pada intinya tujuan penerapan program

manajemen berbasis sekolah untuk mendayagunakan

sekolah melalui otonomi kepada sekolah dan

mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan

keputusan secara partisipatif. Manfaat dari

pendayagunaan sekolah secara maksimal tersebut

(7)

67

Pengelolaan pendidikan memerlukan dukungan

aset yang memadai, begitu pula dalam program

manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari. Hal ini

sebagaimana diungkapkan oleh Kepala SD 1 Purwosari

sebagai berikut:

“Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari ini didukung oleh aset yang memadai Mbak, terutama aset sumber daya manusianya. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga atau sebuah investasi besar yang akan menjadi faktor utama yang menentukan suatu keberhasilan sebuah program. Bisa dilihat aset di SD 1 Purwosari, sumber daya manusianya: potensi guru dan penjaga apalagi siswanya. Pembentukan karakter dan potensi siswa sangat bagus, karena disini anak-anaknya belum terkontaminasi hal-hal yang buruk. Sumber sarprasnya semakin meningkat, saat ini SD 1 Purwosari mempunyai gedung dengan 2 lantai, lantai bawah untuk kelas rendah kelas 1 dan 2 sedangkan lantai atas untuk kelas 3, 4, 5 dan 6” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

(8)

68

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu

pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:

“Apa yang dikatakan oleh Bapak Kepala Sekolah dan Pak Guru memang betul adanya, saya lihat guru-guru di SD 1 Purwosari itu potensinya bagus, walaupun sebagian besar guru di SD 1 Purwosari adalah guru honorer. Dari 8 guru 4 guru PNS dan 4 tenaga honorer. Potensi siswa dapat mudah dikembangkan karena anak-anak Purwosari itu belum banyak terkontaminasi oleh dunia luar, mereka hidup di wilayah pedesaan yang agamis. Sarprasnya meningkat pesat, komite setiap kegiatan sekolah pasti diikutsertakan ” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Dari beberapa pernyataan wawancara dapat

disimpulkan bahwa program manajemen berbasis

sekolah di SD 1 Purwosari didukung aset yang memadai

diantaranya potensi guru dan siswa, sarana dan

prasarana dari tahun ke tahun yang semakin

meningkat.

Pemahaman terhadap kondisi faktual dan

karakteristik lingkungan pendidikan merupakan

prasyarat utama yang harus dilakukan sebelum konsep

manajemen berbasis sekolah tersebut dilaksanakan.

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD 1

Purwosari sebagai berikut:

(9)

69 anggaran yang lebih nyata tentang program sekolah, sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah yang lain dalam peningkatan mutu pendidikan” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

“Saya membenarkan pernyataan Bapak Kepala Sekolah. Adanya peluang melatarbelakangi manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari ini diantaranya: kepala sekolah, guru, penjaga, siswa dan didukung komite dan wali siswa sangat kompeten untuk meningkatkan mutu sekolah, pengambilan keputusan dalam sistem manajemen berbasis sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah, adanya rencana anggaran yang lebih realistik tentang program sekolah” (Wawancara tanggal 16 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu

pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:

“Memang benar, dengan adanya peluang melatar belakangi manajemen berbasis sekolah di SD 01 Purwosari. Diantaranya: adanya keterlibatan kepala sekolah, guru, penjaga, siswa, orang tua siswa dan masyarakat Purwosari dalam pengambilan keputusan, adanya tanggung jawab sekolah terhadap mutu pendidikan khususnya kepada wali siswa dan masyarakat pada umunya, dengan adanya aspirasi masyarakat yang mendukung terhadap proses pendidikan, sekolah tentunya dapat merespon semua permasalahan dengan cepat”. (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Kesadaran dari pihak internal dan eksternal

sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah dan

menjadikan SD 1 Purwosari tidak terlalu ketinggalan

(10)

70

salah satu peluang pelaksanaan program manajemen

berbasis sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah,

guru, dan komite sekolah diperoleh informasi bahwa

selain sesuai kebijakan, program manajemen berbasis

sekolah memang diperlukan di SD 1 Purwosari dengan

didukung aset dan peluang yang ada. Dengan berbagai

konteks yang ada, mendorong pihak sekolah

mengkondisikan manajemen berbasis sekolah di SD 1

Purwosari.

4.2.2 Input Program Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari

Dalam mendukung program manajemen berbasis

sekolah di SD 1 Purwosari perlu memperoleh dukungan

dari berbagai pihak sekolah, baik pihak internal

maupun eksternal. Pihak internal memiliki kapasitas

yang cukup tinggi karena berdampingan langsung

dengan pelaksanaan program manajemen berbasis

sekolah. Sebagai input program manajemen berbasis

sekolah ini adalah kurikulum dan pembelajaran,

peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan,

pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah

dan masyarakat, budaya dan lingkungan sekolah. Dari

segi pendanaan yang sudah dialokasikan dari

(11)

71

dimanfaatkan untuk kemajuan sekolah dan mutu

pendidikan.

Kepala sekolah memiliki posisi yang strategis

sebagai penentu kebijakan program pendidikan di

sekolah. Salah satu tugas penting kepala sekolah

adalah mengelola kurikulum dan pembelajaran.

Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD 1 Purwosari

sebagai berikut:

“Kurikulum yang digunakan pada tahun pelajaran 2013/2014 semua rombongan belajar menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada tahun pelajaran 2014/2015 kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 sedangkan kelas 3 dan 5 masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 rombongan belajar menggunakan KTSP” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

“Memang benar Kurikulum yang digunakan pada tahun pelajaran 2013/2014 semua rombongan belajar menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada tahun pelajaran 2014/2015 kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 sedangkan kelas 3 dan 5 masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 rombongan belajar menggunakan KTSP” (Wawancara tanggal 16 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu

(12)

72

“Benar apa yang dikatakan oleh Bapak Kepala Sekolah dan Guru kelas V bahwa Kurikulum yang digunakan pada tahun pelajaran 2013/2014 semua rombongan belajar menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada tahun pelajaran 2014/2015 kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 sedangkan kelas 3 dan 5 masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 rombongan belajar menggunakan KTSP” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat

disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) digunakan di SD 1 Purwosari pada

tahun pelajaran 2013/2014 di semua kelas. Pada tahun

pelajaran 2014/2015 terjadi transisi penggunaan

kurikulum baru di kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan

kurikulum 2013, kelas 3 dan 6 tetap menggunakan

KTSP. Pada tahun 2015/2016 karena banyaknya

hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013, sesuai

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor

160 tahun 2014 tentang pemberlakuan kurikulum

2006 dan kurikulum 2013, Kelas 1, 2, 4, 5, dan 6

kembali menggunakan KTSP.

Pernyataan tersebut didukung dengan adanya

dokumen tertulis pengembangan kurikulum

diantaranya adalah Undang-undang nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan

Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

(13)

73

Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2006

tentang pelaksanaan peraturan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta

dokumen pengembangan kurikulum dari BSNP.

Siswa sebagai peserta didik merupakan salah

satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses

pendidikan. Keberadaan siswa yang berkualitas mampu

mendukung program manajemen berbasis sekolah di

SD 1 Purwosari. Hal ini sebagaimana dikemukakan

oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Siswa kelas 1 semuanya berasal dari TK di Purwosari dan berbagi TK di lingkungan desa Purwosari. Untuk penerimaan siswa baru, semua anak TK yang tamat dari TK langsung dimasukkan ke SD 01 Purwosari semua. Guru kelas 1 sudah terbantu dengan karakteristik siswa kelas 1 yang sudah pernah mengenyam pendidikan sebelumnya” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

(14)

74

“Memang benar, semua siswa kelas 1 berasal dari lulusan TK jadinya guru kelas 1 tidak terlalu kerepotan dalam melaksanakan tugasnya, karena siswa kelas 1 sudah terbiasa dengan rutinitas sehari-hari yaitu bersekolah. Tentunya akan berbeda kualitas siswa kelas 1 antara anak yang sudah pernah mengenyam pendidikan TK atau langsung masuk ke SD tanpa melalui TK dulu” (Wawancara tanggal 17 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu

pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:

“Iya memang benar, untuk semua anak TK yang sudah lulus dan saatnya masuk SD, semuanya saya anjurkan untuk meneruskan sekolah di SD 1 Purwosari. Jangan sampai ada anak yang bersekolah keluar dari Desa Purwosari. Setiap ada rapat ataupun kegiatan desa selalu saya serukan untuk orang tua yang mempunyai anak TK dan sudah saatnya masuk SD, diharapkan untuk sekolah di SD 1 Purwosari”. (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Dari hasil wawancara di atas dapat dinyatakan

bahwa input siswa kelas satu berasal dari taman

kanak-kanak berkat kerja sama sekolah dengan TK dan

komite sekolah. Akan terdapat perbedaan antara input

siswa yang pernah mengenyam pra sekolah di TK

dengan input siswa yang belum pernah mengeyam pra

sekolah di TK yaitu di kesiapan akademik anak.

Pernyataan tersebut didukung dengan adanya

dokumen formulir pendaftaran peserta didik (S1, S2,

dan S3), ijazah dari Taman Kanak-kanak, dan akta

kelahiran.

Guru memiliki posisi yang strategis sebagai input

(15)

75

kompetensi yang dimilikinya. Hal ini seperti

dikemukakan oleh Kepala SD 1 Purwosari sebagai

berikut:

“Hampir semua guru memenuhi kualifikasi akademik. Guru yang belum S1 sedang studi lanjut ke jenjang S1. Guru yang berkualifikasi D2 tidak mau meneruskan ke S1 karena 12 bulan lagi purna tugas. Untuk guru yang bersertifikat pendidik, dari tahun ke tahun meningkat. Semua guru PNS sampai saat ini sudah bersertifikat pendidik sedangkan guru-guru yang belum bersertifikat pendidik adalah guru honorer” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

“Benar apa yang dikatakan oleh Bapak Kepala Sekolah. Sekarang tinggal 1 guru yang masih studi lanjut di Universitas Terbuka. Guru yang berkualifikasi D2 tidak mau meneruskan ke S1 karena 12 bulan lagi purna tugas. Semua guru PNS sampai saat ini sudah bersertifikat pendidik sedangkan guru-guru yang belum bersertifikat pendidik adalah guru honorer” (Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu

pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:

“Hampir semua guru di SD 1 Purwosari berkualifikasi S1, yang saya lihat untuk tahun ini yang belum S1 hanya tinggal 1 orang saja, yang berkualifikasi D2 tidak meneruskan ke jenjang S1 karena hampir pensiun jadi tidak mau meneruskan ke jenjang S1” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Kualifikasi akademik guru di SD 1 Purwosari mencapai

90% dan kualifikasi profesional mencapai 60%. Hal

tersebut menjadi pendukung program implementasi

(16)

76

mempunyai posisi strategis sebagai agen pembelajaran.

Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumen

file ijazah kepala sekolah, guru, dan penjaga SD 1

Purwosari. Daftar usul peserta sertifikasi guru dan

dokumen sertifikat pendidik.

Program implementasi manajemen berbasis sekolah di

SD 1 Purwosari didukung pula oleh kondisi keuangan

sekolah yang seimbang. Pendanaan sekolah yang

cukup akan menjadi pemasukan dalam implementasi

manajemen berbasis sekolah dengan baik dan lancar

karena tercukupinya dana sekolah seperti sumber dana

BOS dan sumbangan yang tidak mengikat dari komite.

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah

sebagai berikut:

“Keuangan dibiayai dari BOS. Kami menerima dana BOS sebesar Rp 147.200.000,00/tahun atau Rp 36.900.00,00/ triwulan dan itu sudah dapat memenuhi kebutuhan sekolah serta kami mendapatkan bantuan dana dari komite dan sifatnya tidak mengikat maupun memaksa” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD 1

Purwosari:

(17)

77 digunakan untuk membeli sarana pendidikan” (Wawancara tanggal 17 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu

pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:

“Ya, betul. Untuk ukuran sekolah yang berada di pedesaan dana BOS yang diterima sudah mencukupi kebutuhan SD. Kami selaku komite juga menggalang dana untuk membeli barang yang dibutuhkan di SD dan tidak bisa dibeli melalui dana BOS seperti tralis pagar” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

kondisi keuangan di SD 1 Purwosari dapat memenuhi

kebutuhan pendidikan di SD 1 Purwosari.

Selain keuangan, kondisi sarana dan prasarana

juga menjadi input dalam implementasi manajemen

berbasis sekolah di SD 1 Purwosari secara maksimal.

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah

sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana di SD ini sudah cukup lengkap bisa dilihat dari prasarana maupun sarananya. Untuk siswa sudah dipenuhi satu siswa satu buku, guru mempunyai buku pegangan guru lebih dari empat dari berbagai penerbit. Prasarananya juga sudah cukup bagus, halaman sudah dipaving sehingga saat hujan tidak becek”(Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD 1

Purwosari:

(18)

78

mendukung proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa. Untuk buku bisa dilihat satu buku untuk satu siswa,dipinjamkan selama siswa tersebut menjadi siswa di SD Purwosari. Prasarananya bisa anda lihat sendiri setiap tahun mengalami peningkatan” (Wawancara tanggal 17 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:

“Ya, betul. SD ini terletak di desa, jika anak ingin mencari buku harus pergi ke pusat kota. Untung SD memberikan fasilitas untuk buku pegangan siswa setiap siswa satu buku. Selain itu saya lihat alat peraga pendidikan semakin bertambah, fasilitas pendidikan juga bertambah. Untuk prasarananya juga mengalami peningkatan yang luar biasa.” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat

disimpulkan bahwa SD 1 Purwosari mempunyai sarana

dan prasarana berupa buku panduan pembelajaran

seperti buku pegangan siswa dan buku pegangan guru.

Sarana berupa alat peraga untuk mendukung berbagai

peningkatan mutu pendidikan dan prasarana yang

mengalami peningkatan dalam pengelolaan. Pernyataan

tersebut juga didukung studi dokumen adanya buku

inventaris barang yang dikelola oleh petugas inventaris

barang melalui aplikasi simbada dimonitoring langsung

oleh DPPKAD Kabupaten Kendal.

Hubungan masyarakat juga menjadi input

implementasi manajemen berbasis sekolah yang

berpotensi. Adanya hubungan masyarakat yang

(19)

79

manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari. Hal

tersebut sebagaimana dikemukakan oleh kepala

sekolah sebagai berikut:

“Hubungan masyarakat dengan sekolah bagus. SD mempunyai program untuk hubungan masyarakat diantaranya kegiatan rutin rapat komite setiap awal tahun pelajaran, penentuan standar kelulusan minimal ujian sekolah dan rapat kelulusan siswa kelas enam. Bekerja sama dalam peringatan hari besar dan Sekolah ikut serta dalam kegiatan sosial masyarakat Purwosari” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD 1

Purwosari:

“Kondisi hubungan masyarakat dengan sekolah sangat bagus. SD bisa menyatu dengan kegiatan sosial masyarakat Purwosari. Hubungan dengan komite juga harmonis, komite selalu hadir jika diundang untuk urun rembug tentang kegiatan SD dan SD bekerja sama dengan komite dalam pelaksanaan peringatan hari besar” (Wawancara tanggal 17 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu

pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:

“Ya, betul sekali. Hubungan masyarakat dengan SD bagus. Masyarakat sangat mendukung semua kegiatan yang sekolah lakukan kami selalu bekerja sama dalam peringatan hari besar. Untuk kegiatan sosial, kami saling mendukung. Jika ada warga yang ingin menggunakan gedung SD, SD dengan tangan terbuka memperbolehkan asalkan setelah jam KBM selesai” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat

disimpulkan bahwa hubungan masyarakat Pengilon

(20)

80

berbasis sekolah dan beberapa pernyataan tersebut

didukung dengan studi dokumen program hubungan

masyarakat Pengilon dengan sekolah.

Belum semua sekolah memahami pentingnya

budaya sekolah. Hal ini terlihat pada fakta bahwa

belum semua sekolah memiliki program

pengembangannya. Namun SD 1 Purwosari memiliki

program budaya dan lingkungan sekolah melalui

budaya baca dan kegiatan pembiasaan yang baik. Hal

tersebut sebagaimana dikemukakan oleh kepala

sekolah sebagai berikut:

“SD 1 Purwosari memiliki program budaya baca dan kegiatan pembiasaan yang telah berjalan dengan rutin dan lancar” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD 1

Purwosari:

“Budaya dan lingkungan sekolah sebagai salah satu input dalam program MBS ada di SD N 1 Purwoari, di antaranya budaya baca melalui mading hasil karya siswa dan kegiatan pembiasaan yang rutin dilakukan siswa dan guru” (Wawancara tanggal 17 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu

pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:

(21)

81 dari kreatifitas anak” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Sekolah telah mempunyai program untuk

mengembangkan budaya dan lingkungan sekolah

melalui kegiatan pembiasaan dan budaya baca. Hal

tersebut didukung dengan adanya program dan alokasi

dana untuk pengadaan majalah dinding.

Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa

input program manajemen berbasis sekolah di SD 1

Purwosari mendukung implementasi program

manajemen berbasis sekolah dengan tersedianya

kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik

dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan

prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, budaya

dan lingkungan sekolah.

4.2.3 Proses Implementasi Program Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari

Pada tahap proses implementasi program manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari, pihak sekolah mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen utama.

Penulis dalam observasi di lapangan melihat

adanya pendukung implementasi program manajemen

berbasis sekolah seperti buku pengembangan

kurikulum dari BSNP dan beberapa dokumen

peraturan pemerintah seperti PP nomor 19 tahun 2005

(22)

82

sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD 1 Purwosari

sebagai berikut:

“Untuk pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah yang saya tekankan pada proses yang harus dilaksanakan secara terbuka, transparan, dan tentunya penuh tanggung jawab. Menurut saya dengan input yang sudah bagus dan proses yang maksimal tentunya akan memperoleh hasil yang maksimal. Untuk pengembangan kurikulum kita laksanakan setiap liburan semester 2 mendekati awal ajaran baru. Tim pengembang kurikulum terdiri dari pengawas SD, semua guru dan komite SD 1 Purwosari ikut membuat kurikulum. Pengembangan kurikulum SD 1 Purwosari sampai 5 tahap yaitu workshop, review, revisi, finalisasi, dan pemantapan. Setelah itu disahkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

“Hal tersebut memang benar. Untuk proses pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah memang sangat dioptimalkan. Untuk pembuatan kurikulum misalnya, semua yang berkepentingan termasuk komite sekolah diundang ke sekolah untuk mengikuti dari awal sampai terwujudnya sebuah kurikulum SD 1 Purwosari dan mereka berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan kurikulum” (Wawancara tanggal 17 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu

pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:

(23)

83 kepada anak didik. Orang tahu murid tahu lho yang namanya KKM, jadi kalau nilai anaknya di bawah KKM berarti tidak tuntas, nilai anak harus di atas KKM. Dulunya apa mereka tahu yang namanya KKM, tahunya mereka ya, anak disekolahkan pokoke kudu pinter. Mereka sekarang ikut terjun langsung ikut memantau perkembangan anak. Seperti pas rapat wali murid kemarin ada yang tanya kenapa LKS belum datang, kemudian mengeluh pelajarannya kok sulit, dulu pelajaran saya tidak seperti itu. Bagus lah perkembangan perhatian orang tua murid terhadap sekolah” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Program kurikulum dan pembelajaran

merupakan bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS). Berdasarkan pengamatan, upaya-upaya yang

telah dilakukan SD 1 Purwosari untuk merealisasikan

hal-hal di atas adalah pembagian tugas mengajar guru

yang dituangkan dalam surat keputusan kepala

sekolah tentang kegiatan belajar mengajar, penyusunan

kalender akademik sekolah dan jadwal pelajaran setiap

kelas, pembagian waktu mengajar yang digunakan,

penetapan pelaksanaan evaluasi belajar siswa,

penetapan penilaian, penetapan kriteria kenaikan

kelas, pencatatan kemajuan belajar siswa, serta

peningkatan perbaikan mengajar serta pengisian waktu

jam belajar yang kosong.

Dokumen yang mendukung realisasi dari

program kurikulum dan pembelajaran adalah adanya

Dokumen 1 dan 2 Kurikulum SD 1 Purwosari,

(24)

84

sekolah tentang kegiatan belajar mengajar, kalender

pendidikan SD 1 Purwosari, buku bantu dan analisa

nilai.

Penataan dan pengaturan siswa dapat dilihat dari

awal siswa tersebut diterima di SD 1 Purwosari sampai

siswa tersebut lulus. Penataan dan pengaturan siswa di

SD 1 Purwosari dapat dilihat dengan adanya dokumen

buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan

siswa, buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan senantiasa

menginginkan agar pendidik dan tenaga kependidikan

melaksanakan tugas secara optimal dan

menyumbangkan segenap kemampuannya untuk

kepentingan sekolah, serta bekerja lebih baik dari hari

ke hari. Untuk itu, guru di SD 1 Purwosari yang belum

memiliki kualifikasi akademik yang dipersyaratkan,

mereka meneruskan pendidikan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi. Hal tersebut seperti dikemukakan

oleh kepala sekolah sebagai berikut:

(25)

85

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

“Hal tersebut memang benar. Guru yang belum S1 melanjutkan pendidikan lagi. Untuk pengembangan standar pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan melalui kegiatan KKG setiap hari Sabtu mulai pukul 10.00 WIB s.d 13.00 WIB, dan melalui kegiatan workshop ataupun bintek yang dibiayai oleh guru sendiri ataupun sekolah seperti yang diadakan satu tahun terakhir kemarin yaitu workshop Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh Ikatan Kadang Temanggungan, pengenalan IT yang diadakan oleh Tim K3S Kecamatan Patebon, dan workshop PKB oleh Tim PKB Kabupaten Kendal” (Wawancara tanggal 17 April 2016).

Guru di SD 1 Purwosari telah meningkatkan

profesionalisme secara terus menerus dengan berbagai

cara yang profesional dan proporsional peningkatan

kompetensi akademik, kegiatan pengembangan profesi

melalui KKG, workshop, dan bintek. Penulis juga

mengamati setiap Hari Sabtu jam 09.45 WIB guru-guru

bersiap-siap untuk mengikuti KKG. Pernyataan di atas

didukung dengan adanya dokumen proposal kegiatan

dan sertifikat hasil dari kegiatan tersebut.

Pengelolaan keuangan sekolah meliputi

pengaturan penerimaan, pengalokasian dan

pertang-gungjawaban keuangan. Komponen keuangan sekolah

merupakan komponen yang menentukan terlaksananya

kegiatan belajar-mengajar bersama

komponen-komponen lain. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh

(26)

86

“Proses pengelolaan keuangan sekolah yang bersumber dari BOS dimulai dengan adanya penyusunan RAKS di awal tahun pelajaran baru untuk satu tahun ke depan, setelah tersusun, dokumen RAKS yang telah dibuat akan mendapatkan pengesahan dari UPT Dinas Pendidikan dan untuk pertanggungjawaban penggunaan BOS dilakukan setiap triwulan yaitu akhir Bulan Maret, akhir Bulan Juni, akhir Bulan September , dan akhir Bulan Desember. Proses pengelolaan keuangan sekolah dari dana komite dikelola oleh bendahara komite dan dipertanggungjawabkan setiap awal tahun pelajaran baru dihadapan semua wali murid” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

“Pengelolaan keuangan sekolah di SD Pengilon transparan. Semua guru dan komite diajak untuk menyusun RAKS. RAKS ini digunakan sebagai acuan penggunaan dana BOS. Pertanggungjawabannya dibuat setiap akhir triwulan I, II, III, dan IV. Dana yang bersumber dari komite dikelola sendiri oleh bendahar komite dan dipertanggungjawabkan di rapat pleno pada awal tahun pelajaran baru” (Wawancara tanggal 17 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite

Sekolah SD 1 Purwosari:

“Komite tahu dana yang diperoleh oleh SD. Untuk dana BOS kami diikutsertakan mulai dari penyusunan rencana anggarannya, berapa besarnya dan dialokasikan untuk apa karena nantinya ketua komite ikut bertanggung jawab dengan menandatangani dokumen RAKS tersebut. Untuk dana yang bersumber dari komite kami kelola dan kami gunakan untuk pengembangan prasarana di SD” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Sarana prasarana merupakan fasilitas yang

menunjang proses pendidikan. Hal tersebut seperti

(27)

87 “Adanya sarana dan prasarana serta proses pengelolaan sarana dan prasarana yang baik akan mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan yang optimal. SD 1 Purwosar mengalami pengembangan sarana prasarana secara terus menerus terlihat peningkatan prasarana. Untuk sarananya selalu bertambah setiap tahunnya mulai dari pengadaan alat-alat olahraga, data visual seperti Visi Misi Sekolah, pembuatan slogan yang ditempel di dinding luar kelas” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

“Dulu SD ini merupakan SD yang kondisi bangunannya sangat jelek dan tidak standar, setelah

komite dan Sekolah giat membuat proposal akhirnya

SD ini berturut turut mendapatkan dana block grant

untuk pengelolaan perpustakaan berbasis IT. Seiring

dengan prasarana yang dibenahi, sarananya pun

mulai ditingkatkan mulai dari alat peraga

pendidikan maupun sumber belajar untuk siswa itu sendiri” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Berdasarkan observasi dan beberapa pernyataan

wawancara, sarana pendidikan yang ada di SD 1

Purwosari dapat menunjang proses pembelajaran

diantaranya ada 6 lokal ruang kelas, meja dan kursi

yang digunakan setiap satu anak menempati 1 kursi

dan 1 meja, buku pelajaran yang digunakan per mapel

(satu siswa satu buku tiap mata pelajaran). Di ruangan

peraga bisa dilihat berbagai macam alat peraga dan

media pengajaran seperti globe, gambar wayang, Alat

(28)

88

TV, di dinding luar kelas tertempel berbagai macam

slogan untuk motivasi warga sekolah. Berbagai macam

alat olahraga seperti raket, bola sepak, bola volly, bola

basket, bola pingpong , matras, dan sebagainya untuk

menunjang proses kegiatan belajar mengajar mata

pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Prasarana yang bisa dilihat di SD 1 Purwosari antara

lain adanya halaman sekolah, jalan ke sekolah yang

mudah dilalui.

Hubungan sekolah dengan masyarakat

merupakan prioritas pertama kali yang harus dibina

dalam penyelenggaraan pendidikan. Mengutamakan

prioritas tersebut dimaksudkan untuk menjalin

kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut sebagaimana

dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Hubungan sekolah dengan masyarakat Desa Pengilon sangat baik. Kegiataan peringatan hari besar kami bekerja sama dengan masyarakat dan komite seperti peringatan Nuzulul Qur’an, warga sekolah yaitu guru dan siswa serta masyarakat dan komite Sekolah bersama larut dalam shalat taraweh berjamaah. Peringatan HUT RI kami bekerja sama dengan pihak TK untuk mengadakan upacara bersama secara serentak” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

(29)

89 kami menggandeng masyarakat dan komite untuk berperan aktif. Kegiatan sosial yang terjadi di Desa Purwosari baik itu senang atau susah, pihak sekolah juga selalu menghadiri kegiatan tersebut. Bentuk hubungan yang lain adalah ketika dilaksanakan pesantren kilat warga sekitar ikut shalat taraweh berjamaah di sekolah” (Wawancara tanggal 17 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite

Sekolah SD 1 Purwosari:

“Hubungan sekolah dengan masyarakat Desa Purwosari sangat baik memang betul. Kami dengan tangan terbuka akan selalu mendukung pelaksanaan program sekolah. Kami juga mengapresiasikan atas perhatian dan kepedulian sosial yang tinggi dari pihak SD. Setiap kegiatan sosial yang ada di Desa Purwosari, SD turut membantu kegiatan tersebut” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Budaya sekolah merupakan karakteristik khas

sekolah yang membedakan antara satu sekolah dengan

sekolah yang lain. Budaya sekolah yang baik akan

mendorong sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah

tersebut. Hal ini seperti dikemukakan oleh kepala

sekolah sebagai berikut:

(30)

90

kegiatan kultum bersama.” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD

1 Purwosari:

“Siswa kelas 3 sampai 6 kami latih untuk membuat majalah dinding dengan tujuan menumbuhkan budaya baca di SD 1 Purwosari, selain itu siswa boleh meminjam buku koleksi di perpustakaan. Kegiatan pembiasaan yang dilakukan di Sekolah cukup bagus dan mendapatkan apresiasi dari komite sekolah maupun wali murid, karena sudah terbiasa dilaksanakan untuk kegiatan pembiasaan pagi hari seperti baris ketika akan masuk kelas, membaca Asmaul Husna, kegiatan beribadah bersama, siswa secara sadar melaksanakannya walaupun tidak ada guru yang mendampingi” (Wawancara tanggal 17 April 2016).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite

Sekolah SD 01 Purwosari:

“Budaya baca di lingkungan sekolah dan kegiatan pembiasaan yang telah dilaksanakan di SD 01 Pengilon mendapatkan apresiasi yang bagus dari wali murid. Dengan adanya kegiatan pembiasaan tersebut, anak-anak ketika libur di rumah pun melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan karena sudah terbiasa dan melekat di kegiatan sehari-hari mereka” (Wawancara tanggal 18 April 2016).

Faktor pendukung implementasi manajemen

berbasis sekolah baik berupa faktor internal maupun

faktor eksternal. Dengan berbagai dukungan,

implementasi manajemen berbasis sekolah bisa

berlangsung dengan baik. Salah satu pendukung

internal berupa sikap kepala sekolah dan guru yang

(31)

91

ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah

sebagai berikut:

“Saya sebagai kepala sekolah dan guru-guru di sini tentunya selalu saya dorong untuk menjalankan tupoksi semaksimal mungkin. Kita harus saling terbuka, saling asah, asih, dan asuh terhadap warga sekolah dan masyarakat sekitar sehingga kita dapat mengelola pendidikan dengan baik juga” (wawancara tanggal 15 April 2016).

Dalam implementasi program manajemen

berbasis sekolah juga menemui hambatan baik internal

maupun eksternal. Salah satu hambatannya berupa

keberadaan sekolah di tengah-tengah masyarakat yang

homogen dengan sosial ekonomi yang rendah sehingga

sangat berpengaruh pada pola pikir siswa dan

masyarakat sekitar sekolah. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Sekolah ini terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk yang homogen dengan sosial ekonomi yang rendah, dan pola pikir mereka yang rendah perlu pengetahuan dan kemampuan khusus dalam membimbing, membina siswa agar tidak terpengaruh dengan hal tersebut.” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Dari gambaran di atas dapat dinyatakan bahwa

implementasi manajemen berbasis sekolah di SD 1

Purwosari telah terlaksana dengan baik dengan

didukung semua pihak yang berkepentingan terhadap

majunya sekolah walaupun ditemukan masih adanya

hambatan, dan hambatan tersebut masih bisa

(32)

92

4.2.4 Produk Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari

Sasaran pelaksanaan implementasi manajemen

berbasis sekolah di SD 1 Purwosari adalah tercapainya

aspek peningkatan mutu pendidikan secara berimbang.

Aspek yang akan dicapai berupa prestasi

akademik dan non akademik serta terciptanya kondisi

lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman dalam

berbagai hal. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

kepala sekolah sebagai berikut:

“Ada beberapa aspek yang dicapai, seperti prestasi akademik, non akademik serta terciptanya suasana sekolah yang kondusif sehingga semua warga sekolah krasan, aman, dan nyama berada di sekolah ini dan merasa memiliki sekolah ini” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Keberhasilan di bidang akademik dapat dilihat

dari nilai ulangan siswa 90% di atas kriteria ketuntasan

minimal, nilai ujian sekolah yang dicapai siswa masuk

ke peringkat 10 besar kecamatan. Pada bidang non

akademik dapat dilihat dari hasil prestasi siswa seperti

pada bidang olah raga memperoleh Juara III lompat

katak POPDA tk Kec.Patebon, Juara III lari 200 M

Putra, Juara II lari 200 M Putri, Juara I Atletik lari 60 M

Putra, , Juara III Catur Putri, bidang keagamaan

memperoleh Juara III Cabang Adzan lomba MAPSI. Hal

ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah

(33)

93 “SD ini terletak di pinggiran Desa Purwosari yang berbatasan dengan desa Kumpulrejo, namun SD ini tidak terlalu kalah dengan sekolah-sekolah yang lain. Dari segi ulangan, 90% siswa tuntas KKM. Siswa dapat sedikit meraih kejuaraan walaupun baru juara II maupun juara ke III di tingkat kecamatan. Dari segi lulusannya pun memuaskan semua anak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan dapat diterima di SMP di kecamatan Patebon” (Wawancara tanggal 15 April 2016).

Hal tersebut dapat dilihat dari dokumen yang

dimiliki SD 1 Purwosari diantaranya dokumen nilai

hasil ujian, dokumen kejuaraan. Di ruang kepala dapat

dilihat berbagai macam piala hasil dari memenangkan

beberapa perlombaan, dapat dilihat juga suasana kerja

antara satu guru dengan yang lainnya yang bagus,

saling asah asih asuh, saling mendukung, tidak ada

gap diantara mereka.

Dari gambaran di atas dapat dinyatakan bahwa

produk implementasi manajemen berbasis sekolah di

SD 1 Purwosari adalah meningkatnya prestasi

akademik dan non akademik serta terciptanya suasana

kerja yang kondusif, harmonis.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Konteks Program Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari

Manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari

(34)

94

membutuhkan perubahan. Komite sekolah sudah

mendukung proses pendidikan di SD 1 Purwosari

dengan adanya komunikasi antara sekolah dengan

komite secara transparan. Hal yang sama juga terjadi di

penelitian yang dilakukan oleh Sarjono (2009) yang

menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan manajemen

berbasis sekolah, keberhasilan program sekolah

didukung oleh kinerja team work yang kompak dan transparan dari pihak yang terlibat dalam pendidikan di

sekolah. Keberhasilan pelaksanaan manajemen

berbasis sekolah merupakan sinergi dari kolaborasi tim

yang kompak dan transparan. Hal ini senada dengan

pendapat Mulyasa (2012: 33) bahwa Manajemen

berbasis sekolah merupakan paradigma baru

manajemen pendidikan yang memberikan otonomi

luas pada sekolah dan pelibatan masyarakat dalam

kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar

sekolah leluasa mengelola sumber daya, sumber dana,

sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas

kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan

setempat.

Berdasarkan uraian tersebut menurut penulis,

pada aspek konteks, program manajemen berbasis

sekolah di SD 1 Purwosari sesuai dengan kondisi yang

ideal. Artinya, hal-hal yang melatarbelakangi adanya

(35)

95

SD 1 Purwosari relevan dengan kondisi yang ada saat

itu.

4.3.2 Input Program Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari

Adanya komponen input berkontribusi besar pada

implementasi manajemen berbasis sekolah di SD 1

Purwosari. Implementasi manajemen berbasis sekolah

di SD 1 Purwosari memperoleh dukungan dari berbagai

pihak internal dan eksternal. Pihak internal memiliki

kapasitas yang tinggi karena berhubungan langsung

dengan implementasi manajemen berbasis sekolah di

SD 1 Purwosari. Sebagai input dari implementasi

manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari adalah

kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik

dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan

prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, serta

budaya dan lingkungan sekolah.

Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan

kurikulum, baik kurikulum nasional maupun muatan

lokal, yang diwujudkan melalui proses belajar mengajar

untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,

institusional, kurikuler dan instruksional. Agar proses

belajar mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan,

diperlukan program kurikulum dan pembelajaran.

(36)

96

kegiatan di bidang pengajaran yang bertujuan agar

seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara efektif

dan efesien.

Kepala sekolah sebagai sumber daya manusia

dalam implementasi manajemen berbasis sekolah

memiliki posisi yang lebih strategis sebagai penentu

kebijakan program pendidikan di Sekolah. Kepala

sekolah berperan sebagai top leader, manager, educator,

dan inovator dalam mencapai program pendidikan. Kepala sekolah wajib mampu membawa anggota

masyarakat sekolah ke arah perbaikan mutu yang lebih

baik dengan berbagai cara seperti pembinaan maupun

menyediakan sarana dan prasarana pendidikan.

Pihak eksternal seperti komite sekolah cukup

memberikan respon positif pada implementasi

manajemen berbasis sekolah dengan memberikan

dukungan tersebut guna melengkapi suasana fasilitas

pendidikan yang lebih baik. Eksistensi sumber daya

manusia sepadan dengan pendapat Dally (2010: 10)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan model

pengelolaan yang memberikan otonomi atau

kemandirian kepada sekolah dan mendorong

mengambil keputusan partisipatif yang melibatkan

secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan

(37)

97

pusat, provinsi, kabupaten, dan kota. Pengambilan

keputusan partisipatif untuk memenuhi kebutuhan

sekolah atau untuk mencapai tujuan sekolah dalam

kerangka pendidikan nasional adalah suatu cara

mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan

yang terbuka dan demokratik dimana semua warga

sekolah terlibat secara langsung dalam proses

pengambilan keputusan. Lebih lanjut Supriadi (2004:

18) menyatakan pada prinsipnya manajemen berbasis

sekolah bertujuan untuk memberdayakan sekolah

dalam menetapkan berbagai kebijakan internal sekolah

yang mengarah pada peningkatan mutu dan kinerja

sekolah secara keseluruhan.

Keikutsertaan sumber daya manusia dalam

mendukung implementasi manajemen berbasis sekolah

di SD 1 Purwosari ini juga sama halnya dengan

pandangan Slameto (2009: 59) yang menguraikan

bahwa tujuan manajemen berbasis sekolah untuk

memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui

pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumber

dayanya untuk meningkatkan mutu sekolah.

Implementasi manajemen berbasis sekolah tidak

hanya didukung oleh sumber daya manusia saja.

Selain sumber daya manusia, implementasi manajemen

(38)

98

kondisi sarana dan prasarana. Adanya buku panduan

pembelajaran, buku guru, buku siswa, alat peraga yang

mendukung berbagai peningkatan mutu pendidikan,

serta sarana dan prasarana untuk pengembangan

kegiatan keagamaan. Komponen sarana dan prasarana

dalam mendukung implementasi manajemen berbasis

sekolah senada dengan pandangan Farid (2013: 114)

yang menguraikan bahwa manajemen berbasis sekolah

merupakan paradigma baru pendidikan yang

memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam

kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi ini

diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya

dan sumber dana dengan mengalokasikan sesuai

dengan prioritas kebutuhan serta lebih tanggap

terhadap kebutuhan setempat.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan

bahwa pada aspek input didukung oleh berbagai

komponen seperti kurikulum dan pembelajaran,

peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan,

pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah

dan masyarakat, serta budaya dan lingkungan sekolah.

4.3.3 Proses Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari

Proses implementasi manajemen berbasis sekolah

(39)

99

perlu diperhatikan secara bersama. Pada proses

implementasi manajemen berbasis sekolah di SD 1

Purwosari, semua pihak sekolah mempersiapkan

secara maksimal berbagai komponen utama

pendukung implementasi program manajemen berbasis

sekolah. Pada aspek kurikulum dan pembelajaran,

semua warga sekolah terlibat secara aktif

mengembangkan kurikulum dengan berpedoman buku

pengembangan kurikulum dari BSNP. Pada aspek

pendidik dan tenaga kependidikan, guru yang belum

memenuhi kualifikasi pendidik dan tenaga

kependidikan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih

tinggi serta mereka mengembangkan kompetensi

profesional dengan mengikuti berbagai workshop. Pada

aspek peserta didik, tertatanya penerimaan siswa baru

sampai siswa tersebut lulus. Pada aspek sarana

prasarana terlihatnya gedung yang selalu terawat

dengan baik. Hal ini senada dengan pernyataan

Dirjendikdas (2013: 18), komponen-komponen yang

harus dikelola dengan baik dalam rangka mewujudkan

manajemen berbasis sekolah adalah: (1) kurikulum dan

pembelajaran, (2) peserta didik, (3) pendidik dan tenaga

kependidikan, (4) pembiayaan, (5) sarana dan

prasarana, (6) hubungan sekolah dan masyarakat,

(40)

100

Hal yang sama juga terlihat pada penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Jalaluddin (2012)

dengan hasil penelitian bahwa pelaksanaan Manajemen

Berbasis Sekolah dalam bidang kurikulum meliputi

analisis materi pelajaran, program tahunan, program

semester, satuan pembelajaran, dan rencana program

pembelajaran. Bidang kesiswaan meliputi perencanaan

penerimaan siswa baru, kegiatan masa orentasi siswa,

penetapan siswa pada kelas tertentu, kehadiran dan

disiplin siswa di sekolah, dan program bimbingan

konseling bagi siswa yang memiliki kelainan. Bidang

personalia meliputi dalam perencanaan

pengem-bangan guru, pelaksanaan penataran, KKG, pendidikan

lanjutan dan supervisi. Bidang keuangan meliputi

penyusunan RAPBS, pendekatan dengan walimurid,

pembuatan proposal. Bidang sarana dan prasarana

meliputi pengelolaan gedung, ruang kelas, meja, kursi,

serta alat-alat dan media pengajaran, dan Bidang

hubungan masyarakat meliputi pendekatan dengan

orangtua siswa dan ikut serta dalam sosialisasi

program sekolah.

Faktor pendukung proses implementasi

manajemen berbasis sekolah baik berupa faktor

internal maupun faktor eksternal. Dengan berbagai

dukungan, implementasi manajemen berbasis sekolah

(41)

101

berupa sikap kepala sekolah dan guru yang mau

membaur dengan anggota masyarakat sekitar.

Dalam implementasi manajemen berbasis sekolah

juga menemui hambatan baik internal maupun

eksternal. Hambatannya berupa keberadaan sekolah di

tengah-tengah masyarakat yang homogen dengan sosial

ekonomi yang rendah sehingga sangat berpengaruh

pada pola pikir siswa dan masyarakat sekitar sekolah.

Hal ini sama dengan kajian penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Sentosa (2012) yang menyebutkan

bahwa kendala yang dihadapi dalam implementasi

manajemen berbasis sekolah adalah terkait pola pikir

sebagian stakeholder yang tidak sungguh-sungguh menyikapi perubahan kebijakan pemerintah di bidang

pendidikan. Penelitian yang dilakukan Sentosa dengan

penulis memiliki kesamaan pada jenis penelitian yaitu

penelitian evaluatif. Perbedaannya terdapat pada hasil

proses penelitian, pada penelitian Sentosa kendala

dalam implementasi manajemen berbasis sekolah

terletak pada pola pikir stakeholder, sedangkan pada penelitian penulis kendala dalam implementasi

manajemen berbasis sekolah (pilar manajemen sekolah)

terletak pada pola pikir siswa dan masyarakat sekitar

(42)

102

Dari gambaran di atas dapat dinyatakan bahwa

implementasi manajemen berbasis sekolah di SD 1

Purwosari telah terlaksana dengan baik dengan

didukung semua pihak yang berkepentingan terhadap

majunya sekolah walaupun ditemukan masih adanya

hambatan, dan hambatan tersebut masih bisa

diselesaikan dengan baik.

4.3.4 Produk Program Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari

Produk implementasi program manajemen

berbasis sekolah di SD 1 Purwosari merupakan tahap

akhir yang akan dicapai. Produk menjadi ciri utama

tanda keberhasilan implementasi program manajemen

berbasis sekolah di SD 1 Purwosari.

Sasaran implementasi program manajemen

berbasis sekolah di SD 1 Purwosari adalah tercapainya

aspek peningkatan mutu pendidikan secara berimbang.

Aspek yang akan dicapai berupa prestasi akademik dan

non akademik serta terciptanya kondisi lingkungan

sekolah yang kondusif dan nyaman dalam berbagai hal.

Keberhasilan di bidang akademik dapat dilihat dari

nilai ulangan siswa 90% di atas kriteria ketuntasan

minimal, nilai ujian sekolah yang dicapai siswa masuk

ke peringkat 10 besar kecamatan. Pada bidang non

(43)

103

siswa seperti pada bidang olah raga memperoleh Juara

III lompat katak POPDA tk Kec.Patebon, Juara III lari

200 M Putra, Juara II lari 200 M Putri, Juara I Atletik

lari 60 M Putra, , Juara III Catur Putri, bidang

keagamaan memperoleh Juara III Cabang Adzan lomba

MAPSI.

Dari gambaran di atas dapat dinyatakan bahwa

produk program manajemen berbasis sekolah di SD 1

Purwosari adalah meningkatnya prestasi akademik dan

non akademik serta terciptanya suasana kerja yang

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) Kegiatan Pembangunan Jalan (DAK IPD 2016), Pekerjaan Pembangunan Jalan Kota (Jl. Cendrawasih II Kel. Manado Samping Timur

The formula used to calculate the catamarans resistance is contained in Equations 2 to 9, where Ct is the Coefficient of total resistance, Cf is the Coefficient of

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan ujian akhir pada Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas

= Awal Luas Awal Luas Total Luas.. MERENCANAKAN BENTUK BODY PLAN a. Merencanakan bentuk body plan adalah. Merencanakan atau membuat bentuk garis air lengkung

ruang tidur yang terletak diruang radio. 4) Ruang perwira harus mempunyai satu ruang tidur setiap orang. 5) Ruang bintara dan tamtama menempati satu ruang untuk dua..

Berdasarkan penelitian yang meneliti pengaruh variabel makroekonomi seperti Inflasi, BI rate , Kurs USD/IDR dan indeks SHCOMP, dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks

Student Teams Achievement Division (STAD) dengan alat peraga terhadap hasil. belajar matematika siswa maka akan dihitung seberapa besar pengaruh

Gymnospermae disebut tumbuhan berbiji terbuka, karena memiliki ciri utama berupa bakal biji yang tumbuh pada permukaan megasporofil (daun buah) atau biji tidak