• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 dirintis mulai tahun 2011. Sedangkan Kementrian Lingkungan Hidup mengembangkan pendidikan lingkungan hidup mulai tahun 2006 dan mengeluarkan Panduan Adiwiyata tahun 2012. Buku tersebut sangat jelas baik ditinjau dari latar belakang, tujuan, manfaat, sasaran maupun mekanisme pelaksanaannya. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui SMA Negeri 2 Salatiga untuk mencapai sekolah kriteria Sekolah Adiwiyata Nasional, yaitu harus mencapai kriteria Sekolah Adiwiyata Kota kemudian diusulkan oleh DLH untuk memenuhi kriteria Sekolah Adiwiyata Provinsi baru diusulkan ke kriteria nasional jika memenuhi standar kriteria Sekolah Adiwiyata Nasional.

Untuk mempersiapkan strategi pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata, SMA Negeri 2 Salatiga telah melakukan analisa SWOT. Analisa tersebut

136

menelaah tentang kekuatan dan kelemahan SMA Negeri 2 (analisa faktor internal) serta peluang dan ancaman SMA Negeri 2 (analisa faktor eksternal). Namun setelah melakukan analisis SWOT, SMA Negeri 2 tidak menetapkan strategi apa yang akan diambil apakah strategi agresif, strategi diversifikasi, strategi turn- around atau strategi defensif. Padahal menurut Rangkuti (2006), analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman akan menghasilkan alternatif-alternatif strategi sesuai yang dimiliki organisasi berupa strategi agresif, strategi diversifikasi, strategi turn-around atau strategi defensif. Strategi ini yang seharusnya dijadikan dasar pengambilan kebijakan. Hal ini menunjukkan bahwa tahap analisa SWOT yang dilakukan oleh SMA Negeri 2 Salatiga tidak ditindak lanjuti dengan tepat karena belum melibatkan seluruh komponen. Analisis SWOT seharusnya dilakukan dengan melibatkan berbagai komponen yang ada, sehingga menghasilkan strategi kebijakan yang tepat.

Setelah melakukan analisis SWOT, SMA Negeri 2 menetapkan dalam 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan yaitu :(1) Kebijakan berwawasan lingkungan, (2) Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, (3) Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dan (4) Sarana prasarana pendukung ramah

137

lingkungan. Keempat komponen ini diletakan pada dua prinsip dasar partisipatif dan berkelanjutan.

Pada komponen (1) ditetapkan 2 subprogram yang meliputi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Masing-masing program diwujudkan dalam bentuk kegiatan. Adapun yang menjadi penanggung jawab dari komponen Kebijakan berwawasan lingkungan adalah adalah Waka Manajemen Mutu. Untuk komponen Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan terdiri dari 2 sub program yang meliputi tenaga pendidik dan peserta didik. Dan yang menjadi penanggung jawab Komponen ini adalah Waka Kurikulum.

Komponen Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif berada dibawah tanggung jawab Waka Humas dan Waka Kesiswaan, Waka Humas untuk urusan di luar sekolah dan Waka Kesiswaan untuk urusan di dalam sekolah. Komponen ini teriri dari 2 sub program yaitu: program pelaksanaan kegiatan dan menjalin kemitraan. Untuk komponen sarana prasarana pendukung ramah lingkungan dituangkan dalam 2 sub program yaitu ketersediaan sarana prasarana dan kualitas pengelolaan sarana prasarana. Bidang sarana prasarana berada dibawah tanggung jawab Waka Sarpras.

138

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke-4 komponen program yang dikembangkan sudah disusun secara rinci dan memiliki sasaran serta tujuan yang jelas. Ke-4 komponen manajemen yang dikembangkan SMA Negeri 2 Salatiga sesuai dengan Pedoman Sekolah Adiwiyata tahun 2012 yang menyatakan bahwa Sekolah Adiwiyata harus mengembangkan 4 manajemen unggul untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Penanggung jawab juga sudah disesuaikan dengan tupoksinya masing-masing. Misal untuk Komponen kebijakan berwawasan lingkungan diserahkan kepada Waka Manajemen Mutu yang merupakan lulusan S2 Master Manajemen, komponen kegiatan berbasis partisipatif diserahkan kepada Waka Kesiswaan yang juga merupakan lulusan Master Manajemen. Begitu juga komponen yang lain.

Untuk mendukung ke-4 komponen yang dimaksud, SMA Negeri 2 Salatiga telah menyusun alokasi anggaran dana yang sudah include dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sebesar 20% dari total anggaran yang ada. Dalam hal ini berarti sekolah sudah mempersiapkan diri sehingga Anggaran Sekolah sengaja didesain untuk mendukung pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata merupakan program jangka panjang. SMA

139

Negeri 2 Salatiga telah membuat rencana sampai tahun 2018. Hal ini dapat kita lihat dari School Development Plan (SDP) yang dibuat sekolah dengan tujuan untuk mencapai target Sekolah Adiwiyata Mandiri di tahun 2018.

Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2011 SMA Negeri 2 Salatiga telah memulai program adiwiyata walaupun belum dilaksanakan secara optimal , namun sudah mendapat piagam penghargaan sebagai Calon Sekolah Adiwiyata tingkat kota. Mulai tahun 2012 Tim dibentuk di bawah Koordinasi Ketua Tim (Waka Sarpras) yang dikawal langsung oleh Kepala Sekolah. Tim khusus telah dibentuk dan masing-masing tim memiliki staf khusus sesuai dengan bidang garapannya.

Program Sekolah Adiwiyata ada beberapa unsur sehingga menunjukkan bahwa program ini layak dikatakan sebagai sebuah program pendidikan. Program dikaitkan dengan kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, yang berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang, Arikunto (2012).

Data penelitian menunjukkan bahwa pendanaan program Sekolah Adiwiyata murni berasal dari dana

140

komite sekolah dan dari dana BOS. Namun demikian alokasi dana tersebut tetap mencukupi. Pemerintah tidak membiayai sama sekali untuk program Sekolah Adiwiyata. Jika ada dana dari pemerintah bukan terkait dengan program Sekolah Adiwiyata dan lebih banyak dialokasikan untuk pembangunan fisik sesuai kebutuhan sekolah. Draf Rancangan Penggunaan Dana Bantuan SMA Negeri 2 Salatiga (Tabel 11) untuk pembangunan fisik bersumber dari pemerintah pusat sebesar Rp1.000.000.000,00 dan dana sharing dari komite sebesar Rp 903.750.000,00.

Rincian Alokasi Anggaran Pengembangan Sekolah Adiwiyata (Tabel 10) sebesar Rp 493.730.750,- terbagi menurut 4 komponen program yang ditetapkan. Komponen kebijakan berwawasan lingkungan dialokasikan sebesar Rp 39.500.000,- sedangan komponenprogram pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan dialokasikan dana sebesar Rp 199.053.000,-Untuk komponen program kegiatan berbasis partisipatif dalokasikan dan sebesar Rp 150.700.000,- dan komponen sarana prasarana pendukung ramah lingkungan mendapat alokasi dana sebesar Rp 114.467.750,-. Dimana masing-masing komponen program masih terbagi dalam 2 sub program.

141

Sebuah Sekolah Adiwiyata memerlukan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan. Hasil penelitian membuktikan bahwa SMA Negeri 2 Salatiga memiliki sarana prasarana pendukung ramah lingkungan yang dibutuhkan. Hal ini juga didukung oleh bukti dokumentasi kondisi sarana prasarana di SMA Negeri 2 Salatiga. Luas lahan yang mencapai 28.879 m2 sangat memungkinkan sekolah untuk melakukan pengembangan pembangunan, namun demikian pengembangan ruang kelas direncanakan untuk vertikal sehingga luasan terbuka hijau tetap lebih luas dari luasan dasar bangunan. Luasan dasar bangunan 5.971m2 dan luas lahan terbuka hijaunya 22.879m2 mempunyai perbandingan 20,7% luasan bangunan dan 79,35 luas terbuka hijau. Ruangan terbuka masih sangat luas untuk resapan air maupun tempat tanam-menanam sehingga meudahkan pengelolaan dan pelestarian lingkungan.

Program Pengembangan Sekolah Adiwiyata merupakan operasionalisasi dari konsep peningkatan mutu lingkungan yang telah dicanangkan pemerintah. SMA Negeri 2 Salatiga telah mendesain program Sekolah Adiwiyata dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Artinya program Sekolah Adiwiyata merupakan suatu program yang memadai untuk menjawab kebutuhan dilihat dari programnya yang cukup jelas,

142

memiliki tujuan meningkatkan kualitas lingkungan, dan kualitas warga sekolah dilaksanakan oleh SDM yang sesuai dengan kualifikasi, didukung dengan sarpras yang memadai serta melalui mekanisme yang sah. Desain program yang telah disusun, SMA Negeri 2 Salatiga berusaha merealisasikan mutu pendidikan dalam berbagai program karena yang dimaksud mutu dalam pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcomes, Fattah. (2012). Demikian pula dalam program Sekolah Adiwiyata penerapan program ini melibatkan seluruh unsur pendidikan yang ada di SMA Negeri 2 dalam mengendalikan dan secara terus menerus meningkatkan kinerja dalam rangka mempertahankan bahkan dapat meningkatkan mutunya.

1.3.3 Process Program Pengembangan Sekolah

Dokumen terkait