• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Deskripsi Umum Tempat Penelitian

Penelitian Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di

laksanakan di SMA Negeri 2 Salatiga yang terletak di

Jalan Tegalrejo Nomor 79 Salatiga. Dari hasil observasi

dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

bahwa SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai 1.029

sumber daya manusia yang meliputi 59 tenaga

pendidik, 22 tenaga kependidikan, 8 tenaga kebersihan,

dan 940 siswa. Ada tiga jurusan untuk setiap jenjang

angkatan, kelas X terdiri dari enam kelas jurusan MIPA,

empat kelas jurusan IPS dan satu kelas jurusan

bahasa. Sedangkan kelas XI dan kelas XII terdiri dari

lima kelas jurusan MIPA, lima kelas jurusan IPS dan

satu kelas jurusan bahasa. Kelas X menggunakan

sistem kurikulum 2013 dan kelas XI dan kelas XII

menggunakan sistem kurikulum 2006.

SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai luas

lingkungan sekolah 28.850 m2, terdiri dari 5.971 m2

bangunan dan 22.879 m2 ruang terbuka hijau, rindang

dan sejuk. Jumlah pohon yang memiliki lingkar batang

lebih dari 50 cm di lingkungan sekolah ada 71 pohon

dengan keanekaragaman jenis vegetasi sekitar 500 jenis

(2)

54

10 sumur resapan, satu instalansi pengolahan limbah

(IPAL), tempat pengolahan sampah terpadu, ruang bank

sampah dan ruang kreatif sebagai tempat pengolahan

dan penyimpanan hasil karya pengolahan sampah

anorganik, dan lima kolam ikan dengan dua

diantaranya sebagai penampungan air cuci tangan (air

wundu). Sekolah juga dilengkapi dengan kebun

konservasi tanaman, kebun kelas, green house, kebun obat, taman sekolah, vertical garden, ruang terbuka, lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan bola

volly dan kantin kejujuran.

Untuk melayani kebutuhan warga sekolah

dibangun 32 kamar mandi-WC yang terawat

kebersihannya. Kebutuhan praktikum dalam ruangan

dilayani dengan disediakan satu laboratorium bahasa,

satu laboratorium kimia, satu laboratorium fisika, satu

laboratorium biologi, dan empat laboratorium TIK serta

perpustakaan sesuai kriteria standar nasional

pendidikan. Proses belajar mengajar di dalam kelas

dilayani di 33 ruang kelas. Ruang guru, ruang TU,

ruang BP/BK, ruang Kepala Sekolah, ruang Waka,

ruang Kurikulum, ruang kesiswaan dan ada 33 kelas.

Warga sekolah disediakan Mushola, ruang agama

(3)

55

1.2 Hasil Penelitian

1.2.1 Context Program Sekolah Adiwiyata

1.2.1.1 Kebutuhan Program

Dibandingkan dengan SMA lain di Salatiga, SMA

Negeri 2 Salatiga termasuk terletak dipinggiran kota.

Namun demikian dalam pengelolaan lingkungan

sekolah dapat dikategorikan membanggakan. Seiring

dengan pencanangan program Sekolah Adiwiyata oleh

Kementrian Lingkungan Hidup melalui Dinas

Lingkungan Hidup (DLH) Kota Salatiga, mulai tahun

2011 penataan dan pengelolaan lingkungan sekolah

dilakukan secara terencana dengan melibatkan warga

sekolah. DLH Kota Salatiga mempunyai program

pelestarian lingkungan hidup dengan menanamkan

karakter budaya dan kepedulian lingkungan melalui

pendidikan dari tingkat SD, SMP dan SMA. Melalui

lomba Sekolah Adiwiyata diharapkan sekolah-sekolah

mengimplementasikan pendidikan karakter budaya

peduli lingkungan kepada semua unsur warga sekolah.

Guru, siswa dan karyawan belajar dan sekaligus

membudayakan kebiasaan hidup peduli lingkungan di

lingkungan sekolah. Kebiasaan ini diharapkan juga

diterapkan dilingkungan hidup bermasyarakat,

sehingga sekolah menjadi sangat strategi mengubah

(4)

56

Sekolah diharapkan menjadi agen perubahan perilaku

masyarakat terhadap masalah lingkungan. Hal ini

seperti yang diungkapkan Kepala Bidang Lingkungan

DLH Kota Salatiga, Arif Suryadi, ST., MM., dalam

kutipan wawancara berikut:

“Pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan

mengajak sekolah-sekolah untuk melakukan pembelajaran pelestarian lingkungan hidup. Karena melalui pembelajaran pelestarian lingkungan di sekolah sangat potensial mendidik warga negara dalam hal mengelola lingkungan, merawat lingkungan dan melestaikan lingkungan. DLH akan selalu membimbing sekolah-sekolah potensial sebagai pioner , virus program adiwiyata. Sehingga sekolah dapat mencapai standar sekolah adiwiyata kota, provinsi, nasional bahkan adiwiyata mandiri. Selain melaui penyuluhan-penyuluhan juga

diadakan lomba Sekolah Adiwiyata.”

(Wawancara tanggal 14 November 2017)

Didorong oleh kebijakan DLH Kota Salatiga ini,

SMA Negeri 2 Salatiga mulai membenahi lingkungan

sekolah dengan merencanakan program Sekolah

Adiwiyata. Sekolah mulai berbenah dengan mengelola

lingkungan secara terprogram. Usaha ini mengantarkan

sekolah mendapatkan penghargaan Wali Kota Salatiga

sebagai Juara 1 Calon Sekolah Adiwiyata SMA/SMK

Kota Salatiga pada tahun 2011. Hal ini seperti yang

diungkapkan Waka Sarana Prasarana dalam kutipan

wawancara berikut :

“Smanda dulu relatif gersang, belum ada

(5)

57 Sedikit demi sedikit lingkungan mulai tertata.

Alhamdulillah tahun 2011 mendapat penghargaan juara I sebagai calon sekolah adiwiyata Kota Salatiga pada lomba sekolah adiwiyata yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga. Secara bertahap setiap tahun dilakukan pembenahan sarana dan prasarana. Sampai sekarang kebijakan sekolah terhadap pendidikan lingkungan terus dilaksanakan walaupun sekolah sudah mendapatkan penghargaan sebagai sekolah adiwiyata nasional.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)

Pelestarian lingkungan yang diwujudkan dalam

program Sekolah Adiwiyata juga sejalan dengan Visi

Sekolah, yaitu : Bertaqwa, berkarakter, berwawasan

lingkungan, dan berdaya saing. Untuk mencapai visi ini

sekolah melaksanakan misi :

a. Meningkatkan semangat hidup yang agamis. b. Melaksanakan kegiatan akademik dan non

akademik sebagai wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi diri secara optimal.

c. Menerapkan peraturan sekolah secara konsisten.

d. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian sosial para peserta didik.

e. Menciptakan sekolah yang berbudaya literasi f. Meningkatkan rasa cinta tanah air.

g. Melibatkan orang tua/wali untuk menciptakan peserta didik yang berkarakter. h. Menciptakan budaya sekolah yang mencintai

lingkungan.

i. Mengadakan koordinasi dengan orang tua, masyarakat, perguruan tinggi dan instasi pemerintah maupun swasta.

j. Mengoptimalkan pengembangan diri dalam persaingan di era global.

(6)

58

Kepala SMA Negeri 2 Salatiga mulai tahun 2012

telah membuat program pembentukan karakter

berbudaya lingkungan dengan pencanangan program

pengembangan Sekolah Adiwiyata. Kebijakan ini dapat

diketahui dari hasil wawancara dengan Kepala SMA

Negeri 2 Salatiga berikut:

“Program Sekolah Adiwiyata merupakan program berkelanjutan yang harus didukung karena program ini juga membentuk karakter kepedulian peserta didik terhadap pelestarian lingkungan. Apalagi Smanda juga telah mendapat penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat kota, provinsi dan nasional.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan juga

dapat dicermati dari hasil wawancara dengan Wakil

Kepala Sekolah Managemen Mutu seperti kutipan

berikut:

“Sekolah melalui kebijakannya untuk setiap tahun pelajaran selalu mengeluarkan SK Pembentukan Tim Program Adiwiyata. Ini merupakan salah satu wujud secara formal bahwa pimpinan berupaya sekolah adiwiyata yang telah dan sedang berjalan ini dapat terus berjalan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum juga mengutarakan hal yang senada, yaitu:

“Kurikulum Smanda sejak bergulirnya program

adiwiyata tahun 2012 menempatkan karakter peduli lingkungan pada perangkat pembelajaran. Silabus dan RPP mencantumkan karakter-karakter kepedulian lingkungan.

Hampir semua mapel mencantumkannya.”

(7)

59 (Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Gambar 2 : Piagam Penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Salatiga

Hasil wawancara dengan Bendahara Sekolah

tanggal 2 Oktober 2017 mendapatkan data bahwa,

dibidang penganggaran, sejak tahun 2013 secara rutin

sekolah mengalokasikan anggaran belanja 20% dari

total anggaran belanja sekolah khusus untuk program

pengembangan Sekolah Adiwiyata.

Usaha membudayakan kepedulian warga sekolah

terhadap lingkungan mulai nampak sejak tahun 2013,

terlebih dengan mendapat penghargaan sebagai

Sekolah Adiwiyata. SMA Negeri 2 Salatiga pada tahun

2013 dan 2015 mendapat piagam penghargaan sebagai

sekolah kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Kota

Salatiga. Pada tahun 2013 dan 2014 mendapat

penghargaan kategori Sekolah Adiwiyata tingkat

Provinsi Jawa Tengah. Dan pada tahun 2016 SMA

Negeri 2 Salatiga merupakan satu-satunya sekolah

tingkat SMA/SMK baik negeri maupun swasta di Kota

Salatiga yang mendapat penghargaan kategori Sekolah

Adiwiyata tingkat nasional.

(8)

60

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Gambar 3 : Piagam Penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Nasional

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Dari analisis data hasil pengamatan lingkungan,

visi-misi sekolah, data hasil wawancara dengan Kepala

Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Managemen Mutu,

Bendahara Komite, data hasil wawancara dengan Kabid

Lingkungan DLH Kota Salatiga dan penghargaan yang

diperoleh SMA Negeri 2 Salatiga dapat disimpulkan

bahwa SMA Negeri 2 Salatiga didorong oleh kebijakan

Pemerintah yang menjalankan program pelestarian

lingkungan, telah mengambil kebijakan menjalankan

pengembangan program Sekolah Adiwiyata.

Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan tidak

lepas dari upaya sekolah untuk memenuhi salah satu

kebutuhan warga sekolah tentang kenyamanan dan

keamanan lingkungan sekolah sebagai tempat

pembelajaran warga sekolah. Pembelajaran ilmu

(9)

61

salah satu hasil wawancara dengan sekelompok peserta

didik berikut:

“Saya senang di Smanda walaupun jauh dari rumah saya karena tempatnya bagus, sejuk, nyaman. Untuk belajar enak, tidak bising. Banyak tempat terbuka dan terbuka hijau sehingga kami bisa belajar dimana saja.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)

Kenyamanan siswa belajar Dari visi-misi sekolah,

SMA Negeri 2 Salatiga juga mempunyai tujuan

membangun karakter terutama dalam hal ini karakter

waga sekolah yang peduli berbudaya lingkungan (KTSP

SMA Negeri 2 Salatiga dokumen satu). Observasi

peneliti menemukan beberapa kasus, masih ada

beberapa warga sekolah yang membuang sampah tidak

ditempatnya. Kepedulian meggunakan energi

secukupnya juga belum semua warga jalani, ada

peserta didik yang justru menyalakan lampu teras

disiang hari atau lupa mematikan kran air sehabis

dipakai. Seperti petikan wawancara dengan karyawan

ini.

“Smanda sekarang sudah lumayan, bersih, rapi, tapi itu lo masih ada saja anak anak yang membuang sampah sembarangan. Mbok yo pengertian dikit lah wong yo wis adiwiyata nasional kok yo ijih ngono, gawan bayi kali.” (Wawancara tanggal 4 September 2017)

Senada dengan wawancara di atas, dalam

(10)

62

29 September 2017 mendapat keterangan bahwa warga

sekolah belum seluruhnya terbangun karakter peduli

lingkungan.

“Terkadang siswa bahkan guru dan karyawan juga

masih belum bisa menempatkan, bukan membuang sampah ditempatnya. Sampah plastik malah dibuang di tempat sampah organik yang kertas atau daun ditempatkan di anorganik. Perlu sekali untuk selalu diingatkan baik di upacara ataupun di pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran terintegrasi dengan budaya

lingkungan juga.” (Wawancara tanggal 29

September 2017)

Dari temuan peneliti dan wawancara dengan

karyawan dan Ketua program ada benang merah bahwa

pembudayaan karakter peduli lingkungan di SMA

Negeri 2 Salatiga masih perlu ddiperhatikan. Terlebih

ada guru yang masih mempunyai kebiasaan merokok

dilingkungan sekolah seperti dari petikan wawancara

dengan siswa berikut.

“Pak, kok ada guru yang merokok di parkiran ya. Kok ndak memberi contoh yang baik. Maaf kok ndak risi sama anak-anak, katanya guru harus memberi contoh, ya contoh yang baik to. Nanti jika anak yang ngrokok dimarahi? Gemana tu?” (Wawancara tanggal 6 September 2017)

Pernyataan ini dibenarkan oleh seorang ibu guru

yang melihatnya juga, bahkan dikatakan ada beberapa

guru dan karyawan jika istirahat merokok di parkiran.

(11)

63 belum bisa meninggalkan kebiasaan merokoknya,

terutama di sekolah. Kadang mereka merokok diparkiran belakang. Guru sebagai panutan seharusnya memberi contoh yang baik.”

(Wawancara tanggal 25 September 2017)

Sarana prasarana pengolahan sampah mulai dari

tiap ruangan kelas ( ada tempat sampah basah dan

kering, organik dan anorganik), tempat sampah di luar

kelas atau ruangan (organik, anroganik, dan kaca) dan

di pembuangan akhir di sekolah sudah tersedia komplit

dan bagus. Namun dari pengamatan peneliti sayang

sarana ini belum sepenuhnya dioptimalkan, sampah

masih dicampur belum ada pemisahan. Sarana

komposterpun belum digunakan sepenuhnya. Petikan

wawancara dengan petugas kebersihan menguatkan

data hasil peneliti.

“Terkadang kadang saya memisahkan sampah organik dan anorganik, tetapi susah juga karena dari kelas sudah tercampur. Nanti di tempat pembuangan sementara (TPS) juga belum ada tempat pemilahan sehingga kadang terasa

percuma walaupun itu sebetulnya salah juga.”

(Wawancara tanggal 6 September 2017)

Ketua program adiwiyata membenarkan hal

tersebut, ketika peneliti mewancarainya seperti petikan

wawancara berikut :

“Sekolah sudah menyediakan sarana prasarana pengelolahan sampah lengkap, tetapi praktek dilapangan masih banyak kendala untuk memanfaatkannya. Pembiasaan memilah sampah

belum sepenuhnya berhasil.” (Wawancara tanggal

(12)

64

Kebiasaan berbudaya lingkungan juga belum

sepenuhnya tertanam di lingkungan kantin sekolah.

Dari pengamatan peneliti bulan Oktober 2007 didapat

bahwa katin sekolah masih melayani penjualan

makanan kemasan plastik, apalagi di kantin kejujuran

hampir semua makanan berkemasan plastik tidak

ramah lingkungan. Alasan praktis mengalahkan

penanaman karakter berbudaya lingkungan. Hal ini

dibenarkan oleh petugas kantinnya seperti petikan

wawancara berikut:

“Kami mendukung sekolah adiwiyata, tetapi kami kewalahan melayani ketika istirahat jika pakai piring. Dan ada makanan yang tidak bisa dibungkus dengan kertas atau daun bahkan disajikan dengan piring. Maka kai ambil

praktisnya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Pendapat peserta didik sebagai konsumen utama

kantin juga senada, mereka mengambil praktisnya dan

sering membawa makanan ke luar kantin dan

makannya tidak dikantin tetapi di selasar kelas atau

bahkan di bawa ke kelas.

“Kantinnya walau sudah ada 7 tempat masih

terasa kurang jika pas istirahat. Berdesak-desakan. Praktis jika pakai plastik dan lebih nyaman. Jika makan lebih santai di selasar kelas,

atau taman, santai longgar.” (Wawancara tanggal

2 Oktober 2017)

Jika ditelaah dari hasil penelitian di atas, hasil

(13)

65

dengan karyawan, hasil wawancara dengan petugas

kantin, hasil wawancara dengan ketua program, studi

dokumen dan pengamatan peneliti di lapangan maka

dapat disimpulkan bahwa warga SMA Negeri 2 Salatiga

membutuhkan lingkungan yang bersih, sehat, nyaman

dan aman. Dan untuk mendukungnya dibutuhkan

kebijakan sekolah dalam pembudayaan karakter

kepedulian lingkungan.

Semakin jelas bahwa program Adiwiyata

Kementrian Lingkungan Hidup sebagai salah satu

solusi dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman masyarakat terhadap pelestarian fungsi

lingkungan hidup sejalan dengan kebutuhan warga

SMA Negeri 2 Salatiga. Peserta didik membutuhkan

pengetahuan dan ketrampilan tentang lingkungan

hidup serta lingkungan yang nyaman dan aman.

Lingkungan yang nyaman dan aman akan memberi

energi positif untuk belajar. Pengetahuan dan

ketrampilam tentang lingkungan akan memberi bekal

praktik mengelola lingkungan dalam hidup di

masyarakat. Sekolah membutuhkan partisipasi semua

warga sekolah baik siswa, guru dan karyawan dalam

mengelola sampah, lingkungan dan kebersihan

lingkungan. Kebiasaan warga sekolah memilah

sampah, mengurangi sampah, mendaur ulang sampah

(14)

66

dalam menanta lingkungan menjadi lebih baik. Dengan

kebiasaan hemat energi air, listrik, kertas, maupun

listrik, juga membantu effisiensi anggaran sekolah.

Sehingga Program Sekolah Adiwiyata memang

dibutuhkan di SMA negeri 2 Salatiga.

1.2.1.2 Tujuan Program Sekolah Adiwiyata

Untuk menjawab kebutuhan pengembangan

sekolah berbudaya dan peduli lingkungan, maka

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan membuat kebijakan

diadakan Program Adiwiyata.

Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota Salatiga

berpendapat bahwa Program Adiwiyata ingin

mewujudkan masyarakat yang berbudaya dan peduli

terhadap lingkungan seperti kutipan wawancara

berikut:

“Dengan program sekolah adiwiyata diharapkan

sekolah menjadi agen perubahan budaya lingkungan. Semoga warga sekolah membawa ilmu dan kebiasaan berbudaya lingkungan ke tempat hidup dalam bermasyarakat, terutama di rumahnya masing-masing. Itu merupakan

kontribusinyang besar di bidang lingkungan.”

(Wawancara 14 November 2017)

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua

Program Sekolah Adiwiyata seperti dalam kutipan

(15)

67

“Tujuan sekolah adiwiyata adalah menciptakan

lingkungan sekolah yang bersih, indah, nyaman dan aman. Untuk masalah mendapatkan penghargaan itu merupakan salah satu dampaknya atau bonusnya saja. Dan yang terpenting lagi adalah perubahan karakter warga sekolah yang semakin baik terhadap

permasalahan pelestarian lingkungan.”

(Wawancara 29 September 2017)

Tujuan diselenggarakannya program Sekolah

Adiwiyata nampak dan jelas, yaitu mewujudkan warga

sekolah yang bertanggungjawab dalam upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melalui tata kelola sekolah yang baik untuk

mendukung pembangunan berkelanjutan. Warga

sekolah dituntut bertanggungjawab dalam tata kelola

lingkungan hidup, tata kelola sekolah yang

berwawasan lingkungan.

Untuk mendukung tercapainya tujuan program

adiwiyata tersebut, sekolah adiwiyata melaksanakan

dua prinsip dasar yaitu partisipatif dan berkelanjtan.

Partisipatif mempunyai pengertian bahwa komunikasi

sekolah terlibat dalam menajeman sekolah yang

meliputi keseluruhan proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan

peran. Warga sekolah terlibat dalam seluruh rangkaian

proses kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di

(16)

68

pelaksanaan program sampai dengan evaluasi

program. Sendangkan prinsip berkelanjutan

mempunyai pengertian bahwa seluruh kegiatan harus

dilakukan secara terencana dan terus menerus secara

komprehensif. Program tidak hanya dilaksanakan

sesaat saja tetapi berkelanjutan, karena penanaman

karakter akan berhasil jika dilakukan secara berulang

dan terus menerus. Secara tidak langsung maka

sekolah turut menciptakan pembangunan karakter

bangsa seperti yang diharapkan yang diharapkan

dalam program adiwiyata berikut:

Dengan melaksanakan program Adiwiyata akan menciptakan warga sekolah, khususnya peserta didik yang peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung dan mewujudkan sumberdaya manusia yang me miliki karakter bangsa terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai pembangunan berkelanjutan di daerah. (Buku Paduan Adiwiyata 2012)

Program adiwiyata terintegrasi dalam empat

komponen kebijakan sekolah yang menjadi satu

kesatuan secara utuh. Hasil dari studi dokumentasi

(Oktober 2017) didapat bahwa keempat komponen

tersebut adalah : kebijakan berwawasan lingkungan,

kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan

berbasis partisipatif, dan pegelolaan sarana pendukung

(17)

69

lingkungan merupakan awal dari diselenggarakannya

program adiwiyata di sekolah sehingga kebijakan ini

perlu. Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan

diterjemahkan dala pembelajaran melalui kurikulum

berbasis lingkungan. Silabus, RPP dan UKBM sekolah

mengintegrasikan pembelajaran lingkungan di dalam

setiap mata pelajaran sehingga semua pendidik

bergerak dalam pembelajaran lingkungan. Peserta didik

belajar lingkungan demikian juga tenaga kependidikan

juga melaksanakan kegiatan berwawasan lingkungan

sehingga semua warga sekolah berpartisipasi dalam

pelaksanaan program. Data dari dokumentasi ini

diperkuat dari hasil wawancara dengan Waka

Kurikulum seperti dalam petikan berikut:

“Kurikulum SMA Negeri 2 Salatiga sudah memuat

pembelajaran lingkungan hidup baik secara teori maupun praktik. Hampir 85% Silabus, RPP menyantumkan pembelajaran lingkungan berkaitan adiwiyata. Gurupun dalam pembelajaran sudah menggunakan lingkungan sekolah sebagai salah satu sarana pembelajaran. Diharapkan dengan pembelajaran lingkungan masuk dalam kurikulum, warga sekolah khususnya pesrta didik nantinya mempunyai wawasan lingkungan dalam berperilaku, terlebih setelah menjadi orang pengambil kebijakan mereka tetap memperhatikan kelestarian

lingkungan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober

2017)

Jika diteliti dari kelengkapan dan keberadaan

(18)

70

lapangan atau pengamatan menemukan data bahwa

sarana prasarana yang ada sangat ramah lingkungan.

Lingkungan terdapat banyak ruang terbuka hijau,

pengembangan ruangan cenderung vertikal, banyak

dibuat resapan-resapan air, adanya pemanfaatan lahan

untuk konservasi tanaman, adanya berbagai macam

vertipot, IPAL dan kolam pemanfaatan air wundlu

sehingga mendukung ketercapain program.

Hasil dari studi pustaka, studi lapangan atau

pengamatan dan wawancara dengan Waka Kurikulum

dapat disimpulkan bahwa tujuan Sekolah Adiwiyata

adalah sekolah yang menanamkan karakter budaya

dan peduli lingkungan kepada warga sekolah melalui

kebijakan berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis

lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif,

dan pegelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.

Pelaksanaan program ini memiliki dasar partisipatif

dan berkelanjutan. Partisipatif memiliki arti bahwa

komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah

yang meliputi keseluruhan proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan

peran. Berkelanjutan memiliki arti bahwa seluruh

kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus

(19)

71

1.2.1.3 Manfaat Program

Manfaat dari pelaksanaan program Sekolah

Adiwiyata antara lain adalah pembelajaran tentang

nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan,

menciptakan kebersamaan warga sekolah, menciptakan

kondisi belajar yang lebih nyaman dan kondusif,

meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional

sekolah melalui penghematan dan pengurangan

konsumsi dari berbaai sumber daya dan energi serta

mendukung pencapaian standar kopetensi dan standar

kelulusan. Hal ini dapat dicermati dari Buku Panduan

Adiwiyata 2012 mengenai manfaat program Sekolah

Adiwiyata sebagai berikut:

Keuntungan atau manfaat mengikuti Program Adiwiyata adalah :

1. Mendukung pencapaian standar kompetensi atau kompetensi dasar dan standar lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.

2. Meningkatkan efesiensi penggunaan dana

operasional sekolah melalui penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbaai sumber daya dan energi.

3. Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kond isi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif.

4. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar.

(20)

72

Penulis menganalisis bahwa manfaat program

Adiwiyata dalam Pedoman Adiwiyata 2012 selaras

dengan visi SMA Negeri 2 Salatiga yaitu bertaqwa,

berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya

saing. Berkarakter dan berwawasan lingkungan

mempunyai pengertian juga menanamkan nilai-nilai

pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang baik

dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar,

sesuai manfaat nomor empat. Dengan pengelolaan

lingkungan yang baik, akan tercipta lingkungan yang

nyaman dan kondusif sehingga mendukung pencapaian

SKL. Hal ini senada yang diungkapkan peserta didik

dalam petikan wawancara berikut:

“Saya senang sekolah di Smanda karena

lingkungan sekolah mendukung untuk pembelajaran. Banyak ruang terbuka hijau sehingga nyaman untuk belajar. Udara masih sejuk. Selain itu saya juga dapat belajar mengelola lingkungan dengan baik.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)

Dari hasil wawancara tersebut peserta didik juga

merasa mendapat pendidikan mengelola lingkungan

dengan baik, selain dampak langsung yaitu

kenyamanan dan lingkungan yang kondusif sehingga

situasi pembelajarannya terdukung. Lain dengan hasil

wawancara dengan bendahara sekolah seperti petikan

(21)

73

“Program Sekolah Adiwiyata sedikit banyak

membantu sekolah mengurangi pengeluaran untuk biaya terutama air, listrik dan kertas. Siswa atau guru bisa berhemat pengunaan air dan listrik. Sampah yang bisa diolah juga dapat

dimanfaatkan untuk bahan kerajinan.”

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Manfaat program Sekolah Adiwiyata bagi

Bendahara sekolah yaitu adanya penghematan

pembiyaan operasional, terlebih pengeluaran biaya

bayar air dan listrik menurun. Hasil wawancara dengan

salah satu guru senior memperoleh data yang berbeda,

guru tersebut merasakan perubahan lingkungan

sekolah dari yang gersang dan kurang terawat menjadi

sekolah yang rindang, banyak taman, lebih terawat dan

dan nyaman seperti petikan berikut:

“Njenengan ki saiki penak, dulu sekolah ini masih

gersang, jika kemarau bledhug. Semenjak ada program Adiwiyata mulai terbenahi lingkungannya sampai seperti sekarang ini, ya nyaman, disawang ki ora ngisin-ngisini.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)

Pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata dirasakan

manfaatnya oleh guru selaku pelaku dan penerima

manfaat yang mengetahui keadaan sebelum dan setelah

sekolah menjalankan program Sekolah Adiwiyata.

Lingkungan sekolah lebih terawat, nyaman dan warga

sekolah dapat belajar cara mengelola lingkungan yang

(22)

74

Tenaga kebersihan yang secara langsung

mengelola sampah sekolah sangat merasakan manfaat

program Sekolah Adiwiyata. Mereka merasa terbantu

dalam memilah sampah, sampah sudah terpilah dan

sampah jadi berkurang. Ada tambahan pemasukan

finasial juga dari hasil penjualan pengelolaan sampah

organik menjadi pupuk dan pengolahan sampah

anorganik. Berikut petikan hasil wawancaranya.

“Saya terbantu dengan adanya program

adiwiyata. Beban sedikit berkurang, ringan karena sampah sedikit berkurang, Dan yang jelas kami mendapat penghasilan tambahan juga dari hasil pengelolaan sampah. Terimakasih sekolah

telah mengadakan program adiwiyata.”

(Wawancara tanggal 6 September 2017)

Manfaat program Sekolah Adiwiyata sangat

dirasakan oleh peserta didik yang merasa nyaman dan

aman dalam belajar, demikian juga guru merasakan

perubahan perawatan dan pelestarian lingkungan dari

sekolah sebelum dan setelah melaksanakan program

Sekolah Adiwiyata. Tenaga kebersihan mendapatkan

keuntungan finansial dan berkurangnya beban kerja

karena pengelolaan sampah yang baik oleh warga

sekolah. Dari segi pembiayaan sekolah, ternyata ada

pengurangan biaya energi, biaya air maupun listrik.

Diharapkan ada pengurangan pengeluaran kertas juga.

Sekolah yang bersih, nyaman, ramah lingkungan, dan

(23)

75

yang dirasakan oleh warga sekolah. Manfaat program

Sekolah Adiwiyata yang utama adalah terbentuknya

karakter waga sekolah yang berbudaya dan peduli pada

pelestarian lingkungan.

1.2.2 Input Pengembangan Program Sekolah Adiwiyata

1.2.2.1 Program

Hasil penelitian dokumen dapat dijelaskan bahwa

semula perencanaan program Sekolah Adiwiyata tidak

dipersiapkan oleh SMA Negeri 2 Salatiga. Program

Sekolah Adiwiyata pada tahun 2011 dilaksanakan

karena adanya kewajiban sekolah untuk mengikuti

lomba yang diselenggarakan Pemerintah Kota Salatiga.

Walaupun tidak melalui kajian mendalam namun

karena setiap tahun Pemerintah Kota mewajibkan

sekolah untuk mengikuti lomba Sekolah Adiwiyata

maka mulailah disusun perencanaan program

sederhana. Demikian seperti yang dikatakan Waka

Sarpras pada wawancara yang dikutib berikut:

“Smanda dulu relatif gersang, belum ada

(24)

76 mendorong sekolah untuk membuat program

dengan mengalokasikan dana tersendiri.”

(Wawancara tanggal 14 November 2017)

Sekolah mulai melakukan perencanaan program

Sekolah Adiwiyata secara terencana dengan membuat

kebijakan pada visi SMA Negeri 2 Salatiga, yaitu

“Bertaqwa, berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya saing”. SMA Negeri 2 Salatiga berkomitmen

untuk menjadi Sekolah Adiwiyata. Indikator kunci

keberhasilan Sekolah Adiwiyata adalah terciptanya

karakter budaya dan peduli lingkungan bagi warga

sekolah.

Waka Managemen Mutu dalam wawancara

mengungkapkan bahwa program Sekolah Adiwiyata

sejalan dengan pendidikan karakter dan program

sekolah sehat, sejalan dengan visi sekolah sehingga

akan saling menguatkan jika program Sekolah

Adiwiyata diterapkan di SMA Negeri 2 Salatiga. Berikut

petikan wawancara tersebut:

“Smanda mengikuti regulasi pemerintah, dalam

hal ini Dinas Lingkungan Hidup tentang program Sekolah Adiwiyata. Untuk Sekolah mengeluarkan kebijakan program Sekolah Adiwiyata. SK kepanitiaan dan anggaran ditentukan. Karena memang program Adiwiyata sejalan dengan

pendidikan karakter dan visi sekolah.”

(25)

77

Untuk mencapai tujuan program Sekolah

Adiwiyata, terdapat 4 (empat) komponen program yang

menjadi satu kesatuan utuh yang harus dilaksanakan

oleh sekolah penyelenggara program Sekolah Adiwiyata.

Keempat komponen tersebut adalah: (1) Kebijakan

berwawasan lingkungan, (2) Pelaksanaan kurikulum

berbasis lingkungan, (3) Kegiatan lingkungan berbasis

partisipatif, dan (4) Pengelolaan sarana prasarana

pendukung ramah lingkungan. Komponen-komponen

ini dapat dilihat pada uraian di dalam Panduan

Adiwiyata 2012 seperti kutipan berikut :

Komponen Adiwiyata :

Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai se-kolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut ada lah;

1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan

2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan 3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

(Panduan Adiwiyata 2012 halaman 3)

Dari keempat komponen program tersebut

kemudian dikembangkan menjadi program dan

subprogram Sekolah Adiwiyata oleh SMA Negeri 2

Salatiga seperti yang tercantum dalam tabel Program

(26)

78

Tabel 8 : Program Sekolah Adiwiyata

No Program & Sub Program Indikator Kinerja (Bentuk Kegiatan) Penanggung Jawab

1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan b. RKAS memuat program

dalam upaya

perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup

1 Perlindungan Lingkungan Hidup 2 Pengelolaan Lingkungan Hidup

2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

a.Tenaga pendidik 2 Materi pembelajaran 3 Indikator dan penilaian 4 RPP

5 Partisipasi orang tua

6 Komunikasi inovasi pembelajaran 7 Penguasaan dan aplikasi konsep

Waka

1 Peserta didik menghasilkan karya LH 2 Peserta didik berkemampuan memecahkan masalahLH

3 Peserta didik mengkomunikasikan hasil pelajaran LH

4 Kegiatan lain

3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

a. Pelaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah

1. Warga sekolah terlibat kegiatan LH 2. Warga sekolah memenfaatkan lahan dan fasilitas untuk kegiatan LH 3. Kegiatan ekstrakurikuler pembelajaran kegiatan LH

4. Lebih 5 klasifikasi kegiatan kreativitas dan inovasi warga sekolah dalam upaya LH

5. Warga sekolah Lebih dari 6 kali terlibat kegiatan LH

Waka Kesiswaan

b. Menjalin kemitraan dalam rangka

1. Lebih dari 3 mitra sebaai nara Sumber 2. Lebih dari 3 mitra mendukung kegiatan LH

3. Lebih dari 3 mitra dari fasilitas komite mendukung kegiatan LH 4. Lebih dari tiga kali sebagai nara

sumber kegiatan LH

5. Lebih dari 3 kali mendukung kegiatan LH

(27)

79

(Sumber: Lembar kerja Program Sekolah Adiwiyata, 2016, diolah)

Ketua pelaksana program menjelaskan bahwa

untuk mencapai tujuan Sekolah Adiwiyata, terlebih

mencapai kategori sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat

Kota, Kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi,

Kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional maupun

kategori Sekolah Adiwiyata Mandiri ada target yang

harus dipenuhi. Penjelasan ini dapat dilihat juga dari

kutipan berikut:

“Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan

sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten/ kota jika mencapai nilai minimal 56, yaitu 70 % dari total nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah Adiwiyata tingkat Propinsi apabila mencapai mencapai nilai minimal 64, yaitu 80 % dari total nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Nasional apabila mencapai mencapai nilai minimal 72, yaitu 90 % dari total nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Mandiri apabila telah melakukan pembinaan terhadap sekolah lain, sehingga menghasilkan minimal 10 sekolah Adiwiyata kabupaten/ kota.” (Panduan Adiwiyata 2012)

4 Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

a. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah

lingkungan

1. Tersedianya 6 sarana prasarana berkaitan dengan kegiatan LH

2. Tersedianya 6 sarana prasarana pendukung pembelajaran LH

Waka Sarpras b. Peningkatan kualitas

pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah

1 Tersedianya minimal 3 sarana prasarana sesuai fungsinya 2 Tersedianya 4 unsur pemeliharaan dan pengelolaan sarana prasarana 3 Effisiensi pemanfaatan air, listrik dan ATK

(28)

80

Dari hasil wawancara, studi pustaka dan studi

dokumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

mencapai tujuan dari Sekolah Adiwiyata, diperlukan

panduan dan rencana program. Kementrian

Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Panduan

Adiwiyata tahun 2012 yang dapat diunduh secara

online. Rencana program yang jelas dan

berkesinambungan akan memudahkan pencapain

target-terget dari setiap program sehingga tujuan

program akan tercapai.

1.2.2.2 Jadwal Pelaksanaan Program

Agar tujuan program Sekolah Adiwiyata dapat

tercapai sesuai yang direncanakan maka diperlukan

jadwal pelaksanaan program. Adapun jadwal

pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata ditampilkan

dalam tabel 9 dibawah ini:

Tabel 9 Pelaksanaan Program Sekolah Adiwiyata

Fokus Pengembangan Komponen dan Sub Program

PELAKSANAAN

2013 2014 2015 2016 2017

1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

V V V V V

b. RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

(29)

81 2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

a. Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran lingkungan hidup. V V V V V

b. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

V V V V V

3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

a. Pelaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah

V V V V V

b. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).

V V V V V

4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

a. Ketersediaan sarana prasarana

pendukung yang ramah lingkungan V V V V V

b. Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah

V V V V V

(Sumber: Jadwal Pelaksanaan Sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 salatiga)

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa

program Sekolah Adiwiyata merupakan program yang

terintegrasi dari setiap unsur kehidupan sekolah, baik

kebijakan sekolah, kurikulum yang dipakai, gerak

hidup warga sekolah maupun sarana prasarana

pendukung. Hal ini senada dengan hasil wawancara

dengan Waka Managemen Mutu SMA Negeri 2 Salatiga

berikut:

(30)

82 sekolah baik, guru, karyawan maupun siswa. Seluruh komponen ini harus saling mendukung. Program akan behasil jika dilaksanakan secara kontinu terus menerus, program berkelanjutan. Misalkan tidak ada danapun program ini harus dilanjutkan karena menyangkut penanaman karakter, budaya kepedulian tehadap lingkungan,

maka harus dilaksanakan secara terus menerus”.

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Pendapat senada dengan Waka Managemen Mutu

berhasil peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan

salah seorang guru yang kebetulan staf kurikulum,

berikut kutipan hasil wawancara tersebut:

“Program Sekolah Adiwiyata di SMANDA telah dan sedang dilaksanakan. Dilaksanakan sudah cukup lama, kira-kira mulai tahun 2012. Sehingga berkelanjutan.Perlu jadwal jadwal. Program ini memerlukan partisipasi dari seluruh warga sekolah,

tidak hanya panitianya saja yang bekerja.”

(Wawancara tanggal 25 September 2017)

Lebih rinci Ketua program menjelaskan bahwa

program Sekolah Adiwiyata diterjemahkan dalam

jadwal-jadwal yang lebih rinci dari tahun demi tahun

sehingga pencapaian target kategori sekolah semakin

jelas. Berikut kutipan wawancaranya:

“Program Sekolah Adiwiyata yang sudah terbentuk dijabarkan dalam jadwal. Jadwal ini digunakan agar target pencapaian kategori sekolah dapat mudah dicapai dan dievaluasi pencapaiannya. Jika ada kendala dapat dipecahkan secara terlokalisir dan

cepat teratasi.” (Wawancara tanggal 29 September

(31)

83

Berdasarkan data penelitian baik dari data hasil

studi dokumen maupun hasil wawancara diketahui

bahwa program Sekolah Adiwiyata merupakan program

yang secara prinsip dilaksanakan secara partisipatif

dan berkelanjutan dengan penjadwalan agar tujuan

program dapat tercapai sesuai target.

1.2.2.3 Mekanisme Pelaksanaan

Hasil penelitian tentang mekanisme implementasi

program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

menunjukkan bahwa proses perencanaan program

Sekolah Adiwiyata sampai implementasi di lapangan

dilaksanakan melalui koordinasi antara Kepala

Sekolah, para wakil kepala sekolah dan Ketua

pelaksana program. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Kepala SMA Negeri 2 Salatiga pada

saat wawancara, yaitu:

(32)

84

Ketua Pelaksana Program menjelaskan bahwa

mekanisme pelaksanaan program dapat dipelajari dari

Pedoman pelaksanaan Adiwiyata.

“Untuk melaksanakan program Adiwiyata sebetulnya sudah ada buku pedomanya. Buku tersebut dapat di akses melalui internet. Kementrian Lingkungan Hidup memberi

kemudahan untuk itu.” Wawancara tanggal 29

September 2017)

Dari buku pedoman menunjukkan bahwa

Pedoman pelaksanaan Adiwiyata sudah diterbitkan

tahun 2012 dan dapat diakses dengan mudah oleh

siapapun. Sedangkan jika ditinjau dari mekanisme

pembiyaan program, program ini pembiyaannya

diserahkan disekolah masing-masing secara mandiri

tanpa ada bantuan dana dari pemerintah secara

khusus. Namun sekolah dapat bekerja sama dengan

lembaga lain untuk sebagai wujud partisipasi

masyarakat dalam kegiatan lingkungan hidup.

Pemerintah dalam hal ini DLH masih terbatas sebagai

penggerak. Hal ini senada dengan yang dikatakan

Kabid Lingkungan DLH Kota Salatiga berikut:

(33)

85

Mekanisme pelaksanaan program baik secara

teknis maupun keuangan dapat disimpulkan dari

wawancara ketiga nara sumber bahwa mekanisme lebih

diutamakan dari partisipasi sekolah, pemerintah

sebatas sebagai fasilitator program. Pelaksanaan

program dapat berpedoman pada Buku Pedoman

Adiwiyata 2012 yang diterbitkan oleh Kementrian

Lingkungan Hidup dan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

1.2.2.4 SDM

Kepala Sekolah telah membentuk Tim khusus

untuk menangani program Sekolah Adiwiyata, yaitu

Tim Program Sekolah Adiwiyata. Kepala Sekolah

sebagai penanggung jawab program langsung

membawai ketua program. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan Kepala SMA Negeri 2 Salatiga

sebagai berikut:

(34)

86

Ketua program dibantu sekretaris dan bendahara

membawahi empat bidang dari empat komopenen

adiwiyata yang didalamnya dikoordinir oleh Waka-Waka

seperti yang tertera dalam Gambar 4.

Gambar 4. Struktur Pelaksana Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

Berdasarkan gambar 3 di atas, dapat diketahui

bahwa tidak ada pemilihan khusus untuk anggota Tim

Program Sekolah Adiwiyata, tetapi lebih berdasarkan

kewenangan yang dimiliki sesuai jabatan. Sehingga

kemampuan dan kewajibannya sesuai bidang kerja

masing-masing. Hal ini sesuai penjelasan Ketua

Program berikut:

“Koordinator Pelaksana Program Sekolah Adiwiyata pada masing-masing seksi di Smanda ini melekat

Sekretaris Penanggung

Jawab Kepala Sekolah

Ketua Program Sekolah

Adiwiyata

Bid. Kebijakan

(Waka MM)

Bid. Kurikulum

(Waka Kurikulum)

Bendahara

Bid. Sarpras

(Waka Sarpras)

Bid. Partisipasi

(35)

87 pada tugas Waka-Waka sehingga memudahkan dalam koordinasi dan tugasnya. Waka Sarpras bertanggungjawab terhadap sarana penunjang berwawasan lingkungan, Waka kurikulum bertanggungjawab terhadap pembelajaran lingkungan yang terintegrasi di RPP dan Silabus

guru.” (Wawancara tanggal 29 September 2017)

Pernyataan ini sejalan dengan hasil wawancara

dengan Waka Manajemen Mutu berikut:

“Untuk memudahkan tugas dan koordinasi pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata maka masing-masing Waka-Waka mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai bidang kerjanya. Maka

kerjaan juga akan lebih ringan.” (Wawancara tanggal

29 September 2017)

Pelaksana program kegiatan adalah para Wakil

Kepala Sekolah sesuai bidang kerjanya, seperti terlihat

pada Struktur Tim Program Sekolah Adiwiyata pada

gambar 3. Ketua Program mengkoordinir pelaksanaan

program yang dijalankan oleh para Waka sesuai

mekanisme yang disepakati. Sehingga pelaksanaan

program tidak ada kendala yang berarti karena

dipegang oleh orang yang kompeten dibidangnya. Waka

Manajemen Mutu bertanggungjawab dibidang kebijakan

berwawasan lingkungan, Waka Kurikulum

bertanggungjawab dibidang kurikulum berbasis

lingkungan, Waka Kesiswaan dan Humas

bertanggungjawab dibidang kegiatan berbasis

(36)

88

dibidang pengelolaan sarana prasarana pendukung

pelestarian lingkungan. Dengan penempatan

personel-personel sesuai kompetensinya maka SDM pelaksana

program Sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 Salatiga

sangat memadai untuk melaksanakan program.

1.2.2.5 Pembiayaan

Pembiayaan pelaksanaan program Sekolah

Adiwiyata sepenuhnya berasal dari dana sekolah

secara mandiri. Dana partisipasi dari masyarakat dan

waga sekolah jika ada bersifat sukarela. Menurut

Bendahara Sekolah, penggunaan dana untuk program

Adiwiyata berasal dari dana komite dan BOS. Hal ini

sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:

“Program Aiwiyata Smnada dibiayai dari dana BOS dan uang komite. Perawatan dan peningkatan SDM diambilkan dari dana BOS sedangkan biaya pengadaan barang atau pembangunan dan operasiona sekolah diambilka dari uang komite.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Kepala Sekolah dalam wawancara dengan

peneliti mengungkapkan bahwa ada dana alokasi

khusus untuk program Sekolah Adiwiyata, berikut

kutipan wawancara tersebut:

(37)

89

Komite maupun dari dana BOS” (Wawancara

tanggal 2 Oktober 2017)

Dana BOS dan dana Komite yang dialokasikan

untuk program Sekolah Adiwiyata disusun berdasar

Rincian Alokasi Anggaran seperti terlihat dari tabel 10

berikut ini.

Tabel 10. Rincian Alokasi Anggaran Sekolah Adiwiyata

No Program (Fokus pengembangan)

Sub Program Anggaran Per

Tahun

1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

2.550.000

b.RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup 26.950.000

2 Pelaksanaan

b. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang terencana bagi warga sekolah

55.700.000

b. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).

a. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan

(38)

90

Lingkungan b. Peningkatan kualitas

pengelolaan sarana dan

Berdasarkan hasil telaah dokumen, peneliti menemukan bahwa pemerintah tidak memberikan dana khusus untuk mengembangkan program Sekolah Adiwiyata. Bantuan dana dari pemerintah yang diberikan lebih banyak difokuskan pada pembangunan fisik bukan karena program Adiwiyata.

Tabel 11. Draf Penggunaan Dana Bantuan SMA Negeri 2 Salatiga

No Uraian Dana Pusat Dana Sharing

1 Fisik

a. Pembangunan

Ruang Kelas Baru

Rp. 756.250.000,- Rp. 195.000.000,-

2 Non Fisik

4 Biaya Pengelolaan

a. Biaya Pengelolaan administrasi (1% dari sub total)

Rp. 1.750.000,-

Total Dana Rp.1.000.000.000,- Rp. 903.750.000,-

(39)

91

Data di atas menunjukkan bahwa bantuan

pembiayaan yang diberikan oleh pemerintah untuk

SMA Negeri 2 Salatiga lebih difokuskan kepada

pembangunan fisik.

Dari data hasil wawancara Kepala Sekolah,

Bendahara Sekolah dan data hasil studi dokumen

dapat ditarik kesimpulan bahwa SMA Negeri 2 Salatiga

telah mengalokasikan dana 20% dari anggaran

keseluruhan untuk membiayai program Sekolah

Adiwiyata. Pemerintah walaupun hanya membantu

dalam hal fisik secara tidak langsung juga telah

membantu pelaksanaan program ini. Maka secara

keuangan pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata di

SMA Negeri 2 Salatiga dapat dibiayai.

1.2.2.6 Sarana dan Prasarana

Hasil pengamatan dan studi dokumentasi yang

dilakukan peneliti, SMA Negeri 2 Salatiga memiliki

sarana prasarana yang lengkap. Dilihat dari lahan yang

luas, gedung aula, ruang kelas, laboratorium kimia,

laboratorium fisika, laboratorium bahasa, ruang TIK,

ruang UKS, ruang agama (Mushola, ruang agama

Katolik, ruang agama Kristen), ruang terbuka hijau,

(40)

92

tanam obat, green house, taman vertikal, sarana sanitasi-IPAL, sarana pengolahan sampah terpadu dan

fasilitas lainnya, Sekolah ini patut menjadi Sekolah

Adiwiyata. Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota

Salatiga menguatkan pendapat ini, dalam wawancara

didapatkan informasi sebagai berikut:

“SMA Negeri 2 Salatiga sangat pantas menjadi Sekolah Adiwiyata. Sarana prasarana dan lahan terbuka hijau mendukung seklai. Sekolah tinggal menguatkan kerjasama dan partisipasi semua komponen warga sekolah.Kami berharap lebih terhadap sekolah ini, semoga bisa menjadi inspirasi sekolah-sekolah lain di Salatiga.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)

Memperkuat pendapat di atas, peneliti telah

mendapat data dokumentasi hasil pengamatan dan

studi dokumen pada sarana prasarana SMA Negeri 2

Salatiga. Berikut dokumen gambar sarana prasarana

pendukung ramah lingkungan yang dimiliki SMA Negeri

(41)

93 Gambar 5 : Sarana Prasarana pemanfaatan air limbah

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Gambar 6 : Sarana Prasarana pemanfaatan lahan

(42)

94 Gambar 7 : Sarana Prasarana ruangan

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Waka Sarpras mengungkapkan, SMA Negeri 2

sudah memiliki Sarpras yang baik dalam mendukung

program Sekolah Adiwiyata, namun pemanfaatannya

masih perlu dioptimalkan. Hal ini terungkap dari hasil

wawancara dengan Waka Sarpras sebagai berikut:

(43)

95

Peserta didik dalam tanggapan perihal sarana

prasaran sekolah mengungkapakan bahwa sarana

WC-kamar mandi sudah baik dan bersih, banyak lahan

terbuka hijau dan ada tribun serta gasebo untuk

belajar di luar kelas yang tidak semua sekolah

mempunyai. Pendapat ini dapat diperhatikan pada

kutipan wawancara berikut:

“Saya senang sekolah di Smanda. Sarana prasarana sekolah sudah memadai. Kamarmandi-WC setiap lajur kelas sudah ada dan bersihAda Gasebo dan tribun untuk belajar di luar kelas. Udara masih sejuk dan segar.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)

Berdasarkan data dari wawancara ketiga nara

sumber, studi lapangan dan studi dokumentasi, dapat

disimpulkan bahwa sarana prasarana SMA Negeri 2

Salatiga baik sarana prasarana pembelajaran maupun

sarana prasarana pedukung adiwiyata sangat

mendukung dan memenuhi syarat bahwa SMA Negeri 2

Salatiga sebagai Sekolah Adiwiyata.

1.2.3 Proses Pengembangan Program Sekolah Adiwiyata

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

penanggung jawab program Sekolah Adiwiyata, dalam

hal ini Ketua Program Sekolah Adiwiyata telah

(44)

96

sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dibuktikan dari

dokumen pembagian tugas kegiatan Sekolah Adiwiyata

sebagai berikut:

Tabel 12. Pembagian Tugas Kegiatan Sekolah Adiwiyata

No Kegiatan Waktu Penanggung Jawab

1 Penyusunan Komponen a. Kebijakan

Berwawasan Lingkungan

Oktober 2015 Dra. Sulastri, M.Pd

b. Pelaksanaan

Kurikulum Berbasis

Lingkungan

Oktober 2015 Dra. Enni Haristiyati

c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

Oktober 2015 Sulistyaningsih,S.Pd., M.Pd, dan

Sofatinajah,S.Pd

d. Pengelolaan Sarana

Pendukung Ramah

Lingkungan

Oktober 2015 Siti

Purwatiningsih,S.Pd

2 Tahapan Pengembangan Januari 2016 Sugiono,S.Pd

Data penelitian menunjukkan, kegiatan

sosialisasi program Sekolah Adiwiyata kepada warga

sekolah yaitu peserta didik, guru, karyawan dan komite

telah dilakukan sekolah secara resmi. Hal ini seperti

yang diungkapkan dalam wawancara dengan Waka

Humas seperti berikut:

(45)

97

Dari hasil wawancara dengan Ketua program

Sekolah Adiwiyata juga didapatkan data mengenai

kegiatan sosialisasi program Sekolah Adiwiyata dalam

petikan wawancara sebagai berikut

“Sudah ada sosialisasi program Sekolah Adiwiyata

terhadap siswa yaitu melalui perwakilan kelas secara khusus dan sosialisasi juga dalam kegiatan upacara, yang dilakukan secara berulang ulang. Guru dalam pembelajaran secara tidak langsung juga

memberikan informasi.” (Wawancara tanggal 29

September 2017)

SMA Negeri 2 Salatiga bekerja sama dengan

Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga juga telah

mengadakan sosialisai kegiatan Adiwiyata. Waka

Manajemen Mutu menegaskan hal itu seperti kutipan

hasil wawancara berikut:

“Sekolah bekerja sama dengan Dinas Lingkungan

Hidup Kota Salatiga telah mengadakan sosialisasi Sekolah Adiwiyata terhadap warga masyarakat sekitar sekolah, SDN o4 Tegalrejo, SMPN 6 Salatiga, Kelurahan, Kecamatan dan Pukesmas. Sosialisasi ini bertujuan agar semakin banyak masyarakat yang mengetahui pentingnya program Adiwiyaa dalam

melestarikan lingkunga hidup.”(Wawancara tanggal

2 Oktober 2017)

Kegiatan sosialisasi Sekolah Adiwiyata oleh SMA

Negeri 2 Salatiga, dapat dilihat juga dari dokumen data

(46)

98

Gambar 8 : Sosialisasi kepada komite dan guru

Gambar 9 : Sosialisasi kepada peserta didik

Gambar 10 : Sosialisasi kepada karyawan

(Dokumen SMA N 2 Salatiga) (Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(47)

99

Gambar 11 : Sosialisasi kepada warga dan sekolah lain

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui

bahawa SMA Negeri 2 Salatiga telah melakukan

bimbingan teknis dan kegiatan lain seperti sosialisasi

program kepada semua unsur yang terkait dengan

program Sekolah Adiwyata. Melalui kegiatan tersebut

diharapkan implementasi program akan berjalan sesuai

dengan yang direncanakan.

Proses implementasi program Sekolah Adiwiyata

di SMA Negeri 2 Salatiga meliputi 4 komponen. Adapun

proses dari keempat komponen tersebut akan bahas

satu per satu komponen.

1.2.3.1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan

Penanggung jawab untuk Komponen Kebijakan

Berwawasan Lingkungan adalah Waka Manajemen

Mutu. Pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata pada

(48)

100

temukan dalam studi dokumentasi pelaporan

pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata. Adapun

proses pelaksanaan program komponen kebijakan

berwawasan lingkungan penulis jabarkan berdasarkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

1.2.3.1.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Hasil penelitian dari dokumen satu Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di peroleh bahwa visi

SMA Negeri 2 Salatiga adalah “Bertaqwa, berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya saing” telah menanamkan karakter berbudaya lingkungan.

Kurikulum yang diterapkan SMA Negeri 2 Salatiga saat

ini adalah Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.

Kurikulum 2006 diterapkan dijenjang kelas XI dan XII

sedangkan Kurikulum 2013 diterapkan dijenjang kelas

X. Namun demikian semua kurikulum yang diterapkan

menggunakan karakteristik berwawasan dan peduli

lingkungan. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

juga mengutarakan hal yang senada, yaitu:

“Smanda sekarang menggunakan kurikulum

(49)

101 pembuatan media dengan barang-barang bekas.

Alam sekolah sebagai sarana dan sumber belajar. Memang belum semua mapel

mencantumkannya.” (Wawancara tanggal 2

Oktober 2017)

Kepala Sekolah menegaskan bahwa SMA Negeri

2 Salatiga mempunyai komitmen untuk mendidik

warga sekolah agar peduli dan berbudaya lingkungan,

pernyataan ini seperti kutipan wawan cara berikut;

“Walaupun SMA Negeri 2 Salatiga menggunakan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013, Visi

Smanda tidak berubah yaitu “Bertaqwa,

berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya saing”. Berwawasan lingkungan menunjukan bahwa Smanda komitmen untuk menempatkan karakter peduli lingkungan pada pembelajaran. Sehingga warga sekolah dapat menjadi agen solusi pemecahan masalah

lingkungan di masyarakat mereka tinggal.”

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Dari hasil studi dokumen I KTSP dan

wawancara Waka Kurikulum serta Kepala Sekolah

dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang diterapkan

di SMA Negeri 2 Salatiga adalah Kurikulum 2006

untuk kles XI dan kelas XII dan kurikulum 2013

dengan sistem SKS untuk kelas X. Kebijakan SMA

Negeri 2 Salatiga secara jelas menempatkan pendidikan

karakter peduli dan budaya lingkungan dalam tujuan

sekolah oleh karena itu karakter dan budaya

(50)

102

Pendidikan karakter dan budaya lingkungan

terintegrasi di dalam pembelajaran setiap mata

pelajaran, sehingga dalam struktur kurikulum tidak

mencantumkan secara khusus mata pelajaran

lingkungan atau karakter budaya lingkungan. Hal ini

sesuai dari hasil penelitian dari dokumen I KTSP dan

hasil petikan wawancara dengan Waka Kurikulum

berikut:

“Pendidikan karakter berbudaya peduli

lingkungan terintegrasi pada setiap perangkat dan pembelajaran mata pembelajaran. Sehingga tidak ada mata pelajaran khusus mengenai

lingkungan hidup.” (Wawancara tanggal 2

Oktober 2017)

Keterangan ini senada dengan yang

diungkapkan Waka Managemen Mutu dalam petikan

wawancara berikut:

“Tidak ada mata pelajaran khusus tentang

lingkungan hidup. Guru diharapkan mengintrgrasikan pendidikan lingkungan di dalam pembelajarannya, apapun itu mata pelajarannya. Pandai-pandailah guru menghubungkan materi pelajaran dengan

nilai-nilai pelestarian lingkungan.” (Wawancara

tanggal 2 Oktober 2017)

Hasil wawancara dengan peserta didik juga

mendapatkan data bahwa tidak ada pelajaran khusus

tentang lingkungan hidup, namun ada pelajaran

(51)

103

pengolahan limbah untuk bahan kerajinan seperti

petikan wawan cara berikut:

“Ada pelajaran ketrampilan dan kewirausahaan

yang mengajarkan pengolahan barang-barang bekas menjadi hasil kerajinan. Guru menilai kreatifitas penggunaan barang bekas, kegunaan

hasil kerajinan.” (Wawancara tanggal 6

September 2017)

Secara struktur kurikulum dapat disimpulkan

bahwa di SMA Negeri 2 Salatiga tidak ada mata

pelajaran khusus tentang lingkungan. Pembelajaran

tentang lingkungan dan karakter peduli dan budaya

lingkungan terintegrasi di dalam pembelajaran setiap

mata pelajaran.

Hubungan penanaman nilai-nilai karakter peduli

dan budaya lingkungan dengan hasil prestasi peserta

didik tidak secara khusus peneliti teliti. Data dokumen

I KTSP SMA Negeri 2 Salatiga menunjukan bahwa

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) setiap mata

pelajaran hampir semua sama. KKM setiap mata

pelajaran dapat dilihat dari tabel 16 berikut.

Tabel 13 : KKM Mata Pelajaran Tahun Pelajaran 2016/2017

No Pelajaran Mata Kelas X Kelas XI Kelas XII

IPA IPS BHS IPA IPS BHS

1 Agama 75 75 75 75 75 75 75

2 PKn 75 75 75 75 75 75 75

3 Bhs. Indonesia 75 75 75 75 75 75 75

4 Bhs. Inggris 75 75 75 75 75 75 75

5 Matematika 75 75 75 75 75 75 75

(52)

104

7 Biologi 75 75 75

8 Kimia 75 75 75

9 Sejarah 75 75 75 75 75 75 75

10 Geografi 75 75 75

11 Ekonomi 75 75 75

12 Sosiologi 75 75 75

13 Seni Budaya 75 75 75 75 75 75 75

14 Penjaskes 75 75 75 75 75 75 75

15 TIK 75 75 75 75 75 75 75

16 Bhs. Jawa 75 75 75 75 75 75 75

17 Sastra Ind. 75 75

18 Antropologi 75 75

19 Bhs Jerman 75 75 75

20 Bahasa Jepang 75 75 75 75 75 75

(Sumber: Dokumen I KTSP, 2016)

Tinggi rendahnya KKM tidak dipengaruhi secara

langsung oleh faktor pendidikan karakter

pembudayaan peduli lingkungan, demikian yang

diungkapkan Waka Kurikulum dalam petikan

wawanvara berikut:

“Penentuan tinggi rendahnya KKM mata

pelajaran ditentukan oleh karakteristik peserta didik atau intake , karakteristik mata pelajaran atau kompleksitas dan kondisi satuan

pendidikan atau daya dukung.” (Wawancara

tanggal 2 Oktober 2017)

Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat yang

diungkapkan oleh guru mata pelajaran seperti petikan

(53)

105

“Tinggi rendahnya nilai dari KKM, kami hitung berdasarkan kemampuan awal anak atau intake ,taraf kesulitan materi pelajaran atau kompleksitas materi pelajaran dan daya dukung sekolah, baik dari kompetensi guru maupun

keberadaan sarana prasarana penunjang.”

(Wawancara tanggal 6 September 2017)

Dari hasil nalisis data KKM di atas dan hasil

wawan cara dapat disimpulkan bahwa nilai KKM

hampir sama untuk setiap jenjang dan setiap mata

pelajaran tidak dipengaruhi secara signifikan oleh

pendidikan karakter peduli lingkungan.

1.2.3.1.2 Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS)

Dalam hal ini yang akan dibahas di sini hanya

tentang rencana anggaran sekolah dan yang berkaitan

dengan program sekolah Adiwiyata. Hasil wawancara

dengan Bendahara sekolah didapat data bahwa

anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata telah

dilaksanakan 20% dari total anggaran belanja sekolah.

Berikut petikan wawancara tersebut:

“Sekolah dalam hal ini Bendahara , secara rutin sekolah mengalokasikan anggaran belanja 20% dari total anggaran belanja sekolah khusus untuk program pengembangan sekolah

(54)

106

Hal itu dibenarkan oleh Ketua Program yang

mengungkapkan terimakasih karena sekolah telah

berani mengalokasikan anggaran untuk program

Adiwiyata seperti yang terungkap pada petikan wawan

cara berikut:

“Terima kasih kepada sekolah yang telah menganggarkan secara rutin anggaran belanja 20% dari total anggaran belanja sekolah khusus untuk program pengembangan sekolah

adiwiyata.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota Salatiga

walaupun tidak melihat secara langsung alokasi

anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata di SMA

Negeri 2 Salatiga sangat percaya jika anggaran dari

sekolah lebih dari 20% dari total anggaran

pengeluaran sekolah. Hal itu diungkapkan dalam

petikan wawancara berikut:

“Soal anggaran SMA Negeri 2 Salatiga untuk program Sekolah Adiwiyata, saya percaya anggarannya lebih dari 20% dari total anggaran belanja sekolah. Sarana parasaran pendukung adiwiyata komplit, penataan lingkungannya sudah bagus. Jika dihitung keseluruhan dengan partisipasi warga sekolah baik materi maupun tenaganya, pasti lebih dari 20%.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)

Hasil analisis dari data hasil studi dokumen di

atas, dan data hasil wawancara didapat bahwa SMA

Gambar

Gambar 2 : Piagam  Penghargaan sebagai Sekolah                   Adiwiyata  Tingkat Kota Salatiga
Tabel 9 Pelaksanaan Program Sekolah Adiwiyata
Gambar 4.   Struktur Pelaksana Program Sekolah Adiwiyata
gambar 3. Ketua Program mengkoordinir pelaksanaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian obesitas pada anak SD di kota Manado kesimpulanProporsi keluarga

Tidak ada keperawatan: Sihir dan seksualitas perempuan dalam The Winter's Tale.. Penerjemah: WARTIYEM

Perwalian yang diangkat oleh Hakim, sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa semua anak yang belum dewasa yang tidak berada

dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Selain itu glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan.. galaktosa.Secara rinci, tahap-tahap

Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan variable LDR, IPR, APB, NPL, PPAP, BOPO, FBIR, IRR, PDN dan FACR secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan

a) Pada variabel E-WOM yang berpengaruh positif signifikan terhadap Niat Beli mengindikasikan bahwa Perusahaan Acer sudah memberikan E-WOM yang cukup baik terhadap

• Peningkatan harga minyak pada perdagangan hari ini salah satunya dipengaruhi oleh sanksi yang diterapkan AS terhadap perusahaan minyak Venezuela, PDVSA Sanksi tersebut

Menurut Mulyadi (2007), suatu proses pembuatan produk menghasilkan cycle effectiveness sebesar 100%, maka aktivitas bukan penambah nilai telah dapat dihilangkan