53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Deskripsi Umum Tempat Penelitian
Penelitian Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di
laksanakan di SMA Negeri 2 Salatiga yang terletak di
Jalan Tegalrejo Nomor 79 Salatiga. Dari hasil observasi
dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data
bahwa SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai 1.029
sumber daya manusia yang meliputi 59 tenaga
pendidik, 22 tenaga kependidikan, 8 tenaga kebersihan,
dan 940 siswa. Ada tiga jurusan untuk setiap jenjang
angkatan, kelas X terdiri dari enam kelas jurusan MIPA,
empat kelas jurusan IPS dan satu kelas jurusan
bahasa. Sedangkan kelas XI dan kelas XII terdiri dari
lima kelas jurusan MIPA, lima kelas jurusan IPS dan
satu kelas jurusan bahasa. Kelas X menggunakan
sistem kurikulum 2013 dan kelas XI dan kelas XII
menggunakan sistem kurikulum 2006.
SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai luas
lingkungan sekolah 28.850 m2, terdiri dari 5.971 m2
bangunan dan 22.879 m2 ruang terbuka hijau, rindang
dan sejuk. Jumlah pohon yang memiliki lingkar batang
lebih dari 50 cm di lingkungan sekolah ada 71 pohon
dengan keanekaragaman jenis vegetasi sekitar 500 jenis
54
10 sumur resapan, satu instalansi pengolahan limbah
(IPAL), tempat pengolahan sampah terpadu, ruang bank
sampah dan ruang kreatif sebagai tempat pengolahan
dan penyimpanan hasil karya pengolahan sampah
anorganik, dan lima kolam ikan dengan dua
diantaranya sebagai penampungan air cuci tangan (air
wundu). Sekolah juga dilengkapi dengan kebun
konservasi tanaman, kebun kelas, green house, kebun obat, taman sekolah, vertical garden, ruang terbuka, lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan bola
volly dan kantin kejujuran.
Untuk melayani kebutuhan warga sekolah
dibangun 32 kamar mandi-WC yang terawat
kebersihannya. Kebutuhan praktikum dalam ruangan
dilayani dengan disediakan satu laboratorium bahasa,
satu laboratorium kimia, satu laboratorium fisika, satu
laboratorium biologi, dan empat laboratorium TIK serta
perpustakaan sesuai kriteria standar nasional
pendidikan. Proses belajar mengajar di dalam kelas
dilayani di 33 ruang kelas. Ruang guru, ruang TU,
ruang BP/BK, ruang Kepala Sekolah, ruang Waka,
ruang Kurikulum, ruang kesiswaan dan ada 33 kelas.
Warga sekolah disediakan Mushola, ruang agama
55
1.2 Hasil Penelitian
1.2.1 Context Program Sekolah Adiwiyata
1.2.1.1 Kebutuhan Program
Dibandingkan dengan SMA lain di Salatiga, SMA
Negeri 2 Salatiga termasuk terletak dipinggiran kota.
Namun demikian dalam pengelolaan lingkungan
sekolah dapat dikategorikan membanggakan. Seiring
dengan pencanangan program Sekolah Adiwiyata oleh
Kementrian Lingkungan Hidup melalui Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kota Salatiga, mulai tahun
2011 penataan dan pengelolaan lingkungan sekolah
dilakukan secara terencana dengan melibatkan warga
sekolah. DLH Kota Salatiga mempunyai program
pelestarian lingkungan hidup dengan menanamkan
karakter budaya dan kepedulian lingkungan melalui
pendidikan dari tingkat SD, SMP dan SMA. Melalui
lomba Sekolah Adiwiyata diharapkan sekolah-sekolah
mengimplementasikan pendidikan karakter budaya
peduli lingkungan kepada semua unsur warga sekolah.
Guru, siswa dan karyawan belajar dan sekaligus
membudayakan kebiasaan hidup peduli lingkungan di
lingkungan sekolah. Kebiasaan ini diharapkan juga
diterapkan dilingkungan hidup bermasyarakat,
sehingga sekolah menjadi sangat strategi mengubah
56
Sekolah diharapkan menjadi agen perubahan perilaku
masyarakat terhadap masalah lingkungan. Hal ini
seperti yang diungkapkan Kepala Bidang Lingkungan
DLH Kota Salatiga, Arif Suryadi, ST., MM., dalam
kutipan wawancara berikut:
“Pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan
mengajak sekolah-sekolah untuk melakukan pembelajaran pelestarian lingkungan hidup. Karena melalui pembelajaran pelestarian lingkungan di sekolah sangat potensial mendidik warga negara dalam hal mengelola lingkungan, merawat lingkungan dan melestaikan lingkungan. DLH akan selalu membimbing sekolah-sekolah potensial sebagai pioner , virus program adiwiyata. Sehingga sekolah dapat mencapai standar sekolah adiwiyata kota, provinsi, nasional bahkan adiwiyata mandiri. Selain melaui penyuluhan-penyuluhan juga
diadakan lomba Sekolah Adiwiyata.”
(Wawancara tanggal 14 November 2017)
Didorong oleh kebijakan DLH Kota Salatiga ini,
SMA Negeri 2 Salatiga mulai membenahi lingkungan
sekolah dengan merencanakan program Sekolah
Adiwiyata. Sekolah mulai berbenah dengan mengelola
lingkungan secara terprogram. Usaha ini mengantarkan
sekolah mendapatkan penghargaan Wali Kota Salatiga
sebagai Juara 1 Calon Sekolah Adiwiyata SMA/SMK
Kota Salatiga pada tahun 2011. Hal ini seperti yang
diungkapkan Waka Sarana Prasarana dalam kutipan
wawancara berikut :
“Smanda dulu relatif gersang, belum ada
57 Sedikit demi sedikit lingkungan mulai tertata.
Alhamdulillah tahun 2011 mendapat penghargaan juara I sebagai calon sekolah adiwiyata Kota Salatiga pada lomba sekolah adiwiyata yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga. Secara bertahap setiap tahun dilakukan pembenahan sarana dan prasarana. Sampai sekarang kebijakan sekolah terhadap pendidikan lingkungan terus dilaksanakan walaupun sekolah sudah mendapatkan penghargaan sebagai sekolah adiwiyata nasional.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)
Pelestarian lingkungan yang diwujudkan dalam
program Sekolah Adiwiyata juga sejalan dengan Visi
Sekolah, yaitu : Bertaqwa, berkarakter, berwawasan
lingkungan, dan berdaya saing. Untuk mencapai visi ini
sekolah melaksanakan misi :
a. Meningkatkan semangat hidup yang agamis. b. Melaksanakan kegiatan akademik dan non
akademik sebagai wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi diri secara optimal.
c. Menerapkan peraturan sekolah secara konsisten.
d. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian sosial para peserta didik.
e. Menciptakan sekolah yang berbudaya literasi f. Meningkatkan rasa cinta tanah air.
g. Melibatkan orang tua/wali untuk menciptakan peserta didik yang berkarakter. h. Menciptakan budaya sekolah yang mencintai
lingkungan.
i. Mengadakan koordinasi dengan orang tua, masyarakat, perguruan tinggi dan instasi pemerintah maupun swasta.
j. Mengoptimalkan pengembangan diri dalam persaingan di era global.
58
Kepala SMA Negeri 2 Salatiga mulai tahun 2012
telah membuat program pembentukan karakter
berbudaya lingkungan dengan pencanangan program
pengembangan Sekolah Adiwiyata. Kebijakan ini dapat
diketahui dari hasil wawancara dengan Kepala SMA
Negeri 2 Salatiga berikut:
“Program Sekolah Adiwiyata merupakan program berkelanjutan yang harus didukung karena program ini juga membentuk karakter kepedulian peserta didik terhadap pelestarian lingkungan. Apalagi Smanda juga telah mendapat penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat kota, provinsi dan nasional.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan juga
dapat dicermati dari hasil wawancara dengan Wakil
Kepala Sekolah Managemen Mutu seperti kutipan
berikut:
“Sekolah melalui kebijakannya untuk setiap tahun pelajaran selalu mengeluarkan SK Pembentukan Tim Program Adiwiyata. Ini merupakan salah satu wujud secara formal bahwa pimpinan berupaya sekolah adiwiyata yang telah dan sedang berjalan ini dapat terus berjalan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum juga mengutarakan hal yang senada, yaitu:
“Kurikulum Smanda sejak bergulirnya program
adiwiyata tahun 2012 menempatkan karakter peduli lingkungan pada perangkat pembelajaran. Silabus dan RPP mencantumkan karakter-karakter kepedulian lingkungan.
Hampir semua mapel mencantumkannya.”
59 (Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 2 : Piagam Penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Salatiga
Hasil wawancara dengan Bendahara Sekolah
tanggal 2 Oktober 2017 mendapatkan data bahwa,
dibidang penganggaran, sejak tahun 2013 secara rutin
sekolah mengalokasikan anggaran belanja 20% dari
total anggaran belanja sekolah khusus untuk program
pengembangan Sekolah Adiwiyata.
Usaha membudayakan kepedulian warga sekolah
terhadap lingkungan mulai nampak sejak tahun 2013,
terlebih dengan mendapat penghargaan sebagai
Sekolah Adiwiyata. SMA Negeri 2 Salatiga pada tahun
2013 dan 2015 mendapat piagam penghargaan sebagai
sekolah kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Kota
Salatiga. Pada tahun 2013 dan 2014 mendapat
penghargaan kategori Sekolah Adiwiyata tingkat
Provinsi Jawa Tengah. Dan pada tahun 2016 SMA
Negeri 2 Salatiga merupakan satu-satunya sekolah
tingkat SMA/SMK baik negeri maupun swasta di Kota
Salatiga yang mendapat penghargaan kategori Sekolah
Adiwiyata tingkat nasional.
60
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 3 : Piagam Penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Nasional
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Dari analisis data hasil pengamatan lingkungan,
visi-misi sekolah, data hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Managemen Mutu,
Bendahara Komite, data hasil wawancara dengan Kabid
Lingkungan DLH Kota Salatiga dan penghargaan yang
diperoleh SMA Negeri 2 Salatiga dapat disimpulkan
bahwa SMA Negeri 2 Salatiga didorong oleh kebijakan
Pemerintah yang menjalankan program pelestarian
lingkungan, telah mengambil kebijakan menjalankan
pengembangan program Sekolah Adiwiyata.
Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan tidak
lepas dari upaya sekolah untuk memenuhi salah satu
kebutuhan warga sekolah tentang kenyamanan dan
keamanan lingkungan sekolah sebagai tempat
pembelajaran warga sekolah. Pembelajaran ilmu
61
salah satu hasil wawancara dengan sekelompok peserta
didik berikut:
“Saya senang di Smanda walaupun jauh dari rumah saya karena tempatnya bagus, sejuk, nyaman. Untuk belajar enak, tidak bising. Banyak tempat terbuka dan terbuka hijau sehingga kami bisa belajar dimana saja.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
Kenyamanan siswa belajar Dari visi-misi sekolah,
SMA Negeri 2 Salatiga juga mempunyai tujuan
membangun karakter terutama dalam hal ini karakter
waga sekolah yang peduli berbudaya lingkungan (KTSP
SMA Negeri 2 Salatiga dokumen satu). Observasi
peneliti menemukan beberapa kasus, masih ada
beberapa warga sekolah yang membuang sampah tidak
ditempatnya. Kepedulian meggunakan energi
secukupnya juga belum semua warga jalani, ada
peserta didik yang justru menyalakan lampu teras
disiang hari atau lupa mematikan kran air sehabis
dipakai. Seperti petikan wawancara dengan karyawan
ini.
“Smanda sekarang sudah lumayan, bersih, rapi, tapi itu lo masih ada saja anak anak yang membuang sampah sembarangan. Mbok yo pengertian dikit lah wong yo wis adiwiyata nasional kok yo ijih ngono, gawan bayi kali.” (Wawancara tanggal 4 September 2017)
Senada dengan wawancara di atas, dalam
62
29 September 2017 mendapat keterangan bahwa warga
sekolah belum seluruhnya terbangun karakter peduli
lingkungan.
“Terkadang siswa bahkan guru dan karyawan juga
masih belum bisa menempatkan, bukan membuang sampah ditempatnya. Sampah plastik malah dibuang di tempat sampah organik yang kertas atau daun ditempatkan di anorganik. Perlu sekali untuk selalu diingatkan baik di upacara ataupun di pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran terintegrasi dengan budaya
lingkungan juga.” (Wawancara tanggal 29
September 2017)
Dari temuan peneliti dan wawancara dengan
karyawan dan Ketua program ada benang merah bahwa
pembudayaan karakter peduli lingkungan di SMA
Negeri 2 Salatiga masih perlu ddiperhatikan. Terlebih
ada guru yang masih mempunyai kebiasaan merokok
dilingkungan sekolah seperti dari petikan wawancara
dengan siswa berikut.
“Pak, kok ada guru yang merokok di parkiran ya. Kok ndak memberi contoh yang baik. Maaf kok ndak risi sama anak-anak, katanya guru harus memberi contoh, ya contoh yang baik to. Nanti jika anak yang ngrokok dimarahi? Gemana tu?” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
Pernyataan ini dibenarkan oleh seorang ibu guru
yang melihatnya juga, bahkan dikatakan ada beberapa
guru dan karyawan jika istirahat merokok di parkiran.
63 belum bisa meninggalkan kebiasaan merokoknya,
terutama di sekolah. Kadang mereka merokok diparkiran belakang. Guru sebagai panutan seharusnya memberi contoh yang baik.”
(Wawancara tanggal 25 September 2017)
Sarana prasarana pengolahan sampah mulai dari
tiap ruangan kelas ( ada tempat sampah basah dan
kering, organik dan anorganik), tempat sampah di luar
kelas atau ruangan (organik, anroganik, dan kaca) dan
di pembuangan akhir di sekolah sudah tersedia komplit
dan bagus. Namun dari pengamatan peneliti sayang
sarana ini belum sepenuhnya dioptimalkan, sampah
masih dicampur belum ada pemisahan. Sarana
komposterpun belum digunakan sepenuhnya. Petikan
wawancara dengan petugas kebersihan menguatkan
data hasil peneliti.
“Terkadang kadang saya memisahkan sampah organik dan anorganik, tetapi susah juga karena dari kelas sudah tercampur. Nanti di tempat pembuangan sementara (TPS) juga belum ada tempat pemilahan sehingga kadang terasa
percuma walaupun itu sebetulnya salah juga.”
(Wawancara tanggal 6 September 2017)
Ketua program adiwiyata membenarkan hal
tersebut, ketika peneliti mewancarainya seperti petikan
wawancara berikut :
“Sekolah sudah menyediakan sarana prasarana pengelolahan sampah lengkap, tetapi praktek dilapangan masih banyak kendala untuk memanfaatkannya. Pembiasaan memilah sampah
belum sepenuhnya berhasil.” (Wawancara tanggal
64
Kebiasaan berbudaya lingkungan juga belum
sepenuhnya tertanam di lingkungan kantin sekolah.
Dari pengamatan peneliti bulan Oktober 2007 didapat
bahwa katin sekolah masih melayani penjualan
makanan kemasan plastik, apalagi di kantin kejujuran
hampir semua makanan berkemasan plastik tidak
ramah lingkungan. Alasan praktis mengalahkan
penanaman karakter berbudaya lingkungan. Hal ini
dibenarkan oleh petugas kantinnya seperti petikan
wawancara berikut:
“Kami mendukung sekolah adiwiyata, tetapi kami kewalahan melayani ketika istirahat jika pakai piring. Dan ada makanan yang tidak bisa dibungkus dengan kertas atau daun bahkan disajikan dengan piring. Maka kai ambil
praktisnya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Pendapat peserta didik sebagai konsumen utama
kantin juga senada, mereka mengambil praktisnya dan
sering membawa makanan ke luar kantin dan
makannya tidak dikantin tetapi di selasar kelas atau
bahkan di bawa ke kelas.
“Kantinnya walau sudah ada 7 tempat masih
terasa kurang jika pas istirahat. Berdesak-desakan. Praktis jika pakai plastik dan lebih nyaman. Jika makan lebih santai di selasar kelas,
atau taman, santai longgar.” (Wawancara tanggal
2 Oktober 2017)
Jika ditelaah dari hasil penelitian di atas, hasil
65
dengan karyawan, hasil wawancara dengan petugas
kantin, hasil wawancara dengan ketua program, studi
dokumen dan pengamatan peneliti di lapangan maka
dapat disimpulkan bahwa warga SMA Negeri 2 Salatiga
membutuhkan lingkungan yang bersih, sehat, nyaman
dan aman. Dan untuk mendukungnya dibutuhkan
kebijakan sekolah dalam pembudayaan karakter
kepedulian lingkungan.
Semakin jelas bahwa program Adiwiyata
Kementrian Lingkungan Hidup sebagai salah satu
solusi dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat terhadap pelestarian fungsi
lingkungan hidup sejalan dengan kebutuhan warga
SMA Negeri 2 Salatiga. Peserta didik membutuhkan
pengetahuan dan ketrampilan tentang lingkungan
hidup serta lingkungan yang nyaman dan aman.
Lingkungan yang nyaman dan aman akan memberi
energi positif untuk belajar. Pengetahuan dan
ketrampilam tentang lingkungan akan memberi bekal
praktik mengelola lingkungan dalam hidup di
masyarakat. Sekolah membutuhkan partisipasi semua
warga sekolah baik siswa, guru dan karyawan dalam
mengelola sampah, lingkungan dan kebersihan
lingkungan. Kebiasaan warga sekolah memilah
sampah, mengurangi sampah, mendaur ulang sampah
66
dalam menanta lingkungan menjadi lebih baik. Dengan
kebiasaan hemat energi air, listrik, kertas, maupun
listrik, juga membantu effisiensi anggaran sekolah.
Sehingga Program Sekolah Adiwiyata memang
dibutuhkan di SMA negeri 2 Salatiga.
1.2.1.2 Tujuan Program Sekolah Adiwiyata
Untuk menjawab kebutuhan pengembangan
sekolah berbudaya dan peduli lingkungan, maka
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan membuat kebijakan
diadakan Program Adiwiyata.
Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota Salatiga
berpendapat bahwa Program Adiwiyata ingin
mewujudkan masyarakat yang berbudaya dan peduli
terhadap lingkungan seperti kutipan wawancara
berikut:
“Dengan program sekolah adiwiyata diharapkan
sekolah menjadi agen perubahan budaya lingkungan. Semoga warga sekolah membawa ilmu dan kebiasaan berbudaya lingkungan ke tempat hidup dalam bermasyarakat, terutama di rumahnya masing-masing. Itu merupakan
kontribusinyang besar di bidang lingkungan.”
(Wawancara 14 November 2017)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua
Program Sekolah Adiwiyata seperti dalam kutipan
67
“Tujuan sekolah adiwiyata adalah menciptakan
lingkungan sekolah yang bersih, indah, nyaman dan aman. Untuk masalah mendapatkan penghargaan itu merupakan salah satu dampaknya atau bonusnya saja. Dan yang terpenting lagi adalah perubahan karakter warga sekolah yang semakin baik terhadap
permasalahan pelestarian lingkungan.”
(Wawancara 29 September 2017)
Tujuan diselenggarakannya program Sekolah
Adiwiyata nampak dan jelas, yaitu mewujudkan warga
sekolah yang bertanggungjawab dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
melalui tata kelola sekolah yang baik untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan. Warga
sekolah dituntut bertanggungjawab dalam tata kelola
lingkungan hidup, tata kelola sekolah yang
berwawasan lingkungan.
Untuk mendukung tercapainya tujuan program
adiwiyata tersebut, sekolah adiwiyata melaksanakan
dua prinsip dasar yaitu partisipatif dan berkelanjtan.
Partisipatif mempunyai pengertian bahwa komunikasi
sekolah terlibat dalam menajeman sekolah yang
meliputi keseluruhan proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan
peran. Warga sekolah terlibat dalam seluruh rangkaian
proses kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di
68
pelaksanaan program sampai dengan evaluasi
program. Sendangkan prinsip berkelanjutan
mempunyai pengertian bahwa seluruh kegiatan harus
dilakukan secara terencana dan terus menerus secara
komprehensif. Program tidak hanya dilaksanakan
sesaat saja tetapi berkelanjutan, karena penanaman
karakter akan berhasil jika dilakukan secara berulang
dan terus menerus. Secara tidak langsung maka
sekolah turut menciptakan pembangunan karakter
bangsa seperti yang diharapkan yang diharapkan
dalam program adiwiyata berikut:
Dengan melaksanakan program Adiwiyata akan menciptakan warga sekolah, khususnya peserta didik yang peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung dan mewujudkan sumberdaya manusia yang me miliki karakter bangsa terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai pembangunan berkelanjutan di daerah. (Buku Paduan Adiwiyata 2012)
Program adiwiyata terintegrasi dalam empat
komponen kebijakan sekolah yang menjadi satu
kesatuan secara utuh. Hasil dari studi dokumentasi
(Oktober 2017) didapat bahwa keempat komponen
tersebut adalah : kebijakan berwawasan lingkungan,
kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan
berbasis partisipatif, dan pegelolaan sarana pendukung
69
lingkungan merupakan awal dari diselenggarakannya
program adiwiyata di sekolah sehingga kebijakan ini
perlu. Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
diterjemahkan dala pembelajaran melalui kurikulum
berbasis lingkungan. Silabus, RPP dan UKBM sekolah
mengintegrasikan pembelajaran lingkungan di dalam
setiap mata pelajaran sehingga semua pendidik
bergerak dalam pembelajaran lingkungan. Peserta didik
belajar lingkungan demikian juga tenaga kependidikan
juga melaksanakan kegiatan berwawasan lingkungan
sehingga semua warga sekolah berpartisipasi dalam
pelaksanaan program. Data dari dokumentasi ini
diperkuat dari hasil wawancara dengan Waka
Kurikulum seperti dalam petikan berikut:
“Kurikulum SMA Negeri 2 Salatiga sudah memuat
pembelajaran lingkungan hidup baik secara teori maupun praktik. Hampir 85% Silabus, RPP menyantumkan pembelajaran lingkungan berkaitan adiwiyata. Gurupun dalam pembelajaran sudah menggunakan lingkungan sekolah sebagai salah satu sarana pembelajaran. Diharapkan dengan pembelajaran lingkungan masuk dalam kurikulum, warga sekolah khususnya pesrta didik nantinya mempunyai wawasan lingkungan dalam berperilaku, terlebih setelah menjadi orang pengambil kebijakan mereka tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober
2017)
Jika diteliti dari kelengkapan dan keberadaan
70
lapangan atau pengamatan menemukan data bahwa
sarana prasarana yang ada sangat ramah lingkungan.
Lingkungan terdapat banyak ruang terbuka hijau,
pengembangan ruangan cenderung vertikal, banyak
dibuat resapan-resapan air, adanya pemanfaatan lahan
untuk konservasi tanaman, adanya berbagai macam
vertipot, IPAL dan kolam pemanfaatan air wundlu
sehingga mendukung ketercapain program.
Hasil dari studi pustaka, studi lapangan atau
pengamatan dan wawancara dengan Waka Kurikulum
dapat disimpulkan bahwa tujuan Sekolah Adiwiyata
adalah sekolah yang menanamkan karakter budaya
dan peduli lingkungan kepada warga sekolah melalui
kebijakan berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis
lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif,
dan pegelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.
Pelaksanaan program ini memiliki dasar partisipatif
dan berkelanjutan. Partisipatif memiliki arti bahwa
komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah
yang meliputi keseluruhan proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan
peran. Berkelanjutan memiliki arti bahwa seluruh
kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus
71
1.2.1.3 Manfaat Program
Manfaat dari pelaksanaan program Sekolah
Adiwiyata antara lain adalah pembelajaran tentang
nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan,
menciptakan kebersamaan warga sekolah, menciptakan
kondisi belajar yang lebih nyaman dan kondusif,
meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional
sekolah melalui penghematan dan pengurangan
konsumsi dari berbaai sumber daya dan energi serta
mendukung pencapaian standar kopetensi dan standar
kelulusan. Hal ini dapat dicermati dari Buku Panduan
Adiwiyata 2012 mengenai manfaat program Sekolah
Adiwiyata sebagai berikut:
Keuntungan atau manfaat mengikuti Program Adiwiyata adalah :
1. Mendukung pencapaian standar kompetensi atau kompetensi dasar dan standar lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.
2. Meningkatkan efesiensi penggunaan dana
operasional sekolah melalui penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbaai sumber daya dan energi.
3. Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kond isi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif.
4. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar.
72
Penulis menganalisis bahwa manfaat program
Adiwiyata dalam Pedoman Adiwiyata 2012 selaras
dengan visi SMA Negeri 2 Salatiga yaitu bertaqwa,
berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya
saing. Berkarakter dan berwawasan lingkungan
mempunyai pengertian juga menanamkan nilai-nilai
pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang baik
dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar,
sesuai manfaat nomor empat. Dengan pengelolaan
lingkungan yang baik, akan tercipta lingkungan yang
nyaman dan kondusif sehingga mendukung pencapaian
SKL. Hal ini senada yang diungkapkan peserta didik
dalam petikan wawancara berikut:
“Saya senang sekolah di Smanda karena
lingkungan sekolah mendukung untuk pembelajaran. Banyak ruang terbuka hijau sehingga nyaman untuk belajar. Udara masih sejuk. Selain itu saya juga dapat belajar mengelola lingkungan dengan baik.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
Dari hasil wawancara tersebut peserta didik juga
merasa mendapat pendidikan mengelola lingkungan
dengan baik, selain dampak langsung yaitu
kenyamanan dan lingkungan yang kondusif sehingga
situasi pembelajarannya terdukung. Lain dengan hasil
wawancara dengan bendahara sekolah seperti petikan
73
“Program Sekolah Adiwiyata sedikit banyak
membantu sekolah mengurangi pengeluaran untuk biaya terutama air, listrik dan kertas. Siswa atau guru bisa berhemat pengunaan air dan listrik. Sampah yang bisa diolah juga dapat
dimanfaatkan untuk bahan kerajinan.”
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Manfaat program Sekolah Adiwiyata bagi
Bendahara sekolah yaitu adanya penghematan
pembiyaan operasional, terlebih pengeluaran biaya
bayar air dan listrik menurun. Hasil wawancara dengan
salah satu guru senior memperoleh data yang berbeda,
guru tersebut merasakan perubahan lingkungan
sekolah dari yang gersang dan kurang terawat menjadi
sekolah yang rindang, banyak taman, lebih terawat dan
dan nyaman seperti petikan berikut:
“Njenengan ki saiki penak, dulu sekolah ini masih
gersang, jika kemarau bledhug. Semenjak ada program Adiwiyata mulai terbenahi lingkungannya sampai seperti sekarang ini, ya nyaman, disawang ki ora ngisin-ngisini.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
Pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata dirasakan
manfaatnya oleh guru selaku pelaku dan penerima
manfaat yang mengetahui keadaan sebelum dan setelah
sekolah menjalankan program Sekolah Adiwiyata.
Lingkungan sekolah lebih terawat, nyaman dan warga
sekolah dapat belajar cara mengelola lingkungan yang
74
Tenaga kebersihan yang secara langsung
mengelola sampah sekolah sangat merasakan manfaat
program Sekolah Adiwiyata. Mereka merasa terbantu
dalam memilah sampah, sampah sudah terpilah dan
sampah jadi berkurang. Ada tambahan pemasukan
finasial juga dari hasil penjualan pengelolaan sampah
organik menjadi pupuk dan pengolahan sampah
anorganik. Berikut petikan hasil wawancaranya.
“Saya terbantu dengan adanya program
adiwiyata. Beban sedikit berkurang, ringan karena sampah sedikit berkurang, Dan yang jelas kami mendapat penghasilan tambahan juga dari hasil pengelolaan sampah. Terimakasih sekolah
telah mengadakan program adiwiyata.”
(Wawancara tanggal 6 September 2017)
Manfaat program Sekolah Adiwiyata sangat
dirasakan oleh peserta didik yang merasa nyaman dan
aman dalam belajar, demikian juga guru merasakan
perubahan perawatan dan pelestarian lingkungan dari
sekolah sebelum dan setelah melaksanakan program
Sekolah Adiwiyata. Tenaga kebersihan mendapatkan
keuntungan finansial dan berkurangnya beban kerja
karena pengelolaan sampah yang baik oleh warga
sekolah. Dari segi pembiayaan sekolah, ternyata ada
pengurangan biaya energi, biaya air maupun listrik.
Diharapkan ada pengurangan pengeluaran kertas juga.
Sekolah yang bersih, nyaman, ramah lingkungan, dan
75
yang dirasakan oleh warga sekolah. Manfaat program
Sekolah Adiwiyata yang utama adalah terbentuknya
karakter waga sekolah yang berbudaya dan peduli pada
pelestarian lingkungan.
1.2.2 Input Pengembangan Program Sekolah Adiwiyata
1.2.2.1 Program
Hasil penelitian dokumen dapat dijelaskan bahwa
semula perencanaan program Sekolah Adiwiyata tidak
dipersiapkan oleh SMA Negeri 2 Salatiga. Program
Sekolah Adiwiyata pada tahun 2011 dilaksanakan
karena adanya kewajiban sekolah untuk mengikuti
lomba yang diselenggarakan Pemerintah Kota Salatiga.
Walaupun tidak melalui kajian mendalam namun
karena setiap tahun Pemerintah Kota mewajibkan
sekolah untuk mengikuti lomba Sekolah Adiwiyata
maka mulailah disusun perencanaan program
sederhana. Demikian seperti yang dikatakan Waka
Sarpras pada wawancara yang dikutib berikut:
“Smanda dulu relatif gersang, belum ada
76 mendorong sekolah untuk membuat program
dengan mengalokasikan dana tersendiri.”
(Wawancara tanggal 14 November 2017)
Sekolah mulai melakukan perencanaan program
Sekolah Adiwiyata secara terencana dengan membuat
kebijakan pada visi SMA Negeri 2 Salatiga, yaitu
“Bertaqwa, berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya saing”. SMA Negeri 2 Salatiga berkomitmen
untuk menjadi Sekolah Adiwiyata. Indikator kunci
keberhasilan Sekolah Adiwiyata adalah terciptanya
karakter budaya dan peduli lingkungan bagi warga
sekolah.
Waka Managemen Mutu dalam wawancara
mengungkapkan bahwa program Sekolah Adiwiyata
sejalan dengan pendidikan karakter dan program
sekolah sehat, sejalan dengan visi sekolah sehingga
akan saling menguatkan jika program Sekolah
Adiwiyata diterapkan di SMA Negeri 2 Salatiga. Berikut
petikan wawancara tersebut:
“Smanda mengikuti regulasi pemerintah, dalam
hal ini Dinas Lingkungan Hidup tentang program Sekolah Adiwiyata. Untuk Sekolah mengeluarkan kebijakan program Sekolah Adiwiyata. SK kepanitiaan dan anggaran ditentukan. Karena memang program Adiwiyata sejalan dengan
pendidikan karakter dan visi sekolah.”
77
Untuk mencapai tujuan program Sekolah
Adiwiyata, terdapat 4 (empat) komponen program yang
menjadi satu kesatuan utuh yang harus dilaksanakan
oleh sekolah penyelenggara program Sekolah Adiwiyata.
Keempat komponen tersebut adalah: (1) Kebijakan
berwawasan lingkungan, (2) Pelaksanaan kurikulum
berbasis lingkungan, (3) Kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif, dan (4) Pengelolaan sarana prasarana
pendukung ramah lingkungan. Komponen-komponen
ini dapat dilihat pada uraian di dalam Panduan
Adiwiyata 2012 seperti kutipan berikut :
Komponen Adiwiyata :
Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai se-kolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut ada lah;
1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan 3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
(Panduan Adiwiyata 2012 halaman 3)
Dari keempat komponen program tersebut
kemudian dikembangkan menjadi program dan
subprogram Sekolah Adiwiyata oleh SMA Negeri 2
Salatiga seperti yang tercantum dalam tabel Program
78
Tabel 8 : Program Sekolah Adiwiyata
No Program & Sub Program Indikator Kinerja (Bentuk Kegiatan) Penanggung Jawab
1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan b. RKAS memuat program
dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
1 Perlindungan Lingkungan Hidup 2 Pengelolaan Lingkungan Hidup
2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
a.Tenaga pendidik 2 Materi pembelajaran 3 Indikator dan penilaian 4 RPP
5 Partisipasi orang tua
6 Komunikasi inovasi pembelajaran 7 Penguasaan dan aplikasi konsep
Waka
1 Peserta didik menghasilkan karya LH 2 Peserta didik berkemampuan memecahkan masalahLH
3 Peserta didik mengkomunikasikan hasil pelajaran LH
4 Kegiatan lain
3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
a. Pelaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah
1. Warga sekolah terlibat kegiatan LH 2. Warga sekolah memenfaatkan lahan dan fasilitas untuk kegiatan LH 3. Kegiatan ekstrakurikuler pembelajaran kegiatan LH
4. Lebih 5 klasifikasi kegiatan kreativitas dan inovasi warga sekolah dalam upaya LH
5. Warga sekolah Lebih dari 6 kali terlibat kegiatan LH
Waka Kesiswaan
b. Menjalin kemitraan dalam rangka
1. Lebih dari 3 mitra sebaai nara Sumber 2. Lebih dari 3 mitra mendukung kegiatan LH
3. Lebih dari 3 mitra dari fasilitas komite mendukung kegiatan LH 4. Lebih dari tiga kali sebagai nara
sumber kegiatan LH
5. Lebih dari 3 kali mendukung kegiatan LH
79
(Sumber: Lembar kerja Program Sekolah Adiwiyata, 2016, diolah)
Ketua pelaksana program menjelaskan bahwa
untuk mencapai tujuan Sekolah Adiwiyata, terlebih
mencapai kategori sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat
Kota, Kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi,
Kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional maupun
kategori Sekolah Adiwiyata Mandiri ada target yang
harus dipenuhi. Penjelasan ini dapat dilihat juga dari
kutipan berikut:
“Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan
sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten/ kota jika mencapai nilai minimal 56, yaitu 70 % dari total nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah Adiwiyata tingkat Propinsi apabila mencapai mencapai nilai minimal 64, yaitu 80 % dari total nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Nasional apabila mencapai mencapai nilai minimal 72, yaitu 90 % dari total nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Mandiri apabila telah melakukan pembinaan terhadap sekolah lain, sehingga menghasilkan minimal 10 sekolah Adiwiyata kabupaten/ kota.” (Panduan Adiwiyata 2012)
4 Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
a. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah
lingkungan
1. Tersedianya 6 sarana prasarana berkaitan dengan kegiatan LH
2. Tersedianya 6 sarana prasarana pendukung pembelajaran LH
Waka Sarpras b. Peningkatan kualitas
pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah
1 Tersedianya minimal 3 sarana prasarana sesuai fungsinya 2 Tersedianya 4 unsur pemeliharaan dan pengelolaan sarana prasarana 3 Effisiensi pemanfaatan air, listrik dan ATK
80
Dari hasil wawancara, studi pustaka dan studi
dokumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
mencapai tujuan dari Sekolah Adiwiyata, diperlukan
panduan dan rencana program. Kementrian
Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Panduan
Adiwiyata tahun 2012 yang dapat diunduh secara
online. Rencana program yang jelas dan
berkesinambungan akan memudahkan pencapain
target-terget dari setiap program sehingga tujuan
program akan tercapai.
1.2.2.2 Jadwal Pelaksanaan Program
Agar tujuan program Sekolah Adiwiyata dapat
tercapai sesuai yang direncanakan maka diperlukan
jadwal pelaksanaan program. Adapun jadwal
pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata ditampilkan
dalam tabel 9 dibawah ini:
Tabel 9 Pelaksanaan Program Sekolah Adiwiyata
Fokus Pengembangan Komponen dan Sub Program
PELAKSANAAN
2013 2014 2015 2016 2017
1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
V V V V V
b. RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
81 2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
a. Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran lingkungan hidup. V V V V V
b. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
V V V V V
3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
a. Pelaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah
V V V V V
b. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).
V V V V V
4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
a. Ketersediaan sarana prasarana
pendukung yang ramah lingkungan V V V V V
b. Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah
V V V V V
(Sumber: Jadwal Pelaksanaan Sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 salatiga)
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa
program Sekolah Adiwiyata merupakan program yang
terintegrasi dari setiap unsur kehidupan sekolah, baik
kebijakan sekolah, kurikulum yang dipakai, gerak
hidup warga sekolah maupun sarana prasarana
pendukung. Hal ini senada dengan hasil wawancara
dengan Waka Managemen Mutu SMA Negeri 2 Salatiga
berikut:
82 sekolah baik, guru, karyawan maupun siswa. Seluruh komponen ini harus saling mendukung. Program akan behasil jika dilaksanakan secara kontinu terus menerus, program berkelanjutan. Misalkan tidak ada danapun program ini harus dilanjutkan karena menyangkut penanaman karakter, budaya kepedulian tehadap lingkungan,
maka harus dilaksanakan secara terus menerus”.
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Pendapat senada dengan Waka Managemen Mutu
berhasil peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan
salah seorang guru yang kebetulan staf kurikulum,
berikut kutipan hasil wawancara tersebut:
“Program Sekolah Adiwiyata di SMANDA telah dan sedang dilaksanakan. Dilaksanakan sudah cukup lama, kira-kira mulai tahun 2012. Sehingga berkelanjutan.Perlu jadwal jadwal. Program ini memerlukan partisipasi dari seluruh warga sekolah,
tidak hanya panitianya saja yang bekerja.”
(Wawancara tanggal 25 September 2017)
Lebih rinci Ketua program menjelaskan bahwa
program Sekolah Adiwiyata diterjemahkan dalam
jadwal-jadwal yang lebih rinci dari tahun demi tahun
sehingga pencapaian target kategori sekolah semakin
jelas. Berikut kutipan wawancaranya:
“Program Sekolah Adiwiyata yang sudah terbentuk dijabarkan dalam jadwal. Jadwal ini digunakan agar target pencapaian kategori sekolah dapat mudah dicapai dan dievaluasi pencapaiannya. Jika ada kendala dapat dipecahkan secara terlokalisir dan
cepat teratasi.” (Wawancara tanggal 29 September
83
Berdasarkan data penelitian baik dari data hasil
studi dokumen maupun hasil wawancara diketahui
bahwa program Sekolah Adiwiyata merupakan program
yang secara prinsip dilaksanakan secara partisipatif
dan berkelanjutan dengan penjadwalan agar tujuan
program dapat tercapai sesuai target.
1.2.2.3 Mekanisme Pelaksanaan
Hasil penelitian tentang mekanisme implementasi
program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga
menunjukkan bahwa proses perencanaan program
Sekolah Adiwiyata sampai implementasi di lapangan
dilaksanakan melalui koordinasi antara Kepala
Sekolah, para wakil kepala sekolah dan Ketua
pelaksana program. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Kepala SMA Negeri 2 Salatiga pada
saat wawancara, yaitu:
84
Ketua Pelaksana Program menjelaskan bahwa
mekanisme pelaksanaan program dapat dipelajari dari
Pedoman pelaksanaan Adiwiyata.
“Untuk melaksanakan program Adiwiyata sebetulnya sudah ada buku pedomanya. Buku tersebut dapat di akses melalui internet. Kementrian Lingkungan Hidup memberi
kemudahan untuk itu.” Wawancara tanggal 29
September 2017)
Dari buku pedoman menunjukkan bahwa
Pedoman pelaksanaan Adiwiyata sudah diterbitkan
tahun 2012 dan dapat diakses dengan mudah oleh
siapapun. Sedangkan jika ditinjau dari mekanisme
pembiyaan program, program ini pembiyaannya
diserahkan disekolah masing-masing secara mandiri
tanpa ada bantuan dana dari pemerintah secara
khusus. Namun sekolah dapat bekerja sama dengan
lembaga lain untuk sebagai wujud partisipasi
masyarakat dalam kegiatan lingkungan hidup.
Pemerintah dalam hal ini DLH masih terbatas sebagai
penggerak. Hal ini senada dengan yang dikatakan
Kabid Lingkungan DLH Kota Salatiga berikut:
85
Mekanisme pelaksanaan program baik secara
teknis maupun keuangan dapat disimpulkan dari
wawancara ketiga nara sumber bahwa mekanisme lebih
diutamakan dari partisipasi sekolah, pemerintah
sebatas sebagai fasilitator program. Pelaksanaan
program dapat berpedoman pada Buku Pedoman
Adiwiyata 2012 yang diterbitkan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
1.2.2.4 SDM
Kepala Sekolah telah membentuk Tim khusus
untuk menangani program Sekolah Adiwiyata, yaitu
Tim Program Sekolah Adiwiyata. Kepala Sekolah
sebagai penanggung jawab program langsung
membawai ketua program. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Kepala SMA Negeri 2 Salatiga
sebagai berikut:
86
Ketua program dibantu sekretaris dan bendahara
membawahi empat bidang dari empat komopenen
adiwiyata yang didalamnya dikoordinir oleh Waka-Waka
seperti yang tertera dalam Gambar 4.
Gambar 4. Struktur Pelaksana Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga
Berdasarkan gambar 3 di atas, dapat diketahui
bahwa tidak ada pemilihan khusus untuk anggota Tim
Program Sekolah Adiwiyata, tetapi lebih berdasarkan
kewenangan yang dimiliki sesuai jabatan. Sehingga
kemampuan dan kewajibannya sesuai bidang kerja
masing-masing. Hal ini sesuai penjelasan Ketua
Program berikut:
“Koordinator Pelaksana Program Sekolah Adiwiyata pada masing-masing seksi di Smanda ini melekat
Sekretaris Penanggung
Jawab Kepala Sekolah
Ketua Program Sekolah
Adiwiyata
Bid. Kebijakan
(Waka MM)
Bid. Kurikulum
(Waka Kurikulum)
Bendahara
Bid. Sarpras
(Waka Sarpras)
Bid. Partisipasi
87 pada tugas Waka-Waka sehingga memudahkan dalam koordinasi dan tugasnya. Waka Sarpras bertanggungjawab terhadap sarana penunjang berwawasan lingkungan, Waka kurikulum bertanggungjawab terhadap pembelajaran lingkungan yang terintegrasi di RPP dan Silabus
guru.” (Wawancara tanggal 29 September 2017)
Pernyataan ini sejalan dengan hasil wawancara
dengan Waka Manajemen Mutu berikut:
“Untuk memudahkan tugas dan koordinasi pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata maka masing-masing Waka-Waka mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai bidang kerjanya. Maka
kerjaan juga akan lebih ringan.” (Wawancara tanggal
29 September 2017)
Pelaksana program kegiatan adalah para Wakil
Kepala Sekolah sesuai bidang kerjanya, seperti terlihat
pada Struktur Tim Program Sekolah Adiwiyata pada
gambar 3. Ketua Program mengkoordinir pelaksanaan
program yang dijalankan oleh para Waka sesuai
mekanisme yang disepakati. Sehingga pelaksanaan
program tidak ada kendala yang berarti karena
dipegang oleh orang yang kompeten dibidangnya. Waka
Manajemen Mutu bertanggungjawab dibidang kebijakan
berwawasan lingkungan, Waka Kurikulum
bertanggungjawab dibidang kurikulum berbasis
lingkungan, Waka Kesiswaan dan Humas
bertanggungjawab dibidang kegiatan berbasis
88
dibidang pengelolaan sarana prasarana pendukung
pelestarian lingkungan. Dengan penempatan
personel-personel sesuai kompetensinya maka SDM pelaksana
program Sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 Salatiga
sangat memadai untuk melaksanakan program.
1.2.2.5 Pembiayaan
Pembiayaan pelaksanaan program Sekolah
Adiwiyata sepenuhnya berasal dari dana sekolah
secara mandiri. Dana partisipasi dari masyarakat dan
waga sekolah jika ada bersifat sukarela. Menurut
Bendahara Sekolah, penggunaan dana untuk program
Adiwiyata berasal dari dana komite dan BOS. Hal ini
sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
“Program Aiwiyata Smnada dibiayai dari dana BOS dan uang komite. Perawatan dan peningkatan SDM diambilkan dari dana BOS sedangkan biaya pengadaan barang atau pembangunan dan operasiona sekolah diambilka dari uang komite.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Kepala Sekolah dalam wawancara dengan
peneliti mengungkapkan bahwa ada dana alokasi
khusus untuk program Sekolah Adiwiyata, berikut
kutipan wawancara tersebut:
89
Komite maupun dari dana BOS” (Wawancara
tanggal 2 Oktober 2017)
Dana BOS dan dana Komite yang dialokasikan
untuk program Sekolah Adiwiyata disusun berdasar
Rincian Alokasi Anggaran seperti terlihat dari tabel 10
berikut ini.
Tabel 10. Rincian Alokasi Anggaran Sekolah Adiwiyata
No Program (Fokus pengembangan)
Sub Program Anggaran Per
Tahun
1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
2.550.000
b.RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup 26.950.000
2 Pelaksanaan
b. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang terencana bagi warga sekolah
55.700.000
b. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).
a. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan
90
Lingkungan b. Peningkatan kualitas
pengelolaan sarana dan
Berdasarkan hasil telaah dokumen, peneliti menemukan bahwa pemerintah tidak memberikan dana khusus untuk mengembangkan program Sekolah Adiwiyata. Bantuan dana dari pemerintah yang diberikan lebih banyak difokuskan pada pembangunan fisik bukan karena program Adiwiyata.
Tabel 11. Draf Penggunaan Dana Bantuan SMA Negeri 2 Salatiga
No Uraian Dana Pusat Dana Sharing
1 Fisik
a. Pembangunan
Ruang Kelas Baru
Rp. 756.250.000,- Rp. 195.000.000,-
2 Non Fisik
4 Biaya Pengelolaan
a. Biaya Pengelolaan administrasi (1% dari sub total)
Rp. 1.750.000,-
Total Dana Rp.1.000.000.000,- Rp. 903.750.000,-
91
Data di atas menunjukkan bahwa bantuan
pembiayaan yang diberikan oleh pemerintah untuk
SMA Negeri 2 Salatiga lebih difokuskan kepada
pembangunan fisik.
Dari data hasil wawancara Kepala Sekolah,
Bendahara Sekolah dan data hasil studi dokumen
dapat ditarik kesimpulan bahwa SMA Negeri 2 Salatiga
telah mengalokasikan dana 20% dari anggaran
keseluruhan untuk membiayai program Sekolah
Adiwiyata. Pemerintah walaupun hanya membantu
dalam hal fisik secara tidak langsung juga telah
membantu pelaksanaan program ini. Maka secara
keuangan pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata di
SMA Negeri 2 Salatiga dapat dibiayai.
1.2.2.6 Sarana dan Prasarana
Hasil pengamatan dan studi dokumentasi yang
dilakukan peneliti, SMA Negeri 2 Salatiga memiliki
sarana prasarana yang lengkap. Dilihat dari lahan yang
luas, gedung aula, ruang kelas, laboratorium kimia,
laboratorium fisika, laboratorium bahasa, ruang TIK,
ruang UKS, ruang agama (Mushola, ruang agama
Katolik, ruang agama Kristen), ruang terbuka hijau,
92
tanam obat, green house, taman vertikal, sarana sanitasi-IPAL, sarana pengolahan sampah terpadu dan
fasilitas lainnya, Sekolah ini patut menjadi Sekolah
Adiwiyata. Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota
Salatiga menguatkan pendapat ini, dalam wawancara
didapatkan informasi sebagai berikut:
“SMA Negeri 2 Salatiga sangat pantas menjadi Sekolah Adiwiyata. Sarana prasarana dan lahan terbuka hijau mendukung seklai. Sekolah tinggal menguatkan kerjasama dan partisipasi semua komponen warga sekolah.Kami berharap lebih terhadap sekolah ini, semoga bisa menjadi inspirasi sekolah-sekolah lain di Salatiga.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)
Memperkuat pendapat di atas, peneliti telah
mendapat data dokumentasi hasil pengamatan dan
studi dokumen pada sarana prasarana SMA Negeri 2
Salatiga. Berikut dokumen gambar sarana prasarana
pendukung ramah lingkungan yang dimiliki SMA Negeri
93 Gambar 5 : Sarana Prasarana pemanfaatan air limbah
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 6 : Sarana Prasarana pemanfaatan lahan
94 Gambar 7 : Sarana Prasarana ruangan
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Waka Sarpras mengungkapkan, SMA Negeri 2
sudah memiliki Sarpras yang baik dalam mendukung
program Sekolah Adiwiyata, namun pemanfaatannya
masih perlu dioptimalkan. Hal ini terungkap dari hasil
wawancara dengan Waka Sarpras sebagai berikut:
95
Peserta didik dalam tanggapan perihal sarana
prasaran sekolah mengungkapakan bahwa sarana
WC-kamar mandi sudah baik dan bersih, banyak lahan
terbuka hijau dan ada tribun serta gasebo untuk
belajar di luar kelas yang tidak semua sekolah
mempunyai. Pendapat ini dapat diperhatikan pada
kutipan wawancara berikut:
“Saya senang sekolah di Smanda. Sarana prasarana sekolah sudah memadai. Kamarmandi-WC setiap lajur kelas sudah ada dan bersihAda Gasebo dan tribun untuk belajar di luar kelas. Udara masih sejuk dan segar.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
Berdasarkan data dari wawancara ketiga nara
sumber, studi lapangan dan studi dokumentasi, dapat
disimpulkan bahwa sarana prasarana SMA Negeri 2
Salatiga baik sarana prasarana pembelajaran maupun
sarana prasarana pedukung adiwiyata sangat
mendukung dan memenuhi syarat bahwa SMA Negeri 2
Salatiga sebagai Sekolah Adiwiyata.
1.2.3 Proses Pengembangan Program Sekolah Adiwiyata
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
penanggung jawab program Sekolah Adiwiyata, dalam
hal ini Ketua Program Sekolah Adiwiyata telah
96
sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dibuktikan dari
dokumen pembagian tugas kegiatan Sekolah Adiwiyata
sebagai berikut:
Tabel 12. Pembagian Tugas Kegiatan Sekolah Adiwiyata
No Kegiatan Waktu Penanggung Jawab
1 Penyusunan Komponen a. Kebijakan
Berwawasan Lingkungan
Oktober 2015 Dra. Sulastri, M.Pd
b. Pelaksanaan
Kurikulum Berbasis
Lingkungan
Oktober 2015 Dra. Enni Haristiyati
c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Oktober 2015 Sulistyaningsih,S.Pd., M.Pd, dan
Sofatinajah,S.Pd
d. Pengelolaan Sarana
Pendukung Ramah
Lingkungan
Oktober 2015 Siti
Purwatiningsih,S.Pd
2 Tahapan Pengembangan Januari 2016 Sugiono,S.Pd
Data penelitian menunjukkan, kegiatan
sosialisasi program Sekolah Adiwiyata kepada warga
sekolah yaitu peserta didik, guru, karyawan dan komite
telah dilakukan sekolah secara resmi. Hal ini seperti
yang diungkapkan dalam wawancara dengan Waka
Humas seperti berikut:
97
Dari hasil wawancara dengan Ketua program
Sekolah Adiwiyata juga didapatkan data mengenai
kegiatan sosialisasi program Sekolah Adiwiyata dalam
petikan wawancara sebagai berikut
“Sudah ada sosialisasi program Sekolah Adiwiyata
terhadap siswa yaitu melalui perwakilan kelas secara khusus dan sosialisasi juga dalam kegiatan upacara, yang dilakukan secara berulang ulang. Guru dalam pembelajaran secara tidak langsung juga
memberikan informasi.” (Wawancara tanggal 29
September 2017)
SMA Negeri 2 Salatiga bekerja sama dengan
Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga juga telah
mengadakan sosialisai kegiatan Adiwiyata. Waka
Manajemen Mutu menegaskan hal itu seperti kutipan
hasil wawancara berikut:
“Sekolah bekerja sama dengan Dinas Lingkungan
Hidup Kota Salatiga telah mengadakan sosialisasi Sekolah Adiwiyata terhadap warga masyarakat sekitar sekolah, SDN o4 Tegalrejo, SMPN 6 Salatiga, Kelurahan, Kecamatan dan Pukesmas. Sosialisasi ini bertujuan agar semakin banyak masyarakat yang mengetahui pentingnya program Adiwiyaa dalam
melestarikan lingkunga hidup.”(Wawancara tanggal
2 Oktober 2017)
Kegiatan sosialisasi Sekolah Adiwiyata oleh SMA
Negeri 2 Salatiga, dapat dilihat juga dari dokumen data
98
Gambar 8 : Sosialisasi kepada komite dan guru
Gambar 9 : Sosialisasi kepada peserta didik
Gambar 10 : Sosialisasi kepada karyawan
(Dokumen SMA N 2 Salatiga) (Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
99
Gambar 11 : Sosialisasi kepada warga dan sekolah lain
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui
bahawa SMA Negeri 2 Salatiga telah melakukan
bimbingan teknis dan kegiatan lain seperti sosialisasi
program kepada semua unsur yang terkait dengan
program Sekolah Adiwyata. Melalui kegiatan tersebut
diharapkan implementasi program akan berjalan sesuai
dengan yang direncanakan.
Proses implementasi program Sekolah Adiwiyata
di SMA Negeri 2 Salatiga meliputi 4 komponen. Adapun
proses dari keempat komponen tersebut akan bahas
satu per satu komponen.
1.2.3.1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan
Penanggung jawab untuk Komponen Kebijakan
Berwawasan Lingkungan adalah Waka Manajemen
Mutu. Pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata pada
100
temukan dalam studi dokumentasi pelaporan
pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata. Adapun
proses pelaksanaan program komponen kebijakan
berwawasan lingkungan penulis jabarkan berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
1.2.3.1.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Hasil penelitian dari dokumen satu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di peroleh bahwa visi
SMA Negeri 2 Salatiga adalah “Bertaqwa, berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya saing” telah menanamkan karakter berbudaya lingkungan.
Kurikulum yang diterapkan SMA Negeri 2 Salatiga saat
ini adalah Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Kurikulum 2006 diterapkan dijenjang kelas XI dan XII
sedangkan Kurikulum 2013 diterapkan dijenjang kelas
X. Namun demikian semua kurikulum yang diterapkan
menggunakan karakteristik berwawasan dan peduli
lingkungan. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
juga mengutarakan hal yang senada, yaitu:
“Smanda sekarang menggunakan kurikulum
101 pembuatan media dengan barang-barang bekas.
Alam sekolah sebagai sarana dan sumber belajar. Memang belum semua mapel
mencantumkannya.” (Wawancara tanggal 2
Oktober 2017)
Kepala Sekolah menegaskan bahwa SMA Negeri
2 Salatiga mempunyai komitmen untuk mendidik
warga sekolah agar peduli dan berbudaya lingkungan,
pernyataan ini seperti kutipan wawan cara berikut;
“Walaupun SMA Negeri 2 Salatiga menggunakan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013, Visi
Smanda tidak berubah yaitu “Bertaqwa,
berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya saing”. Berwawasan lingkungan menunjukan bahwa Smanda komitmen untuk menempatkan karakter peduli lingkungan pada pembelajaran. Sehingga warga sekolah dapat menjadi agen solusi pemecahan masalah
lingkungan di masyarakat mereka tinggal.”
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Dari hasil studi dokumen I KTSP dan
wawancara Waka Kurikulum serta Kepala Sekolah
dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang diterapkan
di SMA Negeri 2 Salatiga adalah Kurikulum 2006
untuk kles XI dan kelas XII dan kurikulum 2013
dengan sistem SKS untuk kelas X. Kebijakan SMA
Negeri 2 Salatiga secara jelas menempatkan pendidikan
karakter peduli dan budaya lingkungan dalam tujuan
sekolah oleh karena itu karakter dan budaya
102
Pendidikan karakter dan budaya lingkungan
terintegrasi di dalam pembelajaran setiap mata
pelajaran, sehingga dalam struktur kurikulum tidak
mencantumkan secara khusus mata pelajaran
lingkungan atau karakter budaya lingkungan. Hal ini
sesuai dari hasil penelitian dari dokumen I KTSP dan
hasil petikan wawancara dengan Waka Kurikulum
berikut:
“Pendidikan karakter berbudaya peduli
lingkungan terintegrasi pada setiap perangkat dan pembelajaran mata pembelajaran. Sehingga tidak ada mata pelajaran khusus mengenai
lingkungan hidup.” (Wawancara tanggal 2
Oktober 2017)
Keterangan ini senada dengan yang
diungkapkan Waka Managemen Mutu dalam petikan
wawancara berikut:
“Tidak ada mata pelajaran khusus tentang
lingkungan hidup. Guru diharapkan mengintrgrasikan pendidikan lingkungan di dalam pembelajarannya, apapun itu mata pelajarannya. Pandai-pandailah guru menghubungkan materi pelajaran dengan
nilai-nilai pelestarian lingkungan.” (Wawancara
tanggal 2 Oktober 2017)
Hasil wawancara dengan peserta didik juga
mendapatkan data bahwa tidak ada pelajaran khusus
tentang lingkungan hidup, namun ada pelajaran
103
pengolahan limbah untuk bahan kerajinan seperti
petikan wawan cara berikut:
“Ada pelajaran ketrampilan dan kewirausahaan
yang mengajarkan pengolahan barang-barang bekas menjadi hasil kerajinan. Guru menilai kreatifitas penggunaan barang bekas, kegunaan
hasil kerajinan.” (Wawancara tanggal 6
September 2017)
Secara struktur kurikulum dapat disimpulkan
bahwa di SMA Negeri 2 Salatiga tidak ada mata
pelajaran khusus tentang lingkungan. Pembelajaran
tentang lingkungan dan karakter peduli dan budaya
lingkungan terintegrasi di dalam pembelajaran setiap
mata pelajaran.
Hubungan penanaman nilai-nilai karakter peduli
dan budaya lingkungan dengan hasil prestasi peserta
didik tidak secara khusus peneliti teliti. Data dokumen
I KTSP SMA Negeri 2 Salatiga menunjukan bahwa
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) setiap mata
pelajaran hampir semua sama. KKM setiap mata
pelajaran dapat dilihat dari tabel 16 berikut.
Tabel 13 : KKM Mata Pelajaran Tahun Pelajaran 2016/2017
No Pelajaran Mata Kelas X Kelas XI Kelas XII
IPA IPS BHS IPA IPS BHS
1 Agama 75 75 75 75 75 75 75
2 PKn 75 75 75 75 75 75 75
3 Bhs. Indonesia 75 75 75 75 75 75 75
4 Bhs. Inggris 75 75 75 75 75 75 75
5 Matematika 75 75 75 75 75 75 75
104
7 Biologi 75 75 75
8 Kimia 75 75 75
9 Sejarah 75 75 75 75 75 75 75
10 Geografi 75 75 75
11 Ekonomi 75 75 75
12 Sosiologi 75 75 75
13 Seni Budaya 75 75 75 75 75 75 75
14 Penjaskes 75 75 75 75 75 75 75
15 TIK 75 75 75 75 75 75 75
16 Bhs. Jawa 75 75 75 75 75 75 75
17 Sastra Ind. 75 75
18 Antropologi 75 75
19 Bhs Jerman 75 75 75
20 Bahasa Jepang 75 75 75 75 75 75
(Sumber: Dokumen I KTSP, 2016)
Tinggi rendahnya KKM tidak dipengaruhi secara
langsung oleh faktor pendidikan karakter
pembudayaan peduli lingkungan, demikian yang
diungkapkan Waka Kurikulum dalam petikan
wawanvara berikut:
“Penentuan tinggi rendahnya KKM mata
pelajaran ditentukan oleh karakteristik peserta didik atau intake , karakteristik mata pelajaran atau kompleksitas dan kondisi satuan
pendidikan atau daya dukung.” (Wawancara
tanggal 2 Oktober 2017)
Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat yang
diungkapkan oleh guru mata pelajaran seperti petikan
105
“Tinggi rendahnya nilai dari KKM, kami hitung berdasarkan kemampuan awal anak atau intake ,taraf kesulitan materi pelajaran atau kompleksitas materi pelajaran dan daya dukung sekolah, baik dari kompetensi guru maupun
keberadaan sarana prasarana penunjang.”
(Wawancara tanggal 6 September 2017)
Dari hasil nalisis data KKM di atas dan hasil
wawan cara dapat disimpulkan bahwa nilai KKM
hampir sama untuk setiap jenjang dan setiap mata
pelajaran tidak dipengaruhi secara signifikan oleh
pendidikan karakter peduli lingkungan.
1.2.3.1.2 Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Dalam hal ini yang akan dibahas di sini hanya
tentang rencana anggaran sekolah dan yang berkaitan
dengan program sekolah Adiwiyata. Hasil wawancara
dengan Bendahara sekolah didapat data bahwa
anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata telah
dilaksanakan 20% dari total anggaran belanja sekolah.
Berikut petikan wawancara tersebut:
“Sekolah dalam hal ini Bendahara , secara rutin sekolah mengalokasikan anggaran belanja 20% dari total anggaran belanja sekolah khusus untuk program pengembangan sekolah
106
Hal itu dibenarkan oleh Ketua Program yang
mengungkapkan terimakasih karena sekolah telah
berani mengalokasikan anggaran untuk program
Adiwiyata seperti yang terungkap pada petikan wawan
cara berikut:
“Terima kasih kepada sekolah yang telah menganggarkan secara rutin anggaran belanja 20% dari total anggaran belanja sekolah khusus untuk program pengembangan sekolah
adiwiyata.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota Salatiga
walaupun tidak melihat secara langsung alokasi
anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata di SMA
Negeri 2 Salatiga sangat percaya jika anggaran dari
sekolah lebih dari 20% dari total anggaran
pengeluaran sekolah. Hal itu diungkapkan dalam
petikan wawancara berikut:
“Soal anggaran SMA Negeri 2 Salatiga untuk program Sekolah Adiwiyata, saya percaya anggarannya lebih dari 20% dari total anggaran belanja sekolah. Sarana parasaran pendukung adiwiyata komplit, penataan lingkungannya sudah bagus. Jika dihitung keseluruhan dengan partisipasi warga sekolah baik materi maupun tenaganya, pasti lebih dari 20%.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)
Hasil analisis dari data hasil studi dokumen di
atas, dan data hasil wawancara didapat bahwa SMA