• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM KELUARGA DAN HARTA PERKAWINAN PE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM KELUARGA DAN HARTA PERKAWINAN PE (1)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS HUKUM

TUGAS MATA KULIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA DAN HARTA PERKAWINAN

Oleh : Budi Wibowo Halim

Dea Nandu Permatasari DLL

07/252561/HK/17596 08/ 273026/EHK/00530

(2)

DAFTAR ISI

1.Pengertian Perwalian dan Tempat pengaturan Perwalian… 5 2. Macam dan Asas Perwalian……… 6

3. Sebab-Sebab Timbulnya Perwalian……… 9

4. Wewenang menjadi Wali……… 10

5. Berakhirnya Perwalian……… 14

B. Menurut UU No.1 Tahun 1974……….. 15

1. Syarat-Syarat Perwalian……….. 16

2. Kewajiban Wali………... 16

3. Larangan Bagi Wali……… 17

4. Kekuasaan Wali……….. 17

BAB III PEMBAHASAN………. 19

1. Kedudukan Natalie Ng sebagai Wali Ibu dan Jeffery Han doyo sebagai Wali Peserta……….. 19

2.Tugas Perwalian Natalie Ng sebagai Wali Ibu dan Jeffery Handoyo sebagai Wali Peserta………... 19

3. Peran dan Kedudukan Paman Sebagai Wali……….. 24

BAB IV KESIMPULAN……….. 29

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Anak adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada seorang laki-laki yang disebut ayah dan seorang perempuan yang disebut ibu. Kelahiran anak merupakan salah satu peristiwa hukum yang penting dalam kehidupan seorang manusia, disamping perkawinan dan kematian. Dengan lahirnya anak, telah muncul hak dan kewajiban, yakni status anak sebagai subyek hak dan munculnya kewajiban alimentasi dari orang tua. Hak adalah kepentingan yang dilindungi oleh hukum. Kepentingan sendiri adalah tuntutan oleh seseorang atau sekelompok orang yang diharapkan untuk dipenuhi (Sudikno Mertokusumo, 1977:13). Status “Anak” menandakan status hukum sebagai penyandang kewajiban yang belum sempurna, artinya anak belum bisa menyandang kewajiban seorang diri, namun memerlukan bantuan dari orang lain. Kewajiban sendiri adalah beban yang timbul dari perikatan. Dalam hal ini, perikatan yang muncul adalah perikatan menurut undang-undang, yakni perikatan anak dengan orang tuanya.

(4)

mempunyai hubungan keperdataan dengan kedua orang tuanya, termasuk ibunya. Si ibu harus melakukan pengakuan terhadap si anak, agar hubungan tersebut muncul. Demikian pula pengakuan dari seorang ayah biologis terhadap anaknya. Saat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan diundangkan, saat seorang anak lahir dalam status anak luar kawin, maka ia demi hukum mempunyai hubungan keperdataan dengan ibunya. Terdapat dua pihak yang dapat membantu seorang anak dalam menyandang hak dan kewajiban, yakni orang tua dan wali.

(5)
(6)

pertanyaan mengenai status kedudukan Natalie Ng sebagai wali ibu dan Jeffry Handoyo sebagai wali peserta, pelaksanaan tugas perwalian serta kewenangan Liem Ing Kie untuk mengajukan onzet ke Pengadilan Negeri Surabaya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin membahas kasus tersebut dalam kaca mata atau pandangan hukum di Indonesia, dengan rumusan masalah dan pembahasan seperti yang akan diuraikan di bawah.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kedudukan Natalie Ng sebagai wali ibu dan Jeffery Handoyo sebagai wali peserta?

b. Bagaimana tugas perwalian Natalie Ng sebagai wali ibu dan Jeffery Handoyo sebagai wali peserta?

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

1. Pengertian Perwalian dan Tempat Pengaturan Perwalian

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan definisi tentang perwalian dalam Pasal 330 ayat (3) yaitu :

“Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan dengan cara sebagaimana teratur dalam bagian ke tiga, ke empat, ke lima dan ke enam bab ini”.

Yang dimaksud dengan belum dewasa menurut Pasal 330 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin. Kemudian pengertian perwalian menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terdapat dalam Pasal 50 yaitu :

(1) Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali.

(2) Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta bendanya.

(8)

pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut diatur oleh undang-undang.1

Menurut Islam perwalian adalah suatu bentuk perlindungan dengan otoritas penuh atas dasar tanggung jawab dan cinta kasih, untuk memberikan pertolongan atas ketidakmampuan seseorang dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum, baik yang berhubungan dengan harta maupun dengan dirinya.2

2. Macam dan Asas-Asas dalam Perwalian

Perwalian dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. Perwalian oleh suami/isteri yang hidup paling lama sebagaimana diatur dalam Pasal 345 sampai 354 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 345 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap anak-anak yang belum dewasa demi hukum dipangku oleh orang tua yang hidup terlama, sekedar tidak telah dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang tuanya. Pasal ini tidak membuat pengecualian bagi para suami isteri yang hidup terpisah disebabkan oleh karena perkawinan putus karena perceraian atau karena ada perpisahan meja dan tempat tidur. Jadi apabila ayah setelah perceraian menjadi wali, maka dengan meninggalnya ayah maka si ibu dengan sendirinya (demi hukum) menjadi wali atas anak-anak tersebut;3

1 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Ctk. Ketigapuluh Satu, PT. Intermasa, Jakarta, 2003,

hlm. 52

2 Ahmad Kamil, Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Ctk.

Pertama, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 175

3 Soetojo Prawirohamidjojo, Asis Safioedin, Hukum Orang dan Keluarga, Ctk. Kelima,

(9)

b. Perwalian yang ditunjuk oleh Bapak/Ibu dengan surat wasiat atau akta tersendiri. Pasal 355 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa masing-masing orangtua yang melakukan perwalian atas seorang anak atau lebih berhak mengangkat seorang wali atas anak-anak itu bilamana sesudah ia meninggal dunia perwalian itu tidak ada pada orang tua lain, baik dengan sendirinya maupun karena putusan Hakim sebagaimana tercantum dalam Pasal 353 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dengan kata lain, orang tua masing-masing yang menjadi wali atau memegang kekuasaan orang tua berhak mengangkat wali apabila perwalian itu memang masih terbuka;4

c. Perwalian yang diangkat oleh Hakim, sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa semua anak yang belum dewasa yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua dan yang diatur perwaliannya secara sah akan ditunjuk seorang Wali oleh Pengadilan. Hakim akan mengangkat seorang wali setelah mendengar keluarga sedarah (bloedverwanten) atau semenda atau periparan (aangehuwden).5

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenal dua asas dalam perwalian, yaitu :

a. Asas tak dapat dibagi-bagi (ondeelbaarheid). Asas ini berarti bahwa dalam tiap-tiap perwalian hanya ada satu wali, hal ini tercantum dalam Pasal 331

(10)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas tidak dapat dibagi-bagi ini mempunyai pengecualian dalam dua hal, yakni :

1) Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup paling lama (langstlevende ouder) maka apabila ibu kawin lagi, suaminya menjadi medevoogd (wali serta atau wali peserta) sebagaimana diatur dalam Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2) Jika sampai ditunjuk pelaksanaan pengurusan (bewindvoerder) yang mengurus barang-barang minderjarige di luar Indonesia didasarkan pada Pasal 361 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan jika seorang anak yang belum dewasa yang berdiam di Indonesia dan mempunyai harta kekayaan di Negara lain, maka atas permintaan walinya pengurusan harta kekayaan anak tersebut dapat dipercayakan pada seorang pengurus di Negara tersebut, tetapi si wali tidak bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan pengurus tersebut.6

b. Asas persetujuan dari keluarga. Asas ini menjelaskan bahwa keluarga harus dimintai persetujuan tentang perwalian. Dalam hal keluarga tidak ada maka tidak diperlukan persetujuan pihak keluarga itu, sedang pihak keluarga kalau tidak datang sesudah diadakan panggilan, dapat dituntut berdasarkan Pasal 524 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang diancam dengan denda paling banyak enam puluh ribu rupiah.7

(11)

3. Sebab-sebab Timbulnya Perwalian

Timbulnya lembaga perwalian bagi anak dibawah umur menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

a. Pencabutan kekuasaan orang tua, atas diri seseorang atau beberapa anak sah mereka. Orang tua yang telah dicabut kekuasaan orang tuanya tetap berkewajiban membiayai pemeliharaan dan pendidikan si anak meskipun kekuasaan orang tua telah beralih kepada perwalian pihak ketiga;

b. Jika salah satu orangtua si anak meninggal dunia, maka menurut Undang-Undang orang tua yang lainnya dengan sendirinya menjadi wali dari anak-anaknya. Sedangkan bagi anak yang baru lahir di luar perkawinan (natuurlijk kind) berada di bawah perwalian orangtua yang mengakuinya; c. Anak sah yang orang tuanya telah bercerai, maka kekuasaan orang tua

beralih kepada perwalian salah satu orang tuanya;

d. Perwalian karena pengangkatan wali oleh satu atau kedua orangtua apabila meninggal atau karena dipecat dari perwaliannya menurut ketentuan Pasal 353 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

(12)

Pasal 332 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur mengenai kewenangan menjadi wali, yang menjelaskan bahwa perempuan yang bersuami tidak boleh menerima perwalian tanpa bantuan dan izin tertulis dari suaminya. Apabila suami telah memberikan bantuan atau izin maka wali perempuan bersuami berhak melakukan segala tindakan-tindakan perdata berkenaan dengan perwalian itu tanpa pemberian kuasa atau bantuan;

b. Wewenang badan hukum menjadi wali

Kewenangan perhimpunan-perhimpunan, yayasan, dan lembaga-lembaga amal sebagai wali apabila diperintahkan oleh Pengadilan. Hal ini disebabkan badan hukum tidak dapat diangkat menjadi wali apabila perhimpunan-perhimpunan, yayasan, dan lembaga amal sebagai wali adalah berdasarkan penunjukan oleh orangtua. Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menjelaskan bahwa dalam hal sebuah badan hukum diserahkan perwalian, maka Panitera Pengadilan yang menugaskan perwalian tersebut wajib memberitahukan putusan pengadilan itu kepada Dewan Perwalian dan Kejaksaan.

(13)

perwalian sewaktu-waktu dapat memeriksa rumah dan tempat perawatan anak-anak tersebut.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga mengatur ketentuan mengenai orang-orang yang tidak wajib menerima pengangkatan sebagai wali dan untuk orang-orang yang dapat meminta pembebasan untuk diangkat menjadi wali. Adapun orang yang tidak wajib untuk menerima pengangkatan sebagai wali adalah :

a. Seseorang yang diangkat sebagai wali oleh salah satu orangtua; b. Seorang isteri yang diangkat sebagai wali;

c. Perkumpulan, yayasan atau lembaga sosial kecuali jika perwalian itu diberikan atau diperintahkan kepadanya atas permohonan atau pernyataan mereka sendiri.

Pasal 377 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa wali baik orangtua maupun badan hukum juga dapat meminta pembebasan sebagai wali dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Mereka yang dalam melakukan jawatan negara berada di luar Indonesia; b. Anggota tentara darat dan laut dalam menjalankan tugasnya;

c. Mereka yang melakukan jawatan umum yang terus menerus atau untuk suatu waktu tertentu harus berada di luar keresidenan;

(14)

f. Mereka yang diserahi tugas memangku satu atau dua perwalian, sedangkan mereka sendiri tidak mempunyai anak;

g. Mereka yang pada hari pengangkatan mempunyai 5 (lima) atau lebih anak yang sah;

h. Perempuan. Orang perempuan yang dalam keadaan tidak bersuami telah menerima suatu perwalian dapat meminta pembebasan sebagai wali apabila ia menikah;

i. Mereka yang tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda dengan anak yang dimaksud, padahal ia dalam daerah hukum tempat perwalian itu ditugaskan atau diperintahkan masih ada keluarga sedarah atau semenda yang mampu menjalankan tugas perwalian itu.

Kemudian dalam Pasal 379 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan lima golongan orang yang tidak diperbolehkan menjadi wali, yaitu :

a. Mereka yang mengalami sakit ingatan (krankzninngen); b. Mereka yang belum dewasa (minderjaringen);

c. Mereka yang berada di bawah pengampuan (curatele);

d. Mereka yang telah dipecat atau dicabut (onzet) dari kekuasaan orang tua atau perwalian atau penetapan pengadilan;

(15)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur mengenai kewajiban wali, yaitu :

a. Setiap wali harus menyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan terhadap pribadi anak sesuai dengan hukumnya dan wali harus mewakilinya dalam segala tindak perdata (Pasal 383);

b. Seorang wali bapak/ibu yang akan menikah lagi wajib menyampaikan kepada wali pengawas sebuah daftar lengkap mengenai harta kekayaan anak (Pasal 352);

c. Wali sebagai bapak rumah tangga yang baik berkewajiban mengurus harta kekayaan anak yang berada dalam perwaliannya dan bertanggung jawab atas biaya, rugi, dan bunga yang timbul akibat pemeliharaan yang buruk (Pasal 385);

d. Wali wajib untuk mengadakan inventarisasi atas harta kekayaan anak (Pasal 386);

e. Kewajiban wali untuk menentukan jumlah uang yang akan dipergunakan untuk kepentingan anak yang minderjarig selama satu tahun kecuali perwalian oleh bapak/ibu (Pasal 388);

f. Wali wajib mengusahakan benda bergerak yang tidak memberikan hasil dan perabot rumah supaya dijual (Pasal 389)

(16)

a. Hak wali untuk dihormati oleh anak yang belum dewasa yang berada di bawah perwaliannya (Pasal 383 ayat (2));

b. Orangtua yang ditunjuk sebagai wali berhak mengangkat seorang wali bagi anak yang berada di bawah perwaliannya seandainya ia telah meninggal dunia demi hukum atau penetapan hakim tidak harus dilakukan oleh orang tua yang lain (Pasal 355);

c. Wali berhak meminta kepada Pengadilan Negeri untuk menempatkan anak dalam waktu tertentu dalam sebuah lembaga negara bila wali mempunyai alasan yang kuat mengenai kelakuan anak tersebut (Pasal 384);

d. Wali mempunyai hak nikmat atas harta kekayaan anak yang berada dibawah perwaliannya (Pasal 311 ayat (1));

e. Wali berhak untuk mendapatkan penggantian biaya yang telah dikeluarkan terlebih dahulu dalam rangka pengurusan perwalian (Pasal 410);

f. Wali berhak untuk mendapatkan upah dari pengurusannya (Pasal 411).

5. Berakhirnya Perwalian

Berakhirnya perwalian dapat dintinjau dari dua segi, yaitu :

a. Dalam hubungannya dengan keadaan anak, dalam hal ini perwalian berakhir karena :

1) anak menjadi meerderjarig; 2) matinya minderjarig;

(17)

b. Dalam hubungan dengan tugas wali

1) ada pemecatan atau pembebasan (ontzetting of on theffing) atas diri wali;

2) ada alasan pembebasan atau pemecatan dari perwalian

Berakhirnya perwalian pada dasarnya sama dengan berakhirnya kekuasaan orang tua, namun terdapat hal yang membedakan diantara keduanya yaitu perwalian dapat berakhir dengan adanya pengesahan seorang anak luar kawin yang diakui dan timbulnya kembali kekuasaan orang tua.

Adanya pengesahan anak luar kawin maka status anak menjadi sah dan terhadap anak tersebut berlaku sama seakan ia dilahirkan dalam perkawinan yang sah kecuali dalam hal mewaris (Pasal 278 B.W). Sesuai dengan Pasal 278 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat disimpulkan bahwa seorang anak luar kawin yang mendapatkan pengesahan akan mendapatkan hak mewaris apabila tidak merugikan anak-anak yang sah sebelumnya.

B. MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG

PERKAWINAN

Perwalian menurut ketentuan UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, pada pasal 50 disebutkan :

(18)

2. Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta bendanya.

1. Syarat-syarat Perwalian

Menurut ketentuan Pasal 50 ayat (1) UU No.1 tahun 1974 menyebutkan bahwa syarat-syarat untuk anak yang memperoleh perwalian adalah:

a. Anak (laki-laki dan perempuan yang belum berusia 18 tahun). b. Anak-anak yang belum kawin.

c. Anak tersebut tidak berada dibawah kekuasaan orang tua. d. Anak tersebut tidak berada dibawah kekuasaan wali.

e. Perwalian menyangkut pemeliharaan anak tersebut dan harta bendanya.

Menurut UU No.1 tahun 1974 pasal 51, perwalian terjadi karena:

a. Wali dapat ditunjuk oleh salah seorang orang tua yang menjalankan kekuasaan orang tua sebelum ia meninggal dengan surat wasiat atau dengan lisan dengan dua orang saksi.

b. Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik.

2. Kewajiban Wali

(19)

a. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada dibawah kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua peru bahan-perubahan harta benda anak tersebut .

b. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada dibawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan kesalahan dan kelalaiannya.

3. Larangan Bagi Wali

Pasal. 52 UU No.1 tahun 1974 menyatakan terhadap wali berlaku pasal 48 UU ini, yakni orang tua dalam hal ini wali tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 tahun atau belum melakukan perkawinan kecuali apabila kepentingan anak tersebut memaksa.

4. Kekuasaan Wali

Pasal 53 UU No.1 tahun 1974 menyebutkan wali dapat dicabut dari kekuasaannya, dalam hal-hal yang tersebut dalam pasal 49 UU ini, yaitu dalam hal:

a. Wali sangat melalaikan kewajibannya terhadap anak perwalian tersebut. b. Wali berkelakuan buruk sebagai walinya.

(20)
(21)

BAB III PEMBAHASAN

1. Kedudukan Natalie Ng sebagai Wali Ibu dan Jeffery Handoyo sebagai

Wali Peserta.

2. Tugas Perwalian Natalie Ng sebagai Wali Ibu dan Jeffery Handoyo sebagai Wali Peserta.

Natalia Ng menikah dengan Jusuf Halim dan dikaruniai tiga orang anak, Jusuf Halim meninggal dunia dalam kecelakaan mobil dan meninggalkan harta warisan sebesar tiga milyar rupiah, Jika salah satu orangtua si anak meninggal dunia, maka menurut Undang-Undang orang tua yang lainnya dengan sendirinya menjadi wali dari anak-anaknya. Perwalian oleh suami/isteri yang hidup paling lama sebagaimana diatur dalam Pasal 345 sampai 354 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 345 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap anak-anak yang belum dewasa demi hukum dipangku oleh orang tua yang hidup terlama. Perkawinan Natalie Ng dengan Jusuf Halim dikaruniai tiga orang anak yang tergolong belum dewasa, sehingga berdasarkan Undang-Undang Natalie Ng berkedudukan sebagai wali bagi anak-anaknya.

(22)

berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali ( pasal 50 Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan), dan anak yang belum mampu berdiri sendri atau belum dewasa, batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak memiliki cacat fisik atau mental atau belum pernah melangsungkan pernikahan(Kompilasi Hukum Islam pasal 98).

Natalie Ng sebagai Wali dari anak-anaknya mempunyai kewajiban sebagai berikut :

1. Ia harus menyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan terhadap pribadi anak sesuai dengan hukumnya dan wali harus mewakilinya dalam segala tindak perdata (Pasal 383);

2. Ia sebagai wali yang menikah lagi wajib menyampaikan kepada wali pengawas sebuah daftar lengkap mengenai harta kekayaan anak (Pasal 352);

3. Ia berkewajiban mengurus harta kekayaan anak yang berada dalam perwaliannya dan bertanggung jawab atas biaya, rugi, dan bunga yang timbul akibat pemeliharaan yang buruk (Pasal 385);

4. Ia wajib untuk mengadakan inventarisasi atas harta kekayaan anak (Pasal 386);

(23)

1. Ia mempunyai hak dihormati oleh anak yang belum dewasa yang berada di bawah perwaliannya (Pasal 383 ayat (2);

2. Orangtua yang ditunjuk sebagai wali berhak mengangkat seorang wali bagi anak yang berada di bawah perwaliannya seandainya ia telah meninggal dunia demi hukum atau penetapan hakim tidak harus dilakukan oleh orang tua yang lain (Pasal 355);

3. Ia berhak meminta kepada Pengadilan Negeri untuk menempatkan anak dalam waktu tertentu dalam sebuah lembaga negara apabila wali mempunyai alasan yang kuat mengenai kelakuan anak tersebut (Pasal 384);

4. Ia mempunyai hak nikmat atas harta kekayaan anak yang berada dibawah perwaliannya (Pasal 311 ayat (1));

5. Ia berhak untuk mendapatkan penggantian biaya yang telah dikeluarkan terlebih dahulu dalam rangka pengurusan perwalian (Pasal 410);

6. Ia berhak untuk mendapatkan upah dari pengurusannya (Pasal 411).

(24)

No.1 tahun 1974 menyatakan terhadap wali berlaku pasal 48 UU ini, yakni orang tua dalam hal ini wali tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 tahun atau belum melakukan perkawinan kecuali apabila kepentingan anak tersebut memaksa. Pasal 51 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan: Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada dibawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan akibat kesalahan dan kelalaiannya. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 juga menyatakan: Wali yang telah menyebabkan kerugian kepada harta benda anak yang di bawah kekuasaanya, atas tuntutan anak atau keluarga tersebut dengan putusan Pengadilan, yang bersangkutan dapat diwajibkan untuk mengganti kerugian tersebut. Dalam hal ini Natalie Ng dapat dicabut kekuasaanya sebagai wali terhadap anak-anaknya atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa dan pejabat yang berwenang dengan putusan pengadilan dalam hal-hal :

 Ia sangat melalaikan kewajiban terhadap anaknya

 Ia berkelakuan buruk sekali

(25)

Wali peserta menurut Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah suatu keadaan dimana suami dari suatu pasangan suami istri tersebut meninggal, dan apabila si istri/ibu tersebut kawin lagi maka suaminya akan menjadi wali peserta (medevoogd) demi hukum, selama dalam perkawinan antara suami dan istri tidak ada pisah meja dan ranjang atau tidak ada pisah harta benda. Istrinya bertanggung jawab secara tanggung-menanggung sepenuhnya atas segala perbuatan yang dilakukan setelah perkawinan berlangsung. Perwalian peserta suami tersebut berakhir, apabila sang suami tersebut dipecat dari perwalian atau si ibu berhenti menjadi wali.

Mengenai kewajiban Wali Peserta, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak menjabarkan secara rinci mengenai kewajiban dari sang wali peserta tersebut, sehingga tidak ada kejelasan hak dan kewajiban wali peserta terhadap istri, anak-anak, maupun harta kekayaan milik mereka.

(26)

Natalie Ng berdasarkan hukum positif mempunyai banyak kewajiban sebagai wali ibu, bagaimana dengan Jeffry Handoyo sebagai wali peserta? Hukum positif yang mengatur tentang wali peserta (KUH Perdata) tidak mengatur secara spesifik mengenai kewajiban sebagai wali peserta, bahkan wali peserta merupakan tanggung jawab istrinya secara tanggung-menanggung atas segala perbuatan yang dilakukan setelah perkawinan berlangsung.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hanya mengatur bagaimana berakhirnya Jeffry Handoyo sebagai wali peserta. Berakhirnya Jefrry Handoyo sebagai wali peserta dapat terjadi apabila :

- Natalia Ng sebagai wali ibu telah berhenti menjadi wali; - Jeffry Handoyo telah dipecat menjadi suami;

- Antara suami istri tersebut bercerai,pisah meja dan tempat tidur, atau perpisahan harta kekayaan.

3. Peran dan Kedudukan Paman sebagai Wali

(27)

dapat dijadikan wali adalah dalam pengertian syarat-syarat tertentu untuk menjadi wali.

Berdasarkan pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa semua anak yang belum dewasa yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua dan yang diatur perwaliannya secara sah akan ditunjuk seorang wali oleh pengadilan. Hakim akan mengangkat seorang wali setelah mendengar keluarga sedarah (bloedverwarten) atau semenda atau periparan (aangehuwden). Ketentuan yang demikian dapat diartikan bahwa anak-anak yang tidak dibawah kekuasaan orang tua dapat diangkat wali oleh hakim dengan memenuhi syarat-syarat tertentu walaupun bukan orang tuanya. Paman dapat berperan aktif sebagai wali di dalam melaksanakan tugas perwalian selama hakim memutuskan demikian.

(28)

bahwa dirinya merupakan bagian dari keluarga garis sejajar ayah ketiga anak tersebut yaitu Jusuf Halim sehingga dalam keadaan wali ibu tidak dapat melakukan tugas perwaliannya maka Lim Ing Kie diperbolehkan mengajukan permohonan onzet tersebut.

Dalam hal hakim memutuskan perwalian untuk jatuh ke tangan Lim Ing Kie maka Lim Ing Kie telah memiliki hak dan kewajiban baru yaitu melakukan pengurusan tugas perwaliannya. Adapun peran Lim Ing Kie sebagai wali pengurusan harta anak adalah berkaitan dengan hak dan kewajibannya. Kewajiban perwalian yang bukan oleh ibu/bapak anak-anak tersebut diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu antara lain:

a. Setiap wali harus mneyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan terhadap pribadi anak sesuai dengan hukumnya dan wali harus mewakilinya dalam segala tindak perdata (Pasal 383);

b. Seorang wali wajib menginventarisasi atas harta kekayaan anak (Pasal 386);

c. Kewajiban wali untuk menentukan jumlah uang yang akan dipergunakan untuk kepentingan anak yang minderjarig selama satu tahun kecuali perwalian oleh bapak/ibu (Pasal 388);

d. Wali wajib mengusahakan benda bergerak yang tidak memberikan hasil dan perabot rumah supaya dijual (Pasal 389).

(29)

hakim maka terhadap harta kekayaan ketiga keponakannya adalah menginventarisasi dan menentukan jumlah uang yang akan dipergunakan untuk kepentingan minderjarig yang dalam hal ini adalah ketiga keponakannya serta menyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan serta mewakilinya dalam setiap tindakan perdata.

Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 pun di dalam Pasal 51 mengamanatkan bahwa perwalian dapat terjadi karena:

a. Wali dapat ditunjuk oleh salah seorang orang tua yang menjalankan kekuasaan orang tua sebelum ia meninggal dengan surat wasiat atau dengan lisan dengan dua orang saksi.

b. Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik.

(30)

beberapa kewajiban perwalian berdasarkan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu antara lain:

a. Wali wajib mengurus anak yang berada di bawah kekuasannya dan harta bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama kepercayaan anak itu.

b. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada di bawah kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua perubahan-perubahan harta benda anak tersebut.

c. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada di bawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan kesalahan dan kelalaiannya.

(31)

BAB IV KESIMPULAN

Dari uraian-uraian tersebut di atas, maka pada prinsipnya terdapat perbedaan pengaturan tentang perwalian menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan Kitab Udang-Undang Hukum Perdata. Perbedaan tersebut yaitu :

- Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, anak-anak yang menerima perwalian adalah anak-anak yang belum berumur 21 tahun atau belum kawin sebelumnya (pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

- Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974, anak-anak yang menerima perwalian adalah anak-anak yang belum mecapai umur 18 tahun atau belum kawin (pasal 50 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1974).

Dalam hal pengangkatan wali, di dalam KitabUndang-Undang Hukum Perdata ada tiga jenis perwalian, yaitu:

1. Perwalian dari suami atau isteri yang hidup lebih lama (pasal 345-354 KUH Perdata).

2. Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan wasiat atau akta tersendiri (pasal 355 ayat (1) KUH Perdata).

3. Perwalian yang diangkat oleh hakim (pasal 359 KUH Perdata).

(32)

yang menjalankan kekuasaan sebagai orang tua sebelum ia meninggal dengan surat wasiat atau dengan lisan dihadapan dua orang saksi (pasal 51 ayat (1) UU No.1 tahun 1974).

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kamil Fauzan, 2008, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Prawirohmijoyo Soetojo R, Safioedin Azis, 1986, Hukum Orang dan Keluarga, Cetakan V, Penerbit Alumni, Bandung.

Subekti R, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cetakan Ketigapuluh Satu, Penerbit Intermasa, Jakarta.

Subekti R, Tjitrosudibjo, 1992, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cetakan XXV, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya, pengakuan anak bisa dilakukan baik oleh ibu maupun bapak, tetapi karena berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Dari semua ordo dalam kelas Polypodiophyta, ordo Polypodiales mempunyai bentuk dan susunan sori yang sangat beragam seperti berbentuk garis pada tepi daun,

[r]

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga tersebut, Polres Semarang sebagai penegak hukum di Kabupaten

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS sebagai alternative tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dianalisis tentang faktor gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap komitmen tenaga kerja UMKM

Dalam penelitian ini, pengkategorian otomatis artikel ilmiah dilakukan dengan menggunakan kernel graph yang diterapkan pada graph bipartite antara dokumen artikel

Untuk memperoleh data tentang pengembangan pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur’an siswa di sekolah Menengah Pertama