• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. MORFOLOGI. STROBILUS, SINANGIUM dan SORUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2. MORFOLOGI. STROBILUS, SINANGIUM dan SORUS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB 2. MORFOLOGI

STROBILUS, SINANGIUM dan SORUS

Pteridoflora merupakan golongan tumbuhan tingkat rendah yang memproduksi spora tetapi sudah mempunyai berkas pengangkut sederhana. Janie-jenis Pteridoflora pada umumnya digolongkan ke dalam suatu famili berdasarkan karatkeristik sorus dan sporanya. Oleh karena itu, walaupun suatu jenis iberbeda mempunyai karakter veegaif yang hampir sama, namun apabila posisi dan bentuk sorus maupun karakterisitik sporanya berbeda, maka digologkan dalam kelompok yang berbeda.

2.1. Klasifikasi umum Pteridoflora

Secara umum Pteridofolora tergolong menjadi 3 kelompok, yaitu sebagai berikut :

a. Lycopod

Kelompok ini meliputi jenis-jenis yangh tergolong ke dalam Divisi Lypopodiophyta. Karakteristik dari kelompok ini adalah mempunyai daun yang berukuran kecil atau mikrofil, yang merupan daun dengan tulang daun tunggal. Sebagian besar anggota paku ini merupakan paku purba yang saat ini sudah jarang dijumpai. Divisi Lycopodiophyta atau Lycophyta hanya meliputi 1 kelas, Lycopodiopsida dengan ordo Lycopodiales, Isoetales dan Sellaginellales. Paku lycopod juga mempunyai kharakteristik dengan menghasilkan strobilus, yaitu suatu truktur yang menyerupai kon yang tersusun dari sporofil dan pada umumnya berada pada bagian ujung cabang atau batang.

b. Eusporangiate

Jenis-jenis paku yang tergolong kelompok Eusporangiate merupakan jenis dengan sporangia yang terbentuk dari beberapa sel epidermis sehingga sporangium berukuran besar. Pada umumya jenis-jenis kelompok ini juga mempunyai sistem perakaran yang mereduksi dan sporangia memproduksi spora dalam jumlah besar (bisa mencapai 7.000 spora per sporangium pada Christensenia). Anggota kelompok ini termasuk dalam Divisi Pteridophyta dengan 3 kelas yaitu Psilotopsida (Ordo Psilotales dan Ophioglosalles),

(2)

8

Marattiopsida (Ordo Marattiales) yang menghasilkan synangium dan Equisetopsida (Ordo Equisetales) yang menghasilkan strobilus.

c. Leptosporangiate

Jenis-jenis paku yang tergolong kelompok Leptosporangiate merupakan jenis dengan sporangia yang terbentuk dari satu sel epidermis. Anggota kelompok ini termasuk dalam Divisi Pteridophyta atau Polypodiophyta dengan kelas Polypodiopsida (Pteridopsida atau Filicopsida), dengan ordo Osmundales, Hymenophyllales, Gleicheniales, Schizaeales, Salviniales, Cyatheales, dan Polypodiales. Pada umumnya jenis yang tergolong kelompok ini sporanya terdapat di dalam kotak spora yang disebut sporangium (jamak sporangia). Kumpulan sporangia akan membentuk sorus (jamak sori). Sumber : Tjitrospepomo, 1991; Sofiyanti et al. 2015

Penjelasan berikut ini akan membahas lebih lanjut mengenai strobilus, synangium, dan sorus. Sedangkan spora akan di bahas pada bab selanjutnya.

2.2. Strobilus

Pada tumbuhan paku, strobilus (jamak strobili) dijumpai pada paku Lycopod dan sebagian paku eusporangiate seperti pada kelas Equisetopsida. Organ pada sisi lateral Strobilus adalah mikrofil yang mendukung sporangia yang tersusun rapat dan membentuk struktur cone-like. Gambar 4.1. menunjukan contoh tumbuhan paku yang mempunyai strobilus.

Gambar 2.1. Tumbuhan paku yang memproduksi strobilus. Dari kiri ke kanan : Lycopodiella cernua, strobilus Ly. cernua, Selaginella sp., Equisetum sp.

(3)

9

2.3. Sinangium

Sinangium disebut juga sporokarpium. Synangium (jamak synangia) merupakan sporangia yang bergabung menjadi satu struktur dan dibungkus oleh daun buah atau karpelum. Sehingga sinangium sering disebut dengan sporokarpium. Jenis paku yang mempunyai syangium adalah dari kelas Psilotopsia dan Marratiopsida. Synangium pada Psilotopsida seperti genus

Psilotum terdapat pada sisi lateral batang. Sinangium ini mempunyai dinding tebal karena tersusun 3 – 4 lapisan. Lapisan terluar adalah epidermis sedangkan lapisan paling dalam membatasi 3 ruang atau lokus. Gambar 4.2. menunjukan synangium pada Psilotum.

Pada kelas Marratiales, sinangium pada umumnya berada di sepanjang tepi permukaan bawah daun. Pada bagian tengah sinangium mempunyai celah seperti dijumpai pada anggota

Ptisana dan Marattia.

Gambar 2.2. Sinangium Psilotum nudum (kiri) (ditandai dengan tanda panah) dan anatominya (kanan) (Ilustrasi Nery Sofiyanti)

(4)

10

Gambar 2.3. Sinangium Ptisana sp. (kiri), Anatomi sinangium

Marattia sp. (Kanan) (Ilustrasi Nery Sofiyanti) 2.4. Sorus

Sorus merupakan kumpulan sporangia yang dijumpai pada tumbuhan paku Divisi Pteridophyta kelas Polypodiophyta. Bentuk dan susunan sorus sangat penting dalam identifikasi dan klasifikasi tumbuhan paku. Pada umumnya sorus ditemukan pada bagian tepi daun atau permukaan bawah daun. Di dalam sorus terdapat banyak sporangia, dan setiap sporangium mengandung spora. dihasilkan oleh tumbuhan paku dewasa. Spora pada tumbuhan paku dimorfik, hanya dihasilkan oleh daun fertile (sporofil) saja, sedangkan pada tumbuhan paku monomorfik pada saat dewasa akan menghasilkan spora.

Tumbuhan paku yang membentuk sorus adalah anggota dari ordo Osmundales, Hymenophyllales, Gleicheniales, Schizaeales, Salviniales, Cyatheales, dan Polypodiales. Berikut ini kharakteristik sorus pada masing masing ordo.

a. Osmundales

Anggota ordo ini pada umumnya merupakan paku dimorfik yang membentuk daun steril dan daun fertil. Daun fertil mendukung sporangia yang besar dan telanjang. (Gambar 3.4.a.)

b. Hymenophyllales

Sporangia berada pada sepanjang tepi daun membentuk sori yang berbentuk lonjong. Kadang kadang diselubungi indusium sejati ataupun indusium palsu (Gambar 3.4.b).

(5)

11

Gambar 2. 4. Morfologi sorus pada Osmunda sp. (kiri) (ilustrasi Nery Sofiyanti)dan Hymenophyllum sp. (kanan) (Waltson & Dallwitz 2017)

c. Gleicheniales

Pada ordo ini karakteristiknya adalah percabangan pada batang yang dikotom (bercabang 2) sedangkan untuk sori tersusun disepanjang anak tulang daun dan berbentuk bulat tanpa indusium. Gambar 2.5.a dan b menyajikan habitus

Dicraopteris linearis dan susunan sorinya. d. Schizaeales

Anggota ordo ini pada umumnya merupakan paku dimorfik yang mempunyai daun fertile dan daun steril. Sori tersusun pada daun fertile yang berada pada ujung daun seperti yang dijumpai pada anggota Lygodium dan Schizaea. Gambar 2.5 c dan d merupakan morfologi daun fertil Lycodium microphylum dan Schizaea dicotoma.

e. Salviniales

Anggotanya merupakan paku air yang bersifat heterospora, karena memproduksi mikrospora dan megaspora di dalam sporokarp yang merupakan sori yang termodifikasi dan dilindungi oleh indusium. Contoh jenis dari ordo ini adalah

(6)

12

f. Cyatheales

Anggota ordo ini merupakan paku pohon yang dapat mencapai 10 m. Sori tersusun di sepanjang anak tulang daun dan berbentuk bulat. Anggota ordo ini seperti Cyathea dan

Schizocaena (Gambar 2.5.f dan g.) g. Polypodiales

Dari semua ordo dalam kelas Polypodiophyta, ordo Polypodiales mempunyai bentuk dan susunan sori yang sangat beragam seperti berbentuk garis pada tepi daun, sepanjang tulang daun maupun dikanan kiri tulang daun pada permukaan bawah, berbentuk bulat, ginjal, cawan dan lain sebagainya.

(sumber : Piggot, 1996; Sofiyanti et al. 2015a dan b; 2016: 2017;

(7)

13

Gambar 2.5. Morfologi sori berbagai jenis paku. a. Dicranopteris linearis (habitus) dan b. susunan sorinya, c. Morfologi sporangium pada daun fertil Schizaea dicothoma, d. Daun fertil Lygodium microphylum , e. Salvinia sp., e. Sori Cyathea Latebrosa, f. Sori

Schizocaena molucana (sumber : Sofiyanti et al. 2015 dan dokumen pribadi)

a

d

c

c

f

e

b

(8)

14

Polypodiales (lanjutan)

Berikut ini contoh dari karakteristik sori beberapa genera dalam ordo Polypodiales yang umum dijumpai

 Stenochlaena : sori berada pada daun fertile yang bersifat akrostikoid (menyelubungi seluruh permukaan ventral daun yang berbentuk linear.

 Davallia : sori tersusun pada lekukan anak daun yang dilindugi indusium berbentuk cawan

 Nephrolepis : sori berbentuk bulat disepanjang kanan kiri tulang anak daun

 Acrostichum : sori tersusun rapat pada seluruh permukaan bawah daun. Daun fertil berada pada bagian ujung batang.

 Blechnum : sori tersusun disepanjang tulang daun pada permukaan bawah daun, berbentuk garis

 Adiantum : sori berada pada bagian tepi daunberbentuk ginjal

 Asplenium : sori berbentuk garis tersusun di kanan kiri tulang daun tersusun menyirip.

 Vitaria : sori berbentuk garis disepanjang tepi daun pada permukaan bawah, dilindungi oleh tepi daun yang melengkung ke arah tulang daun

 Taenitis : sori berbentuk garis di kanan kiri tulang anak daun, berada diantara tulang anak daun dan tepi daun

 Pteris : sori berbentuk garis pada umumnya di sepanjang tepi tanpa indusium

Contoh jenis dari masing-masing genus di atas disajikan pada gambar 2.6.

(9)

15

Gambar 2.6. Variasi morfologi dan posisi sori pada anggota ordo Polypodiales. Dari kiri ke kanan (atas) Stenochlaena palustris, Davallia denticulata, Nephrolepis hirsutula, Acrostichum aureum,

(Tengah) Blechnum finlaysonianum, Adiantum sp., Pronephrium mersinicarpon, (bawah) Asplenium sp., Aspelnium nidus, Vittaria lanceolata, Taenitis belchnoides, Pteris vitata.

Gambar

Gambar 2.1. Tumbuhan paku yang memproduksi strobilus. Dari kiri  ke kanan :  Lycopodiella cernua, strobilus Ly
Gambar  2.2.  Sinangium  Psilotum  nudum   (kiri)  (ditandai  dengan  tanda panah) dan anatominya (kanan) (Ilustrasi Nery Sofiyanti)
Gambar  2.3.  Sinangium  Ptisana   sp.  (kiri),  Anatomi  sinangium
Gambar  2.  4.  Morfologi  sorus  pada  Osmunda   sp.  (kiri)  (ilustrasi  Nery Sofiyanti)dan  Hymenophyllum  sp
+3

Referensi

Dokumen terkait

memotivasi karyawannya baik itu dalam melaksanakan tugas ataupun ketika ibu Felice melihat bawahannya sedang tidak bersemangat motivasi diberikan secara langsung,

Dyspepsia Dyspepsia "o1turnal "o1turnal pain  pain o1aliBed o1aliBed epi&astri1  epi&astri1   %urnin&  %urnin& etter etter ith <ood

Kepala seksi Perdata dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri Jantho, Evan Munandar menyebutkan kewenangan jaksa sebagai pihak yang berwenang membatalkan

Adapun bentuk pertanggung jawaban kasir (teller) adalah tanggung jawab secara perdata yang diwujudkan dalam sejumlah uang yaitu kasir (teller) wajib dan

PREVALENSI INFEKSI SALURAN REPRODUKSI PADA WANITA PENJAJA SEKS DI TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU INDONESIA, 2005.i. LAPORAN HASIL PENELITIAN PREVALENSI INFEKSI SALURAN

Terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk atau disayat, dan pasien dapat menunjukan secara tepat

Petugas menia'kan alatalat ang su%a, %isterilisasi untuk  melakukan tin%akan be%a, minor aitu 'enabutan gigi sulung %an gigi teta' baik %engan anastesi loal