• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis – Jenis Lumut Hati Berdaun Di Hutan Lindung Simancik I (Tahura Bukit Barisan) Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jenis – Jenis Lumut Hati Berdaun Di Hutan Lindung Simancik I (Tahura Bukit Barisan) Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Chapter III V"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di lapangan pada bulan April dan Agustus 2016 di Kawasan Hutan Lindung Simancik I Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Sumatra Utara dan untuk identifikasi di lakukan pada bulan April 2016 sampai Januari 2017 di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2. Deskripsi Area 3.2.1. Letak dan Luas

Secara administratif kawasan Hutan Lindung Simancik I terletak di Desa Rambai, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada garis median 098°38’58,4’’BT

dan 03°05’04,3’’LU, dengan ketinggian 250-1100 m dpl. Luas wilayah kawasan Hutan Lindung Simancik I seluas 9.800 Ha (peta lokasi penelitian pada lampiran 1). Kawasan Hutan Lindung Simancik I merupakan bagian kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat Seluas 13.000 Ha, Kabupaten Deli Serdang seluas 17.150 Ha, Kabupaten Simalungun 1.645 Ha dan Kabupaten Karo seluas 19.805 Ha (Dinas Kehutanan Prov. Sumatera Utara, 2006).

3.2.2. Topografi dan Iklim

(2)

Ferguson termasuk ke dalam klasifikasi tipe B. Suhu udara minimum 13°C dan maksimum 29°C dengan kelembaban rata-rata berkisar 80-90%.

3.2.3. Vegetasi

Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum ditemukan antara lain Pinus merkusii, Altingia exelsa, Podocarpus imbricatus, Dipterocarpaceae, Moraceae, Toona sureni, Casuarinas sp, Eucalyptus sp, Cupresus sp, Agathis sp, Arecaceae, Melastomataceae, dan Lauraceae.

3.3. Pelaksanaan Penelitian 3.3.1. Di Lapangan

Pengkoleksian tumbuhan lumut dilakukan dengan menggunakan metode survei yaitu dengan melakukan penjelajahan di sepanjang jalur penelitian serta di sepanjang jalur yang memungkinkan untuk dilakukan penjelajahan. Semua jenis lumut hati berdaun yang ditemukan, dicatat karakter penting meliputi substrat atau tempat tumbuh, serta warna. Semua spesimen yang diperoleh difoto, kemudian dikoleksi dengan menggunakan pisau atau alat pencongkel. Pengambilan spesimen lumut diusahakan selengkap mungkin. Semua spesimen yang diperoleh dimasukkan ke dalam amplop spesimen secara terpisah. Setiap amplop diberi nomor koleksi. Dilakukan pengukuran faktor fisik kimia, meliputi pengukuran titik koordinat dengan menggunakan GPS (Global PositioningSystem), altimeter untuk ketinggian tempat, suhu udara dengan termometer, kelembaban udara dengan higrometer, intensitas cahaya dengan luxmeter, dan pH tanah dengan soil tester. Foto pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada (Lampiran 2).

3.3.2. Di Laboratorium

a. Pembuatan Spesimen Herbarium

(3)

b. Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi dilakukan menggunakan beberapa buku acuan dan beberapa publikasi tentang lumut hati berdaun di Asia antara lain:

a) A Revision of Japanese Lejeuneaceae. The journal of the Hattori Botanical Laboratory (Mizutani, M., 1961)

b) The Genus Plagiochilla (Dum.) Dum. In Southeast Asia (Inoue, H., 1984) c) Systematic Botany Monographs (So, M.L., 2001)

d) Guideto the Bryophyte of Tropical Amerika, Vol 86 (Gradstein, S.R., Churchill, S.P., Salazar-Allen, N., 2001)

e) Bryophyte Flora of the Huon Peninsula, Papua New Guinea. LXVIII. Lejeuneaceae Subfamili Ptychantideae (Hepaticae) (Gradstein, S.R., Lan, He, X., Pippo, S., and Mizutani, M., 2002)

f) Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Volume 1 (Hasan & Ariyanti, 2004)

g) Guide to the Liverwort and Hornworts of Java (Gradstein, S.R., 2011) Pengamatan morfologi dilakukan dengan cara mengambil potongan spesimen lumut secukupnya. Selanjutnya potongan tersebut direndam dalam air, pada bagian pangkalnya dijepit dengan pinset runcing, lalu diambil satu helai daunnya. Daun diletakkan di atas gelas preparat, ditutup dengan gelas penutup, dan diamati dibawah mikroskop. Karakteristik penting yang diamati antara lain: tinggi, lebar, lobus (bentuk, tepi, ujung, pangkal, margin, sel), lobulus (bentuk, tepi, ujung, pangkal, margin, sel) dan perhiasan (perianth).

c. Deskripsi Jenis

(4)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis-Jenis Lumut Hati Berdaun

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui sebanyak 22 jenis lumut hati berdaun yang termasuk ke dalam 12 marga dan 6 suku yaitu: Frullaniaceae (1 jenis), Lejeuneaceae (11 jenis), Lepidoziaceae (2 jenis), Lophocoleaceae (2 jenis), Plagiochillaceae (4 jenis), dan Radullaceae (2 jenis) (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis-Jenis Lumut Hati Berdaun di Hutan Lindung Simancik I (TAHURA Bukit Barisan)

No Suku Jenis Substrat

1. Frullaniaceae Frullania apiculata Batang pohon 2. Lejeuneaceae Lejeunea rotundistipula Batang pohon 3. Archilejeunea planiuscula Batang pohon 4. Dendrolejeunea fruticosa Batang pohon 5. Lopholejeunea acutifolia Batang pohon

6. Lopholejeunea eulopha Batang pohon dan kayu lapuk

7. Lopholejeunea nigricans Batang pohon

8. Lopholejeunea subfusca Batang pohon

9. Mastigolejeunea replata Batang pohon

10. Mastigolejeunea virens Batang pohon

11. Ptychantus striatus Batang pohon

12. Thysananthus spathulistipus Batang pohon 13. Lepidoziaceae Bazzania japonica Batang pohon

14. Bazzania vittata Batang pohon dan

ranting pohon

15. Lophocoleaceae Heteroscyphus argutus Batang pohon dan kayu lapuk

16. Heteroscyphus coalitus Batang pohon dan kayu lapuk

17. Plagiochilaceae Plagiochila gracilis Batang pohon dan ranting pohon 18. Plagiochila teysmannii Ranting pohon 19. Plagiochila spathulifolia Ranting pohon 20. Pedinophyllum interruptum Batang pohon dan

ranting pohon

21. Radulaceae Radula javanica Batang pohon dan kayu lapuk

(5)

Jumlah jenis yang diperoleh di lokasi penelitian tergolong rendah dibandingkan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di Hutan Sibayak Sumatera Utara oleh Siregar (2015), yaitu ditemukan sebanyak 163 jenis lumut hati yang termasuk ke dalam 53 marga dan 22 suku. Banyaknya jumlah jenis yang diperoleh di Hutan Sibayak disebabkan karena kawasan Hutan Sibayak memiliki kisaran persebaran lumut yang luas yaitu dari sub pegunungan hingga pegunungan bawah dengan ketinggian berkisar 870-2000 m dpl. Sedangkan di kawasan Hutan Lindung Simancik I merupakan kawasan hutan pegunungan bawah dengan ketinggian ± 600 m dpl. Selain itu, hal yang menyebabkan jumlah jenis sedikit ditemukan karena adanya perbedaan intensitas pengkoleksian, dan perbedaan faktor biotik dan abiotik di masing-masing daerah. Gradstein et al., (2003), menyatakan bahwa ada beberapa kemungkinan yang mempengaruhi jumlah jenis yang diperoleh, diantaranya adalah faktor ekologi, jumlah pengkoleksian, lamanya waktu pengkoleksian dan jumlah ahli yang terlibat.

Lumut hati berdaun suku Lejeuneaceae lebih banyak ditemukan pada penelitian ini dari pada suku-suku lainnya. Lejeuneaceae merupakan suku terbesar pada kelompok lumut hati berdaun di kawasan tropis, diperkirakan ada sekitar 90 marga dan lebih dari 1600 jenis. Suku ini termasuk suku yang paling banyak ditemukan di hutan pegunungan (Gradstein et al., 2001; Gradstein & Culmsee, 2010). Sebanyak 160 jenis anggota Lejeuneaceae dilaporkan ada di Jawa (Söderström et al., 2010; Gradstein, 2011) dan 49 jenis di Sumatera Utara (Siregar et al., 2014).

Jenis dari suku Lejeuneaceae di Hutan Lindung Simancik I, ditemukan 7 marga dan dua subsuku yaitu Lejeuneoideae dan Ptychanthoideae. Pada subsuku Lejeuneoideae diperoleh 1 jenis lumut hati berdaun yang memiliki ciri yaitu daun ventral (underleave) yang terbagi atau bifid dan terkadang memiliki sel ocelli, sedangkan pada subsuku Ptychanthoideae diperoleh 10 jenis lumut hati berdaun yang memiliki ciri yaitu daun ventral (underleave) yang tidak terbagi dan tidak memiliki sel ocelli.

(6)

suhu, kelembaban, dan pencahayaan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan lumut (Friedel et al., 2006; Ariyanti et al., 2008; Sporn et al., 2009). Tumbuhan lumut tumbuh optimum pada suhu rata-rata 10-30˚C (Uno et al., 2001). Pada umumnya lumut memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhannya, kelembabannya berkisar antara 70-98%. Ketinggian tempat juga mempengaruhi jumlah lumut yang ditemukan. Peningkatan elevasi akan menyebabkan penurunan suhu lingkungan, khususnya kelembaban udara dan arah angin (Whitmore, 1984). Seiring kenaikan elevasi 100 m akan menyebabkan penurunan suhu 0,4-0,7˚C (Enroth, 1990; Glime, 2007).

Selain faktor fisik kimia, pertumbuhan lumut juga didukung oleh substrat lumut itu sendiri. Jenis-jenis lumut hati berdaun yang ditemukan, hidup di beberapa jenis substrat yaitu di batang pohon, ranting pohon dan kayu lapuk. Hampir keseluruhan lumut yang ditemukan substratnya dominan di batang pohon. Secara umum lumut epifit tumbuh pada permukaan batang pohon (corticolous) dan ranting pohon (ramicolous) (Gradstein & Pocs, 1989; Gonzalez-Mancebo et al., 2004).

Lumut hati dari suku Lejeuneaceae sebagian besar ditemukan di batang pohon bagian bawah. Batang pohon bagian bawah memiliki kelembaban udara lebih tinggi jika dibandingkan pada batang pohon bagian atas (Sporn et al. 2010). Sementara itu, intensitas cahaya lebih rendah pada bagian pangkal pohon dibandingkan dengan bagian tajuk (DeOliveira et al. 2009; Sporn et al. 2010) sehingga lumut Lejeuneaceae banyak dijumpai di batang pohon bagian bawah.

(7)

4.2. Kunci Identifikasi Jenis-Jenis Lumut Hati Berdaun Di Hutan Simancik I b. Tumbuhan hijau muda hingga hijau tua. Lobulus

menempel pada daun lateral... 5 5. a. Daun lateral tidak memiliki lobulus. Terdapat

cabang yang berbentuk flagel pada sisi ventral....

Lepidoziaceae

1. a. Ujung daun dengan 6 gigi pendek... 15. Heteroscyphus argutus b. Ujung daun dengan 2 gigi yang lebih panjang... 16. Heteroscyphus coalitus

Radulaceae

1. a. Ujung lobulus runcing, ukuran lobulus 1/3 panjang lobus. Sel lobus dengan trigone yang

kecil berbentuk segitiga... 21. Radula javanica b. Ujung lobulus meruncing, ukuran lobulus 1/2

panjang lobus. Sel lobus dengan trigone yang

besar berbentuk triradiate... 22. Radula retroflexa

Lepidoziaceae

1. a. Daun lateral berbentuk lanset, tanpa vittae... 13. Bazzania japonica b. Daun lateral berbentuk oblong, dengan vittae... 14. Bazzania vittata

Plagiochilaceae

1. a. Susunan daun lateral berjarak, ujung daun bergigi 2...

20. Pedinophyllum interruptum b. Susunan daun lateral berdekatan/rapat, ujung

(8)

2. a. Tepi daun ventral rata, ujung daun bergigi b. Percabangan tidak teratur... 4 3. a. Daun ventral bergerigi, dengan vittae, cabang

tipe-lejeunea, perianth dengan 3 keel...

4. Dendrolejeunea fruticosa b. Daun ventral rata, tanpa vittae, cabang

tipe-frullania, perianth dengan 10 keel... 11. Ptychantus striatus 4. a. Daun ventral bergerigi berbentuk

Perianth rata dengan 1-2 inovasi... 7 b. Tumbuhan berwarna hijau kecokelatan hingga

hitam. Perianth bergigi tanpa inovasi... 8 7. a. Ujung lobus membulat. Panjang gigi lobulus 4

sel...

10. Mastigolejeunea virens b. Ujung lobus meruncing. Panjang gigi lobulus 1-2

(9)

4.3. Deskripsi Jenis-Jenis Lumut Hati Berdaun Berdasarkan Karakter-Karakter Data Kuantitatif dan Kualitatif (Urutan Berdasarkan Abjad Suku).

1). Frullania apiculata (Reinw. et al) Dum.

Perawakan tumbuhan kokoh, berwarna merah keunguan hingga hitam. Panjang tumbuhan 0,6-2,4 cm dan lebar 0,3-0,7 mm. Susunan daun lateral berdekatan; lobus berbentuk bulat telur, ujung meruncing, tepi rata, sel lobus berbentuk isodiametris; lobulus bebas dari lobus, berbentuk seperti kantung atau telinga; daun ventral berbentuk bulat telur, tepi rata, ujung berbagi dengan sinus 1/4-1/2 panjang daun ventral, ujung lembaran daun ventral runcing.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 31

Distribusi : Sumatera, Jawa, Sulawesi (Hasan & Ariyanti, 2004)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 470 m dpl, kelembaban 72% dan Suhu 28°C

Gambar 1. Frullania apiculata a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. lobulus d. daun ventral

a b

(10)

2). Lejeunea rotundistipula (Steph.) Hatt.

Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau kekuningan dalam keadaan basah dan hijau kecokelatan pada saat kering. Panjang tumbuhan 0,8-1,2 cm, lebar 0,4-0,6 mm. Susunan daun lateral berjauhan; lobus berbentuk bulat telur, panjang 0,2-0,4 mm, lebar 0,2-0,3 mm, tepi rata, ujung membulat; sel lobus berbentuk segi enam, dinding sel tipis, berwarna hijau muda; lobulus kecil, berbentuk bulat telur; memiliki daun ventral yang berbentuk lonjong, membelah pada kurang lebih setengah dari pada panjang daun ventral keseluruhan.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 91

Distribusi : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Jepang, Korea (Mizutani, M. 2002)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 394-579 m dpl, kelembaban 57-71% dan Suhu 25-28°C

Gambar 2. Lejeunea rotundistipula a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. daun ventral c. sel daun (perbesaran 10x10).

20 µm 5 µm

a a

b

(11)

3). Archilejeunea planiuscula (Mitt.) Steph.

Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau dalam keadaan basah dan hijau kecokelatan dalam keadaan kering. Panjang tumbuhan 1-2 cm, lebar 0,5-1,2 mm; susunan daun lateral berdekatan; lobus berbentuk bulat telur hingga lonjong, panjang 0,3-1,1 mm, lebar 0,3-0,6 mm, tepi rata, ujung membulat atau tumpul; sel di bagian tepi dan tengah daun berbentuk isodiametris, ukuran sel di bagian tengah lebih besar dari pada sel di bagian tepi, dinding sel tebal, warna hijau kecoklatan; lobulus menyatu dengan lobus melalui 2 buah sel, panjang lobulus 1/6-1/3 dari panjang lobus; memiliki daun ventral, tersusun berdekatan, berbentuk bulat telur hingga oblong, ujung membulat; Anteridium terletak pada ujung cabang, terdiri atas 5-15 pasang. Perianth berasal dari cabang yang pendek, lipatan membentuk alur yang berjumlah 4-6 alur.

Spesimen yang diperiksa :W. Rahmi 02, 03, 04

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Irian Barat, Papua Nugini (Gradstein et al., 2002)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 557-592 m dpl, kelembaban 48-58% dan suhu 27-28°C

a b c

(12)

Gambar 3.Archilejeunea planiuscula a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. lobus c. daun ventral d. Anteridium e. Perianth f. sel daun (perbesaran 10x10)

4). Dendrolejeunea fruticosa (Lindenb. & Gottsche) Lacout.

Perawakan tumbuhan kokoh, berwarna hijau dan hijau cokelat tua pada saat kering. Panjang tumbuhan 3,0-9,0 cm, lebar 2,0-3,4 mm. Susunan daun lateral berdekatan; lobus berbentuk persegi panjang dengan ujung membulat (oblong)/berbentuk bulat telur, panjang 1,0-2,0 mm, lebar 0,8-1,2 mm, tepi bergerigi, ujung runcing dan bergerigi, terdapat vittae dari bagian dasar hingga ke ujung; sel di bagian tepi dan tengah berbentuk persegi empat yang panjang, ukuran sel di tengah lebih besar dibandingkan dengan sel di bagian tepi, dinding sel tipis, warna kuning kecokelatan; lobulus berukuran kecil, dengan ukuran 1/10 panjang lobus, berbentuk bulat telur, ada/tidak ada gerigi; memiliki daun ventral berbentuk bulat telur, sekitar tiga kali lebar dari batang, ujung bergerigi, tepi bergerigi namun di bagian lateral rata, garis sisipan sedikit berliku, dioicous, anteridium disisipkan dari pangkal percabangan dengan pelindung 5-25 pasang. Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 24, 103, 107, 112, 125, 127, 152, 153 Distribusi : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Papua Nugini, Irian

Barat, Malaysia (Gradstein et al., 2002)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 477-492 m dpl, kelembaban 70-80% dan Suhu 27-29°C

a b c

(13)

Gambar 4.Dendrolejeunea fruticosa a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. lobus d. daun ventral e. anteridium f. sel daun (perbesaran 10x10).

5). Lopholejeunea acutifolia Mizzut & Piippo.

Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau tua dalam keadaan basah dan kehitam-hitaman disaat kering, lebar tumbuhan 1,0-1,5 mm. Susunan daun lateral berdekatan. Lobus membulat telur hingga oblong; panjang 0,5-0,6 mm, tepi rata, ujung runcing; sel di bagian tepi dan tengah berbentuk persegi hingga persegi enam, ukuran sel di bagian tengah lebih besar daripada sel dibagian tepi, dinding sel tebal, warna hijau kecokelatan. Lobulus kecil, berbentuk bulat telur, tepi bebas melekuk ke dalam, lobulus menyatu dengan lobus melalui 3 buah sel, panjang lobulus 2/5 dari panjang lobus; meliliki daun ventral, daun ventral tersusun berjarak, bentuk oblong, ujung membulat, tepi rata.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 14

Distribusi : Sumatera, Jawa, Papua Nugini (Gradstein et al., 2002)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pada ketinggian 557 m dpl, kelembaban 64% dan Suhu 28°C

Gambar 5. Lopholejeunea acutifoliaa. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. lobul d. daun ventral e. sel daun (perbesaran 10x10).

a b c

(14)

6). Lopholejeunea eulopha (Taylor) Schiffn.

Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau muda hingga hijau kehitaman dalam keadaan basah dan hijau kecokelatan pada saat kering. Panjang tumbuhan 3,0-5,0 cm, lebar 0,5-1,0 mm. Susunan daun lateral tumpang tindih; lobus berbentuk bulat telur, panjang 0,4-0,7 mm, lebar 0,2-0,5 mm, tepi rata, ujung membulat; sel di bagian tepi dan tengah berbentuk bulat, ukuran sel di tengah lebih besar dibandingkan dengan sel di bagian tepi, dinding sel tipis, warna kuning kecokelatan; lobulus kecil, berbentuk bulat telur, tepi bebas melekuk ke dalam, lobulus menyatu dengan lobus melalui 1 buah sel, panjang lobulus 2/5 dari panjang lobus; memiliki daun ventral, daun ventral berukuran besar, tersusun berdekatan/tumpang tindih, berbentuk ginjal, ujung membulat, tepi rata.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 07, 17, 18, 27, 30

Distribusi : Indonesia, Philippina, Thailand, Sri Lanka, India, Indo China, Jepang, Australia, Tropis Afrika, Tropis Amerika (Gradstein et al., 2002; Kornochalert et al., 2012).

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon dan kayu lapuk pada ketinggian 447-577 m dpl, kelembaban 50-75% dan Suhu 27-29°C

a b c

(15)

Gambar 6. Lopholejeunea eulopha a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. lobus d. daun ventral e. sel daun (perbesaran 10x10).

7). Lopholejeunea nigricans (Lindenberg) Schiffn.

Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau tua hingga hijau kehitaman dalam keadaan basah dan cokelat kehitaman pada saat kering. Panjang tumbuhan 2,8-3,6 cm, lebar 0,3-0,5 mm. Susunan daun lateral tumpang tindih; lobus berbentuk bulat telur, panjang 0,2-0,5 mm, lebar 0,2-0,3 mm, tepi rata, ujung membulat; sel di bagian tepi dan tengah berbentuk persegi enam, ukuran sel di tengah lebih besar dibandingkan dengan sel di bagian tepi, dinding sel tebal, warna cokelat; lobulus besar, berbentuk bulat telur, tepi bebas sedikit melekuk ke dalam, lobulus menyatu dengan lobus melalui 2-3 buah sel, panjang lobulus 1/3 dari panjang lobus; memiliki daun ventral, tersusun berjarak, berbentuk bulat, ujung membulat, tepi rata.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 05, 08, 13, 15

Distribusi : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua Nugini, Malaysia, Australia, Tropis Amerika (Gradstein et al., 2002). Seluruh daerah tropis (Zhu & Gradstein 2005).

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon dan kayu lapuk pada ketinggian 557-579 m dpl, kelembaban 62-78% dan Suhu 28°C

a b c

(16)

Gambar 7. Lopholejeunea nigricans a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. lobus d. daun ventral e. sel daun (perbesaran 10x10).

8). Lopholejeunea subfusca (Ness) Schiffn.

Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau tua dalam keadaan basah. Panjang tumbuhan 1-8 cm, lebar 0,2-0,7 mm; susunan daun lateral berdekatan; lobus cembung, berbentuk bulat telur, panjang 0,2-0,6 mm, lebar 0,2-0,4 mm, tepi rata, ujung membulat; sel di bagian tepi dan tengah daun berbentuk bulat, ukuran sel di bagian tengah lebih besar dari pada sel di bagian tepi, dinding sel tebal, warna kuning kecoklatan; lobulus kecil, menggembung, berbentuk bulat telur, tepi bebas tidak melekuk ke dalam, lobulus menyatu dengan lobus melalui 2-3 buah sel, ujung rompang, panjang lobulus 1/3 lobul; memiliki daun ventral, daun ventral berukuran besar, tersusun berjarak/berjauhan, berbentuk oblong.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 01

Distribusi : Indonesia (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku), Papua Nugini, Malaysia, Singapura, Philippina, Thailand, Vietnam, Sri Lanka, Kamboja, India, Nepal, China, Jepang ; Australia, Afrika, Tropis Amerika (Zhu dan Gradstein 2005).

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 538 m dpl, kelembaban 80% dan suhu 27°C

a b c

(17)

Gambar 8. Lopholejeunea subfusca a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. lobus d. daun ventral e. sel daun (perbesaran 10x10)

9). Mastigolejeunea replata (Tayl.) A. Evans

Perawakan tumbuhan besar, berwarna cokelat kehitaman dalam keadaan kering, panjang tumbuhan 2-5 cm dan lebar 2-3 mm. Susunan daun lateral tumpang tindih, merofit ventral terdiri atas 10-12 sel, lobus berbentuk oblong, ujung runcing hingga meruncing, tepi rata dan sedikit melengkung, trigone besar berbentuk hati. Lobulus kecil, 1/4-1/3 dari panjang lobus, berbentuk bulat telur, lobulus menyatu dengan lobus melalui 1-2 buah sel. Daun ventral memiliki ukuran 3x lebar batang, tersusun berdekatan, bentuk sedikit bulat lonjong.

Spesimen yang diperiksa: W. Rahmi 09, 10, 11

Distribusi : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua Nugini, Irian Barat, Kepulauan Salomon, (Gradstein et al., 2002). Malaysia (Grolle & Pippo, 1984).

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 579 m dpl, kelembaban 57% dan Suhu 28°C

Gambar 9. Mastigolejeunea replata a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. daun ventral d. sel daun (perbesaran 10x10).

a b

(18)

10). Mastigolejeunea virens (Angstr.) Steph.

Perawakan tumbuhan besar, berwarna cokelat kehitaman dalam keadaan kering, panjang tumbuhan 2-5 cm dan lebar 2-3 mm. Susunan daun lateral tumpang tindih: lobus bulat telur hingga lonjong, tepi rata, ujung bulat hingga tumpul; sel-sel lobus berdinding tebal, berwarna kuning, trigone berbentuk hati. Lobulus berbentuk bulat telur, lobulus menyatu dengan lobus melalui 3-5 buah sel. Daun ventral tumpang tindih, berbentuk segi empat hingga hampir berbentuk segitiga, tepi rata, ujung hampir membulat.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 09, 10, 11

Distribusi : Sumatera (Siregar et al., 2014) Jawa, Kalimantan, Maluku, Filipina, Semenanjung Malaysia,

Thailand, Sri Lanka, Papua Nugini, Australia, Kepulauan Pasifik (Gradstein et al. 2002).

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 579 m dpl, kelembaban 57% dan Suhu 28°C

Gambar 10.Mastigolejeunea virensa. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. lobus c.daun ventral d. sel daun (perbesaran 10x10)

a b

(19)

11). Ptychanthus striatus (Lehm. & Lindenb) Nees.

Perawakan tumbuhan kokoh, berwarna hijau muda hingga hijau kehitaman dalam keadaan basah dan hijau kecokelatan pada saat kering. Panjang tumbuhan 5,0-9,0 cm, lebar 2,0-3,0 mm. Susunan daun lateral tumpang tindih; lobus berbentuk bulat telur, panjang 0,7-0,9 mm, lebar 0,3-0,6 mm, tepi bergerigi, ujung runcing; sel di bagian tepi dan tengah berbentuk persegi empat, ukuran sel di tengah lebih besar dibandingkan dengan sel di bagian tepi, dinding sel tipis, warna kuning kecokelatan; lobulus kecil, berbentuk persegi empat memanjang dengan 1-3 gigi di bagian ujungnya; memiliki daun ventral menyirip, berbentuk bulat telur atau seperti sudip, ujung rata, tepi bergerigi namun di bagian lateral rata. Perianth berasal dari cabang yang pendek, berbentuk bulat telur terbalik dan memanjang dengan lipatan membentuk alur yang berjumlah 8-9 alur.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 26, 29, 31

Distribusi : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Papua Nugini, Malaysia (Gradstein et al., 2002). India, Sri Lanka, Thailand, New Zealand, Afrika (Haerida et al. 2010;

Kornochalert et al. 2012).

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 446-485 m dpl, kelembaban 72-75% dan Suhu 27-28°C

a b c

(20)

Gambar 11. Ptychanthus striatus a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. cabang dengan perianth d. lobul e.daun ventral f. Sel daun (perbesaran 10x10).

12). Thysananthus spathulistipus (Reinwardt, Blume & Ness) Lindenberg. Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau muda hingga hijau tua dalam keadaan basah dan hijau kecokelatan pada saat kering. Panjang tumbuhan 3,0-6,0 cm, lebar 0,6-1,5 mm. Susunan daun lateral berdekatan; lobus berbentuk oblong, panjang 0,3-0,7 mm, lebar 0,2-0,5 mm, tepi rata, ujung membulat; sel di bagian tepi dan tengah berbentuk panjang persegi enam atau (long than wide), ukuran sel di tengah lebih besar dibandingkan dengan sel di bagian tepi, dinding sel tebal, warna hijau kekuningan; lobulus kecil, berbentuk bulat telur, ujung melekuk ke dalam dengan 2 gigi tumpul, panjang lobulus 1/3 dari panjang lobus; memiliki daun ventral, daun ventral berukuran besar, tersusun berdekatan/tumpang tindih, berbentuk spatula, ujung bergerigi.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 09, 10, 11

Distribusi : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua Nugini, Irian Barat, Kepulauan Salomon, Malaysia, Australia (Gradstein et al., 2002)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 579 m dpl, kelembaban 57% dan Suhu 28°C

a b c

(21)

Gambar 12. Thysananthus spathulistipus a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. daun ventral d. lobus e. sel daun (perbesaran 10x10). 13). Bazzania japonica (Sande Lac.) Lindb.

Perawakan tumbuhan berwarna hijau sampai hijau kecokelatan hingga kekuningan pada spesimen; lebar 1,7-4,5 mm. Merofit ventral 10 atau 13 sel. Daun lateral tersusun sangat rapat, berbentuk lanset, panjang 0,6-2,0 mm dan lebar 0,3-0,8 mm; pangkal daun rata, pelekatan rata, salah satu sisi pangkal distal melekat dengan daun ventral, tepi rata, ujung bergigi 3, runcing; sel berbentuk persegi panjang-poligonal, daun tanpa vita, berkloroplas, dinding sangat tebal, permukaan halus, trigon besar. Daun ventral tersusun berdekatan dan/atau rapat, berbentuk persegi, panjang 0,2-0,5 mm dan lebar 0,18-0,4 mm; pangkal daun rata atau ada yang berkuping, pelekatan melengkung, tepi daun bergigi, bagian tengah cembung apabila diamati dari sisi dorsal, ujung rata; sel berbentuk persegi panjang-poligonal, berkloroplas, dinding sangat tebal, permukaan halus, trigon besar. Cabang ventral dengan panjang 6-16 mm; sisik daun berbentuk persegi memanjang, pangkal rata, tepi rata, ujung bergigi 3; sel berbentuk poligonal, berkloroplas, dinding sel sangat tebal, trigon besar.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 57, 76

Distribusi : Sumatera, Japan, Korea, Hongkong, Taiwan, Vietnam, Thailand (Kitagawa, 1967)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 394-454 m dpl, kelembaban 52-71% dan Suhu 25-28°C

Gambar 13. Bazzania japonica a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. daun lateral c. sel daun (perbesaran 10x10).

(22)

14). Bazzania vittata (Lindenb. & Gottsche) Trevis.

Perawakan tumbuhan berwarna hijau kebiruan pada spesimen, lebar 1,0-1,2 mm. Merofit ventral 5 atau 6 sel. Daun lateral tersusun berdekatan, daun berbentuk oblong-bulat telur, panjang 0,4-0,6 cm dan lebar 0,3-0,4 mm; pangkal daun rata, pelekatan rata, melekat dengan daun ventral, tepi rata, ujung bergigi 3, tumpul; sel berbentuk persegi panjang-poligonal, memiliki vita (7-8 baris sel), sel berwarna hijau-kecokelatan, dinding sel tipis di bagian tengah daun dan tebal di bagian tepi daun, permukaan kasar. Daun ventral tersusun berjarak, berbentuk persegi, panjang 0,2-0,3 mm dan lebar 0,15-0,2 mm; pangkal daun rata, pelekatan rata, melekat dengan daun lateral, tepi beringgit, ujung rata; sel berbentuk poligonal panjang, hialin, dinding sel tipis, permukaan kasar, tidak. Cabang ventral dengan panjang 3-4 mm; sisik daun berbentuk persegi, pangkal rata, tepi beringgit, ujung rata; sel berbentuk poligonal, hialin, dinding sel tipis, tanpa trigon.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 51

Distribusi : Sumatera, Kalimantan, Jawa (Schiffner, 1898); Japan, Korea, Hongkong, Taiwan, Vietnam, Thailand (Wang et al., 2011)

Habitat dan Ekologi : Epifit di ranting dan batang pohon pada ketinggian 394 m dpl, kelembaban 71% dan Suhu 25°C

Gambar 14. Bazzania vittata a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. daun lateral c. sel daun (perbesaran 10x10).

(23)

15). Heteroscyphus argutus (Reinw.et.al) Schiffin.

Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau tua dalam keadaan basah. Panjang tumbuhan 1,9-4,6 cm, lebar 0,5-0,8 mm. Susunan daun lateral berdekatan, succubous, lobus berbentuk persegi panjang atau hampir bujur sangkar, tepi rata, dengan beberapa (4-10) gigi-gigi kecil di bagian ujung tepi daun; sel lobus berbentuk segi enam, dinding sel tipis, berwarna hijau kecokelatan; daun ventral bercuping dua kecil dengan helaian cuping memanjang dan berujung runcing.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 21, 24,68, 80

Distribusi : Sumatera, Jawa (Hasan & Ariyanti, 2004)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 477-559 m dpl, kelembaban 69-80% dan Suhu 26-29°C

Gambar 15.Heteroscyphus argutus a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. lobus d. sel daun (perbesaran 10x10).

a b

(24)

16). Heteroscyphus coalitus (Hook.) Schiffn.

Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau kekuningan dalam keadaan basah. Panjang tumbuhan 1,5-5 cm, lebar 0,5-0,8 mm. Susunan daun lateral berdekatan, incubous, lobus berbentuk persegi panjang atau hampir bujur sangkar dengan 2/(0-4) gigi-gigi kecil di bagian ujung tepi daun; sel lobus berbentuk segi enam, dinding sel tipis, berwarna hijau tua; daun ventral bercuping dua kecil dengan helaian cuping memanjang dan berujung runcing.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 22, 40, 49, 111

Distribusi : Sumatera, Jawa, Bali (Hasan & Ariyanti, 2004) Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 454-565 m

dpl, kelembaban 52-76% dan Suhu 28°C

Gambar 16. Heteroscyphus coalitus a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. lobus d. sel daun (perbesaran 10x10).

a b

(25)

17). Plagiochila gracilis Lindenberg & Nees

Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau tua kecoklatan sampai kuning keabuan. Panjang 0,9-1,2 cm, lebar 1,7-2,1 mm. Daun lateral tersusun berjarak, berbentuk oblong hingga bulat telur, panjang 0,5-1,0 mm dan lebar 0,3-0,5 mm; pangkal daun rata, perlekatan daun rata, ujung bergigi 8, runcing; sel berbentuk bulat-poligonal, ukuran sel di bagian tepi lebih kecil dibandingkan dengan sel di bagian tengah daun, berdinding tipis tanpa trigon di bagian tepi, berdinding tipis di bagian tengah daun dengan trigon kecil.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 31, 86

Distribusi : Sumatera, Jawa, Sri Lanka, Philipina, Jepang, China (So, 2001)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 394-470 m dpl, kelembaban 72% dan Suhu 28°C

Gambar 17. Plagiochila gracilis a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. daun lateral d. sel daun (perbesaran 10x10).

a b

(26)

18). Plagiochila teysmannii S. Lac.

Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau hingga kuning keabuan. Panjang 0,9-2,2 cm, lebar 4-6 mm. Daun lateral tersusun berdekatan/rapat, berbentuk bulat telur hingga memanjang, panjang 0,5-2,0 mm dan lebar 0,3-0,7 mm; pangkal daun rata, perlekatan daun rata, tepi bagian dorsal melengkung, ujung bergigi 7-10, runcing dan pendek; sel berbentuk persegi panjang, ukuran sel di bagian tepi lebih kecil dibandingkan dengan sel di bagian tengah daun, berdinding tipis, permukaan sel halus; daun ventral melebar berbentuk persegi panjang, pangkal daun rata/membulat, perlekatan daun rata, tepi beringgit, ujung rata, sel berbentuk persegi, dinding tebal, trigon kecil, permukaan halus.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 92

Distribusi : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Sri Lanka, Filipina, Kamboja, Thailand (Inoue 1984; Ariyanti dan Gradstein 2007; Lai et al. 2008).

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 394 m dpl, kelembaban 71% dan Suhu 26°C

a b

(27)

Gambar 18.Plagiochila teysmannii a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. daun ventral c.daun lateral d. sel daun (perbesaran 10x10).

19). Plagiochila spathulifolia Mitt.

Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau tua kecokelatan. Panjang 0,7-2,1 cm, lebar 2,4-3,0 mm. Daun lateral tersusun berjarak, berbentuk bulat telur hingga memanjang, panjang 1,0-2,0 mm dan lebar 0,3-0,9 mm; pangkal daun rata, perlekatan daun rata, tepi rata, ujung bergigi 2, runcing dan pendek; sel berbentuk persegi hingga bulat, ukuran sel di bagian tepi lebih kecil dibandingkan dengan sel di bagian tengah daun, berdinding tipis, permukaan sel halus; daun ventral tersusun berjarak, berbentuk persegi panjang, panjang 0,1-0,3 mm dan lebar 0,2-0,4 mm, pangkal daun rata, perlekatan daun rata, tepi beringgit, ujung rata, sel berbentuk persegi, dinding tebal, trigon kecil, permukaan halus.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 92

Distribusi : Sumatera, Jawa, Bali, Sri Lanka, Philippina, Jepang, Vietnam (Inoue, 1984)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 394 m dpl, kelembaban 71% dan Suhu 26°C

Gambar 19. Plagiochila spathulifolia a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b.

a b

(28)

daun lateral c. Anteridium d. sel daun (perbesaran 10x10).

20). Pedinophyllum interruptum (Nees.) Kaal

Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau keabuan. Panjang 0,4-1,1 cm, lebar 1,4-2,1 mm. Daun lateral tersusun berdekatan/rapat, berbentuk bulat telur hingga oblong, panjang 0,4-1,0 mm dan lebar 0,3-0,5 mm; pangkal daun rata, perlekatan daun rata, tepi rata, ujung bergigi 2, runcing dan pendek; sel berbentuk persegi panjang hingga poligonal, ukuran sel di bagian tepi lebih kecil dibandingkan dengan sel di bagian tengah daun, berdinding tipis, permukaan sel halus.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 32

Distribusi : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Sri Lanka, Philipina, Jepang, China, India (So, 2001)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 470 m dpl, kelembaban 72% dan Suhu 28°C

a b

(29)

Gambar 20. Pedinophyllum interruptum a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) c. daun lateral d. sel daun (perbesaran 10x10).

21). Radula javanica Gott.

Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau kekuningan dalam keadaan basah. Panjang tumbuhan 1,2-2 cm, lebar 1,8,5-2,5 mm. Susunan daun lateral berseling/menyirip, lobus berbentuk lonjong hingga bulat telur, sedikit cembung, pangkal rata, tepi rata, ujung mebulat; sel lobus berbentuk segi enam hingga membulat, dinding sel tipis, berwarna hijau tua; lobulus berbagi, berukuran kecil, 1/3 lobus, berbentuk belah ketupat, ujung runcing, sel berbentuk bulat, dinding sel tebal; Perianth berbentuk silindris.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 44, 48, 50, 88, 89, 95, 103, 107, 108, 124, 131, 141

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua Nugini, Irian Barat, Amerika Tengah dan Selatan (Yamada and Piippo 1989; Yamada 2000)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 394-521 m dpl, kelembaban 52-71% dan Suhu 25-28 °C

a b

(30)

Gambar 21. Radula javanica a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. lobulus c. sel daun (perbesaran 10x10) d. perianth.

22). Radula retroflexa Mitt.

Perawakan tumbuhan berwarna hijau tua hingga hijau kekuningan/kecokelatan. Panjang tumbuhan 0,8-2,0 cm, lebar 1,5-2,0 mm. Susunan daun lateral berseling/menyirip, lobul berbentuk lonjong, pangkal rata, tepi rata, ujung mebulat, trigones triradiate; lobulus bersebelahan, berukuran besar, 1/2 dari panjang lobus berbentuk belah ketupat hingga persegi panjang, ujung tumpul/ sedikit runcing, sel berbentuk bulat, dinding sel tebal.

Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 89

Distribusi : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Papua, Irian Barat, Sri Lanka, Jepang, Taiwan, Filipina, Thailand, Brunei, Australia (Yamada 1979; Menzel 1988; Yamada and Piippo 1989)

Habitat dan Ekologi : Epifit di batang pohon pada ketinggian 394 m dpl, kelembaban 71 % dan Suhu 25°C

Gambar 22. Radula retroflexa a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. lobulus c. sel daun (perbesaran 10x10).

(31)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Hutan Lindung Simancik I (TAHURA Bukit Barisan) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Jenis-jenis lumut hati berdaun yang diketahui sebanyak 22 jenis yang termasuk ke dalam 12 marga dan 6 suku yaitu: Frullaniaceae (1 jenis), Lejeuneaceae (11 jenis), Lepidoziaceae (2 jenis), Lophocoleaceae (2 jenis), Plagiochilaceae (4 jenis), dan Radulaceae (2 jenis)

b. Suku yang paling banyak ditemukan di lokasi yaitu Lejeuneaceae (11 jenis) yang terdiri atas 7 marga yaitu Lejeunea,, Archilejeunea, Lopholejeunea, Dendrolejeunea, Ptychantus, Mastigolejeunea dan Thysananthus, sedangkan suku yang paling sedikit ditemukan adalah Frullaniaceae hanya 1 jenis. c. Jenis dari suku Lejeuneaceae di Hutan Lindung Simancik I, ditemukan 7

marga dan dua subsuku yaitu Lejeuneoideae dan Ptychanthoideae. Pada subsuku Lejeuneoideae diperoleh 1 jenis lumut hati berdaun yang memiliki ciri yaitu daun ventral (underleave) yang terbagi atau bifid dan terkadang memiliki sel ocelli, sedangkan pada subsuku Ptychanthoideae diperoleh 10 jenis lumut hati berdaun yang memiliki ciri yaitu daun ventral (underleave) yang tidak terbagi dan tidak memiliki sel ocelli.

5.2. Saran

Gambar

Tabel 1. Jenis-Jenis Lumut Hati Berdaun di Hutan Lindung Simancik I
Gambar 1. Frullania apiculata a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi       ventral) c
Gambar 2. Lejeunea rotundistipula a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. daun  ventral c
Gambar 3. Archilejeunea planiuscula a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akrokarpus, tinggi total 7-8,4 cm, bentuk pertumbuhan berumput tinggi (long turf), hijau muda, Batang; panjang 2,5-3 cm, merah kekuningan, Daun; panjang 180-183 mm, lebar 40-45 mm,

Daun lateral tersusun berdekatan dan/atau rapat, berbentuk oblong-bulat telur, panjang 0.78- 1.55 mm dan lebar 0.4-0.8 mm; pangkal daun rata, pelekatan rata,

bentuk helaian daun bulat telur sampai memanjang, panjang daun antara 13-26 cm dan lebarnya antara 4- 14 cm, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata,