• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Insan Beriman dan Luhur Budi Hidup Rukun Meski Berbeda”

Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2563 atau 2012 berjalan dengan meriah dan lancar. Acara yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia Dr H. Susilo Bambang Yudhoyono, pejabat tinggi negara, berbagai pemuka agama-agama di Indonesia, tokoh-tokoh masyarakat, duta besar, dan umat agama Khonghucu tersebut telah terselenggara pada tanggal 3 Februari 2012 di Jakarta Convention Center Jakarta. Momen sakral tahunan dari Matakin (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) kali ini bertemakan “Insan Beriman dan Luhur Budi Hidup Rukun Meski Berbeda”. Sebuah pesan Imlek

Sumber: matakin

Gambar 7.1 Perayaan Imlek Nasional 2563 atau tahun 2012 di Jakarta Convention Center Jakarta

yang merupakan sabda Nabi Kongzi dalam menyikapi kemajemukan yang ada di tengah-tengah masyarakat, serta sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang multi suku dan multi religi.

Dalam sambutannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan bahwa tidak boleh ada yang merasa lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih penting. Sebesar apapun perbedaan kita sebagai manusia, kita tidak boleh menyebarkan kebencian, apalagi dengan menggunakan kekerasan terhadap orang yang berbeda dengan kita. Lebih lanjut dijelaskan bahwa para tokoh dan pemimpin agama berperan penting untuk menciptakan tri kerukunan hidup umat beragama, yakni kerukunan internal umat beragama, antar umat beragama dan antara umat beragama dengan pemerintah. Kokohnya tri kerukunan hidup umat beragama dapat menjadi fondasi yang kokoh bagi kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara. Bapak Presiden juga menghimbau ,”Mari kita bangun kebersamaan dan sikap kekeluargaan. Terjalinnya persaudaraan dalam kemajemukan, terciptanya rasa solidaritas di tengah perbedaan, dan timbulnya rasa saling hormat menghormati akan menjauhkan kita dari pertentangan,

SHUPXVXKDQGDQNRQÀLN3HUEHGDDQEXNDQODKNHQGDODXQWXNKLGXS

rukun. Perbedaan bukanlah untuk dipertentangkan.

Beliau juga mengingatkan, ”Kita mampu menunjukkan kepada dunia, bahwa di tengah keragaman kita dapat menjaga kerukunan dan harmoni. Kita dapat hidup rukun dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi sumbangan amat berharga dalam membangun tatanan peradaban baru dunia.”

Sementara itu, Js. Wawan Wiratma, selaku Ketua Umum Matakin dalam sambutannya menyampaikan, ”Sebagai sesama anak bangsa, walaupun kita memiliki perbedaan prinsip, pandangan; namun tetap harus rukun, bahu membahu dalam koridor untuk bersama memajukan bangsa dan negara kita tercinta, Indonesia! Kita harus tetap rukun walaupun berbeda pandangan. Jadikan perbedaan yang ada sebagai kekuatan, bukan sebagai kendala.”

Xs. Tjhie Tjay Ing sebagai Ketua Dewan Rohaniwan Matakin juga menyampaikan, ”Menurut Sheng Ren Kong Fu Zi, antara kemajuan dan kerukunan ada hubungan yang sangat erat dan tidak terpisahkan. Meski kecil, sebuah negara yang rakyat dan pemimpinnya rukun bersatu, akan mampu mengatasi persoalan yang amat berat sekalipun. Namun bila sebaliknya, rakyat dan pemimpinnya tidak rukun dan bersatu, sebuah negara yang betapa kuat pun akan dengan mudah mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran. Lebih jauh Nabi mengingatkan bahwa keruntuhan sebuah bangsa selalu diawali oleh kekisruhan dalam tubuh sendiri.”

Suryadharma Ali, Menteri Agama Republik Indonesia dalam sambutan tertulisnya menyampaikan, ”Tema ini mengingatkan kita semua agar jangan menjadi bangsa yang miskin rohani dan miskin budi pekerti sehingga kekayaan berbalik menjadi sumber kesenjangan dan kemajemukan berubah menjadi sumber pertikaian. Para pendiri Negara Republik Indonesia telah berpikir dengan sangat bijak ketika merancang semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” pada lambang Negara Garuda Pancasila yang artinya walaupun berbeda-beda tapi kita tetap satu. Perbedaan tidak mengurangi makna persatuan, dan sebaliknya, persatuan tidak untuk menghancurkan segala perbedaan yang sudah menjadi kodrat dan kehendak Tuhan Yang Maha Pencipta.” Lebih lanjut Menteri Agama menyampaikan, ”Potret kerukunan umat beragama yang kita miliki sekarang ini mungkin saja masih kita rasakan belum sempurna. Namun dengan segala kekurangannya, Indonesia tetap dipandang sebagai laboratorium kerukunan umat beragama di dunia. Tentu saja, atas pujian-pujian tersebut kita harus tetap waspada dan mawas diri karena kerukunan adalah sesuatu yang sangat dinamis dan dapat cepat berubah. Oleh karena itu, kerukunan umat beragama harus selalu kita jaga dan pelihara dari segala potensi yang merusak kerukunan tersebut. Agama seharusnya menjadi rahmat yang mampu menghadirkan keharmonisan di tengah masyarakat.

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj dalam sambutannya mengajak semua umat Khonghucu untuk senantiasa instrospeksi dan memperbaiki diri. Hakikat tahun baru bukanlah untuk pesta pora, tetapi untuk mengoreksi perjalanan yang lalu dan merencanakan perbaikan pada perjalanan berikutnya. Bukankah Nabi Kongzi menurut keyakinan umat Khonghucu pernah mengatakan, ”Jadilah rakyat yang berjiwa baru, bila suatu hari dapat memperbaharui diri, perbaharuilah terus setiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya!”

Prof. Dr. Din Syamsudin, MA dalam sambutannya mengatakan, ”Bangsa kita adalah bangsa yang majemuk yang terdiri atas berbagai suku, adat istiadat, budaya, ras, dan juga agama yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Perbedaan-perbedaan yang ada ini diharapkan bukan menjadi suatu gesekan yang dapat merusak persatuan bangsa melainkan dapat menjadi kekayaan bangsa yang senantiasa dibina sehingga dapat memperkokoh persatuan bangsa, seperti semboyan bangsa kita yakni “Bhinneka Tunggal Ika” meski berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dengan semangat ini kita yakin bahwa kerukunan, keharmonisan, kedamaian, dan persatuan akan dapat terwujud apabila setiap warga negara dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya masing-masing. Perayaan Imlek kali ini kiranya tepat untuk dijadikan momentum dalam memperkokoh kebersamaan, persaudaraan, dan keharmonisan di antara sesama warga bangsa.”

Dan masih banyak sambutan pejabat tinggi dan tokoh pemuka agama yang menguatkan tema Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2563 tersebut. Semoga tema suci “Insan Beriman dan Luhur Budi Hidup Rukun Meski Berbeda” tersebut, bukan sekedar tema Perayaan Imlek Nasional 2563, melainkan dapat terus membahana dalam pribadi kita setiap saat, dalam menyikapi kemajemukan yang menjadi kodrat Sang Pencipta. Shanzai.

Aktivitas Pembelajaran 7.1 (Diskusi kelompok)

Buatlah kelompok kecil (3 – 5 orang). Diskusikan hikmah apa yang dapat kalian pelajari dari cuplikan Perayaan Imlek Nasional ke-2563 tersebut di atas selama 15 – 20 menit. Selanjutnya, tuangkan hasil diskusi kelompok kalian ke dalam power point untuk dipresentasikan di depan kelas. Kelompok lain dipersilahkan untuk menyimak dan menanyakan hal-hal yang kurang jelas atau jika berbeda pandangan. Apakah

SHEHGDDQPHUXSDNDQSRWHQVLNRQÀLNDWDXNDQVHEDJDLSRWHQVL

perekat persatuan bangsa?