• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.

Insentif sebagaimana dimaksud di atas, yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2013

56

keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham; pembangunan serta pengadaan infrastruktur; kemudahan prosedur perizinan; dan/atau pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.

Disinsentif sebagaimana dimaksud , yang merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa: pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh: Pemerintah kepada pemerintah daerah; pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan pemerintah kepada masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah.

Sanksi

Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.

Permasalahan yang masih ada dalam pengendalian pemanfaatan ruang diantaranya:

 Keterbatasan SDM aparat yang mampu menganalisa penyimpangan pemanfaatan ruang.

 Pengawasan pemanfaatan ruang tidak dilakukan secara terjadwal;

 Pemantauan oleh Instansi terkait terbatas pada bangunan yang permohonan IMB-nya sedang diproses;

 Sosialisasi ketentuan membangun oleh aparat kepada masyarakat sangat kurang, sehingga pelanggaran umumnya baru diketahui setelah bangunan berdiri.

Tantangan:

 Produk rencana tata ruang yang dihasilkan masih belum diacu sepenuhnya dalam pelaksanaan pembangunan.

 Kebutuhan mendesak akan ruang, baik yang disebabkan oleh pengguna ruang ilegal maupun pemerintah, telah menyebabkan alih fungsi lahan yang tidak terkendali.

 Masalah perekonomian yang berdampak pada maraknya alih fungsi lahan yang dilakukan dalam rangka melangsungkan dan mendukung kegiatan ekonomi.

 Sinkronisasi kelembagaan yang masih perlu ditingkatkan untuk menghindari terjadinya konflik penataan ruang yang disebabkan oleh tidak sinkronnya kegiatan antar sektor.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2013

57

Peluang:

 UU No 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah

 Adanya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya penataan ruang

 Peningkatan pendapatan masyarakat melalui kegiatan pertanian, industri, pariwisata yang memberikan multiplier effect bagi sektor perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, dan komunikasi.

 Permintaan terhadap pemanfaatan lahan yang tinggi Ancaman:

 Konflik antar kegiatan/sektor dalam pemanfaatan lahan

 Ego sektoral dan daerah semakin kuat terkait dengan otonomi daerah

 Tekanan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan

 Kesulitan mengoptimalkan rencana tata ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar

3. Peningkatan mutu, daya saing dan perluasan kesempatan pendidikan

Pembangunan pendidikan di Kabupaten Lebak dilakukan dengan 5 (lima) Pilar Pendidikan sesuai dengan misi Kementrian Pendidikan Nasional yang terdiri dari aspek yaitu ketersediaan layanan pendidikan, keterjangkauan layanan pendidikan, kualitas dan relevansi layanan pendidikan, kesetaraan layanan pendidikan serta kepastian memperoleh layanan pendidikan .

Aspek pemerataan dan perluasan aksesibilitas meliputi penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan rintisan pelaksanaan Wajib Belajar 12 tahun. Kedua isu tersebut akan berimplikasi pada tantangan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, serta pembebasan biaya pendidikan khususnya pendidikan dasar.

Dalam rangka peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, strateginya adalah melalui pengembangan dan pengelolaan Sekolah Rintisan Berstandar Nasional (RSBN) juga pengembangan dan pengelolaan Rintisan Sekolah Bertaraf International (RSBI) serta peningkatan kualifikasi pendidikan guru. Pada aspek tata kelola, akuntabilitas dan kesetaraan layanan pendidikan serta kepastian memperoleh layanan pendidikan yang menjadi fokusnya adalah pada upaya implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pendidikan Berbasis Masyarakat (PBM), standarisasi pelayanan pendidikan, serta pengelolaan data dan informasi pendidikan.

Permasalahan dari penyelenggaraan pembangunan pendidikan, pemuda dan olahraga di Kabupaten Lebak adalah :

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2013

58

 Minat dan motivasi belajar penduduk 15 th keatas masih rendah;

Masih terdapat siswa yang drop out di tingkat SD, SMP, dan SMA;

 Jumlah ruang kelas kurang dari jumlah rombel;

 Belum meratanya infrastruktur olahraga masyarakat.

Fenomena belum meningkatnya prestasi Kabupaten Lebak dalam prestasi olahraga tingkat provinsi menjadi tantangan tersendiri. Selain itu fenomena kesenjangan antara pendidikan dengan dunia kerja masih cukup besar menjadi tantangan yang perlu dijawab dalam pembangunan pendidikan kedepan. Tantangan pembangunan pendidikan untuk tahun 2012 nanti diperkirakan dari semakin banyaknya masyarakat yang miskin, kondisi ruang kelas belajar yang rusak khususnya gedung SMP dan SMA/SMK karena usia bangunan sudah lama.

Pada masa mendatang terdapat pula tantangan aktual yang dihadapi, yaitu:

 Sarana sekolah rusak terutama SMP dan SMA/SMK;

 Jumlah serta kualitas tenaga pendidik yang masih kurang dan belum merata;

 Sarana perpustakaan dan sarana olahraga yang masih kurang.

Sedangkan ancaman yang akan ditemui dalam penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Lebak adalah :

 Masuknya pengelola pendidikan global;

 Angka kemiskinan dan pengangguran tinggi;

 Kompetisi prestasi olahraga yang tinggi.

Selain tantangan dan ancaman tersebut, terdapat pula peluang-peluang yang akan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, yaitu:

 Kebijakan Pemerintah yang mendukung dengan anggaran pendidikan sebesar 20%;

 Kebijakan BOS yang ditransfer ke Kas Daerah;

 Masih adanya pengalokasian DAK (Dana Alokasi Khusus) pendidikan ke daerah.

4. Perluasan pelayanan kesehatan dan penanggulangan wabah penyakit

Berbagai kasus penyakit di Kabupaten Lebak masih menjadi permasalahan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang mendukung terhadap munculnya penyakit dan perilaku masyarakat yang belum menunjukkan kesadaran dalam berperilaku hidup sehat dan bersih. Penyakit TB paru, penyakit ISPA, HIV / AIDS, demam berdarah dan gizi buruk serta penyakit kaki gajah (filariasis). Penyebaran penyakit HIV-AIDS baik melalui aktivitas seksual dan penggunaan jarum suntik merupakan masalah kesehatan yang perlu

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2013

59

mendapat perhatian serius oleh pelaksana pelayanan kesehatan.

Dalam melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan di puskesmas, peningkatan kualitas sarana dan prasarana pelayanannya perlu ditingkatkan, demikian pula adanya peningkatan jumlah puskesmas PONED. Selain itu masalah penyebaran tenaga kesehatan yang belum merata di setiap Puskesmas menyebabkan terlambatnya penanganan kesehatan di perdesaan.

Masih terdapat permasalahan–permasalahan dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten Lebak diantaranya adalah masih tingginya sebaran penyakit menular di beberapa kecamatan, angka penyakit degeneratif yang cenderung meningkat, sarana prasarana dan tenaga pelayan kesehatan yang belum memadai, tingginya penyalahgunaan NAPZA. Sedangkan fenomena yang terjadi dalam pembangunan aksesibilitas dan pelayanan kesehatan masyarakat adalah :

 Sebaran penyakit berkorelasi dengan kualitas lingkungan;

 Menjamurnya praktik pengobatan alternatif;

 Penanganan kesehatan bersifat parsial, pembagian peran antara pemerintah dan swasta belum terstruktur.

Adapun tantangan aktual ke depan yang dihadapi adalah :

 Masuknya pelayanan kesehatan global;

 Membangun pelayanan kesehatan berkualitas bersama swasta;

 Mewujudkan masyarakat yang mandiri kesehatan.

Ancaman yang dihadapi di masa mendatang diperkirakan adalah adanya perubahan Iklim (Climate Change) sehingga terjadi pemanasan global yang menimbulkan berbagai penyakit, terjadinya mobilisasi penduduk yang tinggi sehingga mutasi penyakit sangat mudah dan kerusakan lingkungan akibat perilaku masyarakat membuat lingkungan menjadi tidak sehat.

Namun demikian ada peluang untuk memajukan pembangunan kesehatan, yaitu :

 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kesehatan;

 Komitmen pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.

5. Penanggulangan kemiskinan

Upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Lebak memerlukan sinergitas antara pemerintah dengan private sector (sektor swasta) dan public sector (masyarakat) sebagaimana dalam kaidah good governace. Ketiga sektor tersebut

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2013

60

merupakan suatu kekuatan yang akan mendukung terhadap proses perce patan penanggulangan kemiskinan. Kontribusi Pemerintah, baik pusat provinsi maupun pemerintah daerah, dapat berupa kebijakan, program dan kegiatan serta anggaran yang bersifat pro-poor, pro-growth, dan pro-job, dan pro-enviroment.

Pihak swasta diharapkan memberikan kontribusi dalam bentuk program

Coorporate Social Responsibility (CSR) yang searah dengan berbagai program

pemerintah, dan peningkatan investasi yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang akan memberikan penghasilan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung terealisasinya seluruh program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Masyarakat harus berperan aktif dalam rangka proses pemberdayaan, khususnya bagi keluarga miskin. Kepedulian yang tinggi dalam kehidupan masyarakat terhadap upaya penanggulangan kemiskinan menjadi modal berharga (endogenous factor). Oleh karena itu, program penanggulangan kemiskinan dari pemerintah dan swasta senantiasa memunculkan program pemberdayaan masyarakat, sehingga berdampak positif bagi peningkatan jiwa kemandirian, terutama para keluarga miskin.

Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan nasional dan daerah berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Berdasarkan Peraturan Presiden R.I No. 5 Tahun 2010 tentang “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN) Tahun 2010 – 2014” dinyatakan bahwa, visi Nasional yaitu “Indonesia Yang Sejahtera, Demokratis,

dan Berkeadilan”, telah menetapkan “Penanggulangan Kemiskinan” merupakan salah

satu dari 11 prioritas nasional yang memproyeksikan sasaran tingkat kemiskinan sebesar 8–10 % pada akhir tahun 2014.

Upaya penanggulangan kemiskinan selama ini masih menghadapi berbagai permasalahan, diantaranya:

 Masih kurang berkembangnya ekonomi lokal;

 Kurangnya pengembangan investasi dalam bentuk upaya mempromosikan potensi dan regulasi aturan perizinan sehingga memiliki sifat keunggulan kompetitif (competitive adventage), dan penataan birokrasi untuk daya tarik para investor.

 Kelemahan dalam mengevaluasi secara komprehensif angka kemiskinan di Kabupaten Lebak, yang erat kaitannya dengan masih kurangnya pengendalian data base kemiskinan.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2013

61

Faktor peluang (Opportunities) dalam ranah penanggulangan kemiskinan dapat berupa adanya dukungan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi Banten. Dukungan tersebut tertuang dalam bentuk program dan kegiatan, seperti program JAMKESMAS dan JAMKESDA, beasiswa miskin, raskin, Program Keluarga Harapan (PKH), PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri Perkotaan, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan program lainnya.

Aspek lain yang harus dipertimbangkan dalam penanggulangan kemiskinan berhubungan dengan adanya faktor ancaman (Threats), diantaranya tingkat inflasi yang fluktuatif pada skala nasional dan regional Provinsi Banten.

6. Pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha kerakyatan yang potensial dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Jumlah UMKM yang cukup besar di Kabupaten Lebak dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian masih terdapat permasalahan-permasalahan yaitu :

 Rendahnya kepemilikan modal usaha;

 Rendahnya kemampuan untuk mengakses pasar;

 Rendahnya kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk;

 Kesulitan untk mendapatkan bahan baku;

 Rendahnya SDM bagi pengembangan produksi;

 Rendahnya pemanfaatan peluang usaha oleh pelaku ekonomi;

 Rendahnya efektivitas dan nilai tambah usaha;

Fenomena-fenomena yang muncul yang dapat berakibat buruk terhadap perekonomian masyarakat adalah : penyediaan lapangan kerja yang terbatas, masih tingginya pengangguran dan daya beli yang peningkatannya rendah.Tantangan aktual yang harus dijawab dalam pengembangan UMKM berupa masih terbatasnya pembiayaan dan kemampuan berwirausaha pelaku KUMKM dan masuknya produsen dari luar negeri. Sedangkan ancaman pada masa yang akan datang dengan diberlakukannya ACFTA diperkirakan sebagai berikut:

 Produk UMKM kalah bersaing dengan produk impor;

 Harga produk impor berdaya saing tinggi.

Peluang yang diharapkan akan memberikan dukungan positif terhadap perkembangan KUMKM, yaitu makin terbukanya pasar ekspor, dukungan pemerintah mendorong pengembangan KUMKM dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk dalam negeri.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2013

62

7. Kinerja Pemerintah Daerah

Kinerja pemerintah daerah terutama dalam masalah p elayanan publik dan keterbukaan informasi sudah menjadi isu yang berkembang di masyarakat sehingga menjadikan tujuan dan prioritas utama bagi terpenuhinya kepentingan masyarakat dalam proses pembangunan, dengan tetap mengedepankan kaidah atau aturan yang berlaku.

Permasalahan yang ada dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik antara lain :

 Kualitas Pegawai Negeri Sipil belum sesuai kebutuhan;

 Belum terbentuknya kelembagaan yang ramping struktur, kaya fungsi;

 Layanan informasi kepada masyarakat yang belum maksimal;

 Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan hukum, ketertiban dan keamanan;

 Tertib administrasi dan pengelolaan aset;

 Kurang sinerginya perencanaan pembangunan pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Fenomena yang terjadi dalam pelayanan publik adalah :

 Penyederhanaan perijinan melalui KPPT;

 Keterbatasan dan ketergantungan pada APBD.

Untuk mencapai pelayanan publik yang diharapkan maka terdapat tantangan aktual, yaitu diperlukannya aparat birokrasi yang bersih dan produktif, sehingga mampu memberikan pelayanan secara prima kepada masyarakat.

Adapun ancaman yang muncul terhadap upaya peningkatan kualitas pelayanan publik adalah politisasi birokrasi yang akan menghambat dan merusak kinerja birokrasi.

8. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2013

Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tahun 2013 perlu didukung oleh ketertiban umum yang kondusif terutama pada masa kampanye. Meskipun partisipasi pemilih tidak mempengaruhi legitimasi hasil pemilu, tetapi perlu perhatian terhadap pendataan pemilih yang akurat, karena pendataan pemilih tersebut menjadi isu yang sangat penting.

Dokumen terkait