• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Fase Remaja

2.2.5 Insiden dan Faktor resiko

fosfolipase A2 (Dawood, 2010) Prostaglandin merupakan mediator dalam pelepasan gonadotropin pada level hipotalamus pada siklus medial pada preovulasi

2.2.5 Insiden dan Faktor resiko

Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid yang disebabkan oleh

kejang otot uterus. Dimana yang terjadi adalah peningkatan dari PGF2α di dalam darah meningkat secara berlebihan yang merangsang pada kontraksi berlebihan dari otot uterus. Gejala utama adalah nyeri yang dimulai pada awal menstruasi hari pertama nyeri yang ditimbulkan dapat bersifat tajam, tumpul, siklik, atau menetap hingga berakhir nya fase menstruasi tersebut yang dapat berlangsung selama beberapa jam sampai 1 hari. Kadang-kadang gejala dapat lebih lama tapi jarang melebihi 72 jam. Gejala yang umum setelah nyeri adalah mual, perubahan emosional, diare, sakit kepala (America Heritage Dictionary, 2010)

Absen nya seorang wanita akibat dysmenorrhea ini cukup tinggi, di Amerika diperkirakan sekitar 25-50% wanita dewasa mengeluh akibat nyeri

dysmenorrhea dan sekitar 90% remaja mengeluhkan hal yang sama (Dawood,

2010)

Dalam suatu studi mengatakan, sebanyak 51% seorang wanita dewasa mampu menahan rasa nyeri yang dialami dan tetap melaksanakan pekerjaan. Namun berbeda dengan sebuah studi yang mengatakn bahwa

23

sebanyak 13-51% seorang remaja mampu menahan rasa nyeri dan sebanyak 14% seorang remaja akan absen dari sekolah paling tidak dilakukan satu kali absen pada remaja yang mengalami dysmenorrhea berat (Proctor et al,. 2012)

Studi kasus epidemiologi yang dilakukan di turki dengan rentangan usia 13-15 tahun dikategorikan menjadi 3 macam dysmenorrhea yang menyerang rentangan usia tersebut dengan prevalensi sebesar 36,1% untuk kategori dysmenorrhea ringan, 43,8 % untuk kategori dysmenorrhea sedang, dan sebesar 20,1 % untuk kategori dysmenorrhea parah. Dan dikatakan prevalensi sebanyak 66,6 % sampel yang mengalami dysmenorrhea kategori parah dan sedang (Proctor et al, 2012)

Faktor resiko yang berkaitan dengan nyeri pada dysmenorrhea primer mencakup beberapa hal, yakni :

1. Siklus Menstruasi

Dysmenorrhea terjadi pada beberapa fase selama masa haid , setelah terjadi ovulasi sel-sel folikel yang sudah meluruh bersama darah akan membentuk korpus luteum yang baru akibat dari tidak terjadi nya pembuahan oleh sel sperma, maka yang terjadi adalah kadar estrogen dan progesteron di sirkulasi drastis menurun. Menurun nya kedua hormon tersebut menyebabkan lapisan endometrium tersebut tidak terpenuhi dari segi nutrisi dan dan pembuluh darah. Menurun nya kadar hormon tersebut merangsang dari sekresi prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi endometrium serta

24

menyebabkan kontraksi dari uterus yang memicu terjadi nya nyeri

dysmenorrhea (Sundell et al, 2011)

2. Usia Menstruasi yang kurang dari 12 tahun

Terjadi nya menstruasi yang dini menyebabkan alat reproduksi yang belum siap mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan terasa nyeri ketika menstruasi. Sebuah studi mengatakan sebanyak 84,2% mengalami menstruasi dengan rentangan usia 12-14 tahun (Silverstein et al,. 2011)

3. Riwayat ibu atau saudara yang memiliki riwayat nyeri dysmenorrhea

Sebuah studi kasus analisis bivariat yang dilakukan oleh (Dawood, 2003) mengatakan sebanyak 81,9 % memiliki riwayat keluarga dengan

dysmenorrhea, dengan perbandingan sebanyak 1,41 % riwayat genetik

mengambil peranan untuk memiliki kesempatan lebih tinggi untuk mengalami hal yang sama. Riwayat genetik mengambil peranan besar dalam terjadi nya nyeri dysmenorrhea, sehingga disarankan untuk melakukan upaya preventif jika di ketahui salah satu keluarga memiliki riwayat dysmenorrhea primer 4. Depresi atau anxietas

Ketika seseorang mengalami depresi, maka tubuh secara otomatis mengeluarkan hormon stress yang mampu mengakibatkan ketegangan pada otot tertentu (Silverstein et al,.2011).

25

5. Merokok dan Minuman alkohol

Merokok dapat memicu terjadi nya peningkatan intensitas dari lama nya seseorang mengalami satu siklus dalam satu bulan menstruasi. Sedangkan, minuman alkohol mampu menghambat proses penghancuran esterogen yang memiliki fungsi dalam memicu kontraksi dari uterus yang dilakukan oleh hati, sehingga sekresi estrogen menjadi terganggu akibat nya estrogen dalam tubuh meningkat dan meningkatkan resiko nyeri pada pelvis (Parazinni et al,. 2011) 6. Stres

Stres merupakan penyebab dysmenorrhea yang dilaporkan cukup banyak sebagai pencetus terjadi nya dysmenorrhea. Faktor psikososial ini merupakan penyebab langsung terjadi nya dysmenorrhea primer. Stres merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat menyebabkan tidak lancar nya distribusi oksigen ke dalam uterus dan merangsang untuk terjadi peningkatan prostaglandin (PGs) di uterus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nepomaschy, 2004) menyebutkan bahwa stres menyebabkan perubahan hormonal pada Hipotalamik Pituitari – Ovarium (HPO) yang menyebabkan perubahan hormone di dalam ovarium yang mengakibatkan seorang wanita untuk rentan dalam mengalami gangguan menstruasi, sehingga disimpulkan bahwa faktor stres mengarah terhadap meningkatnya sensitivitas yang mampu memperparah gejala dysmenorrhea primer.

26

7. IMT (Indeks Masa Tubuh)

IMT merupakan Indeks Masa Tubuh yang diukur dengan perbandingan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan (meter) dikuadratkan (m2). Penggunaan IMT tidak dapat digunakan pada kasus tertentu, seperti : asites, edema, hepatomegali (Supariasa, 2002)

Berdasarkan studi cross-sectional yang dilakukan oleh Yilmaz (2008) dengan nilai p = 0,22 menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan IMT terhadap angka kejadian dysmenorrhea dengan jumlah subjek yang

underweight sebanyak 12,41% dan yang mengalami nyeri dysmenorrhea

sebanyak 61,53% dan subjek dengan IMT yang overweight sebesar 11,12% dan yang mengalami nyeri dysmenorrhea sebesar 96,6%.

Namun, beberapa penelitian yang dilakukan oleh (Clain et al, 2011) dengan nilai P = 0,02 menyatakan bahwa IMT yang rendah memiliki resiko untuk mengalami nyeri dysmenorrhea primer. Studi di Jepang menyebutkan jika IMT dengan underweight lebih memiliki resiko untuk mengalami

27

IMT (Kg/m2) Standar IMT WHO Standar IMT Depkes RI

< 17,0 - Kekurangan berat badan tingkat berat 17,0 – 18,5 - Kekurangan berat

badan tingkat ringan < 18,5 Kurang

(Underweight)

-18,5 – 24,9 Normal (average) Normal

25,0 – 27,0 - Kelebihan berat badan ringan > 27,0 - Kelebihan berat badan berat 25,0 – 29,9 Lebih (overweight) -30,0 – 34,9 Obesitas sedang 35,0 – 39,9 Obesitas parah > 40 Obesitas sangat parah

Tabel 2.1 daftar IMT 8. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang sehari-hari dengan mengkontraksikan otot ketika bergerak, adapun kegiatan tersebut seperti : olahraga, kegiatan ketika bekerja maupun ketika waktu luang. Keuntungan dalam melakukan aktivitas fisik antara lain : meningkatkan kinerja

Dokumen terkait