• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERVENSI ACTIVE STRETCHING EXERCISE PADA PERIODE ANTARA MENSTRUASI MENURUNKAN TINGKAT NYERI PADA KASUS PRIMARY DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERVENSI ACTIVE STRETCHING EXERCISE PADA PERIODE ANTARA MENSTRUASI MENURUNKAN TINGKAT NYERI PADA KASUS PRIMARY DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

INTERVENSI ACTIVE STRETCHING EXERCISE PADA

PERIODE ANTARA MENSTRUASI MENURUNKAN

TINGKAT NYERI PADA KASUS PRIMARY

DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI

AA. MD DWI AGUSTINI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

SKRIPSI

INTERVENSI ACTIVE STRETCHING EXERCISE PADA

PERIODE ANTARA MENSTRUASI MENURUNKAN

TINGKAT NYERI PADA KASUS PRIMARY

DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI

Oleh :

AA. MD DWI AGUSTINI

NIM. 1202305028

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian yang

berjudul “Intervensi Active Stretching Exercise pada periode ntara menstruasi

meurunkan tingkat nyeri pada kasus primary dysmenorrhea pada remaja putri”. Proposal penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan proposal ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, PFK selaku ketua Program Studi Fisioterapi Universitas Udayana sekaligus pembimbing dan pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

4. Dosen-dosen pengajar dan staf Program Studi Fisioterapi yang telah banyak membantu dalam penyelesaian proposal ini.

5. Kepada orang tua yang selalu memberi dukungan, motivasi serta membantu berbagai hal dalam proses penyelesaian skripsi.

6. Kepada Gede Parta Kinandana, S.Ft yang terus tanpa henti memberikan dukungan serta membantu dalam penyelesaian pembuatan proposal ini.

7. Seluruh teman-teman Axoplasmic yang selalu membantu dan memberikan semangat.

8. Seluruh kerabat dan sejawat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak penulis sangat harapkan.

Denpasar, 9 Mei 2016

(8)

INTERVENSI

ACTIVE STRETCHING EXERCISE

PADA

PERIODE ANTARA MENSTRUASI MENURUNKAN TINGKAT

NYERI PADA KASUS

PRIMARY DYSMENORRHEA

PADA

REMAJA PUTRI

ABSTRAK

Dysmenorrhea merupakan masalah yang umum terjadi pada wanita usia

reproduktif. Dysmenorrhea primer terjadi pada jarak waktu 24-48 jam selama awal siklus menstruasi dan nyeri yang dialami meningkat pada masa remaja sekitar umur 15-17 tahun dan puncak nyeri yang dialami adalah ketika umur 20-24 tahun. Gejala

dysmenorrhea meliputi : kram pada daerah perut bagian bawah, nyeri punggung, payudara yang terasa bengkak, emosi yang tidak stabil. Nyeri pada daerah perut bagian bawah dapat mengganggu aktifitas fungsional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas active stretching exercise efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pada kasus primary dysmenorrhea pada remaja putri.

Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan

randomized pre-test dan post-test group control design. Sampel penelitian menggunakan sampel sebanyak 20 orang. Dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok 1 sebanyak 10 orang dan kelompok 2 sebanyak 10 orang. Kelompok 1 diberikan active stretching exercise diberikan sebanyak 3 kali seminggu sebanyak 9 kali perlakuan dan kompres hangat sedangkan kelompok 2 diberikan kompres hangat sebanyak 3-5 kali dalam 3-5 hari sebanyak 3-5 kali perlakuan. Pengukuran tingkat penurunan nyeri dilakukan menggunakan Menstrual Disstres Questionaire (MDQ).

Setelah mendapatkan data hasil penelitian, Kelompok 1 didapatkan hasil p=0,000 dengan beda rerata 16,10±6,224 pada kelompok 1 sedangkan pada kelompok 2 di dapatkan hasil p=0,000 dengan beda rerata 1,20±1,033. Pada uji beda selisih antara kelompok 1 dengan kelompok 2 yang menggunakan independent sample t-test

didapatkan p=0,000 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri yang bermakna pada setiap kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa intervensi active stretching exercise pada periode antara menstruasi efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pada kasus primary dysmenorrhea pada remaja putri

(9)

INTERVENTION OF

ACTIVE STRETCHING EXERCISE

ON

PERIOD BETWEEN MENSTRUAL DECREASED LEVEL OF

PAIN IN CASE

PRIMARY DYSMENORRHEA

IN FEMALE

TEENAGERS

ABSTRACT

Dysmenorrhea is a common problem happens in female teenagers on

reproductive ages. Primary dysmenorrhea happens in time 24-48 hours for early menstrual cycle and the pain will increased in ages of 15-17 years and significantly increased when 20-24 years. The symptom of Dysmenorrhea such as : cramp in lower stomach, back pain, tender breast, unstable of emotional. Pain from lower stomach will affect functional ability. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the intervention active stretching exercise to decrease level of pain in case of primary dysmenorrhea in female teenagers.

This research is an experiment research design with randomize pre-test and post-test control group design. These samples included 20 people who were divided into two groups. Group 1 was given intervention of active stretching exercise 3 times per week for 9 times total intervention, while Group 2 was given intervention of hot pack 3-5 times for 3-5 times total intervention Measurement of the score of decreasing level of pain was measured using Menstrual Disstres Questionaire (MDQ)

After the research data was obtained, In the Group 1 showed p = 0.000 with a mean difference 16,10±6,224, while in Group 2 showed p = 0.000 with a mean difference 1,20±1,033. Furthermore, test the hypothesis using independent samples t-test to determine different test between Group 1 and Group 2 was done using independent sample t-test and was obtained p = 0.000 (p< 0.05). The results showed there was a significant decrease in MDQ score in each group.

Based on these results, it can be concluded that the intervention of active stretching exercise is significantly effective on period between menstrual to decrease level of pain in case of primary dysmenorrhea in female teenagers.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ………..ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….iii

ABSTRAK ………..v

ABSTRACT………..vi

KATA PENGANTAR ………vii

DAFTAR ISI ………ix

DAFTAR GAMBAR………..xiii

DAFTAR TABEL ………xiv

BAB I PENDAHULUAN ………1

1.1 Latar Belakang ………..1

1.2 Rumusan Masalah ……….6

1.3 Tujuan Penelitian ………..6

1.4 Manfaat Penelitian ……….6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………..7

2.1 Fase Remaja ………...7

2.1.1 Anatomi dasar panggul…..……….9

2.1.2 Anatomi otot dinding perut ………..11

(11)

2.1.4 Kelainan menstruasi………...………..15

2.2 Dysmenorrhea ………………..18

2.2.1 Definisi Dysmenorrhea……….………18

2.2.2 Klasifikasi Dysmenorrhea……………19

2.2.3 Derajat Dysmenorrhea………...………..20

2.2.4 Patofisiologi Dysmenorrhea………...…………..20

2.2.5 Insiden dan faktor resiko………..22

2.2.6 Mekanisme nyeri ………...28

2.3 Active Stretching Exercise ……….30

2.3.1 Definisi Active Stretching Exercise...………..30

2.3.2 Mekanisme Active Stretching Exercise ...………...31

2.3.3 Manfaat Active Stretching Exercise ………32

2.3.4 Indikasi dan Kontraindikasi …….………...33

2.3.5 Prosedur penerapan ………34

2.4 Kompres Hangat ………….……….39

2.4.1 Definisi ………38

2.4.2 Manfaat …..………39

2.5 Menstrual Disstres Questionaire …..……….40

2.6 Dampak dysmenorrhea terhadap aktivitas fungsional .………...44

(12)

3.1 Kerangka Berpikir . ………...47

3.2 Konsep Penelitian ………...50

3.3 Hipotesis Penelitian ….………...51

BAB IV METODE PENELITIAN ………52

4.1 Rancangan Penelitian ..……….…52

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..………..53

4.3 Populasi dan Sampel ...………..54

4.3.1 Populasi …...………..54

4.3.2 Sampel ...………....54

4.3.3 Besar Sampel ...………...55

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel ...………..56

4.4 Variabel ..………...56

4.5 Definisi Operasional Variabel …..………..57

4.6 Instrumen Penelitian …….………...59

4.7 Prosedur Penelitian ……..………..59

4.7.1 Persiapan penelitian ………...………..59

4.7.2 Pelaksanaan penelitian ...………...61

4.8 Alur Penelitian………...……..67

4.9 Teknik Analisis Data………...68

BAB V HASIL PENELITIAN………....71

(13)

5.2 Uji Normalitas dan Homogenitas………72

5.3 Pengujian Hipotesis……….74

5.3.1 Uji beda penurunan skor MDQ pada primary dysmenorrhea sebelum dan sesudah intervensi……….74

BAB VI PEMBAHASAN………..76

6.1 Karakteristik Sampel………...76

6.2 Distribusi dan Varian Sampel……….77

6.3 Intervensi active stretching exercise efektif dalam menurunkan tingkat nyeri……….78

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN………...85

7.1 Simpulan……….85

7.2 Saran………...85 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Dasar Panggul ..………11

Gambar 2.2 Anatomi dinding perut ………13

Gambar 2.3 Cat Stretch ………...……….35

Gambar 2.4 Lower Trunk ………..………36

Gambar 2.5 Buttock Hip ………...36

Gambar 2.6 Abdominal Strengthening : Curl up ………...37

Gambar 2.7 Bridge ………...……….38

Gambar 3.1 Konsep penelitian ……..……….50

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ………...64

Gambar 4.2 Cat Stretch ………...………...63

Gambar 4.3 Lower Trunk ……….63

Gambar 4.4 Buttock HipStretch …....………64

Gambar 4.5 Abdominal Strengthen ………65

Gambar 4.6 Bridge ………...………66

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar IMT ……...………..23

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian MDQ ...42

Tabel 2.3 Interpretasi Nilai MDQ ……. ...……….43 Tabel 4.2 Jadwal Penelitian ………...70

Tabel 5.1 Distribusi data sampel berdasarkan IMT ………....71

Tabel 5.2 Distribusi data sampel berdasarkan usia ……….72

Tabel 5.3 Hasil uji normalitas dan homogenitas ……….72

(16)
(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja yang banyak mengatakan dalam istilah masa pubertas dan dikenal juga dengan istilah adolesens. Pada masa ini terjadi perubahan baik dari segi biologis maupun fisiologis yang cepat dari masa anak-anak hingga remaja. Ditandai dengan kematangan tanda seks primer dan tanda seks sekunder. Perubahan yang paling menonjol terlihat dari segi kematangan alat reproduksi yang di tandai dengan adanya menstruasi/menarche. (Narayan et al, 2011).

(18)

2

Dysmenorrhea merupakan fase dimana awal menstruasi terjadi dengan berbagai gejala yang dimiliki oleh seorang wanita. Dysmenorrhea memiliki gejala utama yakni nyeri yang dimulai pada awal menstruasi hari pertama nyeri yang ditimbulkan dapat bersifat tajam, tumpul, siklik, atau menetap hingga berakhir nya fase menstruasi tersebut yang dapat berlangsung selama beberapa jam sampai 1 hari. Kadang-kadang gejala dapat lebih lama tapi jarang melebihi 72 jam. Gejala yang umum setelah nyeri adalah mual, perubahan emosional, diare, sakit kepala. (Sylvia et al,. 2000). Angka kejadian nyeri haid pada seluruh dunia dilaporkan sangat besar, di Indonesia sendiri memiliki angka kejadian nyeri haid pada rentang usia 15-17 tahun sebanyak 55 % (Pedron et al,.2010)

Umumnya dysmenorrhea mengganggu aktivitas yang di alami oleh seorang perempuan ketika sedang mengalami menstruasi. Primary Dysmenorrhea

adalah salah satu jenis dysmenorrhea yang menyerang hampir 50-70% populasi wanita yang mengalami dysmenorrhea. Dengan gejala yakni : kram dan nyeri pada area pelvis yang mampu menyebar ke area punggung hingga ke bagian kaki, pusing, mudah lelah, nafsu makan yang bertambah, mual, muntah hingga diare yang mampu terjadi selama 2-3 hari. (Guideline, 2010). Kram yang terjadi akan mengakibatkan pelepasan mediator inflamasi ke sirkulasi sistemik yang akan mengakibatkan wanita mengalami peningkatan kontraksi uterus, mual, muntah, hingga diare yang terjadi pada hampir 60% pasien dengan primary dysmenorrhea

(19)

3

Hal yang umum dilakukan seorang wanita jika mengalami nyeri

dysmenorrhea yang hebat adalah mengambil tindakan mengkonsumsi obat-obatan

dengan golongan NSAID (Non-Steroidal Anti Inflamatory Drugs) yang terbukti dalam keefektifan dalam menurunkan nyeri yang diakibatkan oleh sintesa prostaglandin. Jenis obat yang sering digunakan adalah ibuprofen, naproxen, dan asam mefanamat. Pemberian obat ini hanya mampu menurunkan efek inflamasi dan menurunkan nyeri sehingga belum mampu mengurangi tingkat dysmenorrhea

yang di derita seorang wanta di setiap siklus menstruasinya kelak, maka dari itu perlu di tunjang dengan pemberian manual terapi maupun terapi latihan yang dilakukan oleh fisioterapis

Terdapat beberapa bentuk latihan yang digunakan oleh fisioterapis untuk menurunkan rasa nyeri dari seorang wanita yang sedang mengalami

dysmenorrhea, exercise yang memiliki manfaat berupa relaksasi untuk

menurunkan tingkat nyeri yang dialami, Salah satu exercise yang mampu mengurangi tingkat nyeri pada primary dysmenorrhea adalah stretching exercise,

(20)

4

Dikatakan oleh (Sandeep Kaur et al, 2010) bahwa active stretching exercise merupakan salah satu bentuk latihan yang berorientasi pada stretching di daerah pelvis dengan mengindikasikan pembuluh darah menuju uterus jalan nya lebih lancar selama latihan berlangsung sehingga metabolisme sekitar pelvic akan lebih efektif dalam mereduksi nyeri akibat dysmenorrhea.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh K Renuka (2015) dengan data berdistribusi nilai P = 0,05 jika seorang wanita mengalami dysmennorhea lalu melakukan gerakan stretching yang ditekankan pada daerah abdomen efek yang ditimbulkan adalah penurunan terhadap rasa nyeri, peningkatan terhadap kekuatan otot pelvis dan tulang belakang menjadi elastis, meningkatkan level energi yang berakibat pada lancar nya metabolisme tubuh (K Renuka, 2015).

Pada studi non-randomisasi yang dilakukan oleh Aganoff dan Boyle (1994) membandingkan seorang wanita yang mengalami dysmenorrhea yang aktif melakukan gerakan stretching dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah melakukan gerakan stretching didapatkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan mood dan peningkatan aktivitas fungsional yang berdampak signifikan pada siklus menstruasi selanjutnya

Dysmenorrhea merupakan gangguan reproduksi yang paling sering

(21)

5

sebanyak 50% seorang remaja mengalami penurunan konsentrasi dalam pembelajaran sekitar 15% mengalami penurunan prestasi dari seorang remaja dan 2% mengatakan tidak dapat beraktivitas secara normal, selain itu dilihat dari efektifitas waktu yang berdampak terhadap menurun nya kualitas hidup seorang wanita yang mengakibatkan terbatas nya aktivitas yang dimiliki oleh seorang wanita untuk tetap produktif dari segi performa maupun akademis, dilapokan bahwa terdapat kerugian ekonomi yang diakibatkan dari absen nya seorang wanita ketika bekerja di lihat cukup tinggi, depresi merupakan hal yang umum terjadi pada seorang manusia, namun depresi yang dialami oleh seorang wanita

dysmenorrhea dilaporkan cukup tinggi dilihat dari hasil penelitan yang dilakukan oleh patel et al (2009) mengatakan resiko sebanyak 1,39 kali lebih tinggi dalam mengalami depresi dan rasa cemas (anxietas) pada wanita dysmenorrhea.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka masalah penelitian ini sebagai berikut :

(22)

6

1.3 Tujuan Penelitian .

Untuk mengetahui efektivitas intervensi Active Stretching Exercise

pada periode antara menstruasi efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pada kasus primary dysmenorrhea pada remaja putri

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Keilmuan

1. Menambah khazanah keilmuan mengenai efektifitas Active Stretching Exercise terhadap nyeri Dysmenorrhea.

2. Menambah khazanah ilmu dalam dunia pendidikan pada umumnya dan fisioterapi pada khusus nya.

3. Digunakan sebagai acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan membahas hal yang sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan tindakan fisioterapi dalam menurunkan tingkat nyeri jangka panjang pada kasus

(23)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Fase Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas yang digunakan juga istilah adolesens ( dalam bahasa Inggris adolescence). Para ahli merumuskan bahwa pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan, istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikologis atau kematangan yang menyertai masa pubertas (Narayan et al., 2011)

Fase remaja merupakan fase dimana alat reproduksi mulai berkembang dan tumbuh, fase ini dimulai dari bebrbagai aspek yang dinilai di mulai dari aspek fisik, psikologis, mental dan sosial.

(24)

8

merupakan tanda seks primer yang digunakan sebagai awal untuk seorang wanita mengalami kematangan alat reproduksi. Ditandai dengan terjadi nya

menarche (menstruasi) di katakan jika seorang wanita mengalami menstruasi pada umur 9-12 tahun. Menstruasi merupakan tanda dari sel telur seorang wanita tidak dibuahi oleh sel sperma laki-laki. Menstruasi juga salah satu indikasi bahwa seorang wanita sudah dapat dikatakan subur dan mampu memiliki keturunan.

Sedangkan, tanda seks sekunder yang terjadi pada seorang wanita, meliputi :

1. Rambut halus. Tumbuh nya rambut-rambut secara halus di awali di daerah ketiak dan di bagian alat reproduksi yang tumbuh nya lebih subur, kasar, gelap dan agak keriting. Setelah itu akan tumbuh bulu-bulu halus disekitar wajah namun pertumbuhan nya tidak selebat dan tekstur nya tak sekasar seperti di daerah ketiak dan di bagian alat reproduksi.

2. Bentuk Pinggul. Umum nya bentuk pinggul yang di miliki oleh seorang wanita usia reproduktif akan lebih berkembang, membesar

3. Payudara. Secara bersamaan dengan pinggul maka payudara seorang wanita juga ikut membesar.

4. Kulit. Kulit seorang wanita yang mengalami fase ini akan terlihat lebih halus

(25)

9

6. Suara. Suara akan berubah menjadi lebih merdu pada seorang wanita yang mengalami fase ini.

2.1.1 Anatomi Dasar Panggul

Tulang panggul merupakan salah satu tulang penyusun tubuh yang terdiri dari beberapa tulang penyusun nya. Berikut ini merupakan topografi dari tulang panggul :

1. Tulang panggul

Setiap wanita memiliki bentuk tulang panggul yang berbeda, tulang panggul wanita memiliki fungsi yang berbeda dengan tulang panggul laki-laki. Tulang panggul wanita lebih mengarah ke fungsi reproduksi maka bentuk panggul seorang wanita berbentuk bagian bawah yang luas untuk keperluan kehamilan, iliaka yang lebih lebar, dan simfisis yang lebih pendek

2. Alat genital A. Vulva

Merupakan tempat bermuara nya sistem urogenital. Vulva dikelilingi oleh labia mayor dan labia minor

B. Vagina

(26)

10

C. Uterus

Uterus merupakan tempat berkembang nya janin jika sel telur di buahi. Panjang uterus wanita dewasa umum nya 7-7,5 cm dengan lebar 5,25 cm dan memiliki tebal 2,5 cm. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang biasa disebut isthmus uteri. Bagian atas uterus disebut dengan fundus uteri dan dilengkapi dengan tuba falopii kanan dan kiri. Dinding uterus dilapisi oleh myometrium

yang dapat mengalami relaksasi dan kontraksi D. Tuba Falopii

Tuba falopii merupakan saluran tempat menyalurkan sel telur yang sudah matang. Tuba falopii memiliki panjang 11-14 cm

E. Ovarium

Ovarium berhubungan dengan uterus. Di tiap bulan seorang wanita akan mengeluarkan satu folikel dan terkadang dalam jumlah yang lebih dari satu folikel. Folikel yang dilepaskan tersebut berkembang menjadi follikel de graf . folikel merupakan bagian yang terpenting dalam ovarium, dalam letak yang beraneka ragam dan satu sel telur dikelilingi oleh satu sel lapisan sel-sel saja sampai folikel de graf

(27)

11

F. Rektum

Rektum atau yang biasa disebut dengan anus berjalan melengkung sesuai dengan lengkungan os sacrum, dari atas ke anus. Anus ditutupi oleh otot spfingter ani eksternus, diperkuat oleh otot bulbokavernosus, otot levator ani dan jaringan ikat perineum

Gambar 2.1 Anatomi Organ Reproduksi

Sumber : F Netter, 2014

2.1.2 Anatomi otot dinding perut

Dinding abdomen dibentuk ole lapisan-lapisan yang berlapis-lapis dari

(28)

12

Berikut ini merupakan susunan dinding abdomen :

1. Kulit

2. Jaringan Subkutan

3. Fascia

Merupakan jaringan lemak jika di lihat lebih dalam akan membentuk suatu jaringan yang padat yang menyerupai selaput. Dibagi menjadi fasia

superfascialis dan fasia profundus

4. Musculus rectus abdominis

Merupakan otot panjang dan kuat yang terbentang sepanjang seluruh panjang dinding abdomen. Otot ini melebar dan letaknya berdekatan dengan garis tengah yang dipisahkan oleh linea alba

5. Musculus oblika eksterna

Merupakan otot dinding abdomen yang letak nya paling superfiscial

yang berorigo insersio di tepi eksternal ruas costa ke delapan dan serat nya yang menyerong dari kraniolateral menuju kaudomedial.

6. Musculus oblika interna

(29)

13

7. Musculus transversalis

serat pada otot ini berjalan hampir horizontal dan berinsersio sebagai aponeurosis

8. Musculus piramidalis

otot ini berorigo di permukaan anterior pubis dan berinsersio di linea alba. Otot ini terletak pada bagian bagian bawah muskulus rektus abdominis.

9. Peritoneum

Selaput tipis yang melapisi dinding kavum abdomen dari sebelah dalam yang berfungsi untuk menutupi sebagian atau keseluruhan organ

visera.

Gambar 2.2 anatomi otot abdomen

(30)

14

2.1.3 Menstruasi

Ketika seorang wanita sudah menginjak fase reproduktif, maka seorang wanita akan mengalami fase yang dinamakan pubertas, fase pubertas ditandai dengan pematangan sel telur yang di artikan dengan menstruasi (haid). Menstruasi merupakan fase dimana meluruh nya sel rahim beserta isi nya dalam bentuk darah, debris endometrium dari vagina. Fase haid terdiri dari 3 fase : fase menstruasi (haid), fase proliferasi, fase sekresi atau progestasional.

(31)

15

menyebabkan ovulasi folikel yang matang. Sekresi estrogen merosot sewaktu folikel mati pada ovulasi. Sel-sel folikel lama diubah menjadi korpus luteum, yang mengeluarkan progesteron serta estrogen selama fase luteal, progesterone sangat menghambat FSH (Follicle Stimulating Hormon) dan LH

(Luteinizing Hormon), yang terus menerus selama fase luteal. Korpus luteum berdegenerasi dalam waktu sekitar 2 minggu apabila ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi dan tak tertanam di uterus, kadar hormon progesteron dan estrogen menurun secara tajam pada saat korpus luteum berdegenerasi, sehingga pengaruh inhibitorik pada sekresi FSH dan LH lenyap. Pada awal fase folikel lapisan endometrium yang kaya akan nutrien dan pembuluh darah terlepas, pelepasan ini terjadi akibat menurun nya kadar hormone progesteron dan estrogen ketika korpus luteum berdegenerasi pada akhir fase luteal. (Lauralee, 2008)

2.1.4 Kelainan Menstruasi

Proses fisiologis seorang wanita berubah-ubah sesuai dengan tingkatan umur sehingga proses yang didalam nya juga berubah. Perubahan yang disertai dengan gangguan merupakan perubahan yang bersifat patologis. Adapun (Manuaba, 2003), mengelompokkan menjadi beberapa gangguan sesuai dengan kelainan yang dialami, antara lain :

(32)

16

Merupakan gangguan menstruasi berupa keluar nya menstruasi yang diikuti dengan gumpalan darah. Menurut (Ganong, 2008) menoragia merupakan keluar nya darah dalam yang berlebihan ketika menstruasi pada saat daur yang teratur dengan tubuh

kehilangan darah sebanyak ≥ 80ml

b. Hipomenorea

Merupakan gangguan menstruasi yang ditandai dengan sedikit nya jumla darah yang keluar ketika siklus normal.

2. Kelainan Siklus a. Polimenorea

Merupakan siklus menstruasi yang terjadi kurang dari 20 hari. b. Oligomenorea

Merupakan siklus menstruasi yang terjadi diatas 35 hari c.Amenorea

Merupakan terlambat nya siklus menstruasi selama 3 bulan berturut-turut. Amenorea di bagi menjadi 2 yaitu :

1. Amenorea Primer

Merupakan amenorea jika periode yang menstruasi tidak kunjung mulai

2. Amenorea Sekunder

(33)

17

3. Metroragia

Gangguan menstruasi yang di tandai dengan pendarahan dari uterus yang terjadi di luar periode haid

5. Gangguan lain yang menyertai menstruasi, yaitu :

a. Premenstrual Tension

Merupakan gangguan menstruasi yang menyertai menstruasi yang biasa di jumpai pada wanita reproduktif. Hal ini diakibatkan oleh kejiwaan yang labil dan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron di dalam tubuh

b. Mastalgia

Ada nya keluhan berupa bengkak dan berat pada payudara ketika menstruasi. Ini diakibatkan oleh hormon estrogen yang menyebabkan retensi air dan natrium pada payudara.

c. Mittelschmerz

Merupakan rasa nyeri yang terjadi pada masa ovulasi d. Dysmenorrhea

(34)

18

2.2 Dysmenorrhea

2.2.1 Definisi Dysmenorrhea

Dysmenorrhea merupakan masalah yang umum terjadi pada wanita usia reproduktif (French, 2008). Dysmenorrhea primer terjadi pada awal siklus menstruasi dan nyeri nya meningkat pada masa remaja sekitar umur 15-17 tahun dan puncak nyeri yang dialami adalah ketika umur 20-24 tahun (Darwood, 2006)

Pada nyeri dysmenorrhea nyeri yang dirasakan berlangsung beberapa jam sebelum atau sesudah terjadi nya menstruasi dengan jarak waktu 24-48 jam dengan nyeri berlangsung ketika hari pertama menstruasi dan hari selanjut nya (Gilany et al, 2005). Menurut (Narayan, 2011) mengatakan bahwa dysmenorrhea merupakan nyeri yang paling sering dikonsultasikan ke ahli ginekologi dan sebagian besar wanita yang sedang merasakan nyeri

dysmenorrhea menurunkan aktivitas dari segi akademis, aktivitas sosial dan olahraga yang berakibat pada absen nya seseorang dari suatu aktivitas tertentu.

(35)

19

2.2.2 Klasifikasi Dysmenorrhea

Secara umum, dysmenorrhea diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu :

dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder.

A. Dysmenorrhea primer

Dysmenorrhea primer merupakan suatu penyakit pada pelvis yang normal ketika menstruasi berlangsung yang paling umum di alami oleh sebagian wanita yang biasa nya berlangsung pada 24-48 jam ketika menstruasi berlangsung saat siklus ovulasi terjadi (Cakir, 2007)

B. Dysmenorrhea sekunder

Dysmenorrhea sekunder merupakan suatu keadaan patologis pada pelvis dimana nyeri yang dirasakan terasa sangat sakit yang dapat diliputi oleh beberapa patologis pada pelvis tersebut seperti : endometriosis, inflamasi yang terjadi akibat adanya gangguan dari pelvis, ada nya massa pada pelvis.

(36)

20

2.2.3 Derajat Dysmenorrhea

Derajat dysmenorrhea dibagi menjadi 3 bagian berdasrkan dengan tingkat keparahan nya (Fujiwara, 2003) :

1. Derajat 1 : Seorang wanita yang mengalami dysmenorrhea namun dapat diatasi tanpa bantuan obat-obatan

2. Derajat 2 : Seorang wanita yang mengalami dysmenorrhea namun diatasi dengan bantuan obat-obatan

3. Derajat 3 : Seorang wanita yang mengalami dysmenorrhea diatasi dengan bantuan obat-obatan namun tetap merasa nyeri.

2.2.4 Patofisiologi Dysmenorrhea

Nyeri haid merupakan nyeri yang terjadi pada sebagian wanita yang umum nya dirasakan tiap bulan sesuai dengan siklus masing-masing. Nyeri haid yang dirasakan oleh tiap wanita berbeda-beda dimulai dari ringan, sedang, hingga parah. Sebuah studi mengatakan bahwa hampir 40% wanita memaksa diri nya untuk beristirahat sejenak bahkan berhari-hari jika dirasakan nyeri yang sudah tidak mampu ditahan

(37)

21

Prostaglandin

Prostaglandin merupakan hormon yang berasal dari dalam tubuh, disintesis dari asam esensial. Jenis prostaglandin ada 2, yaitu : PGE2 dan

PGF2α yang masing-masing berikatan dengan 2 rantai alipatik.

Prostaglandin beserta partikel nya PGE2 dan PGF2α yang disintesis

dari asam arakidonat, yang merupakan turunan dari hidrolisis dari sel membran fosfolipids oleh enzim lisosomal fosfolipase A2 . Asam arakidonat

di sintesis melalui cyclooxygenase atau melalui lipoxygenase.

PGF2α merupakan hasil dari metabolisme dari asam arakidonat oleh enzim siklooksigenase, yang menyebabkan vasokonstriksi dan kontraksi dari myometrium yang menyebabkan iskemik dari rasa nyeri. Substansi dari

PGF2α dan PGE2 memiliki rasio yang tinggi dalam endometrium dan darah

menstruasi pada wanita yang mengalami nyeri haid primer. Namun, PGF2α

dan PGE2 memiliki efek yang berlawanan, dimana PGF2α memiliki fungsi

untuk merangsang kontraksi dari uterus selama seluruh fase siklus haid. Sedangkan, PGE2 memiliki fungsi dalam menghambat kontraktilitas myometrium selama haid dan merangsangnya pada saat fase proliferatif dan fase luteal.

(38)

22

fosfolipase A2 (Dawood, 2010) Prostaglandin merupakan mediator dalam

pelepasan gonadotropin pada level hipotalamus pada siklus medial pada preovulasi

2.2.5 Insiden dan Faktor resiko

Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid yang disebabkan oleh

kejang otot uterus. Dimana yang terjadi adalah peningkatan dari PGF2α di

dalam darah meningkat secara berlebihan yang merangsang pada kontraksi berlebihan dari otot uterus. Gejala utama adalah nyeri yang dimulai pada awal menstruasi hari pertama nyeri yang ditimbulkan dapat bersifat tajam, tumpul, siklik, atau menetap hingga berakhir nya fase menstruasi tersebut yang dapat berlangsung selama beberapa jam sampai 1 hari. Kadang-kadang gejala dapat lebih lama tapi jarang melebihi 72 jam. Gejala yang umum setelah nyeri adalah mual, perubahan emosional, diare, sakit kepala (America Heritage Dictionary, 2010)

Absen nya seorang wanita akibat dysmenorrhea ini cukup tinggi, di Amerika diperkirakan sekitar 25-50% wanita dewasa mengeluh akibat nyeri

dysmenorrhea dan sekitar 90% remaja mengeluhkan hal yang sama (Dawood,

2010)

(39)

23

sebanyak 13-51% seorang remaja mampu menahan rasa nyeri dan sebanyak 14% seorang remaja akan absen dari sekolah paling tidak dilakukan satu kali absen pada remaja yang mengalami dysmenorrhea berat (Proctor et al,. 2012)

Studi kasus epidemiologi yang dilakukan di turki dengan rentangan usia 13-15 tahun dikategorikan menjadi 3 macam dysmenorrhea yang menyerang rentangan usia tersebut dengan prevalensi sebesar 36,1% untuk kategori dysmenorrhea ringan, 43,8 % untuk kategori dysmenorrhea sedang, dan sebesar 20,1 % untuk kategori dysmenorrhea parah. Dan dikatakan prevalensi sebanyak 66,6 % sampel yang mengalami dysmenorrhea kategori parah dan sedang (Proctor et al, 2012)

Faktor resiko yang berkaitan dengan nyeri pada dysmenorrhea primer mencakup beberapa hal, yakni :

1. Siklus Menstruasi

(40)

24

menyebabkan kontraksi dari uterus yang memicu terjadi nya nyeri

dysmenorrhea (Sundell et al, 2011)

2. Usia Menstruasi yang kurang dari 12 tahun

Terjadi nya menstruasi yang dini menyebabkan alat reproduksi yang belum siap mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan terasa nyeri ketika menstruasi. Sebuah studi mengatakan sebanyak 84,2% mengalami menstruasi dengan rentangan usia 12-14 tahun (Silverstein et al,. 2011)

3. Riwayat ibu atau saudara yang memiliki riwayat nyeri dysmenorrhea

Sebuah studi kasus analisis bivariat yang dilakukan oleh (Dawood, 2003) mengatakan sebanyak 81,9 % memiliki riwayat keluarga dengan

dysmenorrhea, dengan perbandingan sebanyak 1,41 % riwayat genetik

mengambil peranan untuk memiliki kesempatan lebih tinggi untuk mengalami hal yang sama. Riwayat genetik mengambil peranan besar dalam terjadi nya nyeri dysmenorrhea, sehingga disarankan untuk melakukan upaya preventif jika di ketahui salah satu keluarga memiliki riwayat dysmenorrhea primer 4. Depresi atau anxietas

(41)

25

5. Merokok dan Minuman alkohol

Merokok dapat memicu terjadi nya peningkatan intensitas dari lama nya seseorang mengalami satu siklus dalam satu bulan menstruasi. Sedangkan, minuman alkohol mampu menghambat proses penghancuran esterogen yang memiliki fungsi dalam memicu kontraksi dari uterus yang dilakukan oleh hati, sehingga sekresi estrogen menjadi terganggu akibat nya estrogen dalam tubuh meningkat dan meningkatkan resiko nyeri pada pelvis (Parazinni et al,. 2011) 6. Stres

Stres merupakan penyebab dysmenorrhea yang dilaporkan cukup banyak sebagai pencetus terjadi nya dysmenorrhea. Faktor psikososial ini merupakan penyebab langsung terjadi nya dysmenorrhea primer. Stres merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat menyebabkan tidak lancar nya distribusi oksigen ke dalam uterus dan merangsang untuk terjadi peningkatan prostaglandin (PGs) di uterus.

(42)

26

7. IMT (Indeks Masa Tubuh)

IMT merupakan Indeks Masa Tubuh yang diukur dengan perbandingan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan (meter) dikuadratkan (m2). Penggunaan IMT tidak dapat digunakan pada kasus tertentu, seperti : asites, edema, hepatomegali (Supariasa, 2002)

Berdasarkan studi cross-sectional yang dilakukan oleh Yilmaz (2008) dengan nilai p = 0,22 menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan IMT terhadap angka kejadian dysmenorrhea dengan jumlah subjek yang

underweight sebanyak 12,41% dan yang mengalami nyeri dysmenorrhea

sebanyak 61,53% dan subjek dengan IMT yang overweight sebesar 11,12% dan yang mengalami nyeri dysmenorrhea sebesar 96,6%.

Namun, beberapa penelitian yang dilakukan oleh (Clain et al, 2011) dengan nilai P = 0,02 menyatakan bahwa IMT yang rendah memiliki resiko untuk mengalami nyeri dysmenorrhea primer. Studi di Jepang menyebutkan jika IMT dengan underweight lebih memiliki resiko untuk mengalami

(43)

27

(44)

28

pada kardiorespiratori, mengurangi penyakit jantung, mengurangi depresi dan gelisah (William dan Wilkins, 2009)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Zukri, 2009) menunjukkan bahwa wanita yang kurang berolahraga memiliki resiko sebanyak 3,5 kali lebih tinggi untuk mengalami dysmenorrhea primer dibandingkan dengan wanita yang rutin berolahraga tiap minggu, hasil nya menunjukkan dengan nilai P value

sebesar 0,0015 yang berarti bahwa aktivitas fisik berpengaruh terhadap gangguan menstruasi pada wanita

Aktivitas fisik berupa aerobik akan meningkatkan perfusi darah ke jaringan yang dapat mengurangi nyeri pada daerah hip dan pelvis, olahraga yang rutin sesuai dengan konsep FITT (Frekuensi, Intensitas, Tipe, Time) menyebutkan jika olahraga yang rutin dilakukan seminggu sebanyak 3-5 kali akan merangsang timbul nya hormon beta-endorphin yang dapat mengurangi efek nyeri yang tidak spesifik dan memperbaiki mood dan mengurangi depresi (Morse, 1997). Selain itu pula, olahraga berepengaruh terhadap system sirkulasi seorang wanita yang mengakibatkan terganggu nya distribusi hormon steroid ke seluruh tubuh dan olahraga dapat menurunkan nyeri premenstrual

2.2.6 Mekanisme Nyeri

(45)

29

protektif dengan maksud untuk menjaga agar kerusakan jaringan tetap minimal (Borda et al., 2013). Kapasitas pengalaman nyeri memiliki fungsi protektif. Jika terjadi kerusakan jaringan tidak dapat dihindarkan, akan terjadi perubahan bertahap pada sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat yang bertanggung jawab terhadap persepsi nyeri. ((Petho et al,. 2012)

Mekanisme utama terjadi nya proses primary dysmenorrhea

adalah hiperkontraktiliti dan vasokonstriksi dari lapisan uterus myometrial (Woodbury et al,. 2011). Etiologi dari primary dysmenorrhea termasuk dalam ketidakseimbangan dari jumlah sekresi prostaglandin (PGs) dari endometrium selama menstruasi. Berdasarkan gejala secara umum, seperti mual, muntah, diare, dan sakit kepala merupakan efek dari meningkat nya kadar prostaglandin dan turunan nya ke dalam sistem sirkulasi. Sintesis asam arakidonat dan jalur siklooksigenase teraktivasi dengan menolak konsentrasi progesteron pada fase

late secretory 3 kali lebih tinggi daripada fase proliferasi. Peningkatan prostaglandin selama fase menstruasi, konsentrasi PGE2 dan PGF2α meningkat lebih tinggi pada cairan menstruasi pada seorang wanita dengan dysmenorrhea daripada wanita yang tidak merasakan nyeri selama

dysmenorrhea. Secara umum, Prostaglandin, PGF2α merupakan faktor

(46)

30

2.3 Active Stretching Exercise

2.3.1 Definisi Active Stretching Exercise

Stretching merupakan salah satu bentuk teknik yang sudah

dipergunakan jaman dahulu kala dalam menangani suatu penyakit yang berhubungan dengan nyeri otot. Tujuan pemberian stretching sendiri adalah untuk menmeningkatkan mobilitas sendi, relaksasi, panjang otot dan fleksibilitas dari otot itu sendiri dan memperlancar metabolisme yang menyebabkan otot menjadi kaku meningkat pada tekanan jaringan intramuskular dan menurunkan sirkulasi cairan (Ylinen, 2008).

Secara umum penting nya fleksibilitas dari suatu otot adalah untuk mencegah terjadi nya injury pada otot, penurunan mobilitas dari sebuah otot akan merubah struktur beserta fungsi nya menjadi abnormal di tendon otot beserta struktur sendi di dalam nya. Perubahan panjang otot dan tendon menyebabkan perubahan pada anatomi, biomekanik, fisiologis, dimana akan mengakibatkan kedua fungsi biomekanikal pada sendi dan metabolisme jaringan lunak. (Ylinen, 2008)

(47)

31

sirkulasi dan metabolisme di kompartemen otot, gangguan tersebut akan mengganggu sirkulasi, tekanan mekanikal, pembengkakan, dan inflamasi yang mampu mengaktifkan reseptor nyeri yang berlokasi di jaringan otot. Stretching

mampu meningkatkan kekuatan otot sekaligus meningkatkan mobilitas sendi dan fleksibilitas dari tendon otot tersebut

2.3.2 Mekanisme Active Stretching Exercise dalam menurunkan nyeri

Active stretching exercise merupakan salah satu teknik relaksasi otot dimana lebih menekankan otot pada daerah abdominal sehingga nyeri yang dirasakan dapat berkurang setelah pemberian active stretching exercise (Guo et al, 2013). Active stretching exercise merupakan bentuk stretching yang bertujuan untuk menjaga mobilitas normal dari otot sementara bentuk pasif stretching bertujuan untuk meningkatkan ROM pada otot. Ketika otot diberikan stretching, maka stretch reflex bekerja secara otomatis berkontraksi dengan cara mengulur otot untuk melindunginya dari stretching yang berlebihan. (Godges, 1998). Reflex yang terjadi pada golgi tendon dan muscle spindel akan teraktivasi dan menginhibisi ketegangan dengan relaksasi melalui pemanjangan otot ketika terjadi peningkatan tension (ketegangan) otot. (Garret

et al, 1988)

(48)

32

endorphin bertindak langsung sebagai hormon yang menenangkan yang diproduksi oleh otak dan menghasilkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi ketika melakukan stretching, terbukti kadar beta-endorphine dapat meningkat hingga 4-5 kali di dalam darah. Ketika seseorang melakukan olahraga dalam bentuk stretching, maka beta-endorphine akan ditangkap oleh reseptor di dalam

hipotalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Ketika neuron perifer mengirikan sinyal ke sinaps, yang terjadi adalah sinapsis antara neuron nyeri perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi P akan menghantarkan impuls. Pada saat yang bersamaan endorphin akan memblokir lepas nya substansi P dari neuron sensorik, sehingga transmisi impuls nyeri di medulla spinalis menjadi terhambat, maka tingkat nyeri

dysmenorrhea berkurang. Peningkatan beta-endorphin diketahui dapat

meningkatkan nafsu makan, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan dan penurunan nyeri sehingga olahraga dalam bentuk stretching efektif dalam menurunkan tingkat nyeri terutama nyeri dysmenorrhea (Harry, 2006)

2.3.3 Manfaat pemberian Active Stretching Exercise

Active stretching exercise merupakan jenis latihan peregangan yang ditekankan pada daerah abdomen. Beberapa penelitian (Renuka et al, 2015) mengatakan manfaat pemberian stretching terhadap penurunan nyeri

(49)

33

2. Terjadi frekuensi penurunan mual dan muntah diakibatkan oleh peningkatan aktivitas pelepasan beta-endorpine di dalam tubuh sehingga terjadi penekanan terhadap rasa mual dan muntah

3. Peningkatan elastisitas dan kekuatan pada otot pelvis dan tulang belakang

4. Nyeri yang berasal dari punggung bawah akan berkurang

5. Meningkatkan level energi sehingga meningkatkan metabolisme dalam tubuh ketika dysmenorrhea

6. Proses menstruasi akan lebih lancar dan nyeri yang dirasakan akan berkurang

2.3.4 Indikasi dan Kontraindikasi Active Stretching Exercise

Stretching seperti yang disebutkan oleh (Ylinen, 2008) di indikasikan jika ditemukan adanya keterbatasan lingkup gerak sendi (ROM) akibat adanya perlengketan, gejala terjadi nya pembentukan jaringan parut yang berperan dalam ketegangan otot, jaringan ikat dan kulit

Beberapa penelitian menyebutkan kontraindikasi pada stretching, antara lain :

1. Fraktur pada area tertentu yang di indikasikan untuk dilakukan stretching

(50)

34

2.3.5 Metode active stretching exercise untuk dysmenorrhea

1. Cat Stretch

Posisi awal : tangan dan lutut dilantai dan posisi merangkak dengan kaki dibawah pinggul lalu relaks dan mata menatap lantai.

A. Pertama punggung anda dilengkungkan dan perut di gerakkan kearah lantai perlahan serta dagu dan mata menatap lantai, tahan kondisi ini dalam hitungan 10 setelah itu relaks dan tarik nafas.

B. Kedua punggung anda digerakkan ke atas dan kepala mendongak keatas, tahan kondisi ini dalam hitungan 10 lalu relaks

Gambar 2.3. Cat Stretch

(51)

35

2.Lower Trunk Rotation

Posisi Awal : tidur terlentang, posisi lutut terlipat, kaki ada di lantai lalu lipat kedua tangan menempel pada tubuh.

A. Perlahan lakukan gerakan memutar tubuh secara bergantian ke kanan maupun ke kiri mendekati lantai semampu subjek

B. Tahan gerakan selama 2x10 detik, lalu lakukan gerakan memutar ke satu sisi berlawanan

C. Tahan selama 2x10 detik, lalu kembai ke posisi awal lakukan selama 3 kali

Gambar 2.4. Lower Trunk Rotation

Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)

3.Buttock Hip Stretch

Posisi awal : tidur terlentang dengan posisi kaki terlipat

(52)

36

B. Tahan selama hitungan 2x10 detik kemudian kembali ke posisi awal lakukan selama 3 kali

Gambar 2.5. Buttock Hip Stretch

Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)

4.Abdominal Strengthening : Curl Up

Posisi awal : tidur terlentang, kaki tertekuk, tangan dilipat dan diletakkan diatas kepala

A. Pasien dalam posisi terlentang, menekuk kaki dan meletakan sekaligus melipat kedua tangan dan diletakkan di atas kepala.

(53)

37

Gambar 2.6. Abdominal strengthening : Curl Up Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)

5.Posisi Bridge

Posisi awal : tidur terlentang, kaki tertekuk, lengan ada di lantai dengan posisi lurus

A. Pasien dalm posisi tidur terlentang, kaki tertekuk dan lengan ada di lantai, perlahan angkat punggung bawah menjauhi lantai dalam posisi setinggi 400.

(54)

38

Gambar 2.7. Bridge

Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)

2.4 Terapi Non-farmakologis

2.4.1 Kompres Hangat

Untuk mengurangi nyeri haid umum nya seorang wanita mengambil tindakan secara farmakologis maupun non-farmakologis. Terapi farmakologis antara lain berupa pemberian obat-obatan seperti jenis analgesik sebagai pereda nyeri, Sedangkan, Terapi non farmakologis berupa stretching, relaksasi, kompres hangat, diet. Dari uji statistik menggunakan dependent t-test yang dilakukan oleh (Melzack, 2010) diketahui pengaruh kompres hangat terhadap tingkat dysmenorrhea primer diharapkan dapat dijadikan penatalaksanaan non farmakologis secara sementara dalam menangani nyeri, yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna antara intensitas nyeri dysmenorrhea terhadap kompres hangat secara sementara.

(55)

39

substansi P. Kompres hangat dapat dilakukan dengan memberi botol dengan air hangat lalu ditempelkan di daerah yang mengalami rasa nyeri selama 20 menit merupakan terapi sederhana untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh seorang wanita untuk mengurani nyeri, spasme akibat kontraksi dari uterus, efek hangat yang di dapatkan dari kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dan menurunkan ketegangan dan memberikan efek berupa rasa nyaman

2.4.2 Manfaat kompres hangat

1. Melebarkan pembuluh darah dan dan memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan tersebut

(56)

40

2.5 Menstrual Distress Questionaire

Sebuah metode standar untuk menghitung siklus menstruasi. Terdiri dari 46 parameter pertanyaan dimana di kelompokkan menjadi beberapa bagian, seperti :

1. Nyeri

 Kekakuan otot

 Kram pada area abdomen

 Sakit kepala

 Sakit pinggang

 Kelelahan

2. Konsentrasi ketika bekerja

 Insomnia

 Bingung

 Melemah nya koordinasi ekstremitas bawah

 Berkurang nya konsentrasi ketika berkendara

 Berkurang nya konsentrasi ketika bekerja maupun di

dalam kelas 3. Perubahan perilaku

 Berkurang nya performa pada akademis

 Beristirahat atau tidur selama beberapa hari di tempat

(57)

41

 Absen ketika bekerja maupun sekolah (absen)

 Berkurang nya aktivitas sosial

 Menurun nya efisiensi waktu

 Nafsu makan meningkat

4. Reaksi autonomik

 Timbul nya keringat dingin

 Mual maupun muntah

5. Retensi cairan

Bloating ataupun merasa bengkak

 Nyeri pada daerah payudara

 Masalah pada kulit

 Berat badan meningkat

6. Efek negatif ketika menstruasi

 Menangis akibat emosi yang tidak stabil

 Kesepian

 Anxietas (ketakutan yang berlebihan)

 Depresi

 Rasa tertekan

 Mood yang berubah-ubah

(58)

42

Di setiap parameter dinilai dengan angka 1-5 semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan besarnya keterbatasan fungsional pasien sedangkan nilai yang rendah menunjukkan perbaikan kemampuan fungsional, dimana angka dengan nilai 1 menunjukan tidak ada masalah yang berarti terhadap nyeri yang dirasakan maupun keterbatasan ketika melakukan aktivitas dan parameter nilai 5 memiliki arti bahwa seorang wanita ketika menstruasi mampu mengakibatkan keterbatasan dalam beraktivitas (disability). Skor MDQ ini akan di hitung di tiap parameter nya dan kemudian di total di tiap parameter

1. Penilaian

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian MDQ

(59)

43

2. Interpretasi

Tabel 2. Intepretasi Nilai MDQ

Jenis Pemeriksaan Total Skor Keterangan

Nyeri 0 Minimum

25 Maksimum Konsentrasi bekerja 0 Minimum

25 Maksimum Perubahan perilaku 0 Minimum

(60)

44

2.6 Dampak Dysmenorrhea Terhadap Aktivitas Fungsional

Dysmenorrhea merupakan salah satu penyebab yang banyak

dilaporkan oleh ginekologis baik yang primer maupun sekunder (Narayan, 2011). Dysmenorrhea merupakan permasalahan yang paling umum di alami oleh seorang wanita.

Adapun dampak yang di akibatkan oleh dysmenorrhea terhadap aktivitas fungsional, antara lain :

1. Gangguan aktivitas

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh (Cakir et al,.2009) , gangguan aktivitas berupa absen nya seorang wanita dari suatu pekerjaan maupun aktivitas lain nya merupakan laporan yang paling tinggi yang di terima.

Penelitian yang dilakukan oleh (Parker et al, 2009) melaporkan sebanyak 26% seorang remaja akan absen dari sekolah ketika menstruasi berlangsung, sedangkan 2% absen setiap periode menstruasi yang terjadi.

(61)

45

prestasi dari seorang remaja dan 2% mengatakan tidak dapat beraktivitas secara normal.

2. Menurun nya kualitas hidup

Angka kejadian yang diakibatkan oleh absen nya seorang wanita yang disebabkan dysmenorrhea mengakibatkan terbatas nya aktivitas yang dimiliki oleh seorang wanita untuk tetap produktif yang berakibat pada penurunan kualitas hidup baik di telaah dari segi performa akademik maupun profesionalisme suatu pekerjaan (Polat et al,.2009)

3. Kerugian ekonomi

Dilaporkan bahwa sebanyak 10% wanita tidak dapat melakukan aktivitas nya ketika dysmenorrhea yang berakibat tidak maksimal nya seorang wanita untuk tetap produktif dan memaksimalkan performa pekerjaan nya. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa, terjadi kerugian sebanyak 600 juta jam kerja dengan kerugian sekitar 2 miliar US Dolar

4. Depresi

Terdapat faktor resiko dysmenorrhea disebutkan salah satu nya adalah depresi. Pada wanita yang mengalami dysmenorrhea

(62)

46

kali lebih tinggi dalam mengalami depresi dan rasa cemas (anxietas) pada wanita dysmenorrhea.

5. Infertilitas

Pada dysmenorrhea sekunder yang terjadi diakibatkan oleh endometriosis dapat mengganggu fungsi seksual yang mampu menyebabkan komplikasi yang mengarah ke ureter, usus, kandung kemih (Parker et al,.2009). Namun, tidak hanya terjadi pada

dysmenorrhea sekunder, jika tidak ditangani dengan baik

Gambar

Gambar 2.2 anatomi otot abdomen
Gambar 2.3. Cat Stretch  Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)
Gambar 2.4. Lower Trunk Rotation  Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)
Gambar 2.5. Buttock Hip Stretch
+5

Referensi

Dokumen terkait

Ringkasan Penelitian dilakukan dengan tu- juan untuk mengidentifikasi dan memban- dingkan keragaman jenis ektoparasit pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan mas- koki

Tidak ada perbedaan bermakna rata- rata jumlah, lamanya dan paparan kumulatif rokok antara subjek yang mengalami mutasi atau tidak mutasi N-ras.. dan H-ras

Hasil perhitungan stabilitas lereng pada timbunan dan galian akibat beban gempa sangat dipengaruhi oleh beberapa parameter, diantaranya adalah: kelas tanah, kedalaman batuan

Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu ( first order autokorelation ) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak

untuk kemerataan jenis diperoleh nilai indeks e=0,6747 berdasarkan kriteria jika e=0,3-0,6 maka kemerataan jenis tergolong sedang ini berarti bahwa jenis-jenis jamur

[r]

Peserta Bazaar / Pameran tidak boleh menjajakan barang atau produk yang dijual. diluar batas area yang telah disediakan

Penelitian merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanyaan peserta didik sebagai indikator