• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK

NELLY NAILUFAR. Aktivitas Insektisida Ekstrak Daun Tephrosia vogelii

(Leguminosae) dan Buah Piper aduncum (Piperaceae) terhadap Larva

Crocidolomia pavonana. Dibimbing oleh DJOKO PRIJONO.

Hama tanaman merupakan salah satu kendala biotik penting dalam budi daya berbagai jenis tanaman. Insektisida nabati ekstrak daun Tephrosia vogelii

dan ekstrak buah Piper aduncum berpotensi untuk mengendalikan hama

Crocidolomia pavonana. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh ekstrak daun

T. vogelii, ekstrak buah P. aduncum, serta campuran kedua ekstrak tersebut pada tiga macam perbandingan konsentrasi terhadap mortalitas larva C. pavonana. Setiap ekstrak yang diperoleh diuji terhadap larva instar II C. pavonana dengan metode celup daun (lama pemberian daun perlakuan 48 jam). Pada semua perlakuan, mortalitas larva masih rendah pada 24 jam sejak perlakuan (JSP), tingkat mortalitas meningkat tajam antara 24 dan 48 JSP. Berdasarkan perbandingan LC50 dan LC95 pada 72 JSP, ekstrak T. vogelii masing-masing

sekitar 1,27 dan 1,09 kali lebih beracun terhadap larva C. pavonana daripada ekstrak P. aduncum. Pada perlakuan campuran, makin besar proporsi konsentrasi ekstrak P. aduncum, nilai LC50 dan LC95 makin cepat mendekati nilai konstan

atau penurunan nilai LC50 dan LC95 lebih kecil setelah 48 JSP. LC50 dan LC95

campuran ekstrak 1:1, 5:1, dan 1:5 lebih rendah dibandingkan dengan LC50 dan

LC95 ekstrak T. vogelii dan ekstrak P. aduncum. Berdasarkan nilai indeks

kombinasi, campuran ekstrak T. vogelii dan P.aduncum pada ketiga nisbah konsentrasi bersifat sinergistik kuat. Campuran 1:5 paling sinergistik dibandingkan dengan campuran 1:1 dan campuran 5:1 baik pada taraf LC50

maupun LC95. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum makin besar

proporsi konsentrasi ekstrak P. aduncum, campuran ekstrak bersifat makin sinergistik. Dengan demikian, campuran ekstrak T. vogelii dan P. aduncum yang bersifat sinergis layak untuk dikembangkan lebih lanjut.

Kata kunci: Insektisida nabati, sinergisme, Tephrosia vogelii, Piper aduncum, Crocidolomia pavonana,.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hama tanaman merupakan salah satu kendala biotik penting dalam budi daya berbagai jenis tanaman. Petani yang menerapkan cara budi daya konvensional sering menggunakan insektisida sintetik untuk mengendalikan hama yang menyerang pertanaman mereka. Insektisida sintetik diketahui memiliki banyak keunggulan di antaranya efektif pada dosis rendah, memberikan hasil yang cepat, dapat digunakan pada berbagai kondisi, dan dalam jangka tertentu ekonomis. Insektisida sintetik merupakan salah satu sarana penting yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dalam keadaan darurat ketika populasi hama telah mendekati atau melampaui ambang ekonomi (Metcalf 1982; Djojosumarto 2008).

Selain memiliki banyak keuntungan insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif, seperti dampak terhadap konservasi lingkungan dengan terbunuhnya organisme bukan sasaran yang berada di dalam atau di dekat lokasi aplikasi termasuk musuh alami hama, resistensi dan resurjensi hama serta munculnya hama sekunder. Penggunaan insektisida sintetik juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia, petani yang terpapar insektisida pada saat aplikasi, dan konsumen oleh residu yang terdapat pada hasil panen (Metcalf 1982; Perry et al. 1998).

Petani memilih insektisida sintetik karena pertimbangan harga, akan tetapi faktanya petani sayuran di Jawa Barat menyemprot insektisida sintetik 2-3 kali per minggu dan total aplikasi insektisida pada lahan pertanaman kubis dapat mencapai 30-35 kali dalam satu musim tanam. Biaya yang dikeluarkan oleh petani di Jawa Barat untuk insektisida sintetik mencapai 10-30% dari total biaya produksi (Rauf et al. 2005).

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman disebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan dan atau mengancam keselamatan manusia, serta tidak menimbulkan gangguan dan

kerusakan sumber daya alam atau lingkungan hidup. Salah satu sarana pengendalian hama yang memenuhi kriteria tersebut ialah insektisida nabati. Golongan insektisida tersebut mengandung bahan aktif alami dari tumbuhan yang mudah terdegradasi dan relatif aman terhadap organisme bukan sasaran sehingga lebih ramah lingkungan (Prakash & Rao 1997).

Salah satu bahan tumbuhan yang potensial untuk djadikan insektisida nabati ialah daun kacang babi Tephrosia vogelii J. D. Hooker (Leguminosae). Daun T. vogelii diketahui mengandung senyawa rotenon dan senyawa rotenoid lain yang bersifat insektisida, seperti deguelin, tefrosin, dan elipton (Delfel et al.

1970; Lambert et al. 1993). Rotenon merupakan salah satu senyawa insektisida nabati penting dan sering digunakan untuk mengendalikan hama sejak tahun 1848 hingga 1925. Akar tuba (Derris elliptica) merupakan salah satu sumber rotenon pada masa itu sebelum akhirnya tergeser oleh insektisida sintetik (Matsumura 1985). Pemanfaatan daun T. vogelii sebagai sumber rotenon lebih menguntungkan dibandingkan dengan akar tuba, karena pemanenan dan penanganan bagian daun lebih mudah daripada membongkar akar (Abizar & Prijono 2010).

Serbuk daun T. vogelii diketahui efektif mengendalikan kumbang yang menyerang kacang tanah, Caryedon serratus, dalam waktu 13 hari mortalitas kumbang tersebut mencapai 98.8% (Delobel & Malonga 1987). Abizar dan Prijono (2010) melaporkan bahwa ekstrak etil asetat daun T. vogelii berbunga ungu memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva instar II

Crocidolomia pavonana dengan LC95 tidak lebih besar dari 0,3%. Baru-baru ini

Febrianni (2011) melaporkan bahwa ekstrak aseton daun T. vogelii pada pengujian dengan metode celup daun dapat mengakibatkan kematian dan penghambatan makan pada larva Plutella xylostella.

Jenis tumbuhan lain yang aktif terhadap serangga ialah sirih hutan, Piper aduncum L. (Piperaceae). Fazolin et al. (2005) melaporkan bahwa perlakuan dengan minyak atsiri daun P. aduncum pada konsentrasi 1% dengan metode aplikasi kontak dapat mengakibatkan kematian kumbang Cerotoma tingomarianus hampir 100%. Ekstrak heksana daun P. aduncum dilaporkan paling aktif di antara 14 spesies Piperaceae yang diuji oleh Bernard et al. (1995)

terhadap larva nyamuk Aedes atropalpus. Dilapiol yang diisolasi dari daun P. aduncum pada konsentrasi 0,1 ppm dapat mematikan larva nyamuk A. atropalpus

sebesar 92%. Dilapiol juga merupakan komponen volatil utama yang terdapat pada daun P. aduncum dengan kandungan sebesar 43.3% (Rali et al. 2007).

Insektisida nabati dapat digunakan dalam bentuk campuran ekstrak dua atau lebih jenis tumbuhan. Beberapa keunggulan sediaan insektisida nabati yang berbahan baku campuran ekstrak tumbuhan dibandingkan dengan penggunaan ekstrak tunggal di antaranya mengurangi ketergantungan pada satu jenis tumbuhan sebagai bahan baku (Dadang & Prijono 2008). Penggunaan insektisida dalam bentuk campuran lebih ekonomis bila campuran bersifat sinergis (Stone et al. 1988), dapat meningkatkan spektrum aktivitas insektisida (Dadang & Prijono 2008), dan dapat menunda timbulnya resistensi hama terhadap insektisida (Georghiou 1983).

Komponen utama ekstrak P. aduncum adalah dilapiol (fenilpropanoid) yang bersifat sebagai insektisida dan sinergis (Bernard et al. 1995; Fazolin et al.

2005). Dilapiol dapat menghambat aktivitas enzim sitokrom P450 dalam sediaan mikrosom dari sel-sel saluran pencernaan ulat penggerek batang jagung Ostrinia nubilalis, sehingga enzim pemetabolisme senyawa asing tersebut tidak dapat menguraikan bahan aktif insektisida lain yang dicampurkan (Bernard et al. 1990). Dilapiol memiliki gugus metilendioksifenil dalam strukturnya yang merupakan ciri berbagai senyawa sinergis yang dapat menghambat aktivitas enzim sitokrom P450 (Perry et al. 1998; Scott et al. 2008). Oleh karena itu, ekstrak P. aduncum

diharapkan memiliki potensi sinergis jika dicampur dengan bahan lain termasuk ekstrak T. vogelii.

Hama utama pada tanaman sayuran Brassicaceae yakni ulat krop kubis C. pavonana berpotensi untuk dijadikan sebagai hama sasaran insektisida nabati. Di lapangan, musuh alami tidak efektif menekan populasi hama tersebut. Serangan

C. pavonana bersama P. xylostella dapat menimbulkan kerusakan hingga 100% terutama pada musim kemarau (Sastrosiswojo & Setiawati 1993). Selain itu, C. pavonana mudah diperbanyak di laboratorium dengan pakan alami yang dapat disediakan dengan mudah.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh ekstrak daun T. vogelii bunga ungu, ekstrak buah P. aduncum, serta campuran kedua ekstrak tersebut pada tiga macam perbandingan konsentrasi terhadap mortalitas larva C. pavonana.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi ekstrak T. vogelii dan campurannya dengan P. aduncum sebagai insektisida nabati berbahan aktif majemuk yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pengendalian hama C. pavonana.

Dokumen terkait