• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN TAPANULI SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN

RAHMADANI SIREGAR. D14070001. 2011. Kuda Beban Sebagai Alat Transportasi di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung Siagian, MS Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc

Kuda berasal dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar. Kini sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia dan berfungsi sebagai mata pencaharian, alat transportasi, olahraga, dan sarana rekreasi. Kuda beban merupakan alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat di kecamatan Saipar Dolok Hole untuk dimanfaatkan tenaganya. Kuda beban digunakan untuk membawa barang-barang di punggungnya, yang diletakkan di sisi kiri dan kanan kuda dan biasanya digunakan untuk melewati daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan umum.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan memahami tentang manajemen pemeliharaan kuda beban yang digunakan sebagai alat transportasi di kecamatan Saipar Dolok Hole, dan mengetahui permasalahan yang dihadapi kusir dalam pemeliharaan kuda beban serta berusaha memberikan saran dalam upaya peningkatan produktivitasnya.

Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Juli sampai dengan akhir bulan Agustus 2010 di Desa Situnggaling Kecamatan Saipar Dolok Hole yang merupakan tempat dimana para kusir beristirahat dan menitipkan kuda mereka. Metode yang digunakan adalah dengan cara pengamatan dan wawancara. Data penelitian dianalisa secara deskriptif.

Hasil wawancara terhadap 21 orang responden diketahui bahwa pekerjaan sebagai kusir kuda adalah pekerjaan sambilan, sedangkan pekerjaan utama adalah petani sawah dan kebun. Pendidikan kusir yang rendah menunjukkan bahwa penerapan manajemen pemeliharaan kuda beban masih jauh dari sistem pemeliharaan yang diharapkan. Pendapatan kusir ditentukan oleh harga hasil pertanian saat dijual.

Kuda yang digunakan sebagai pengangkut beban adalah kuda Batak berjenis kelamin jantan yang dibeli dari agen di Dolok Sanggul Tapanuli Utara. Sebagian besar kuda bertanda wajah polos, dengan warna dasar bulu coklat, berbadan kurus, dan bentuk punggug melengkung. Pemeliharaan kuda beban yang diterapkan oleh para kusir masih tergolong sederhana dan tradisional, sehingga perlu perbaikan dalam manajemen pemeliharaan kuda terutama perkandangan, pakan, perawatan, dan penanganan kesehatan. Kuda beban mempunyai peralatan penting yaitu pelana, yang berfungsi melindungi tubuh kuda dari gesekan beban yang dibawanya.

ABSTRACT

Pack Horse as Transportation in North Sumatera R. Siregar, P. H. Siagian, and Kartiarso

Horse has a big role in human life, such as transportation. The aim of this research was to collect information of management horse system for human goods transporter in Saipar Dolok Hole. The data was analyzed descriptively. The result showed that horse has been an important transportation to carry agriculture commodities. It doesn’t need a good education to be a coachman. The horses that were used for draft animal was Batak horse. The horses and their equipment is supplied by horse agency seller in Dolok Sanggul, North Tapanuli. Majority of the horses had a solid facial marking with brown basic colour of coat. The maintenance management of horse that use as draft horse is very traditional because the limited knowledge and equipment that coachman had. The coachman has his knowledge from other friends who also have a horse and long life experiences, that way can be affected in maintenance management of horses. The goverment and coachman have an important role to increase prosperity of horse in the future.

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kuda berasal dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar. Kini sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Kuda dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai hal, diantaranya adalah sebagai sumber pangan, alat transportasi, olahraga, pertanian, dan perang. Kuda sebagai alat pengangkutan umum sangat penting artinya, terutama di Kecamatan Saipar Dolok Hole karena banyak daerah yang belum dapat dilalui oleh kendaraan umum dan belum mempunyai jalan yang baik untuk dilewati, disamping itu kuda memang masih dianggap sebagai alat pengangkutan yang lebih praktis dan murah dibanding dengan alat-alat pengangkutan lainnya. Kuda yang digunakan sebagai alat transporatsi di Kecamatan Saipar Dolok Hole disebut kuda beban.

Kuda beban merupakan alat transportasi yang banyak digunakan masyarakat untuk dimanfaatkan tenaganya. Kuda beban digunakan untuk membawa barang-barang di punggungnya, yang diletakkan di sisi kiri dan kanan kuda dan biasanya digunakan untuk melewati daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan umum. Curah hujan yang tinggi, suhu yang relatif sejuk, dan jalan yang masih terbuat dari tanah liat di Kecamatan Dolok Hole mengakibatkan jalan selalu becek dan berlumpur sehingga angkutan umum biasa sulit untuk beroperasi.

Kuda beban dilengkapi dengan pelana untuk melindungi tubuhnya dari gesekan barang yang dibawa, yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau yang kemudian dilapisi kain karung, dapat membawa barang yang beratnya seimbang antara sisi kiri dan kanan. Kuda beban dapat membawa beban diatas pelana dengan kisaran berat 80-100 kg. Beberapa hal penting yang diamati dalam penelitian ini adalah kuda, pengemudi atau kusir yang disebut “parkudo kuli”, pelana atau peralatan lain yang digunakan untuk membawa beban serta manajemen pemeliharaan yang terkait dengan kuda beban tersebut.

2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan memahami tentang manfaat kuda beban sebagai alat transportasi di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara, dan mengetahui bagaimana manajemen pemeliharaannya.

3 TINJAUAN PUSTAKA

Kuda

Kuda merupakan salah satu jenis ternak berlambung satu atau nonruminansia yang telah dikenal luas. Ternak ini bersifat nomadik dan kuat serta memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Kuda memiliki kemampuan belajar yang baik dalam mengenal suatu obyek (Kilgour dan Dalton, 1984). Kuda dari spesies Equus caballus

yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini kuda sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan penting bagi kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang selama ribuan tahun. Kuda juga dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda atau bajak, dan di beberapa daerah kuda digunakan sebagai sumber pangan (Ronald et al.,1996).

Kuda digolongkan kedalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas

Mamalia (menyusui anaknya), ordo Perissodactyla (berteracak tidak memamah biak), famili Equidae, dan spesies Equus caballus. Dahulu kala terdapat hewan prakuda dengan jumlah jari kaki sebanyak lima buah yang disebut Paleohippus. Hewan tersebut kemudian berkembang dengan empat jari dan satu penunjang (split), sedangkan kaki belakangnya terdiri atas tiga jari dan satu split (Eohippus). Evolusi berlanjut dengan terbentuknya Mesohippus dan Meryhippus yang memiliki teracak kaki depan dan belakang sebanyak tiga buah. Pliohippus menjadi hewan teracak tunggal pertama yang selanjutnya berkembang menjadi kuda seperti saat ini ( Equus caballus) (Blakely dan Bade, 1991).

Proses evolusi kuda terjadi melalui beberapa tahapan yang dimulai dari (1)

Eohippus, berkembang pada zaman Eocene dengan tinggi badan 35 cm (20-50 cm), berat 5,5 kg, mempunyai empat jari kaki dan gigi geraham pendek yang sangat cocok untuk memakan tunas-tunas rumput, (2) Mesohippus, perkembangannya dimulai pada zaman Oligocene dengan tinggi badan 45 cm, bentuk punggung hampir sama dengan Eohippus, mempunyai kaki yang lebih panjang dengan tiga jari kaki, gigi

premolar dan incisor lebih kuat dan mampu memotong daun-daun yang lebih beragam, (3) Miohippus, berkembang pada akhir zaman Oligocene dan awal zaman

Miocene dengan tinggi badan sekitar 60 cm, bentuk kaki dan gigi lebih berkembang dibandingkan dengan Mesohippus, mempunyai tiga jari kaki dengan jari kaki bagian

4 tengah lebih menonjol dan mempunyai gigi seri yang lebih jelas, (4) Meryhippus, berkembang pada pertengahan dan akhir zaman Miocene dengan tinggi lebih daripada 90 cm, jari kaki tengah semakin membesar sedangkan kedua jari lainnya mengecil, gigi seri semakin jelas dan semakin cocok untuk merumput, mempunyai leher yang panjang yang memungkinkan menggapai makanan dipermukaan dan meningkatkan jarak pandang, (5) Pliohippus, berkembang pada pertengahan zaman

Pleistocene sekitar enam juta tahun yang lalu. Pliohippus mempunyai tinggi sekitar 1,22 m, seluruh gigi untuk merumput telah lengkap, mempunyai persendian tulang yang sangat kuat dengan satu buah kuku dan merupakan prototype yang menggambarkan bentuk kuda modern yang ada saat ini. Pliohippus merupakan salah satu kelompok subgenetik yang mewakili zebra, keledai dan heminoid, (6) Equus caballus, berasal dari Pliohippus yang berkembang sekitar lima juta tahun yang lalu pada zaman es. Menurut bahasa latin caballus berasal dari kata fons caballinus yang diambil dari cerita dongeng tentang Pegasus (Edwards, 1994).

Penyebaran Kuda di Dunia

Penyebaran kuda dimulai dari Amerika Selatan, Asia, Eropa, dan Afrika yang terjadi sekitar satu juta tahun yang lalu pada akhir zaman es (9000 SM). Sekitar abad ke-16 penjelajah Spanyol mendarat di Meksiko dengan membawa 16 ekor kuda dan selanjutnya kuda tersebut berkembang dan menyebar di wilayah Amerika (Edwards, 1994). Dari penyebaran ini maka tetua kuda berasal dari tiga tipe kuda primitif yaitu: (a) Forest Horse (Equus cabalus silvaticus) adalah kuda dengan tinggi 1,52 m dan berat sekitar 545 kg. Warna bulu biasanya merah atau hitam dengan rambut yang kasar, ekor dan bulu tengkuk yang lebat, mempunyai tapak kaki yang lebar dan cocok untuk daerah berawa, (b) Asiatic Wild Horse (Equus caballus przewalskii) adalah kuda liar yang ditemukan di Asia Tengah oleh peneliti Rusia bernama Nikolai Mikhailovitch Przewalski pada tahun 1879. Kuda ini memiliki tinggi sekitar 1,32 m. Keempat kaki, ekor, rambut tengkuk berwarna hitam dan daerah bawah perut berwarna cream. Kuda ini berbeda dengan keturunan kuda domestik lainnya karena jumlah kromosomnya 66 sedangkan kuda domestik lainnya 64, dan (c) Kuda Tarpan (Equus cabalus glemini) adalah kuda liar yang menyebar ke Eropa Timur sampai Stepa Ukraina. Kuda ini memiliki tinggi sekitar 1,32 m (Edwards, 1994).

5 Berdasarkan tipe tetua tersebut maka berkembanglah empat dasar tipe kuda yaitu (1) Pony tipe I, hidup di daerah Eropa Utara sampai Eropa Barat dengan tinggi badan 1,22-1,27 m, memiliki warna bulu coklat dan bay, (2) Pony tipe II, hidup di daerah utara Eurasia, tahan pada kondisi dingin dan memiliki tinggi badan 1,42-1,47 m, (3) Pony tipe III, hidup di daerah Asia Tengah dan tahan pada kondisi panas dengan tinggi badan sekitar 1,5 m, dan (4) Pony tipe IV, hidup di daerah Asia Barat merupakan kuda padang pasir dan tahan kondisi panas dengan tinggi badan sekitar 1,22 m (Edwards, 1994).

Morfologi

Fungsi dasar tulang adalah membentuk kerangka yang sifatnya kaku untuk melindungi semua bagian lunak serta memelihara bentuk tubuh. Kerangka melindungi bagian organ yang vital, seperti otak dalam tempurung dan sistem saraf di bagian tulang belakang. Konformasi kuda merupakan poin yang sangat penting sehingga menjadi salah satu pertimbangan, karena panjang, posisi, dan kelurusan tulang yang benar berkaitan dengan gerak kuda yang baik. Sambungan tulang terjadi pada dua atau lebih tulang yang saling bersinggungan. Sistem sambungan dan pertautan otot akan menjadikan pergerakan yang bebas dari tulang. Kombinasi antara otot dengan tulang akan memberikan bentuk pada kuda (Hamer, 1993).

Orang memiliki prioritas yang berbeda dalam menilai bentuk kuda. Untuk tujuan penampilan yang bagus, tungkai dan kaki menjadi prioritas utama untuk menentukan kekokohan kuda secara cepat. Kaki depan berhubungan dengan bagian bahu. Kaki belakang memiliki peran penting dalam menggerakkan sebagian tubuh karena dorongan dari seperempat bagian otot belakang. Fungsi kekuatan dari panjang garis bagian pinggul kearah pantat harus baik, begitupun panjang garis dari pinggul ke bagian hock, yang berfungsi untuk kecepatan, dan susunan kaki belakang yang lurus menopang berat seperempat bagian belakang (Hamer, 1993). Contoh bagian-bagian tubuh kuda diperlihatkan pada Gambar 1.

Leher yang memanjang keatas sampai batas penglihatan serta membentuk lengkung ke garis bagian atas, secara natural memberikan posisi kepala yang nyaman (Knowles, 1994). Ekspresi wajah dari kuda dan gerakan kepala serta leher memberikan kesan pertama yang bermanfaat. Kepala memiliki ukuran proporsi besar, kepala yang padat serta pendek membutuhkan leher yang kuat untuk

6 menopangnya. Panjang dari leher dapat menjelaskan panjang langkah, sebagian besar otot di leher berperan dalam pergerakan bahu dan kaki depan. Hal ini membuat keterbatasan pada kuda untuk meletakkan kaki depan melewati garis hidung saat bergerak. Konformasi yang baik dilihat dari susunan kepala, panjang leher yang baik dan bagus, punggung yang baik dan kuat serta tidak terlalu panjang atau pendek, daerah bagian pinggang yang kuat dan seperempat bagian bagian belakang yang kuat (Hamer, 1993).

Gambar 1. Bagian-Bagian Tubuh Kuda

Ukuran dalam hal ini dapat diartikan sebagai dimensi, besar, luas/ukuran suatu permukaan atau volume. Bentuk diartikan sebagai model, karakteristik atau susunan sesuatu sebagai penentu penampilan luarnya. Menurut Doho (1994) ukuran-ukuran tubuh juga digunakan untuk menggambarkan eksterior hewan sebagai ciri khas suatu bangsa. Pendekatan kuantitatif terhadap penciri ukuran tubuh kuda sudah dilakukan pada masa abad ke-18 yang lalu dengan menggunakan pengukuran terhadap peubah tubuh kuda Baroque. Menurut Bowling dan Ruvinsky (2000) penilaian ukuran dan bentuk tubuh kuda sudah dilakukan oleh peternak kuda tradisional, walaupun seleksi terhadap kuda hanya berdasarkan sebagian sifat dari performa kuda.

7 Kuda Lokal Indonesia

Kuda yang terdapat di Indonesia pemuliaannya dipengaruhi oleh iklim tropis serta lingkungannya. Tinggi badannya berkisar antara 1,15-1,35 m sehingga tergolong dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak, sinar mata hidup serta daun telinga kecil. Ciri-ciri lain, bentuk leher tegak dan lebar. Tengkuk umumnya kuat, punggung lurus dan pinggul kuat. Letak ekornya tinggi dan berbentuk lonjong, dada lebar, sedang tulang rusuk berbentuk lengkung dan serasi. Kakinya berotot kuat, kening dan persendiannya baik. Bentuk kuku kecil dan berada diatas telapak yang kuat. Jika kuda ini berdiri, akan tampak sikapnya yang kurang serasi (kurang baik), karena kedua kaki bagian depan lebih berkembang bila dibandingkan dengan kaki belakang. Sikap berdiri seperti ini terdapat pada berbagai jenis kuda di Asia Tenggara (Jacoebs, 1994).

Kegunaan kuda lokal Indonesia sebagian besar adalah sebagai sarana transportasi dan pengangkut barang, sarana hiburan, dan juga sebagai bahan pangan masyarakat lokal. McGregor dan Morris (1980), menyatakan kuda poni di Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk transportasi dan pengembangan peternakan. Tabel 1 menyajikan berbagai karakteristik kuda lokal Indonesia.

Kuda Sumba dan Kuda Timor

Edwards (1994) menyatakan bahwa kuda lokal Indonesia (termasuk kuda Sumba) digolongkan kedalam kuda poni. Roberts (1994), menyatakan seluruh kuda poni (termasuk kuda Sumba didalamnya ) telah beradaptasi secara fisik dan merubah gaya hidup mereka untuk bertahan pada kondisi tempat mereka hidup. Kuda Sumba pinggulnya agak tinggi dan merupakan keturunan kuda Australia yang pernah diintroduksi ke pulau Sumba. Dijelaskan kemudian bahwa kuda Sumba dianggap sebagai jenis kuda yang baik untuk kuda pacu, maka pada tahun 1841 pejantan-pejantan kuda unggul, diekspor ke pulau Jawa, Singapura dan Malaysia (Straits settlements), Manila dan Mauritius (Afrika Timur). Sebagai akibatnya hanya disisakan pejantan yang berkualitas rendah, sehingga mutu peternakan merosot dan memperlihatkan dua jenis bentuk, yaitu kuda yang berbentuk kecil didaerah selatan dan timur serta kuda yang berbentuk agak besar didaerah utara dan barat (Soehardjono, 1990).

8 Tabel 1. Karakteristik Kuda Lokal Indonesia

Jenis Kuda Tinggi Badan (m) Karakteristik

Kuda Sumba 1,27 -. Bentuk kepala terlihat lebih besar dibandingkan ukuran

badannya dengan leher yang pendek -. Sifatnya jinak dan cerdas

-. Konformasi badan kurang sempurna -. Bagian punggung kuat

Kuda Timor 1,22 -. Bentuk badan kurus dan leher pendek

-. Bagian punggung lurus dengan bahu dan ekor tinggi -. Bagian tengkuk dan ekor penuh dengan bulu

Kuda Sandel 1,35 -. Ukuran tubuh kecil

-. Bentuk kepala kecil dan bagus, mata yang besar -. Bulu yang lembut dan berkilauan

-. Mempunyai kecepatan yang baik dan sangat aktif -. Kuku kaki yang keras dan kuat

Kuda Batak 1,32 -. Bentuk kepala bagus dengan bagian muka yang lurus, leher,

pendek, dan lemah

-. Memiliki bagian punggung yang panjang dan sempit dengan kaki bagian belakang ramping

-. Bagian rump tinggi

-. Ekor dan tengkuk mempunyai rambut yang bagus -. Posisi ekor cukup tinggi sehingga sangat baik dalam

pergerakan

Kuda Jawa 1,27 -. Memiliki stamina yang baik dan tahan terhadap panas

-. Ukuran tubuh lebih besar dibandingkan kuda poni lainnya -. Sifatnya jinak

-. Kaki dan persendiannya tidak berkembang dengan baik sehingga mempengaruhi kekuatannya

Kuda Padang 1,27 -. Kuku kaki keras dan bentuknya bagus

-. Bagian tumit lemah

-. Mempunyai konformasi yang baik tetapi pertulangannya kecil

Kuda Makasar 1,25 -. Daya tahan tubuh kuat

-. Kaki tegap dan kuat -. Bertemperamen stabil

Kuda Flores 1,24 -. Bentuk badan kecil dan sifatnya jinak

Kuda Bima - -. Bentuk badan kecil

-. Memiliki pinggang yang pendek

-. Daya tahan tubuh baik dan memiliki langkah yang cepat Sumber : Edwards, 1994; Soehardjono, 1990

Kuda Sumba memiliki penampilan yang primitif, tinggi sekitar 1,27 m perbandingan kepala lebih besar daripada badan, dan bagian kepala lebih mengarah tipe Mongolian dengan leher yang pendek, konformasi kuda Sumba tidak sempurna

9 tetapi bagian punggung sangat kuat (Edwards, 1994). Zaman pemerintahan Portugis di Indonesia pada abad ke-16, populasi kuda Timor sangat tinggi, rasio antara pemilik kuda dengan kuda Timor adalah 1 : 6, atau satu orang memiliki enam ekor kuda. Kuda Timor digunakan untuk membawa barang, alat transportasi, dan berkuda. Kuda Timor memiliki ciri-ciri tinggi badan 1,22 m dan leher yang pendek serta bentuk punggung yang lurus (Edwards, 1994).

Kuda Priangan

Kuda Priangan dibentuk di pulau Jawa sekitar abad ke-17, dibentuk melalui persilangan antara kuda lokal dengan kuda Arab dan Barbarian. Saat ini kuda Priangan tidak memiliki konformasi yang sama dengan kuda Arab, akan tetapi menempati lokasi yang panas dan memiliki ketahanan terhadap cuaca panas yang tinggi seperti kuda Arab. Daya tahan dan stamina untuk berlari dalam jarak jauh juga diturunkan oleh kuda Arab, meskipun ukuran tubuhnya lebih kecil. Kuda Priangan dapat dikatakan tangguh dan kuat meskipun memiliki ukuran tubuh yang kecil, mempunyai kepala yang khas dengan telinga panjang dan mata yang cerdas, leher pendek dan berotot serta dada lebar dan dalam, pertulangan dapat dikatakan baik tetapi kurang begitu berkembang dengan tulang cannon yang panjang. Kuda Priangan dapat mempunyai beberapa warna dengan tinggi pundak 112-122 cm (Kingdom, 2006).

Kuda Jawa dan Kuda Padang

Kuda Arab dan kuda Barb diperkirakan datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang Arab pada awal abad ke-17, pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, dan memiliki pengaruh terhadap kuda keturunan Jawa. Keturunan kuda terpilih, dikembangkan di Padang Mengabe dan diperkirakan memiliki pengaruh dalam meningkatkan konformasi kuda poni lokal Sumatera. Kuda Arab tidak hanya mempengaruhi penampilan kuda poni Jawa, tetapi mempengaruhi stamina dan daya tahan terhadap suhu panas. Kuda Barb memiliki peran utama juga dalam perkembangan kuda poni Jawa dan karakter serta ketangguhan yang luar biasa. Kuda poni Padang merupakan perkembangan dari keturunan kuda Batak dan memiliki darah kuda Arab yang dikembangkan di Padang Mengabe oleh pemerintah Hindia Belanda (Edwards, 1994).

10 Kuda Jawa dan Padang memiliki tinggi badan 1,27 m lebih tinggi daripada kuda poni lainnya kecuali kuda Batak dan Sandelwood. Kuda Jawa biasa digunakan untuk menarik gerobak atau yang disebut sebagai sados dan terlihat tidak berkeringat saat menarik gerobak yang berat dalam kondisi cuaca yang panas. Kuda Padang memiliki konformasi yang lebih baik daripada kuda keturunan Sumatera lainnya, dimana kuda Padang memiliki cannon yang panjang, tulang yang kuat, kaki yang kuat dan cukup baik bentuknya, memiliki pastern yang terlihat lemah (Edwards, 1994).

Kuda Makasar

Kuda Makasar berasal dari pulau Jawa. Kuda pejantan yang berasal dari pulau Jawa dibawa ke Makasar untuk dikembangbiakkan oleh masyarakat Makasar. Kuda ini awalnya dimanfaatkan sebagai kuda tunggang atau beban bagi kepentingan operasi militer. Namun, seiring berkembangnya zaman, kuda ini mulai dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai kuda pekerja untuk transportasi dan menggarap lahan pertanian bahkan menjadikan kuda sebagai bahan makanan (Soehardjono, 1990).

Soehardjono (1990) menambahkan bahwa kuda Makasar memiliki tempramen yang stabil serta berdaya tahan kuat, kaki tegap dan kuat serta resisten terhadap penyakit. Tinggi kuda Makasar sekitar 1,25 m (4 kaki). Perototan yang kuat menjadikan kuda ini sering digunakan sebagai kuda beban.

Kuda Batak

Kuda Batak diketahui tersebar di Tapanuli Utara, terutama disekitar danau Toba. Bentuknya menyerupai kuda Mongol. Tubuhnya kecil, perimbangan tubuhnya baik, memiliki hidung yang besar dan relatif panjang, kepala sukar ditundukkan secara sempurna karena tengkuknya yang pendek, ekor duduknya tinggi, warna bermacam-macam, dan tipe kuda beban (Sostroamidjojo dan Soeradji, 1990).

Kuda Batak memiliki pengaruh dari darah kuda Arab yang dikembangkan

Dokumen terkait